Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 14 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ida Nolita Tukayo
Abstrak :
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui determinan perilaku mengkonsumsi minuman beralkohol di kota Jayapura. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional. Populasi penelitian ini adalah anggota rumah tangga berusia 10-60 tahun dari rumah tangga terpilih di kota Jayapura, dengan jumlah sampel sebanyak 468 orang. Analisis yang digunakan adalah regresi logistik politomus. Hasil analisis didapatkan bahwa determinan perilaku mengkonsumsi minuman beralkohol adalah umur, jenis kelamin, merokok, keberadaan anggota rumah tangga, keberadaan diluar kota dan umur pertama mengkonsumsi minuman beralkohol dan variabel yang paling dominan berhubungan adalah merokok.
ABSTRACT
The aims of this research is to determine the alchoholisme behaviour at Jayapura city. This is a quantitative research with cross sectional design. The population is a household member age 10-60 years old from selected household at Jayayapura, with sample size are 468 people. Analyses used was polytomus logistic regression. The result shows that the alcoholism behaviour determinan are age, sex, smoking, household existence, existence out the city and first age of alcoholism behavior and the most dominant variable is smoking.
2013
T35218
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ridho Ichsan Syaini
Abstrak :
Diabetes Mellitus tipe 2 merupakan salah satu masalah kesehatan yang sangat serius akibat setiap tahun terjadi peningkatan dan salah satu kontributor terhadap angka kesakitan dan kematian akibat penyakit tidak menular di seluruh dunia. 90% Diabetes Mellitus yang di diagnosis adalah DM tipe 2. Perubahan pola hidup yang ditandai dengan meningkatnya obesitas khususnya obesitas sentral merupakan salah satu risiko terhadap terjadinya Diabetes Mellitus tipe 2. Penelitian ini bertujan untuk mengetahui hubungan obesitas sentral terhadap kejadian Diabetes Mellitus Tipe 2 di Kelurahan Johar Baru Kecamatan Johar Baru Jakarta Pusat. Penelitian dilakukan dengan desain Cross Sectional Analitik, dengan menggunakan data Program skrining Penyakit Tidak Menular (PTM) Direktorat PTM Dirjen P2PL Kemenkes RI tahun 2012. Responden dalam penelitian ini berusia 20 tahun keatas. Analisis data menggunakan stratifikasi dan analisis multivariat menggunakan cox regression. Hasil analisis data diperoleh prevalensi DM tipe 2 sebesar 18,1% dan obesitas sentral sebesar 57,7%. Selain itu, hasil multivariat menunjukkan bahwa orang dengan obesitas sentral (Waist Circumference (WC) P>90 cm, dan W>80 cm) berisiko 1,47 kali (PR= 1,47; 95% CI 0,606 - 3,575) terhadap kejadian DM tipe2 setelah di kontrol variabel jenis kelamin, IMT, dan aktivitas fisik. Namun setelah mengikutkan efek interaksi antara obesitas sentral dan aktivitas fisik diketahui bahwa orang yang obesitas sentral dan beraktivitas rendah (< 300 Mets) berisiko 7,59 (PR=7,59; 95% CI, 1,656 - 34,77) kali terhadap kejadian diabetes mellitus tipe 2. Dengan melakukan intervensi atau mencegah obesitas sentral dapat mencegah 23,98 % kejadian diabetes mellitus tipe 2 di populasi studi. Usaha untuk deteksi dini dengan skrining pada orang obesitas khususnya obesitas sentral membantu dalam menjaring kasus DM tipe 2, dan pola hidup sehat dan peningkatan aktivitas fisik dapat mencegah terjadinya obesitas sehingga menurunkan angka kejadian diabetes mellitus tipe 2. ......Diabetes Mellitus categorized into serious health problems due to the increasing of its prevalence every year. It is one of the contributors to the global burden of disease and mortality in the world, where 90% of this disease was type II Diabetes. Changing of people lifestyle was one of the risk factors to the increasing of the disease in community. The objective of this study was to investigate the association between abdominal obesity and type II DM in Johar Baru Sub-district, Central Jakarta. This is a cross sectional study, utilized the data from the result of screening by direktorat PTM dirjen P2PL kemenkes RI. The inclusion criteria was Johar baru resident whom their ages more than 20 years. The data analysis was performed