Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 12 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mira Pratiwi Putri
Abstrak :
Masalah yang diajukan adalah Dimana terjadi penurunan dan pertambahan jumlah penduduk di Kodya Bogor? Dimana terjadi penurunan dan pertambahan luas tanah perumahan di Kodya Bogor ? Bagaimana korelasi antara perubahan jumlah penduduk dan perubahan luas tanah perumahan ? Bagaimana karakteristik daerah yang mengalami perubahan jumlah penduduk dan luas tanah perumahan di Kodya Bogor ? Penelitian ini menggunakan metode penelitian yang bersifat deskriptif. Data-data yang diperlukan diperoleh dari Instansi- Instansi yang terkait. Kemudian data-data tersebut dikiasifikasikan dan disajikan dalam bentuk tabel-tabel, diagram-diagram, grafik-grafik dan peta-peta. Analisis dilakukan dengan cara membandingkan peta perubahan jumlah penduduk dan luas tanah perumahan dengan faktor-faktor yang berpengaruh.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1992
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Herawati
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1996
S33547
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muharsjah
Abstrak :
Kabupaten Dati II Serang mempunyai luas sawah 63339.32 ha atau 33,56% dari luas wilayah kabupaten dengan tingkat kesuburan tanah relatif dari sedang sampai baik. Keadaan ini ditunjang dengan posisinya yang dekat dengan lbu Kota Negara sehingga dapat memudahkan pemasaran hasil - hasil pertanian baik di wilayah sendiri maupun ke luar wilayah Kabupaten Dati II Serang. Namun jika dibandingkan luas tanah sawah dengan jumlah petani yang memiliki tanah sawah di Kabupaten Dati II Serang, rata- rata petani di kabupaten tersebut tergolong petani gurem. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka permasalahan yang dikemukakan sebagaiberikut: 1. Bagaimanakah taraf hidup petani di Kabupaten Serang ? 2. Apakah faktor pengairan, frekwensi kunjungan penyuluhan dan keadaan fisik mempengaruhi taraf hidup petani ? Batasan - batasan dalam penulisan ini adalah : - Taraf hidup petani adalah tingkat kemampuan petani untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup minimum dari penghasilannya mengolah tanah sawah. - Petani adalah orang yang mata pencaharian utamanya bekerja dengan cara menanam atau memelihara tanaman pangan di sawah ( padi dan palawija) dengan sebagian atau seluruh hasilnya untuk dijual atau memperoleh pendapatan atau keuntungan atas resiko sendiri dan bukan sebagai buruh atau kuasa usaha (BPS). Dalam penulisan penelitian ini yang dimaksud petani adalah khusus hanyalah petani pemilik, petani penggarap dan buruh tani tidak dimasukkan ke dalam tulisan ini. Sawah adalah tanah yang berpematang,sering digenangi air, dengan tujuan utama ditanami padi dan atau bergiliran dengan palawija. Untuk mengetahui tingkatan taraf hidup petani ini di hitung berdasarkan pendapatan per kapita per tahun dari keluarga petani yang dinyat akan dengan jumlah setara dengan beras,yaitu I. A K = X. r Taraf K = taraf hidup rumah tangga petani I = pendapatan bersih petani tanah sawah (rp/ha/th) A = luas rata - rata tanah sawah setiap rumah tangga petani (ha) r = rata - rata jumlah anggota keluarga tiap rumah tangga petani. X = nilai harga beras sebesar 240 kg Apabila nilai : - K < 1 disebut sebagai kelompok petani miskin sekali, dengan pendapatan per kapita per tahun kurang dari 180 kg setara beras. - K = 0,6- 1 disebut sebagai kelompok petani miskin, dengan pendapatan per kapita per tahun antara 180 - 240 kg setara dengan beras. - K = 1 - 1,6 disebut kelompok petani hampir miskin, dengan pendapatan perkapita per tahun antara 240- 320 