Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 29 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Addina Witsqantidewi
Abstrak :
ABSTRACT
Background BCG vaccine is a compulsory immunization issued by the government to protect children from tuberculosis disease. Although it is highly accessible, there are some children in Jakarta who did not get vaccinated from one of the deadliest disease in Indonesia. Parents are said to be the biggest possible factors that influence to the administration of BCG vaccine to children, especially their knowledge, environments, beliefs, and attitude towards immunization. Therefore, this research aim is to know the association between parents knowledge, attitude, and practice towards immunization and BCG vaccination for their children. Method Cross sectional design was used in this research, Questionnaire was given to parents in preschools and kindergartens in Jakarta.  Each completed questionnaire will be analyzed using SPSS program and chi-square method with significance value of p less than 0,05 to know the association between parents knowledge, attitude, and practice towards BCG vaccine. From 130 data obtained, almost 90% of them have vaccinated their children with BCG vaccine. Chi-square test results revealed a p value below 0.05 relating parental knowledge and BCG vaccination practice p 0.001, together with attitude and BCG vaccination practice p 0.001. Other factors, such as parents educational status, residence, and partners involvement also has an association with the practice of BCG vaccination for their children. Significant relationship concluded regarding parents knowledge and practice of BCG vaccine, parents knowledge and their attitude, as well parents attitude and BCG vaccination practice in Jakarta.
ABSTRACT
Vaksin BCG merupakan imunisasi wajib yang diisukan oleh pemerintah untuk melindungi anak dari penyakit tuberkulosis. Walaupun gratis dan mudah untuk didapatkan, namun tidak semua anak di Jakarta divaksinasi BCG. Selain itu, Indonesia merupakan salah satu Negara dengan penyakit tuberkulosis tertinggi di dunia. Hal tersebut telah diakui oleh The World Health Organization (WHO). Salah satu faktor kemungkinan terbesar yang mempengaruhi pemberian vaksin BCG pada anak adalah orang tua, khususnya pengetahuan dan sikap mereka terhadap imunisasi anak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan, lingkungan sekitar, pandangan, kepercayaan dan sikap orang tua terhadap imunisasi dan vaksin BCG dengan keputusan akhir mereka untuk memberikan vaksin kepada anak mereka. Metode penelitian ini akan dilakukan dengan metode cross-sectional dengan cara menyebarkan angket kepada orang tua di beberapa TK dan PAUD di daerah Jakarta Utara dan Selatan untuk menggambarkan DKI Jakarta dengan keseluruhan yang dapat dilihat dari perbandingan Indeks Pembangunan Masyarakat dari kedua daerah Jakarta tersebut. Kemudian, data yang terkumpul akan dianalisis menggunakan program SPSS dan metode chi-square dengan nilai kemaknaan Hasil Dari 130 data yang diteliti, hampir 90% responden memberikan vaksin BCG pada anaknya. Test chi-square menunjukan nilai kemaknaan p kurang dari 0.05 dalam menghubungkan pengetahuan, sikap, dan perilaku orangtua terhadap vaksinasi BCG. Faktor lain seperti tingkat pendidikan, tempat tinggal, dan dukungan pasangan juga dapat berhubungan dengan praktik BCG vaksinasi. Kesimpulan Terdapat hubungan signifikan antara pengetahuan dengan sikap, pengetahuan dengan praktik, dan juga sikap dengan praktik vaksinasi BCG pada anak di Jakarta.
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jasmine Athiyya Wibowo
Abstrak :
ABSTRACT
Immunization has been proven to control and eliminate life-threatening infectious diseases. However, based on the data from Ministry of Health Central Data and Information Center, there is an decrease in DPT vaccine rates from 95% in 2014 to 93.1% in 2015, which is said to be linked to groups of parents that chose to not undergo DPT vaccine. A cross sectional survey of randomized sample of 250 mothers with children in the age of 2 - 5 years old were given questionnaires at early child education programs and pre-schools in North and South Jakarta. One-hundred and seventy nine participants had good knowledge of immunization regardless of their level of education, this showed an insignificant result. This proved to be the same in the relationship of level of education with knowledge on DPT vaccine. As for knowledge on immunization and practice to do immunization was significant. However, this was different in relationship of knowledge on DPT vaccine with practice to do DPT vaccine. The relationship of attitude on practice to do DPT vaccine was also insignificant. While the relationship of factors such as residence and number of children to practice to do DPT vaccine was also insignificant. Parental knowledge is an important factor in parents' decision to immunize their child, but this is not reflected in the parental knowledge relating to DPT vaccine against the practice of parents in choosing DPT vaccine.