with stratification and cox regression multivariate analysis. The results of study showed the prevalence of type II DM was 18,1%, meanwhile the prevalence of abdominal obesity was 57,7%. The result of multivariate analysis showed that the people with abdominal obesity (waist circumference P> 90 CM and W> 80 cm) had 1,47 risk to get type II DM compared to the people who did not, after controlling for covariates, Included: Sex, IMT and Physical activity (PR= 1,47; 95% CI: 0,606-3,575). However, after including the interaction effect between abdominal obesity and physical activity, it is showed the people with abdominal obesity and light physical activity had the risk 7,59 (PR=7,59; 95% CI, 1,656 - 34,77) to get type II diabetes. The result of analysis showed, with intervention or prevention of abdominal obesity can prevent 23,98 % type II DM in community. Screening one of the strategies as the early detection of people with type II DM. Healthy life style and having more physical activity could prevent the obesity and it is expected to reduce the prevalence of type II DM.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T32704
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Budiman
Abstrak :
ABSTRAK
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium tuberculosis (MTb). Penyakit infeksi M.Tb ini menyerang semua negara di dunia. Selain menyebabkan kematian, penderita TB ini juga mengalami kerugian secara ekonomis dan menghadapi stigma negatif di masyarakat. Indonesia merupakan negara dengan jumlah penderita TB terbanyak ke-5 di dunia, dan meskipun program DOTS digalakkan, penurunan insidensinya masih belum berarti. Penelitian ini merupakan studi ekologi dengan desain cross sectional bertujuan mengelompokkan prevalensi TB dan faktor risikonya. Dilaksanakan pada bulan Maret sampai Juni 2013. Data yang dipergunakan merupakan hasil dari Riskesdas dan Survei kependudukan dari BPS tahun 2007. Penggugusan dilakukan dengan cluster analysis, sementara untuk melihat faktor penentu yang paling berperan terhadap prevalensi TB dilakukan dengan multiple regression analysis. Hasil akhir pembentukan klaster yang optimal sebanyak 5, dan didapatkan sebagian besar kabupaten/kota di wilayah Indonesia Bagian Barat dan Tengah berada dalam satu klaster. Empat kabupaten/kota di Provinsi Papua berada dalam satu klaster dan merupakan wilayah dengan prevalensi TB terbesar, dengan ratarata empat faktor risiko lebih tinggi dibandingkan klaster lainnya. Faktor penentu yang paling berpengaruh terhadap prevalensi TB adalah jumlah prevalensi Diabetes Mellitus (DM). Masing-masing klaster menunjukkan permasalahannya sendiri, sehingga dalam upaya untuk menurunkan prevalensi TB di masyarakat dan dengan keterbatasan sumber daya yang dimiliki pemerintah, perlu ditentukan prioritas program yang dilakukan untuk mengatasi faktor risiko TB sesuai dengan permasalahan di tiap-tiap daerah.
ABSTRACT
Tuberculosis, a communicable disease transmitted by Mycobacterium tuberculosis, has become a global issue. With its high mortality and morbidity, this disease become a negative stigma in population Indonesia accounts for nearly one twentieth of the global burden of TB. Although it has a growing DOTS programme there has not been a discernible reduction in the incidence of TB in this country. A cross-sectional ecological study was conducted to determine TB prevalence and its risk factors between March and June 2013. Data was taken from Basic Health Research and Demographic Survey from Center of Statistical Bureau 2007, then clustered with cluster analysis, while to find the most affecting risk factor on TB data was analyzed with multiple regression analysis. Result showed the number of optimal cluster was 5, and most city/town in west and central Indonesian region were within one cluster. Four city/town in Papua Province were in one cluster with highestTB prevalence, with four average risk factor higher than other cluster. The determining factor which was the most affecting onTB prevalence was DM prevalence. Since each cluster has its specific problems, Indonesian government has to set priority on program dealing with TB risk factors based on regional problems, inspite of minimal sources.