kg setara dengan beras. - K > 1 ,6 disebut kelompok petani cukupan, dengan pendapatan perkapita pertahun lebih besar dari 320 kg setara dengan beras. Untuk menjelaskan faktor - faktor yang paling berpengaruh terhadap taraf hidup petani dilakukan korelasi peta. Dari hasil analisa maka ringkasan penelitian ini adalah: 1. Taraf hidup petani di Kabupaten Serang lebih banyak terdapat pada golongan miskin sekali dengan persentase 43,3 % atau 13 kecamatan. Untuk golongan taraf hidup petani yang cukup terdapat di 5 kecamatan atau 16,7% dari seluruh kecamatan. Sedangkan 40% lainnya termasuk dalam golongan petani yang taraf hidupnya miskin dan hampir miskin. 2. a: Taraf hidup petani cenderung semakin baik bila berada pada kondisi wilayah dengan kepadatan pengairan yang padat, frekwensi kunjungan penyuluhan yang tinggi, kemiringan lereng 0- 2% dan ketinggian antara 3-25m dpl. b. Dari keempat faktor yaitu kepadatan pengairan, frekwensi kunjungan penyuluhan, ketinggian dan lereng temyata yang paling berpengaruh terhadap taraf hidup petani tanah sawah padi dan palawija di Kabupaten Serang adalah faktor kepadatan pengairan. Hal ini .disebabkan tingkat klasifikasi yang sesuai antara taraf hidup petani padi dan palawija dengan kepadatan pengairan lebih besar jumlahnya ( 53,3% ) dibandingkan ke tiga faktor lainnya.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1997
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andi Setiandi
Abstrak :

ABSTRAK
Persaingan yang tinggi dalam memperoleh sebidang tanah telah mendorong masyarakat di perkotaan memanfaatkan tanah kearah yang Ieblh hitensif hal itu mengakibatkan tingginya harga tanah kota, dimsma tanah mempunyai nilai dalam arti ekonomi yang terwujud dalam ukuran harga. Seperti benda ekonomi lainnya, harga tanahjuga dipengaruhi oleh aktivitas pasar, yaltu dengan adanya penawaran (supply), dan dengan adanya permintaan (demand). Namun, berbeda dengan yang lainnya, tanah tidak dapat dipmdah tempatkan, dan luasnyapun relatif tetap

Sementara itu, penduduk di kota tidak mtmgkin lagi mencari nafkah di bidang tam, leblh-leblh bagi usaha tam yang membutuhkan tanah yang luas. Pertumbuhan dan kepadatan penduduk yang tinggi, menjadi penyebab semakin seinpilnya tanah bagi usaha pertanian, sehiugga tidak lagi menjadi pilihn bagi orang kota di dalam mencari nafkahnya, disamping harga tanahnya yang menjadi terlalu tinggi untuk bidang usaha mi; Namun, meskipun path dasarnya orang kota hidup dari usaha di luar bidang pertaman, tidak jarang penggunaan tanah di dalam wilayah perkotaan di Indonesia, maslh banyak yang bersifat penggunaan tanah pedesaan, terutama di wilayah perkotaan bagian pinggir. Penggunaan tanah yang demikian mi dalam kerangka klasifikasi penggunaan tanah kota, disebut sebagai tanah kosong, karena sebenarnya penggunaan tanah pertanian mi sifatnya hanya sementara, sambil menunggu perubahannya ke dalam bentuk penggunaan tanah lain, yang merupakanjenis penggunaan tanah kota. Kecamatan Ciracas dan Cipayung kotamadya Jakarta Timur merupakan wilayah kota yang terletak di bagian pinggir. Pertumbuhan penduduk di kecamatan Ciracas dan Cipayung selama mi sekitar 2 % setahun, akan tetapi pertumbuhan penduduk 1w path tahun 1995 meningks't menjadi 2,41 % setahun, meskipun demi1cism luas tanah kosong yang ada di wilayah im pada tahun 1995 rnih cukup tinggi, yaitu seluas 662,92 hektar, atau sebesar 15,16 persen dari luas seluruh kedua kecamatan yang seluas 4372,05 hektar. Jenis penggunaan tanah kosong merupakan jenis penggunaan tanah kedua terluas setelah penggunaan tanah pemukimn , diniima hal itu tidak teijadi pada kecamatan-kecamatan lain di kotamadya Jakarta Timur.