ABSTRACT
Imunisasi telah dibuktikan untuk terbuksi bisa mengendalikan dan menghapuskan penyakit menular. Namun, berdasarkan data Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan, ada penurunan tingkat vaksin DPT dari 95% di tahun 2014 menjadi 93.1% di tahun 2015, yang dikatakan terkait dengan kelompok orang tua yang memilih untuk tidak menjalani imunisasi DPT. Survei cross sectional terhadap sampel random dari 250 ibu dengan anak-anak di usia 2 - 5 tahun diberi kuesioner pada Program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan TK di Utara dan Selatan Jakarta. Seratus tujuh puluh sembilan peserta memiliki pengetahuan tentang imunisasi baik terlepas dari tingkat pendidikan mereka, hal ini menunjukkan hasil yang tidak signifikan. Hal ini terbukti sama dalam hubungan tingkat pendidikan dengan pengetahuan tentang pengetahuan vaksin DPT. Adapun pengetahuan tentang immunisasi dan praktik untuk melakukan immunisasi sangat signifikan. Namun, hal ini berbeda dalam hubungan pengetahuan tentang edukasi vaksin DPT dengan praktik melakukan pengetahuan vaksin DPT. Hubungan sikap dalam praktik melakukan vaksin DPT juga tidak signifikan. Sedangkan hubungan faktor-faktor seperti tempat tinggal dan jumlah anak yang melakukan praktik vaksin DPT juga tidak signifikan.Pengetahuan orang tua merupakan faktor penting dalam keputusan orang tua untuk memberikan imunisasi kepada anak mereka, namun hal ini tidak tercermin dalam hubungan pengetahuan orang tua tentang vaksin DPT terhadap praktik orang tua untuk memilih melakukan vkaksin DPT
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Stefani Diorani
Abstrak :
Masalah gizi yang sering ditemukan pada usia remaja adalah tingginya angka overweight dan obesitas. Kabupaten Malang memiliki angka prevalensi obesitas remaja lebih tinggi dibandingkan se-provinsi Jawa Timur, yaitu sebesar 2.6%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh faktor sosiodemografi, gaya hidup, dan pengetahuan gizi terhadap kejadian overweight dan obesitas pada pelajar SMA di Kabupaten Malang, Jawa Timur. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa remaja yang memiliki ibu berpendidikan lulus SD dan lulus SMA berpengaruh terhadap kejadian overweight dan obesitas (p value 0,01; OR 0,44 95% CI 0,22 – 0,85 dan p value 0,04; OR 0,59 95% CI 0,36 – 0,98). Remaja yang memiliki ibu yang tidak sekolah memiliki risiko 2,13 kali untuk mengalami overweight dan obesitas jika dibandingkan dengan remaja yang memiliki ibu berpendidikan D3/S1/S2/S3. Remaja yang memiliki kebiasaan kadang-kadang sarapan dan tidak pernah sarapan memiliki hubungan yang signifikan terhadap kejadian overweight dan obesitas jika dibandingkan dengan yang setiap hari sarapan (p value 0,02; OR 1,84 95% CI 1,12 – 3,01 dan p value 0,01; OR 1,96 95% CI 1,12 – 3,27 dan 0,01). Selain itu, hasil analisis yang dilakukan antara variabel jenis kelamin, pekerjaan ibu, aktivitas fisik, kebiasaan jajan, konsumsi serat, dan pengetahuan gizi tidak ditemukan hubungan yang signifikan terhadap kejadian overweight dan obesitas. ......Nutrition problems that are often found in adolescence are high rates of overweight and obesity. Malang District has a higher prevalence of adolescent obesity than in the provinces of East Java, which is 2.6%. This study aims to determine the effect of sociodemographic factors, lifestyle, and knowledge of nutrition on the incidence of overweight and obesity in high school students in Malang District, East Java. The results of this study indicate that adolescents who have educated mothers graduated from high school and graduated junior high have an effect on the incidence of overweight and obesity (p value 0,01; OR 0,44 95% CI 0,22 – 0,85 dan p value 0,04; OR 0,59 95% CI 0,36 – 0,98). Adolescents who have mothers who do not go to school have a risk of 2.13 times to be overweight and obese when compared to adolescents who have mothers with Diploma/Bachelor/Master/Doctoral degree. Adolescents who have the habit of sometimes eating breakfast and never having breakfast have a significant relationship to the incidence of overweight and obesity when compared to those who eat breakfast every day (p value 0,02; OR 1,84 95% CI 1,12 – 3,01 dan p value 0,01; OR 1,96 95% CI 1,12 – 3,27 dan 0,01). In addition, the results of the analysis conducted between variables of gender, mother's occupation, physical activity, snacking habits, fiber consumption, and nutritional knowledge were not found to have a significant effect on the incidence of overweight and obesity.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diah Nuraini Sulistyaningsih