Universitas Indonesia, 2013
T35078
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dani Firmansyah
Abstrak :
ABSTRAK
Transisi epidemiologi yang ditandai dengan tingginya prevalensi merokok pada laki-laki (75.33%) dan prevalensi hipertensi (24.97%) di Kota Banjar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan merokok dan hipertensi dengan menggunakan desain case control. Jumlah sampel penelitian sebanyak 129 kasus dan 129 kontrol, dimana kasus dan kontrol dipilih berdasarkan status hipertensi pada pasien laki-laki berusia ≥ 18 tahun yang berobat ke puskesmas di Kota Banjar periode 25 April sampai 27 Mei 2014. Hasil penelitian menunjukan bahwa laki-laki berusia ≥ 18 tahun yang merokok berisiko 1.19 kali lebih besar menderita hipertensi dibandingkan dengan laki-laki berusia ≥ 18 tahun yang tidak merokok setelah dikontrol variabel tingat stress dan konsumsi makanan tinggi garam (95%CI 0.60-2.36). Diperlukan intensifikasi dan inovasi upaya promosi kesehatan tentang bahaya rokok kepada masyarakat
ABSTRACT
Epidemiological transition characterized by a high prevalence of smoking in males (75.33%) and the prevalence of hypertension (24.97%) in Banjar. This study aimed to determine the association between smoking and hypertension by using case-control design. The number of samples are 129 cases and 129 controls, in which cases and controls were selected based on status of hypertension in male patients aged ≥ 18 years who went to the clinic in Banjar period April 25 to May 27, 2014. Results showed that men aged ≥ 18 years who smoke 1.19 times greater risk of suffering from hypertension compared with men aged ≥ 18 years who do not smoke after the controlled variables of stress level and consumption offoods high insalt (95% CI 0.60-2.36). Intensification and innovation needed health promotion efforts about the dangers of smoking to society.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas indonesia, 2014
T42084
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pasaribu, Asrul Hamonangan
Abstrak :
ABSTRAK
Berdasarkan kegiatan Global Fund, 17 Kabupaten dari 33 Kabupaten / Kota di Provinsi Sumatera Utara adalah daerah endemis malaria. Dari tahun 2011 ? 2013, AMI menurun dari 12,19? menjadi 7,80? dan API meningkat dari 0,90? menjadi 1,27? serta SPR meningkat dari 9,28% menjadi 20,62%. Setiap Kabupaten masalah lingkungan dan prioritas berbeda, geografis yang mempengaruhi kesehatan, pengaruh yang berkaitan dengan perilaku hidup bersih dan sehat, pengaruh lingkungan dan akses terhadap pelayanan kesehatan

Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan lingkungan fisik rumah dengan kejadian malaria dengan desain studi cross sectional. Sumber data sekunder Riskesdas 2013. Populasi penelitian adalah seluruh penderita malaria yang terdiagnosis satu tahun terakhir.

Prevalensi malaria di Sumatera Utara adalah 2,0%. Variabel yang berhubungan dengan kejadian malaria adalah plafon rumah (p=0,025), dinding rumah (p=0,042), lantai rumah (p=0,014) dan ventilasi menggunakan kasa nyamuk (p=0,005). POR lingkungan fisik rumah dengan kejadian malaria setelah dikontrol confounder adalah 1,172 plafon / langit ? langit rumah, 0,997 dinding rumah, 1,357 lantai rumah dan 1,975 ventilasi menggunakan kasa nyamuk.

