Minuman ringan berpemanis adalah minuman ringan yang diberi tambahan gula sederhana yang dapat menambah kandungan energi. Trigliserida merupakan salah satu bentuk simpanan lemak di dalam tubuh. Konsumsi minuman ringan berpemanis dapat meningkatkan kadar trigliserida melalui peningkatan lipogenesis de novo. Lemak viseral adalah lemak yang terdapat pada rongga abdomen yang diketahui merupakan faktor risiko tinggi untuk penyakit metabolik di kemudian hari. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui korelasi antara frekuensi konsumsi minuman ringan berpemanis dengan kadar trigliserida dan visceral fat rating pada remaja putri. Penelitian ini menggunakan disain potong lintang dengan melibatkan 47 subjek yang direkrut melalui metode consecutive sampling. Frekuensi minuman ringan berpemanis diambil dengan metode FFQ. Sampel kadar trigliserida diambil dari darah tanpa puasa dan diukur menggunakan metode enzymatic colorimetric. Visceral fat rating diukur menggunakan BIA. Uji statistik menggunakan uji korelasi Pearson dan Spearman dengan SPSS. Subjek rata-rata mengonsumsi minuman ringan berpemanis sebanyak 8,91 + 4,71 kali/minggu. Nilai rata-rata kadar trigliserida subjek adalah 110,49 + 41,49 mg/dL. Nilai tengah visceral fat rating subjek adalah 3 (1 – 11) termasuk dalam kategori sehat. Pada penelitian ini didapatkan hasil korelasi positif bermakna dengan derajat sangat kuat (p = <0,001, r = 0,88) antara frekuensi konsumsi minuman ringan berpemanis dengan kadar trigliserida dan korelasi positif bermakna dengan derajat sedang (p = 0,003, r = 0,426) antara frekuensi konsumsi minuman ringan berpemanis dengan visceral fat rating.
Sugar sweetened beverages are beverages that are given an addition of simple sugar so they can add energy content. Triglycerides are one form of fat deposits in the body. Consumption of sugar sweetened beverages can increase triglyceride levels through increasing de novo lipogenesis. Visceral fat, which is located in the abdominal cavity, is known to be a high risk factor for metabolic diseases in the future. This study aims to determine the correlation between consumption frequency of sugar sweetened beverages with triglyceride levels and visceral fat rating in female adolescence. This study used a cross-sectional design involving 47 subjects recruited through a consecutive sampling method. The frequency of sugar sweetened beverages is taken by FFQ method. Triglyceride levels were taken from blood without fasting and measured using enzymatic colorimetric method. Visceral fat rating measured using BIA. Statistical test using Pearson and Spearman correlation test with SPSS. The average of subject that consumed sweetened soft drinks as much as 8.91 + 4,71 times / week. The average subject triglyceride levels 110,49 + 41,49 mg / dL. The median of the subject's visceral fat rating are 3 (1 - 11) is included in the healthy range. In this study a significant positive correlation was strongly found (p = <0.001, r = 0.88) between the consumption frequency of sweetened soft drinks and triglyceride levels and a positive correlation with moderate degrees (p = 0.003, r = 0.426) between consumption frequency of sugar sweetened beverages and visceral fat rating.
