Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Akbar Fitrianto
Abstrak :
Usaha budidaya sistem keramba jaring apung (KJA) merupakan salah satu bentuk pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya pesisir dan kelautan yang berwawasan lingkungan. Salah satu faktor penentu keberhasilan usaha budidaya ikan kerapu system KJA di perairan sekitar pulau kecil adalah pemilihan lokasi budidaya yang tepat. Tujuan penelitian adalah menganalisis kesesuaian kondisi oseanografi, kualitas perairan dan morfologi dasar perairan Pulau Pute Angin untuk budidaya ikan kerapu sistem KJA, menentukan luas serta letak lokasi ideal untuk budidaya ikan kerapu sistem KJA di perairan Pulau Pute Angin. Penelitian ini menggunakan metode analisis sistem informasi geografi (GIS) untuk mengoverlay data hasil analisa survei lapangan. Hasil penelitian menunjukkan perairan pulau Pute Angin memiliki kondisi oseanografi, kualitas perairan dan morfologi dasar yang sesuai, kurang sesuai dan tidak sesuai untuk budidaya ikan kerapu sistem KJA. Lokasi yang sesuai untuk budidaya ikan kerapu berada pada perairan bagian Timur laut dan Tenggara Pulau Pute Angin dengan luas perairan 17,1547 ha, kelas kurang sesuai atau sesuai bersyarat dengan luas perairan 18,7769 ha pada bagian timur pulau dan kelas tidak sesuai dengan luas perairan sebesar 0,3111 ha pada bagian utara pulau Pute Angin. ...... Floating net-cages system is a form of marine and coastal resource management and utilization of environmentally sound. One of the success factors of the grouper mariculture with floating net-cages system surrounding small islands is the selection of proper sites. The purpose of research is to analyze the suitability of oceanographic condition, water quality and the seabed morphology of Pute Angin Island for grouper mariculture in floating net-cages system and to determine the location for the grouper mariculture surrounding of the island. Geographic information system is used to analyze and overlay based on field surveys data. The research outcome showed that based on oceanographic conditions, water quality and seabed morphology, Pute Angin island has suitable areas for grouper floating net-cages. The location at the east and southeast of the island about 17, 1547 hectares, respectively. Areas with less suitable are located at the east of the island about 18, 7769 hectares. While not suitable areas are located north of the island about 0,3111 hectares, respectively.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
T39035
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sofiyanto
Abstrak :
ABSTRAK
Ikan tuna mata besar (Thunnus obesus LOWE, 1839) merupakan ikan pelagis besar yang mempunyai nilai ekonomis yang sangat penting sebagai hasil tangkapan kapal rawai tuna di Pelabuhan Benoa, Bali. Hasil tangkapan tuna mata besar yang didaratkan di Pelabuhan Benoa, Bali mengalami penurunan. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang aspek biologi dan mengestimasi status pengelolaan sumberdaya tuna mata besar hasil tangkapan rawai tuna di Pelabuhan Benoa, Bali.Metode penelitian yang dilakukan meliputi pengukuran aspek biologi, CPUE dan MSY. Berdasarkan analisa aspek biologi diduga bahwa ikan tuna mata besar yang ditangkap pada bulan April-Mei telah melewati masa pijah, pola pertumbuhan ikan tuna mata besar bersifat isometrik yang berarti petumbuhan panjang sama dengan pertumbuhan berat. Hubungan antara upaya penangkapan dan CPUE menunjukkan bahwa nilai CPUE naik apabila terjadi penambahan alat tangkap. Berdasarkan Single Quantitative Modelling method (ASPM) diperkirakan nilai MSY ikan tuna mata besar adalah 103.000 ton. Jumlah rata-rata tangkapan pada tahun 2007-2011 sebesar 101.639 ton. Nilai tersebut masih dibawah nilai MSY yang berarti belum terjadi tangkap lebih ikan tuna mata besar.
ABSTRACT
Bigeye tuna, Thunnus obesus, is the most commercially economic important pelagic fish resources which is the main target of the pelagic longline fisheries landing at Benoa Fishing Port in Bali Province. However, the production of bigeye tuna at Benoa Fishing Port has shown the declining trend in the past years. The objectives of this research are to get some information on biological aspects and to estimate the status of big eye tuna management which was landed at Benoa Fishing Port. The methodology includes the measurement of biological aspects. Bigeye tunas were caught in April-May has passed the spawning time. The growth patterns of the bigeye tuna are isometric, which means that the increasing length was the same with weight. Based on the Single Quantitative Modeling methology (ASPM) MSY bigeye tuna was estimated at 103.000 tons. Average number of catches in 2007-2011 was 101.639 tons. As this value is still below the average value of MSY, so it can be concluded that the overfishing of bigeye tuna has yet occured.