Kesimpulan lingkungan fisik rumah berpengaruh dengan kejadian malaria. Oleh sebab itu, disarankan rumah masyarakat berkontruksi permanen yang memiliki plafon rumah serta ventilasi menggunakan kasa nyamuk
ABSTRACT
Based on the Global Fund data, 17 out of 33 districts in North Sumatra Province are malaria endemic. From 2011 to 2013, there is a decreasing Annual Malaria Incidence from 12.19 ? to 7.80 ? and the Annual Parasite Incidence is increased from 0.90 ? to 1.27 ?. While the Slide Positivity Rate is increased from 9.28% to 20.62%. Each district has difference in environmental problem and priorities, geographical influence in health, and also health problems which related to population's behaviors according to a healthy and sanitary and access to the health services.

The purpose of this study is to determine association between the physical home environment and the prevention behavior of malaria incidents, using cross sectional study. Data from the Riskesdas 2013 which are analyzed due to the purpose of the research. Population of the study was all malaria incidents who were diagnosed last year.

The prevalence of malaria in North Sumatra was 2.0%. Variables with significant correlation with incidents of malaria is the ceilings (p=0.025), walls (p=0.042), floors (p=0.014) and ventilations with a mosquito net (p=0.005). POR of physical home environment and malaria incidence after controlled by the confounders was 1.196 for ceiling, 1.025 for walls, 1.365 for floors and 1.975 for ventilation using mosquito netting.

his study concluded that the physical home environment affecting the malaria incidents. Community should build permanent houses with ceiling and ventilations equipped with mosquto net.
2016
T45771
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agung Aji Perdana
Abstrak :
Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh suatu parasit yang hidup di dalam darah melalui gigitan nyamuk Anopheles betina. Malaria masih merupakan masalah di Indonesia karena hingga tahun 2015 jumlah keseluruhan kasus malaria sebesar 217.025 kasus. Pada tahun 2015 Provinsi Lampung memiliki jumlah kasus paling banyak setelah Papua, NTT, Papua Barat, Maluku Sumatera Utara dengan jumlah kasus positif 3.991 kasus dimana Kabupaten Pesawaran merupakan kabupaten endemis malaria. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan perilaku dan tempat perindukan nyamuk terhadap kejadian malaria setelah dikontrol dengan variabel potensial confounder lainnya. Penelitian ini merupakan penelitian case-control dengan jumlah sampel 180 responden, dengan kasus 60 dan kontrol 120 berusia ≥ 15 tahun, menggunakan data insiden. Data dianalisis dengan uji chi-square, stratifikasi, dan regresi logistik. Setelah dikontrol variabel confounding didapatkan variabel pemasangan kawat kasa berhubungan dengan kejadian malaria (OR : 3,15 ; 95% CI : 1,099-9,074; p = 0,033). Sedangkan variabel keluar malam, obat nyamuk, penggunaan kelambu, tempat perindukan nyamuk dan jarak tempat perindukan nyamuk tidak berhubungan dengan kejadian malaria. Umur merupakan efek modifikasi terhadap hubungan antara penggunaan kelambu dan kejadian malaria. Masyarakat hendaknya melakukan upaya pencegahan dengan melakukan pemasangan kawat kasa pada setiap ventilasi rumah dan menutup setiap lubang pada dinding rumah yang berpotensi nyamuk bisa masuk serta menggunakan kelambu pada saat tidur malam.