Abstrak :
Penyakit tidak menular merupakan masalah yang masih menjadi perhatian nasional maupun global. Jika penyakit tidak menular tidak ditangani secara tepat, benar, dan berkelanjutan, akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi nasional. Oleh karena itu, dikembangkan model pengendalian penyakit tidak menular melalui Pos Pembinaan Terpadu Posbindu penyakit tidak menular PTM untuk menyelesaikan masalah tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui korelasi antara frekuensi kunjungan Posbindu dengan nilai tengah tekanan darah sistolik dan diastolik. Pada penelitian ini, dilibatkan sebanyak 100 pengunjung Posbindu dengan frekuensi kunjungan antara 1-6 kali. Kemudian dilakukan uji statistik untuk mengetahui korelasi antara frekuensi kunjungan Posbindu dengan nilai tengah tekanan darah sistolik dan diastolik. Mayoritas pengunjung Posbindu adalah perempuan 80 dengan kelompok usia 46-65 tahun 48 . Dari 100 pengunjung, 39 overweight dan 20 memiliki hipertensi. Melalui uji korelasi Spearman, diketahui bahwa tidak terdapat korelasi yang bermakna antara frekuensi kunjungan dengan nilai tengah tekanan darah sistolik p = 0,302, r = 0,104 maupun diastolik p = 0,321, r = 0,100. Dari penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat korelasi antara frekuensi kunjungan dengan nilai tengah tekanan darah sistolik dan diastolik. ...... Non communicable diseases are still a national and global disease burden. If the diseases are not handled properly, correctly, and sustained, the diseases will have an impact on national economic growth. To resolve the issue, the government has developed a model of non communicable disease control through community health post. This study aimed to investigate the correlation between frequency of community health post visits to the median of systolic and diastolic blood pressure. About one hundred patients of community health post with the frequency of visits between 1 to 6 times were selected. From 100 patients, 80 were female with the age group of 45 65 years 48 . Furthermore, 39 patients were overweight and 20 had hypertension. Through the Spearman correlation analysis, it is known that there is no significant correlation between the frequency of visits to the median of systolic blood pressure p 0,302, r 0,104 and diastolic blood pressure p 0,321, r 0,100 . In conclusion, there is no correlation between the frequency of visits to the median of systolic and diastolic blood pressure.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S70331
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Silvi Anastasia
Abstrak :
Hipertensi atau peningkatan tekanan darah merupakan salah satu faktor risiko utama mortalitas di dunia. Terjadinya hipertensi dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya yaitu faktor nutrisi dan aktivitas fisik yang jika tidak terkontrol dengan baik dapat memicu terjadinya obesitas. Penatalaksanaan obesitas untuk membantu penanganan hipertensi dapat dilakukan di layanan primer dan penurunan berat badan yang diharapkan seharusnya dapat dipantau oleh kader secara sederhana di Posbindu. Oleh karena itu, dilakukan penelitian ini untuk mengetahui adanya hubungan antara perubahan indeks massa tubuh dengan tekanan darah pengunjung Posbindu PTM. Penelitian ini adalah studi potong lintang dengan subyek penelitian terdiri dari 100 pengunjung Posbindu yang telah berkunjung 2 kali. Mayoritas subyek penelitian adalah perempuan 85 dan berusia 46-65 tahun 52. Pasien yang mengalami obesitas sebanyak 28 dan yang mengalami hipertensi sebanyak 15 dilihat dari tekanan sistoliknya dan sebanyak 24 dilihat dari tekanan diastoliknya. Berdasarkan uji statistik, peningkatan tekanan darah sistolik lebih banyak dialami oleh subyek penelitian dengan indeks massa tubuh yang tidak mengalami kenaikan 62,5. Begitu pula pada peningkatan tekanan darah diastolik yang lebih banyak dialami oleh subyek penelitian dengan indeks massa tubuh yang tidak mengalami kenaikan 60. Melalui uji chi-square, diketahui bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan secara statistik antara perubahan indeks massa tubuh dengan tekanan darah sistolik p = 0,18 maupun dengan tekanan darah diastolik p = 0,36. ...... Hypertension is one of the main risk factors of mortality in the world. Hypertension can be caused by various factors, like uncontrolled physical activity and nutrition factor that can lead to obesity. Obesity management can be done by primary health care and Community Health Post should be monitored weight loss. The aim of this study was to determine the association between changes in body mass index with blood pressure in patients of Community Health Post of non communicable disease. This study is a form of cross sectional study and consisted of 100 subjects with the frequency of visits at least 2 times. The majority of subjects were female 85 with the age group of 46 65 years 52. Futhermore, 28 of patients were obese and 15 had hypertension based on systolic pressure and 24 had hypertension based on diastolic pressure. Based on statistic test, majority of systolic blood pressure increased were found in subjects with the body mass index that didn't rise 62,5. Similarly, majority of diastolic blood pressure incrceased were also found in subjects with the body mass index that didn't rise 60. Through Chi square test, it is know that there is no significant associated statistically between changes in body mass index with blood pressure in patients of Community Health Post, both systolic blood pressure p 0.18 and diastolic p 0.36.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S70342
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Masatommi Mohammad
Abstrak :
ABSTRAK
Di era BPJS ini, terjadi peningkatan jumlah pasien secara drastis yang tidak diikuti dengan penambahan jumlah tenaga kesehatan dan fasilitas yang tersedia. Hal ini menyebabkan keterbatasan waktu layanan yang dapat diberikan rumah sakit kepada setiap pasien dan menjadi tidak optimal sehingga dapat menurunkan kualitas pelayana dan kepuasan pasien. Kepuasan pasien merupakan tolak ukur dalam menilai kualitas pelayanan dari suatu Rumah Sakit. Kualitas pelayanan dari suatu rumah sakit ditentukan oleh banyak faktor, salah satunya adalah kinerja dari para tenaga kerja di rumah sakit tersebut. Kinerja dari para tenaga kerja di suatu rumah sakit dapat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan kerja di rumah sakit tersebut. Tujuan peneliti melakukan penelitian ini adalah untuk mencari tahu perbandingan antara kepuasan pasien dengan kepuasan karyawan. Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus 2015 hingga Oktober 2015 dengan menggunakan data sekunder dari hasil survey kepuasan tahunan yang dilakukan oleh RS X pada bulan Juni 2015 hingga Juli 2015. Data yang didapat akan diolah menggunakan software SPSS versi 22 dengan metode analisis bivariate dengan uji Mann-Whitney U. Dari penelitian ini didapatkan kesimpulan bahwa terdapat perbedaan antara tingkat kepuasan karyawan dengan tingkat kepuasan pasien Rumah Sakit X tahun 2015 p=000.
ABSTRAK
In Era of BPJS, the number of patients have been increased drastically and wasn rsquo t followed up with increase in number of medical staff and facilities. These condition causing a decrease in service time that can be given by the hospital for each patient and so lowering the quality of service and patient satisfaction with the service. Patient satisfaction are used as measurement to evaluate quality of service of a Hospital. Service rsquo s quality of a hospital can be affected by many factors, for example performance of hospital staff when giving the service. The performance of hospital staff can be affected by the quality of working environment in the hospital. The objective of this study are to see comparison between patient rsquo s level of satisfactions and staff rsquo s level of satisfactions . This study was done at August 2015 until October 2015 by using secondary data from annual Satisfaction Survey results that were conducted by Hospital X from June to July 2015. The data will be processed by using SPSS version 22 software with bivariate analysis method by using Mann Whitney U test. From this study obtained a result that there is a difference between staff satisfaction and patient satisfaction in Hospital X year 2015 p 000.