Penelitian mi bertujuan untuk mengetahul harga tanah kosong di kecainatan Ciracas dan Cipayung berdasarkan janak, dan kaitan harga tanah kosong dengan penggunaan tanab, kepadatan penduduk, kerapatan bangunan, dan kerapatan janingan jalan di sekitar tanah kosong tersebut berdasarkan jaraknya dari terminal Kampung Rainbutan di kecamatan Ciracas dan Cipayung.

Masalah yang diajukan adalah BagaimnnikR1i hanga tanah kosong berdasarkan jarak dan terminal Kampung Rambutan di kecamatan Ciracas dan Cipayung pada tahun 1995 ? dan bagaimana pula kaitan harga tanah kosong dengan penggunaan tanah, kepadatan penduduk kerapatan bangunan, dan kerapatan janingan jalan di sekitar tanah kosong tersebut berdasarkan jaraknya?

Metode penelitian yang digunakan untuk menjawab masalah yang diajukan yaitu dengan overlay peta yang kemudian dideskripslkan. Unit analisis yang digunakan adalah jarak. Hasil yang diperoleh dapat diutarakan sebagai berikut: Path tahun 1995 harga tanah kosong semikin menjauhi terminal Kampung Rambutan semakin menunni. Pada jarak kurang dazi 7 (tujuh) kilometer dazi terminal Kampung Rambutan yaitu pada kelurahan Rambutan I, Susukan I, Ciracas I, Bambu Apus I, Ceger I, Lubang Buaya 1, dan Cipayung I, luas tanah kosong untuk kelas harga tanah rendah (kurang dari 350.000 rupiah per meter persegi), d&1 acifikcilcan rendah. Sedangkan untuk luas tanah kosong dengan kelas harga tanah sedang (antara 350.000 rupiah per meter persegi sampai 700.000 rupiah per meter persegi) dlklasifikaslkan tinggi, sehingga dapat dikatakan harga tanah kosong path jarak ml umumnya tinggi. Pada jarak 72 1 sampai 14 kilometer dari terminal Kampung Rambutan yaltu path kelurahan Susukan 11, Ciracas II, Kelapa Dua Wetan II, Cibubur 11, Munjul II, Cilangkap II, Cipayung II, Bambu Apus II, Ceger H, Setu II, dan Lubang Buaya H, luas tanah kosong pada kelas harga tanah rendah (kurang dari 350.000 rupiah per meter persegi), dlklasiflkasjkan sedang, dan luas tanah kosong path kelas harga tanah sedang (antara 350.000 rupiah per meter persegi sampal 700.000 rupiah per meter persegi) dikiasifikasikan sedang, sehigga dilcatakan harp tanah kosong pada jarak ml adalah sedang. Path janak lebih dari 14 kilometer dan terminal Kampung Rambutan yang meiputi kelurahan Cibubur Ill, Munjul ifi, Pondok Ranggon m, Cilangkap III, Baznbu Apus HI, Kelapa Dua Wetan H, dan Setu HI Was tanah kosong path kelas harga tanah rendah (kurang dazi 350.000 rupiah per meter persegi), dildasifikasikan tinggi, dan luas tanah kosong path kelas hanga tanah sedang (antara 350.000 rupiah per meter persegi saznpai 700.000 rupiah per meter persegi) dikiasifikasikan rendab, sehingga dapat dikatakan harga tanah kosong padajarak mi umumnya rendah

Untuk tanah kosong dengan kelas hanga tanah tinggi (di atas 700.000 rupiah per meter persegi), luasnya hanya kecil saja path ketiga wilayah jarak yang diteliti, sehingga kesemuanya dlklasifikasjkan rendak Kaitan antara harga tanah kosong berdasarkan jaraknya dan terminal Kampung Raznbutan di Kecamatan Ciracas dan Cipayung dengan jenis penggunaan tanah, kepadatan pendudulç kerapatan bangunan, dan kerapatanjaringanjalan di sekitarnya adalah sebagai berikut: Path jarak kurang dari 7 kilometer yaitu path kelurahan Ranibutan I, Susukan I, Ciracas!, Bambu Apus I, Ceger I, Lubang Buaya I, dan Cipayung I, harga tanah kosong yang umumnya tinggi terdapat path wilayah