Malaria is an infectious disease caused by a parasite that lives in the blood through the bite of a female Anopheles mosquito. Malaria is still a problem in Indonesia since 2015 the total number of 217.025 of malaria cases. In 2015, Lampung province has the most number of cases after Papua, East Nusa Tenggara, West Papua, Maluku, North Sumatera amount of positive 3,991 cases in which the District Pesawaran a malaria endemic districts. The main purpose of this study was to determine the relationship of behavior and breeding places on the incidence of malaria after controlling for potential confounders. This study is a case-control study with a sample size of 180 respondents, with 60 cases and 120 controls aged ≥ 15 years, using incident data. Data were analyzed by chi-square test, stratification and logistic regression. After adjusting confounding variables installation of wire netting significant relationship with the incidence of malaria (OR : 3,15 ; 95% CI : 1,099-9,074; p = 0,033). Out of the house at night, insect repellent, use of mosquito nets, mosquito breeding places and distances breeding places are not relationship with the incidence of malaria. Age is a modification effect on the relationship between the use of mosquito nets and malaria. The people should take steps to prevent the installation of wire netting perform at every home ventilation and close any holes in the walls of houses that potentially could enter and use mosquito netting when sleeping at night. The people should take steps to prevent malaria by doing the installation of wire netting at each home ventilation and close any holes in the walls of houses that potentially could enter and use mosquito netting when sleeping at night.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
T46761
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rini Handayani
Abstrak :
ABSTRAK
Kebakaran hutan yang terjadi di Provinsi Bengkulu tahun 2015 menyebabkan adanya pencemaran udara baik di dalam maupun di luar ruangan. Hal ini juga mengakibatkan meningkatnya kejadian ISPA pada balita. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kondisi rumah, kepadatan hunian dan pajanan asap terhadap kejadian ISPA pada balita di Kota Bengkulu saat kebakaran hutan tahun 2015. Metode penelitian yang digunakan adalah case control. Kasus merupakan balita yang berkunjung ke Puskesmas Kecamatan dan didiagnosa menderita ISPA dan kontrol adalah dua balita tetangga kasus yang ditemui pertama kali. Hasil analisis menunjukkan bahwa jenis atap (OR: 2,79; 95% CI: 1,36-5,69), ventilasi (OR: 2,60; 95% CI: 1,39-4,84), kepadatan hunian (OR: 2,14; 95% CI: 1,07-4,28), dan asap bahan bakar memasak (OR: 4,14; 95% CI: 1,56-10,9) memiliki hubungan yang kuat terhadap ISPA. Jadi, ada hubungan antara kondisi rumah, kepadatan hunian dan pajanan asap terhadap kejadian ISPA pada Balita setelah dikontrol oleh variabel kovariat
ABSTRACT
Forest fire which was happened in Province Bengkulu in 2015 can cause indoor or outdoor air pollution. It can increase Acute Respiratory Infection (ARI) in children under five years old. The aims of this study was to find out the relationship of house conditions, overcrowded conditions and smoke for ARI in under five years old in Bengkulu city when forest fire in 2015. The research was done with case control design. Cases are children under five who visited primary health care and were diagnosed ARI. Controls are two children under five who were cases? neighbors who met first. It found that a significant association between improper roof (OR: 2,79; 95% CI: 1,36-5,69), inadequate ventilation (OR: 2,60; 95% CI: 1,39-4,84), living in overcrowded conditions (OR: 2,14; 95% CI: 1,07-4,28), and indoor air pollution from of combustion from fuel used for cooking (OR: 4,14; 95% CI: 1,56-10,9). In conclusion, there are relation of house conditions, overcrowded conditions and smoke for ARI in children under five years old in Bengkulu City when forest fire in 2015 after controlled by covariate variables.