2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sitorus, Debora
Abstrak :
Posbindu PTM merupakan peran serta masyarakat dalam upaya melakukan deteksi dini dan pemantauan faktor risiko penyakit tidak menular yang bersifat terpadu, rutin dan periodik. Saat ini, kunjungan pasien ke Posbindu cukup bervariasi. Namun, faktor-faktor yang berhubungan dengan kunjungan pasien ke Posbindu belum diidentifikasi dan perlu dilakukan penelitian. Desain penelitian ini adalah cross sectional yang melibatkan 103 responden yang sudah mengunjungi dan menerima layanan kesehatan dari Posbindu Rawamangun, Cipinang Timur, dan Pisangan Timur, Jakarta Timur. Data berupa hasil wawancara menggunakan kusioner yang diadaptasi dari instrumen SERVQUAL. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor jenis kelamin, pendidikan terakhir, pekerjaan, penghasilan perbulan, ada atau tidaknya riwayat penyakit, layanan kesehatan yang diberikan dan penampilan kader serta fasilitas yang tersedia tidak memiliki hubungan dengan kunjungan pasien p>0,05 , sedangkan faktor usia menunjukkan hubungan yang bermakna p=0,03 . Selanjutnya, dilakukan analisis multivariat dan diperoleh hasil bahwa pasien dengan usia >50 tahun dengan >1 kunjungan memiliki risiko 2,55 kali lebih besar untuk mengunjungi Posbindu dibandingkan pasien yang berusia 20-50 tahun adjusted OR:2,55; 95 CI: 1,07-6,05. ...... Pos Binaan Terpadu on non communicable disease Posbindu PTM is a community involvement by doing early detection and monitoring risk factors of non communicable disease which are comprehensive, regular and periodic. Nowadays, patient visit to Posbindu is various enough. However, related factors to patient visit to Posbindu were not identified yet and need to be analyzed. The research design was cross sectional which involved 103 respondents who had visited and received health care service from Posbindu Rawamangun, Cipinang Timur, and Pisangan Timur, East Jakarta. The data were interview results by using questionnaire which was adapted from SERVQUAL instrumen. The result showed that gender, education, occupation, income per month, there is or no disease history, health care service and looking of cadre along with provided facilities factors did not have relation with patient visit p 0.05 , meanwhile age factor showed relation with it p 0.03 . After that, multivariate analysis was done and showed that 50 years old patient with 1 visits has bigger risk 2,55 times to visit Posbindu than 20 50 years old patient adjusted OR 2.55 95 CI 1.07 6.05.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lengkey, Nikita Esther
Abstrak :
Obesitas telah diidentifikasikan sebagai salah satu faktor risiko penyakit tidak menular. Peningkatan berat badan dapat memicu resistensi insulin sehingga dapat menyebabkan peningkatan kadar gula darah di dalam tubuh. Posbindu penyakit tidak menular PTM memiliki peran dalam mendeteksi dini serta memantau faktor risiko penyakit tidak menular, seperti diabetes mellitus. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya korelasi perubahan indeks massa tubuh dengan kadar gula darah sewaktu pada pasien diabetes di Posbindu PTM. Perubahan indeks massa tubuh merupakan hasil dari indeks massa tubuh kunjungan kedua dikurangi indeks massa tubuh kunjungan pertama. Yang dimaksud dengan hasil pengukuran gula darah sewaktu yaitu hasil dari kadar gula darah sewaktu kunjungan kedua dikurangi kadar gula darah sewaktu kunjungan pertama. Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional dengan sampel sebanyak 47 pasien diabetes yang telah melakukan kunjungan minimal dua kali. Mayoritas subyek penelitian yaitu perempuan 76,6 , dan rata-rata usia 57 tahun 9 tahun. Indeks massa tubuh pada subyek penelitian adalah 25,06 SD 3,541 dan 25,13 SD 3,455 ; atau mengalami overweight. Kadar gula darah sewaktu diperoleh 239,26 SD 125,139 dan 213,15 SD 105,377 ; atau kadarnya >200 mg/dL. Pada uji korelasi Spearman, nilai koefisien korelasi r sebesar -0,100 dan nilai p = 0,504 p > 0,05 . Kesimpulannya, tidak terdapat korelasi antara perubahan indeks massa tubuh dengan kadar gula darah sewaktu pada pasien diabetes di Posbindu PTM Binaan KDK FKUI Kayu Putih. ...... Obesity has been identified as one of the risk factors for non communicable disease. Increased body weight can induce insulin