dengan dominaci luas penggunaan tanah pemukiman tinggi, luas penggunaan tanah industni rendah, luas penggunaan tanah jasa atau fasilitas umum sedang, luas tanah pemakarncin umum rendah, luas penggunaan tanah lain-lain seperti jalan sedang, kepathtan penduduk tinggi, kerapatan bangunan tinggi, dan kerapatan janingan jalan tinggi. Path jarak antara 7,1 kilometer sampai 14 kilometer yalta path kelurahan Susukan II, Ciracas LI, Kelapa Dua Wetan H, Cibubur II, Munjul H, Cilangkap II, Cipayung II, Bambu Apus II, Ceger II, Setu II, dan Lubang Buaya H, harga tanah kosong yang umumnya sedang terdapat pada wilayah dengan dominasi luas penggunaan tanah pemukiman tinggi, luas penggunaan tanah industri rendah, luas penggunaan tanah jasa atau fasilitas umum sedang, luas tanah pemakanian umum rendah, Iuas penggunaan tanah lain-lain seperti jalan, sedang, kepadatazi penduduk rendah, kerapatan bangunan sedang, dan kerapatan janingan jalan sedang. Path jarak lebih dari 14 kilometer dari terminal Kampung Rambutan yang meliputi kelurahan Cibubur Ill, Munjul III, Pondok Ranggon Ill, Cilangkap HI, Bambu Apus HI, Kelapa Dua Wetan II, dan Setu III, harga tanah kosong yang umumnya rendah terdapat path wilayah dengan dominasi luas penggunaan tanah pemukiman tinggi, luas penggunaan tanah industri rendah, luas penggunaan tanah jasa atau fasilitas umum rendah, luas tanah pemakaman umum rendah, luas penggunaan tanah lain-lain seperti jalan sedang, kepadatan penduduk rendah, kerapatan bangunan rendah, dan kerapatan janingan jalan rendah.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1997
S33750
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ike Setiawati
Abstrak :

ABSTRAK
Negara Indonesia memiliki tidak kurang dari 400 bahasa daerah dan dialek (menurut Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1992 : 7). Sebagai contoh situasi kebahasaan di Kabupaten Brebes, perbatasan antara Jawa Barat dengan Jawa Tengah. Di wilayah itu, terutama di wilayah Brebes sebelah Selatan, tejadi persinggungan dua bahasa terbesar di Indonesia, yaitu bahasa Sunda dan bahasa Jawa yang dipergunakan sebagai alat komunikasi masyarakatnya. Tujuan penelitian adalah menanik garis batas wilayah pakal bahasa Sunda dan Jawa di Kabupaten Brebes, serta membuat pola penyebaran bahasa Jawa clan Sunda di Kabupaten Brebes.

Metodologi penelitian yang dipergunakan dibagi dalam tiga tahap, yaitu persiapan (menyusun rancangan penelitian, mencari data sekunder, dan penentuan daerah sampel sebelum ke lapangan dan setelah sampal di lapangan, agar lebih efisien clan efektif), pengumpulan data (memakai daftar tanyaan Iangsung ke pembahan / pupuan lapangan clan observasi lapangan dengan mencani data-data penunjang adat istiadat, sosial budaya, dan lain-lain, penyaningan clan pengklasifikasian pendahuluan desa-desa pemakai bahasa Sunda, Jawa clan campuran (Sunda clan Jawa)), pengolahan data (kiasifikasi data clan analisis data dengan membagi 5 kelas, yaitu desa-desa pemakai bahasa Sunda, desa-desa pemakai bahasa campuran cenderung Sunda, desa-desa pemakai bahasa campuran mumi, desa-desa pemakai bahasa campuran cenderung Jawa, desa-desa pemakai bahasa Jawa, berdasankan variabel bahasa pergaulan, bahasa ibu, bahasa dalam rapat desa, bahasa daerah di sekolah dasar, bahasa pengantar dalam ceramah di mesjid-mesjid, lalu dimasukkan ke dalam tabel clan peta, kemudian membuat deskripsi peta).

