Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 52 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Marissa Saraswati
"Perpustakaan pertelevisian tergolong baru dalam perkembangan dunia perpustakaan. Sebagai stasiun televisi yang banyak memproduksi acara sendiri yang didominasi oleh tayangan berita dan dokumenter, koleksi video di Metro TV berkembang pesat dan ditangani secara khusus. Pengelolaan koleksi video kategori berita dan non berita pun dipisahkan. Penelitian yang dilakukan di Tape Library Metro TV ini bertujuan untuk mengetahui apakah Tape Library sudah layak sebagai pusat dokumentasi dengan mencocokkannya dengan tabel fungsi, pelayanan dan produk pusat dokumentasi Weisman. Selain itu penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui kendala dan cara pengelolaan koleksi sebuah perpustakaan pertelevisian serta memberikan usulan terhadap perpustakaan pertelevisian di Indonesia. Tipe penelitian ini adalah deskriptif dengan metode penelitian studi kasus. Subjek penelitian ini adalah Tape Library, dan objek penelitian adalah bagian pengolahan, pelayanan dan transfer di Tape Library. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dengan key-informant dan staf dari bagian pengolahan, pelayanan dan transfer menggunakan pedoman pertanyaan berdasarkan Tabel Weisman. Semua data yang terkumpul kemudian disajikan dalam bentuk kategorisasi dan kutipan wawancara untuk menjelaskan fungsi, pelayanan dan produk Tape Library serta kegiatan lainnya.
Hasil wawancara tersebut kemudian ditafsirkan dalam skala kegiatan yang digunakan pada tabel lalu dibandingkan dengan Tabel Pusat Dokumentasi Weisman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari segi fungsi, 6 fungsi pusat dokumentasi pada Tape Library sesuai dengan Tabel Weisman sedangkan dari segi pelayanan hanya terdapat satu persamaan mayor dan dari segi produk tidak terlihat adanya persamaan. Berdasarkan kegiatan yang ada di Tape Library, disimpulkan bahwa Tape Library sudah memenuhi kriteria pusat dokumentasi Weisman."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2007
S13916
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pandu Hutomo
"Berkembangnya internet telah membawa perubahan drastis dalam kesenian bermusik dan interpretasi estetik kita terhadapnya, dimana ?identitas? seorang musisi sendiri terselubung oleh "hyper-interpretasi" yang marak di dunia maya. Lana Del Rey adalah salah satunya. Skripsi ini bertujuan untuk meneliti komponen dari persona Lana dan mengamati bagaimana mereka bekerja dalam dinamika era internet dengan bentuk esai kritis reflektif, mensimulasi gaya literatur detektif tanpa melupakan unsur empirikal. Bagian akhir dari analisa skripsi ini akan membahas persona musikal Lana sebagai avatar dari Amerika postmodern dan bagaimana hal ini dapat membantu kita memahami sebuah persona musikal sebagai bagian dari "Self yang hilang".

The internet era has brought a radical change in musical artistry and our aesthetic interpretations of them, with what we perceive to be the identity of an artist clouded with hyperinterpretations in the internet. One example of the artists that emerge in this era is Lana Del Rey. This thesis attempts to look into the components of Lana?s persona and see how they work in the dynamics of ultraviolent internet era through the form of a reflective critical essay, simulating the feel of detective literature without losing grasp on empirical values. The latter part of the analysis exposes Lana`s musical persona as an avatar of the postmodern America as it jumps into the realm of images, and finally returns to round up our understanding of musical personae and its correlation to our lost Self."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2015
S62396
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Calvin Huang
"Menggunakan “sirkuit kebudayaan” (circuit of culture) sebagai kerangka analisis, artikel ini meneliti perubahan di dalam Netflix saat beradaptasi dalam era “perang antar-platform streaming” serta dampaknya terhadap konsumsi masyarakat. Kehadiran Netflix di dunia maya telah membantu berbagai penduduk dunia dengan memudahkan akses menonton film dan serial televisi. Akan tetapi, ketika para kompetitor baru mulai bermunculan sehingga menyebabkan lingkungan pasar ekonomi yang menjenuhkan dan naiknya pembajakan ilegal, Netflix harus mengatur ulang katalog serta identitas mereka agar memiliki ciri khas yang berbeda dari situs-situs saingan. Selain itu, berbagai faktor tertentu menyebabkan sulitnya untuk memperoleh hak siar streaming. Sekitar awal-hingga-pertengahan 2010-an, Netflix menemukan sebuah langkah krusial yang akan mengubah operasi bisnisnya secara permanen dan menjadikan mereka sebagai perusahaan streaming yang paling ternama. Dengan melihat Netflix dari tiga aspek sirkuit kebudayaan, fokus analisis akan terbagi menjadi tiga bagian: keadaan Netflix sebelum perang antar-platform streaming dan gagasan yang mendorong perubahan strategi Netflix (produksi), kegiatan Netflix dalam mempromosikan karya serial yang mereka produksi sendiri (representasi), serta reaksi pengguna terhadap promosi tersebut (konsumsi). Analisis ini berargumen bahwa di luar kapabilitas Netflix untuk mendapatkan lisensi acara yang pernah tayang sebelumnya dengan cara memproduksi serial mereka sendiri, mereka sukses meningkatkan angka keuntungan dan popularitas meskipun di tengah persaingan antar-layanan streaming yang sengit.