[;;, ]: 2016
T45835
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Coraima Okfriani
Abstrak :
Indonesia menjadi salah satu negara dengan AKN paling tinggi di Asia Tenggara yaitu sebesar 17 per 1000 kelahiran hidup. Pulau Jawa merupakan pulau yang dihuni lebih dari setengah penduduk Indonesia dengan jumlah kematian neonatal dini di Pulau Jawa paling tinggi se Indonesia berdasarkan laporan SDKI 2012. Selain itu dua provinsi di antaranya memiliki AKN di atas AKN nasional yaitu Banten dan Jawa Tengah. Kematian neonatal disebabkan oleh berbagai faktor yaitu sosiodemografi pelayanan kesehatan karakteristik bayi lahir dan riwayat komplikasi ibu. Berdasarkan hal tersebut penelitian ini bertujuan untuk melihat faktor faktor yang berhubungan dengan kematian neonatal di Pulau Jawa tahun 2012. Metode penelitian yang digunakan adalah analisis data sekunder Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia SDKI 2012 dengan jumlah sampel yang digunakan adalah 3662 sampel. Hasil dari penelitian ini adalah terdapat hubungan yang bermakna secara statistik antara kematian neonatal dengan ibu yang berpendidikan rendah hubungan kematian neonatal dengan paritas ge 3 anak dan hubungan kematian neonatal dengan BBLR ...... Indonesia is one of country that has the highest NMR in Southeast Asia amounted to 17 per 1000 live births. Java island is a home to more than half population of Indonesia with the highest number of early neonatal mortality based on IDHS 2012 report. Moreover two provinces in Java Island Banten and Central Java have NMR above national. Neonatal mortality caused by multifactors for examples sociodemographic health care newborn characteristics and mother's complication history. According to that this study aims to know about the factors related to neonatal mortality in Java island in 2012 based on IDHS 2012 report. Method used secondary data analysis from IDHS 2012 report with numbered of sample are 3662. The results are there is association between association between neonatal mortality with low mother's education association between neonatal mortality with parity ge 3 kids and association between neonatal mortality with low birth weight.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
S60309
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Aini Hidayah
Abstrak :
HIV telah menjadi epidemi selama lebih dari tiga dekade dunia dan menjadi agenda kesehatan global yang terus dibahas. Status epidemi HIV di Tanah Papua menunjukkan perkembangan yang berbeda dengan wilayah lain di Indonesia dan telah memasuki kategori tergeneralisasi. Penelitian ini bertujuan mengetahui besar masalah HIV dan hubungan faktor sosiodemografi, ko-infeksi, perilaku, lingkungan dan pelayanan kesehatan dengan kejadian HIV di Tanah Papua pada tahun 2013. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain studi cross sectional dengan menggunakan data sekunder Survei Terpadu Biologis dan Perilaku Tanah Papua Tahun 2013. Sampel berjumlah 5.334 responden, berusia 15-49 tahun yang bersedia dan berhasil dilakukan rapid test untuk mengetahui status HIV. Hasil penelitian ini adalah ditemukannya faktor sosiodemografi yang berhubungan dengan kejadian HIV di Tanah Papua, yaitu usia, tingkat pendidikan dan suku asal; faktor ko-infeksi, yaitu status sifilis; faktor perilaku, yaitu pengetahuan, usia pertama berhubungan seks, status poligami, sirkumsisi, seks di luar nikah, seks saat menstruasi, konsumsi alkohol sebelum berhubungan seks, penggungaan narkoba suntik dan kebiasaan menyayat tubuh; faktor lingkungan, yaitu strata geografis; faktor pelayanan kesehatan, yaitu ketersediaan kondom, akses dan biaya pemeriksaan pelayanan VCT. Uji statistik multivariat menunjukkan faktor yang paling berhubungan dengan HIV pada responden laki-laki yaitu sirkumsisi, sedangka pada keseluruhan responden yaitu biaya pemeriksaan pelayanan VCT. Penelitian ini menemukan bahwa peluang lebih tinggi untuk status HIV positif ditemukan pada responden berada pada usia 15-24 tahun, pendidikan tinggi, suku asal papua, status sifilis positif, pengetahua rendah, pertama kali berhubungan seks pada usia 15-24 tahun, tidak berpoligami, tidak sirkumsisi, pernah seks di luar nikah dan saat menstruasi, jarang konsumsi alkohol sebelum seks, menggunakan narkoba suntik, tidak melakukan kebiasaan menyayat tubuh, akses kondom sulit, akses ke pelayanan VCT mudah, serta biaya pemeriksaan VCT tidak terjangkau. ......HIV has become an epidemic for