2013
T38700
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Eko Widyanto
Abstrak :
ABSTRAK
Sumber daya ikan tongkol merupakan salah satu komoditas perikanan unggulan utama di wilayah selatan Garut. Sumber daya ikan tersebut secara terus menerus dieksploitasi. Diperlukan upaya pengelolaan yang berperan untuk menjaga keberlanjutan dari sumber daya ikan tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi sumber daya ikan tongkol (Auxis thazard), status keberlanjutan, serta strategi pengelolaannya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode surplus produksi, analisis hubungan panjang berat, seks rasio, tingkat kematangan gonad serta ukuran pertama kali matang gonad (metode Spearman-Karber), metode RAPFISH (The Rapid Appraisal of The Status of Fisheries) serta interfensi dan perbaikan terhadap atribut sensitif. Hasil menunjukkan status eksploitasi sumber daya ikan tongkol dalam kategori over exploited. Aspek biologi dari ikan tongkol ini menunjukkan pertumbuhan allometrik negative dengan seks rasio ikan jantan dan betina tidak seimbang dan TKG bulan September didominasi ikan pada tingkat IV (Ripe) sedangkan bulan Oktober didominasi oleh ikan tingkat II (maturing virgin), ukuran pertama kali matang gonad adalah 315.9 mm. Status keberlanjutan sumber daya ikan tongkol (Auxis thazard) secara multidimensi termasuk kategori kurang berkelanjutan. Strategi pengelolaan jangka pendek meliputi peningkatan kualitas sumber daya manusia masyarakat nelayan, pemberdayaan masyarakat nelayan melalui mata pencarian alternatif dan pengembangan alat tangkap ramah lingkungan (memiliki selektifitas tinggi). Strategi pengelolaan jangka menengah meliputi optimalisasi peningkatan kualitas sumber daya manusia, optimalisasi pemberdayaan masyarakat nelayan melalui mata pencarian alternatif serta optimalisasi pengembangan alat tangkap ramah lingkungan dan penambahan armada kapal di atas 10 GT.
ABSTRACT
Frigate tuna resources is one of the major commodity has a strategic role as one of the main components driving the economy in the southern region of Garut. That fisheries resources was exploited continouesly. It required the efforts that contribute to maintaining the sustainability of fish resources. This study aims to determine the condition of the tuna resources (Auxis thazard) which consists of estimates of resource potential and biological aspects, assess the status of sustainability, and determining of management strategies. The studies use surplus production models, methods for analizing sex racio, gonad maturity stage and Spearman Karber Methods (length at first maturity), and RAPFISH methods (The Rapid Appraisal of The Status of Fisheries). Results shows that exploitation status of frigate tuna (Auxis thazard) is over exploited. Biological aspect of frigate tuna shows the growth is negative allometrik, sex ratio of male and female is not balance. Maturity stages of the gonad on September was dominated by level four (Ripe), while on October was dominated by level two (maturing virgin); and the length of maturity of female is 315.9 mm. Result rapfish analizys shows that sustainability indexs of frigate tuna on the southern sea of Garut is less sustainable. Strategies for short term’s management i.e improving the quality of human resources of fishing communities, empowerment of fishing communities with alternative livelihoods, and development of fishing gear that has high selectivity. The medium-term management includes optimization to improve the quality of human resource fishing community in the southern Garut, optimization of the fishing community empowerment through alternative livelihood development and optimization of gear that has a higher selectivity.
2013
T32739
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Afrital Rezki
Abstrak :
ABSTRAK
Tesis ini bertujuan untuk mengetahui pola spasial perubahan kepemilikan tanah pusako di Nagari Cubadak dan kaitannya dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Dari tahun ketahun selau terjadi perubahan kepemilikan tanah pusako yang dijual, meski menurut adat Minangkabau hal ini sama sekali tidak boleh terjadi. Tujuan penelitian ini adalah; 1) pola perubahan kepemilikan tanah pusako 2) kaitan antara faktor yang mempengaruhi perubahan kepemilikan tanah pusako. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Berdasarkan pengumpulan data data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari dari Dirjen Pajak Kanwil II DPJ Sumbagteng KPPBB Solok tahun 1997. Sedangkan data primer diperoleh langsung dari informan kunci dan survey lapangan. Unit analisis adalah keseluruhan kavling tanah pusako, geomer adalah Nagari Cubadak. Perubahan kepemilikan tanah pusako karena penjualan mencapai 43,17 ha. Penggunaan tanah yang signifikan mempengaruhi perubahan kepemilikan, adalah tegalan yang kemudian diubah menjadi perumahan. Jarak terhadap pusat pelayanan berkontribusi signifikan pada perubahan kepemilikan tanah pusako, perubahan kepemilikan tanah pusako lebih banyak pada jarak tengah ke pusat pelayanan, dijarak antara 4.925 m sampai dengan 5.375 m. Kemudian, ketika keberadaan penjual tanah pusako tidak ada, perubahan kepemilikan tanah pusako menjadi lebih besar, namun korelasi antara keberadaan penjual dengan perubahan kepemilikan tanah pusako tidak signifikan. Berdasarkan jaringan jalan, perubahan kepemilikan tanah pusako paling banyak terjadi pada jarak 45-135 m dari jalan, namun jarak ke jalan tidak signifikan mempengaruhi perubahan kepemilikan tanah pusako.