"Melewatkan makan adalah praktik diet yang tidak sehat di kalangan remaja yang sering terjadi di negara maju dan berkembang. Ini mungkin menyebabkan remaja kekurangan nutrisi untuk pertumbuhan secara optimal. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi melewatkan makan terkait dengan kualitas diet dan status gizi di kalangan siswa sekolah menengah di Depok, Jawa Barat. Studi potong lintang dilakukan di antara siswa sekolah menengah swasta dan negeri di Depok, Jawa Barat, pada bulan Agustus - Desember 2018 menggunakan sampling acak bertahap. Sebanyak 283 subjek, 113 laki-laki dan 170 perempuan berusia 15-18 tahun, terpilih secara acak dari sekolah. Karakteristik sosial ekonomi, pengetahuan gizi, dan konsumsi makanan dikumpulkan dengan wawancara terstruktur. Asupan makanan diperoleh dengan menggunakan pengulangan 3 hari 24-hour recall. Kualitas diet diukur menggunakan Indeks Kualitas Diet-Internasional (DQI-I) yang berfokus pada empat aspek utama dari diet berkualitas (variasi, kecukupan, moderasi, dan keseimbangan keseluruhan). Status gizi dikategorikan sebagai, normal, overweight, dan obesitas menggunakan cut-off WHO. Multivariat logistik-regresi dilakukan untuk mengidentifikasi hubungan antara melewatkan makan dan kualitas diet, dianggap signifikan jika p-value <0,05. Uji Mann-Whitney digunakan untuk menemukan perbedaan kualitas diet antara dua kelompok status gizi (kelompok obesitas tidak kelebihan berat badan dan kelebihan berat badan). Ada 86,9% siswa sekolah menengah yang melewatkan makan setiap harinya; sarapan dan makan malam adalah makan yang paling sering mereka lewatkan. Siswa laki-laki memiliki risiko yang lebih kecil untuk melewatkan makan daripada perempuan (OR = 0,35, p = 0,005). Skor rata-rata populasi untuk DQI-I adalah 46,00 dari skor yang mungkin (100). Aspek keseimbangan keseluruhan adalah skor terendah, 2,00 dari skor yang mungkin (10,00). Rendahnya pengetahuan gizi (Penyesuaian OR = 1,71; p = 0,038) dan melewatkan makan (OR = 3,06; p = 0,006) berhubungan dengan skor DQI-I yang lebih rendah setelah dilakukan penyesuaian dengan jenis kelamin, usia, status pekerjaan ibu, dan uang saku. Sebagai indikator dari melewatkan makan, konsumsi sarapan yang tak teratur (Penyesuaian OR = 3,09; p = 0,007 untuk yang “tidak pernah” konsumsi; penyesuaian OR = 2,48; p = 0,001 untuk konsumsi “kadang”) juga berhubungan terhadap skor DQI-I yang lebih rendah. Siswa dengan status gizi normal memiliki skor median variasi yang lebih tinggi daripada siswa kelebihan berat badan-obesitas. Mengonsumsi sarapan secara teratur dan meningkatkan pengetahuan gizi penting untuk meningkatkan kualitas diet dan status gizi siswa sekolah menengah.
Skipping meals were unhealthy practice of diet among adolescents that often occurs in both developed and developing countries. It might lead the adolescents lack nutrients for growth optimally. This study aimed to identify skipping meals related to diet quality and nutritional status among high school students in Depok, West Java. A cross-sectional study was conducted among private and public high school students in Depok, West Java, in August – December 2018 using stratified random sampling. A total of 283 respondents, 113 males and 170 females aged 15-18 years, were selected randomly from the schools. Socioeconomic characteristics, nutritional knowledge, and meals consumption were collected by structured interview. Dietary intake was obtained using 3-days repeated 24-hour recall. Diet quality was measured using Diet Quality Index-International (DQI-I) that focused on four major aspects of quality diet (variety, adequacy, moderation and overall balance). Nutritional status was categorized as thinness, normal, overweight, obese using WHO cut-off. Multivariate logistic-regression was carried out to identify the association between skipping meals and diet quality, considered significant if p-value <0.05. Mann-Whitney test was used to find the diet quality difference between two groups of nutritional status (normal and overweight obese group). There were 86.9% of high school students who skipped any meals; breakfast and dinner were the most meals occasion that skipped by them. Male students had less risk of skipped meals than females (OR = 0.35, p = 0.005). Median score of the population for DQI-I was 46.00 of possible score (100). Overall balance aspect was the lowest score, 2.00 of possible score (10.00). Poor nutritional knowledge (Adjusted OR = 1.71, p = 0.038) and skipping any meals (OR = 3.06, p = 0.006) had significant association with lower score DQI-I after adjusted with sex, age, mothers’ employment, and weekly pocket money. In term as skipping meals indicator, irregular breakfast consumption (Adjusted OR = 3.06, p = 0.007 for never consumption; adjusted OR = 2.54, p = 0.001 for sometimes consumption) were also associated to had lower DQI-I score after adjustment. Students with normal nutritional status had higher median score of variety component than overweight obese students. Therefore, having regular breakfast consumption and improving nutrition knowledge should be highlighted in order to increase diet quality and nutritional status of the high school students.
"