more than three decades and remained global health issue. The status of the HIV epidemic in Papua shows a different developments compared to other regions in Indonesia and has been classified as having generalized category. This research aims to determine the problem of HIV and the association between sociodemographic, co-infections, behavioral, environmental and health services factors with HIV infection in Tanah Papua in the year 2013. This research is a quantitative study, with a cross-sectional design and use secondary data from the Survei Terpadu Biologis dan Perilaku in Tanah Papua in 2013. The number of sample is 5334 respondents aged from 15-49 years old who are willing to and successfully conduct a rapid test to determine the HIV status. The results of this research is to find sociodemographic factors that associated with HIV infection in Papua, which are age, education and ethnic; co-infection factors, which is the status of syphilis; behavioral factors, which are knowledge, age of first sex, status of polygamy, circumcision, extramarital sex, sex during menstruation, drunk alcohol before having sex, injecting drug use, and traditional healing with scrathcing body; environmental factors, which is geographical strata; health care factors, which are availability of condoms, access to VCT and costs of VCT test. Multivariate statistical test indicates that the most associated factor with HIV infection among male respondents is circumcision, however among overall respondents the most associated factor is the costs of VCT test.. This research found the risk of HIV infection is higher for respondents around the age of 15-24 years old, higher educational level, origin of Papua, positive in syphilis status, lower knowledge level, first had sex at around the age of 15-24 years old, had one sex partner, lack of circumcision, had extramarital sex, had sex during menstruation, infrequent drunk alcohol before sex, injecting drug use, not making a habit of healing with scrathcing body, have a difficult access to condom, accessable to VCT, and high costs of VCT test.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pasmawati
Abstrak :
Anemia merupakan masalah kesehatan masyarakat, prevalensi di Indonesia berdasarkan Riskesdas 2013 sebesar 37,1%. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui prevalensi anemia pada ibu hamil trimester II dan III di Indonesia, beserta faktor - faktor yang mempengaruhi. Menggunakan data sekunder hasil Riskesdas 2013. Waktu penelitian bualn september - desember 2015. Desain penelitian cross sectional, total sampling dengan jumlah 392 responden. Prevalensi anemia pada ibu hamil trimester II dan III di Indonesia sebesar 32,7%. Faktor - faktor yang berhubungan dengan anemia ibu hamil adalah; antenatal care ( nilai p 0,001, PR 2,6), Usia Kehamilan (nilai P 0,001, PR 3,7). Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara usia ibu, pendidikan, pekerjaan, status ekonomi, jumlah anak, jarak kelahiran, gejala penyakit infeksi, konsumsi tablet tambah darah dan wilayah tempat tinggal.Perlu dibentuk program pengawas minum tablet tambah darah, untuk memantau agar setiap ibu hamil meminum tablet tambah darah dengan benar. ......Anemia is one society health issue in Indonesia which number of its prevalence according to Riskesdas 2013 reached 37,1%. This research aimed to find out the anemia prevalence on Indonesian pregnant women during the 2nd and 3rd quarter of their pregnancy, as well as the factors influencing the anemia. This research used secondary data obtained from Riskesdas 2013. This research was held on September until December 2015. This research used cross-sectional research design; with total sampling was 392 respondents. In Indonesia, the anemia prevalence on pregnant women during 2nd and 3rd quarter reached level of 32,7%. The factors which influenced the anemia on pregnant women were antenatal care (with value of 0,001; PR 2,6), and pregnancy age (with value P 0,001; PR 3,7). There was no significant relation between mother age, education, job, economic status, number of children, birth range, infectious illness symptom, blood increasing tablet consumption and residential area. It needs to create monitoring programme for blood increasing tablet consumption, to monitor that all pregnant women drink the tablet appropriately.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
S62196
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>