ABSTRACT
2013
T39275
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hasan Nur Aminudin
Abstrak :
ABSTRAK
Kawasan Waduk Pluit merupakan salah satu kawasan waduk di Jakarta yang telah diokupasi oleh permukiman. Meskipun undang-undang secara tegas melarang adanya permukiman di sempadan waduk, namun area sekitar Waduk Pluit tetap dijadikan tempat tinggal oleh penduduk. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui proses terbentuknya permukiman liar tersebut. Dalam penelitian ini, untuk melihat pertambahan jumlah rumah, luasan, sebaran, dan arah perkembangan permukiman digunakan analisis foto udara dan citra time series, sedangkan untuk memahami bagaimana permukiman liar dapat berkembang digunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa secara spasial perkembangan permukiman liar dipengaruhi oleh faktor aksesibilitas dan jarak dari tempat kerja. Semakin dekat jarak dari pelabuhan dan industri, dan semakin mudah aksesibilitasnya, semakin lebih dulu pula permukiman liar berkembang. Kejadian politik, yaitu transisi pemerintahan orde baru menuju orde reformasi (tahun 1998), menjadi faktor pemicu cepatnya perkembangan permukiman liar di sekitar Waduk Pluit.
ABSTRACT
Pluit Dam area, where located in Jakarta, has been occupied by squatter settlement. The law prohibits to build the settlement around the lakeside but the occupants still build their houses around the lakeside. This study aims to know the forming process of the squatter settlement around Pluit dam area. This study is using time series aerial photos analysis to see the increase number of houses, extent, distribution, and direction of growth of squatter settlements. In order to understand the growth of squatter settlement, this research is using descriptive qualitative approach. The result is showing the growth of squatter settlement spatially is affected by accessibility factor and the distance to workplace factor. When the location is closer to harbour and industrial area, the settlement is more accessible and the growth of squatter settlement is increasing rapidly. Political event, which is the transition of New Order to Reformasi (1998), is also the reason that squatter settlement is growing rapidly around lakeside of Pluit Dam.
2014
S53878
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arif Anwarudin
Abstrak :
Suku sunda adalah suku yang intensitas migrasinya rendah namun saat ini terjadi peningkatan migrasi suku sunda ke wilayah pinggiran Jakarta. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pola migrasi suku Sunda berdasarkan siklus hidupnya. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif untuk dapat menjabarkan pengaruh variable - variabel dalam siklus hidup seperti karakteristik keluarga, pertumbuhan karir hidup serta karakteristik daerah tujuan mempengaruhi pola migrasi suku Sunda. Hasil menunjukkan bahwa generasi pertama dan generasi kedua suku Sunda memilih daerah tujuan migrasi dikarenakan adanya sanak saudara. Faktor pendorong yang menyebabkan generasi pertama bermigrasi adalah faktor pernikahan sedangkan faktor pendorong yang menyebabkan generasi kedua bermigrasi adalah hubungan kekerabatan, pernikahan dan pekerjaan. ...... The Sundanese is an ethnic which has low migration intensity, however lately there is an increase of Migration of Sundanese to suburban area of Jakarta. The purpose of this study is to find out how the Sundanese’s pattern of migration based on their life cycle. This study is used a descriptive qualitative method in order to describe the influence of variables in life cycle such as the characteristic of family, the growth of career and also characteristic of destination which affecting to the Sundanese’s pattern of migration. The result of this study is shown that the first generation’s and the second generation’s choose the destination of their migration due to their family. Push factor that caused the first generation’s migration is marriage and push factor that causes the second generation’s migration is job vacancies, marriage and the linkages to live with parents.
Depok: Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2015
S57794
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library