resistance so it can cause increased blood glucose in the body. Non Communicable Disease of Community Health Post KDK FKUI Kayu Putih acts to early detection and monitoring the risk factors of non communicable disease, such as diabetes mellitus.The aim of this study was to investigate the correlation between the changes of body mass index and random blood glucose level in patients with diabetes at community health post of non communicable disease. The changes in body mass index was the results of body mass index in the second visit reduced body mass index in the first visit. The random blood glucose measurements was also defined as the results of random blood glucose level in the second visit reduced random blood glucose level in the first visit. This study was a cross sectional study, consisted of 47 samples of patient diabetes who had been visited at least twice. The majority of subjects was female 76,6 , and mean age of subjects was 57 9 years. Body mass index of subjects was 25,06 SD 3,541 and 25,13 SD 3,455 or overweight. And, random blood glucose level of subjects was 239,26 SD 125,139 and 213,15 SD 105,377 , which was 200 mg dL. In Spearman rsquo s correlation method, the correlation coefficient r was 0,100 and p value 0,504 p 0,05 . In conclusion, there was no correlation between changes in body mass index and random blood glucose levels in patients with diabetes in community health post of non communicable disease KDK FKUI Kayu Putih.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yohannessa Wulandari
Abstrak :
Pasien rawat inap di rumah sakit dengan keganasan sering terjadi malnutrisi. Deteksi dini malnutrisi mempercepat terapi awal nutrisi sehingga mengurangi morbiditas dan mortalitas. Penelitian ini merupakan studi uji diagnostik membandingkan MST dan PG-SGA dengan SGA pada pasien kanker ginekologik rawat inap di RSUPN Cipto Mangunkusumo sebanyak 66 orang pada bulan April 2015. Pengumpulan data menggunakan formulir skrining, pemeriksaan fisik, dan pengukuran antropometri. MST memiliki sensitivitas 70%, spesifisitas 88%, PPV 90%, NPV 65%, AUC 0,79. PG-SGA mempunyai sensitivitas 100%, spesifisitas 92%, PPV 95%, NPV 100%, AUC 0,96. Terdapat perbedaan signifikan lama waktu pengerjaan di antara ketiganya, dengan waktu tercepat dimiliki oleh MST. Prevalensi malnutrisi berdasarkan SGA sebesar 60,6%. PG-SGA merupakan alat skrining yang sesuai dalam mendeteksi malnutrisi pasien kanker ginekologik rawat inap. ......Malnutrition is a common problem in hospitalized patients with malignancies. Early recognition of malnutrition leads to appropriate nutritional care plans and reduces rate of both morbidity and mortality. This diagnostic test study which comparing between MST and PG-SGA against SGA, was conducted on 66 hospitalized gynecologic cancer patients in April 2015. Data collection was obtained using screening tool forms, physical examination, and anthropometric measurement. According to SGA, 60.6% of patients were malnourished. MST had a sensitivity of 70% and a specificity of 88%. The PPV of MST was 90%, NPV 65%, and AUC value was 0.79. PG-SGA had a sensitivity of 100% and a specificity of 92%. The PPV of PG-SGA was 95%, NPV 100%, and AUC value was 0.96. There were a significant difference in time spent applying questionnaires between these screening tools, and MST had the quickest among three. PG-SGA is suitable screening tool for detecting risk of malnutrition in hospitalized patients with gynecologic cancer.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Afrina
Abstrak :
ABSTRAK Latar Belakang Sindrom mata kering adalah suatu gangguan pada permukaan mata yang ditandai dengan ketidakstabilan produksi dan fungsi dari lapisan air mata yang menghasilkan gejala tidak nyaman, gangguan penglihatan, dan ketidakstabilan lapisan air mata yang berpotensi mengalami kerusakan pada permukaan mata. Salah satu faktor yang mempengaruhi timbulnya adalah kualitas udara dalam ruang. Perlu diketahui faktor ? faktor selain kualitas udara yang menimbulkan sindrom mata kering untuk dapat mencegah terjadinya pada pekerja di ruang parkir bawah tanah dalam rangka menjaga produktifitas pekerja dan mencegah sindrom mata kering. Tujuan Selain mengidentifikasi kualitas udara dalam ruang parkir bawah tanah, penelitian ini juga mengidentifikasi