Berdasarkan hasil analisis data, diperoleh hasilnya sebagal benikut: yang termasuk wilayah pakai bahasa Sunda, pada umumnya berada pada daerah perbatasan dengan Jawa Barat, yang memanjang dan Barat Laut sampai ke Selatan Kabupaten Brebes.Yang termasuk wilayah pakai bahasa campuran cenderung Sunda terdapat memanjang dan Barat Laut sampai ke Selatan (2 lapis desa dad desa-desa pemakai bahasa Sunda).Yang termasuk wilayah pakai bahasa campuran mumi terdapat memanjang dan Utara ke Selatan (2 lapis desa dad desa-desa pemakai bahasa campuran cenderung Sunda).Yang termasuk wilayah pakai bahasa campuran cenderung Jawa, terdapat memanjang dad Utara ke Selatan (2 lapis desa dad desa-desa pemakai bahasa campuran mumi). Yang termasuk wilayah pakai bahasa Jawa, terdapat pada sebagian besar bagian Utara clan Tenggara Kabupaten Brebes.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1997
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Puspa Shinta
Abstrak :
ABSTRAK
Perkembangan perluasan penggunaan tanah di Kabupaten Bandung ke arah Timur turut dirasakcat oleh Kecamatan Cikeruh yang merupakan pusat pengembangan pendidikan dan pelatihan pemerintah (Perda Kabupaten DATIII Sumedang No. 5/1992) dengan kawasan perguruan tingginya yang dikenal dengan nama Kawasan Perguruan Tinggi Jatinangor. Pertambahan penduduk senantiasa diikuti oleh pertambahan kebutuhan akan tempat dan sarana untuk menunjang aktivitasnya yang pada akhimya menimbulkan perubahan dalam penggunaan tanah. Sandy mengatakan bahwa penggunaan tanah tanpa pembangunan tidak bisa ada. Karena itu penggunaan tanah tidak dapat dipisahkan dari kegiatan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, padaumumnya, aktifitas penduduk dapat tercermin dari penggunaan tanahnya (Sandy, Pembangunan di Desa, 1982) Disamping itu pertambahan penduduk akan menimbulkan persaingan dalam memperoleh dan memanfaatkan tanah mengingat tempat atau tanah mempunyai luas yang relatiftetap sehingga mempengaruhi perubahan nilai tanah itu sendiri. Berdasarkan uraian di atas, masalah yang timbul dalam penelitian ini adalah bagaimanakah pola harga tanah di Kecamatan Cikeruh sebelum dan sesudah berdirinya Kawasan Perguruan Tinggi Jatinangor serta bagaimanakan perubahan penggunaan tanah di wilayah tersebut jika dilihat dari perubahan harga tanahnya? Harga tanah yang diteliti adalah nilai tanah dalam arti ekonomi yang terwujud dalam satuan harga yang merupakan ketetapan Bupati Kepala Daerah Tingkat n Sumedang. Penggunaan tanah yang diteliti adalah permukiman, jasa dan usaha, industri, pertanian, dan tanah kosong. Harga tanah dan penggunaan tanah sebelum berdirinya Kawasan Perguruan Tinggi Jatinangor dilihat dari tahun 1978 dan 1985, sedangkan sesudahnya dilihat pada tahun 1995. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan menganalisa peta harga tanah serta peta dan tabel perbahan penggunaan tanah pada setiap region perubahan harga tanah, Hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut: 1. Pada setiap tahun penelitian terlihat bahwa distribusi harga tanah memiliki pola tertentu yaitu: a. Sebelum Berdirinya Kawasan Perguruan Tin^ Jatinangor (tahun 1978) Harga tanah tertinggi terletak di sepanjangjalanrayaRancaekekterutama pada daerah dengan aktifitas penduduk tinggi (daerah yang didominasi oleh penggunaan tanah permukiman dan industri) dan semakin menurun ke arah utara, timur, dan selatan. Harga tanah terendah terletak di bagian barat laut, utara, dan timur wilayah penelitian dengan aktifitas rendah (daerah dengan penggunaan tanahnya tanah kosong). Peningkatan harga tanah yang cukup tinggi juga teijadi di sepanjang jalan raya Jatinangor tetapi tidak setinggi di jalan raya Rancaekek. b. Sesudah Berdihnya Kawasan Pergiirucni Tinggi Jatinangor (iahun 1985 dan 1995) Harga tanah tertinggi terletak di sepanjangjalan raya Jatinangor terutamapadadaerah dengan aktifitas penduduk tinggi (daerah yang didominasi oleh penggunaan tanah permukiman serta tanah jasa dan usaha) dan terns menurun ke arah utara, timur, dan selatan wiiayah penelitian, namun di bagian selatan yaitu di sepanjang jalan raya Rancaekek harga tanah mengalami peningkatan yang tinggi juga kemudian menurun lagi ke arah selatan. Harga tanah terendah terletak di bagian timur dan utara wiiayah penelitian. 2. Setiap jenis penggunaan tanah mengalami perubahan luas yang bervariasi di setiap region perubahan harga tanah dengan perincian sebagai berikut: a. Sebelum Berdirinya Kawasan Pergnruan Tinggi Jatinangor (tahiin 1978 - 1985) - Pada region perubahan harga tanah rendah yaitu region I (harga tanah meningkat 200 % sampai dengan 300%) perubahan penggunaan tanah yang teijadi didominasi oleh berkurangnya tanah pertanian kemudian berturut-turut bertambahnya tanah kosong, tanah jasa dan usaha, serta tanah permukiman. - Pada region perubahan harga tanah sedang yaitu region 11 (harga tanah meningkat 300 % sampai dengan 500 %) perubahan penggunaan tanah yang teijadi didominasi oleh berkurangnya tanah pertanian kemudian diikuti berturut-turut bertambahnya tanah permukiman, tanah kosong, tanah jasa dan usaha, serta tanah industri. - Pada region HI (harga tanah meningkat lebih dari 500 %) perubahan penggunaan tanah didominasi oleh berkurangnya tanah pertanian, kemudian berturut-turut bertambahnya tanah permukiman, tanahjasa dan usaha, tanah industri, dan berkurangnya tanah kosong. b. Sesudah Berdirinya Kawasan Perguruan Tinggi Jatinangor (tahun 1985 - 1995) - Pada region perubahan harga tanah rendah yaitu region I (harga tanah meningkat 1000 % sampai dengan 1200 %) perubahan penggunaan tanah yang teijadi didominasi oleh bertambahnya tanah kosong kemudian berturut-turut berkurangnya tanah pertanian, tanah jasa dan usaha, serta bertambahnya tanah permukiman. - Pada region perubahan harga tanah sedang yaitu region II (harga tanah meningkat 1200 % sampai dengan 1400 %) perubahan penggunaan tanah yang teijadi didominasi oleh berkurangnya tanah pertanian kemudian diikuti berturut-turut bertambahnya tanah jasa dan usaha, tanah kosong, tanah permukiman, serta tanah industri. - Pada region III (harga tanah meningkat lebih dari 1400 %) perubahan pengggunaan tanah didominasi berturut-turut oleh berkurangnya tanah pertanian, bertambahnya tanah jasa dan usaha, tanah permukiman, tanah kosong, serta tanah industri.