prevalensi dan tingkat keparahan sindrom mata kering serta mengetahui faktor ? faktor yang mempengaruhi timbulnya sindrom mata kering pada pekerja. Penelitian ini menggunakan desain potong lintang. Data dikumpulkan pada April sampai Juni 2015. Pekerja ruang parkir bawah tanah di salah satu Megablok Jakarta Selatan diwawancara dengan kuesioner OSDI dan diperiksa matanya dengan tes schirmer. Pengambilan data satu kali pada setiap responden saat pekerja selesai absensi pulang. Kualitas udara dalam ruang parkir bawah tanah Megablok ?X? Jakarta Selatan tidak baik, walaupun kelembaban udara dan pertikel debu masih dalam batas normal, namun tingginya suhu udara dan pencahayaan menunjukkan di bawah standar untuk tempat kerja. Responden penelitian ini berjumlah 85 orang dengan 90,6% laki ? laki, yang berusia rata ? rata 23,05 tahun dengan rentang 20 ? 40 tahun. Tempat bekerja terdiri dari pekerja di kantor (4,7%), di pos (28,2%) dan sisanya bekerja di lapangan parkir. Terdapat 61,2% pekerja yang perokok. Pekerja dengan lama visual atensi > 4 jam sehari ada 54,1%. Hanya 14,1% pekerja yang telah bekerja diruang parkir bawah tanah lebih dari dua tahun. Sebagian besar pekerja (87,1%) berada di bawah tanah 8 jam/hari. Ditemukan 23 orang (37,1%) didiagnosis sindrom mata kering berdasarkan kuesioner OSDI dan 33 orang (38,8%) melalui tes schirmer. Sindrom mata kering parah tidak ditemukan pada hasil pemeriksaan tes schirmer, namun dari hasil kuesioner OSDI terdapat 42,8%. Analisis multivariat menunjukkan hanya jenis kelamin mempengaruhi timbulnya sindrom mata kering secara independen. Perempuan mempunyai risiko 12,042 kali lebih besar dibanding laki ? laki untuk mengalami sindrom mata kering. Kualitas udara dalam ruang parkir bawah tanah di Megablok ?X? Jakarta Selatan tidak baik. Prevalensi sindrom mata kering pada pekerja ruang parkir bawah tanah 38,8%. Jenis kelamin menjadi faktor yang berpengaruh terhadap timbulnya sindrom mata kering pada pekerja ruang parkir bawah tanah (OR = 12,042). Tingkat keparahan sindrom mata kering yang parah dari hasil kuesioner OSDI terdapat 42,8%
ABSTRACT Background Dry eye syndrome is a disorder of ocular surface which is indicated with destabilized production and disfunction of tear film. It causes uncomfortable symptoms and visual disorder. One of influence factors that cause dry eye syndrome is indoor air quality. It?s important to know other factors beside the air quality that can also contribute to dry eye syndrome to anticipate the incident happened to workers in the basement parking area and to keep the workers productivity going well. Purpose This research will identify the factors those influence the dry eye syndrome prevalence and its severity of workers who work at basement parking area. Method This study used cross-sectional method. Datas were collected from April to June 2015. The workers in a Megablock in South Jakarta were interviewed with OSDI questionnaire and attended eyes examination with schirmer test. Datas were taken once in each responded while they already finished their job. Result Indoor air quality had been examined and showed bad result, with high temperature and the light was under standard for a working area. Although the humidity and particulate matter are normal. This research involved 85 persons, 90,6% were men, with average age was 23,05 in the range 20 to 40 years old. Based on the working area, 4,7% were in office, 28,2% were in post, and the rest were in the parking area. 61,2% of them were smokers. Workers with visual attention more than 4 hours perday were 54,1%. Only 14,1% workers have been working in the parking area more than 2 years. Most of them (87,1%) were placed basement for 8 hours perday. Workers were diagnosed dry eye syndrome by OSDI were 23 persons (37,1%) and 33 persons (38,8%) through schirmer test. Multivariate analysis showed that only sex factors that influenced dry eye syndrome, in which women have bigger chance 12,042 times to suffer from this syndrome if compared with men. Indoor air quality at ?X? Megablock basement parking area is bad. Dry eye syndrome prevalene on women workers is 87,5% and on men is 33,8%. severe dry eye syndrome is not found through schirmer test, but found 42,8% with OSDI questionnaire.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>