1997
S33638
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuliati
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1997
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muh. Akbar Jatnika
Abstrak :
Mangga adalah tanaman yang tumbuh baik dan berproduksi secara maksimal di daerah yang berikJim kering, tetapi tidaklah selalu menghasilkan panen yang memuaskan. Hal ini disebahkan pengaruh perubahanjumlah bulan kering. Perubahan jumlah bulan kering ini dapat mengganggu apabila jumlah bulan kering tidak memadai bagi tanaman mangga untuk dapat menghasilkan panen yang baik. Pennasalahan yang akan diajukw1 adalah bagaimana pengaruh perubahan jumlah bulan kering yWig terjadi pada tahun 1987 - 1992 terhadap laju produktivitas tanwuan mangga yang ada pada tahun berikutnya yaitu pada tahun 1987/1988 - 1992/1993, Perubahan jumlah bulan kering berpengwllh terhadap produktivitas 1tanan1w1 I mangga, pada korelasi peta memperlihatkan : Pada tahun yang mengalami jumlah bulan kering rata-rata terpanjang yaitu tahw1 1991 (6 - 7 bulan kering) sebagian besar tingkat produktivitas mencapai jumlah ' ~ rata-rata tertinggi, ini dicapai oleh wilayah yang berada di datarw1 rendah sebelah rata-rata tertinggi, ini dicapai oleh wilayah yang berada di dataran rendah sebelah utara dan tengah. Sebagian kecil tingkat produktivitas sedang dialami oleh wilayah yang letaknya mendekati wilayah dengan -ketinggian lebih dari 1000 m dpl yang berada di sebelah selatan.Sedangkan jwulah bulan kering 5 - 6 bulan kering terdapat di ketinggian diatas 1000 dpl, yang mana tidak terdapat areal mangga. Pada tahw1 dengan jwulah bulan kering terpendek (4 - 5 bulan kering) yaitu pada tahun 1988 mengalami tingkat produktivitas rata-rata terendah.Dan jumlah bulan kering dibawah 4 bulan kering yang terdapat di wilayah dengan ketinggian lebih dari 1000 m dpl tidak terdapat tanaman mangga. Pada korelasi tabel dan grafik menwljukkan bahwa laju produktivitas tw1amw1 mangga seiring dengan perubahanjumlah bulan kering.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1999
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rosmala Sari
Depok: Universitas Indonesia, 2007
S34059
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rini Rachmawati
Abstrak :
DaJam perjalanan waktu, kepadatan penduduk makin lama fedangkan dilain pihak Bumber daya alam -..er-cambah„ Akibatnya pemilikan lahan untuk u-^l.a L<=..n.i makxn menyempit, Untuk menutupi kekurannan .e.,uiu!..u-| h^ yang mendesak, jalan yang ditempuh ad,.;lcm denyan memalingkan perhatian pada tanah-tanah •^•^■i'"eng--lereng gunung, Untuk mengataB-i L X n g g x d p e f 1u k «n u s a h a k on b e i- v a si 1a hte arn u „tama di dataran Keberhaexlan penerapan konservasi lahan ada yana baik <...n c.dc< yang txdak baik atau rendah, Perbedaan ini faktor teknis juga dipenqaruhi mrnmenn u--a-M'Mx p uasar pe-r't-i^monboamnxg,a nk aaretanua fapketmoirk irsaons iasl eesekoonraonmnl d.lam rangka pengambxlan keputusan, Faktor sosial ekonor. i yang dxduga oerpengaruh dalam keberhasi Ian peneranan ad..l.,l, penuxdxkan petandxi,a jluukaasn pedmalialimka n pleanhaenli tiapne tainnii, uiiiLU peLa.iix dain pendapatan petani. Sub DAS Lesti yang menjadi wilayah penelitian merupakan kon..ei ./asx lahannyl^an atenr ddaapn adt adlaame rakhe byearnhga sbi Iaaikn dpaenn eraypaanng p a .. ... a 11 f a !■.. c o r --1 a k t o ra kyx ab na gt md ea mr pi en a gd aa rn uya hi np ye arb ,
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1996
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>