Using the analytical framework “circuit of culture”, this article examines the changes within Netflix as the company adapts into the age of “streaming wars”, and the impact of it towards public consumption. The existence of Netflix online has significantly helped people across the world to gain easier accessibility towards movies and TV series, but as new competitors emerge in recent times which cause market saturation and the rise of piracy, Netflix has to reconfigure their catalog and identity in order to distinguish themselves from other similar sites. Moreover, several reasons have also made obtaining streaming rights to be much harder. In the early-to-mid 2010s, Netflix found a pivotal venture that would completely alter their business operation permanently, and they would become the most well-known streaming company. By looking into Netflix through three processes of circuit of culture, the focus shall be divided into three main sections: the state of Netflix before the streaming wars and the idea that prompts Netflix to change their strategy (production), a look into Netflix’s effort to market their own shows (representation), and the users’ reaction to their effort (consumption). This analysis argues that by flexing their capability beyond licensing pre-existing shows through producing their original series, Netflix successfully gains more revenue and recognition despite the fierce nature of streaming wars."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Febrina Maharani
"The Fits 2015 adalah film drama remaja tentang seorang anak perempuan berumur 11 tahun bernama Toni yang mencoba mencari jati dirinya di antara dua kelompok gender, yaitu kelompok tinju dan kelompok tari. Selama proses pencarian identitas dirinya, anak-anak perempuan di kelompok tari tiba-tiba mengalami kejang dan tidak dapat mengontrol tubuhnya. Gejala ini disebut sebagai penyakit fit. Artikel ini akan menggunakan konsep konstruksi gender oleh Joan W. Scott yang kemudian akan membuktikan proses konstruksi identitas gender yang dialami Toni melalui perilaku, penampilan, dan ketakutannya terhadap penyakit fit. Secara mendalam, pembahasan dalam artikel ini akan menunjukkan bahwa Toni memilih femininitas sebagai identitas gendernya yang dominan sebagaimana hal itu dipengaruhi oleh dominasi dari saudara kandung laki-lakinya dan pengaruh dari teman kelompoknya melalui ikatan persaudaraan perempuan sisterhood.

The Fits 2015 is an adolescence drama movie telling a story about an 11 year old girl named Toni who tries to find her identity in two gendered groups mdash boxing and dancing groups. Among challenges and threats that she faces in finding her footage, the girls in the group succumb to a sudden illness called a fit. Using Joan W. Scott's framework of gender construction, this article attempts to dismantle the construction of Toni's gender identity through her changing attitude, physical attribute, and her fear of the fit. Specifically, this article argues that Toni embraces femininity as her dominant gender identity mainly affected by her brother's domination and sisterhood bound from her girlfriends."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Nanda Ayu Widyawati
"Dalam era globalisasi ini, identitas menjadi sesuatu yang penting. West Is West 2010 oleh Ayub Khan-Din sebagai corpus penelitian ini menawarkan cara unik dalam merepresentasikan isu identitas dalam film ini. Dengan memusatkan penelitian pada karakter Sajid sebagai remaja Inggris-Pakistan yang selalu merasa tidak cocok dengan budaya Pakistan datang ke negara itu untuk pertama kalinya, studi ini pertama membahas konsep Positioning dan Being Positioned serta Being and Becoming oleh Stuart Hall dalam teori Identitas Budaya yang dikaitkan dengan film.
Dengan menganalisa elemen film seperti dialog, adegan, dan kostum, disimpulkan bahwa karakter mengalami perubahan identitas. Tulisan ini menunjukkan bahwa West Is West memperlihatkan identitas budaya sebagai sebuah proses berkelanjutan dari relasi satu budaya dengan budaya lainnya.

In this globalization era, identity becomes something important. West is West 2010 by Ayub Khan Din as the corpus of this study offers unique ways in representing the issue of identity in this movie. By focusing on the character of Sajid as a British Pakistani boy who is unaccustomed to Pakistani culture comes to the county for the first time, this study first discusses the concepts 'Positioning and Being Positioned' as well as 'Being and Becoming' by Stuart Hall in relation to the issue of cultural identity in the movie.
By analyzing the elements of movie, such as dialogue, scene, and costume, this article concludes that the character experiences changes in identity. It shows that West is West exemplifies cultural identity as an ongoing process of the relation between one culture and other cultures."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Park, Joung Woo
"Isu-isu yang berkaitan dengan homoseksualitas telah banyak dibahas, contohnya meningkatnya representasi negatif homoseksual di media. Beberapa penelitian menganalisis umumnya homofobia yang berhubung dengan maskulinitas. Modern Family adalah serial TV Amerika yang menggambarkan homoseksualitas dan hubungannya dengan maskulinitas tradisional, yang direpresentasikan oleh salah satu karakter utamanya, Jay Pritchett. Dengan menggunakan konsep Kimmel 1994 tentang homofobia dalam cakupan yang lebih luas, penelitian ini menganalisis maskulinitas Jay, terutama dalam konteks norma maskulin, hubungan ayah-anak, dan kontribusinya terhadap perilaku homofobia melalui analisis tekstual. Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa nilai maskulinitas Jay memengaruhi hubungan ayah-anak secara negatif.

Issues related to homosexuality have been widely discussed, for example the increasing problematic representation of homosexuals in the media. Several studies analyze homophobia commonly its relation to masculinity. Modern Family is an American TV series which portrays homosexuality and its relations with traditional masculinity, represented by one of the main characters, Jay Pritchett. Using Kimmel's 1994 concept about the broader range of homophobia, this study analyzes Jay's masculinity, particularly in the context of masculine norms, father son relationships, and their contributions toward his homophobic behaviors through textual analysis. Research findings reveal that Jay's masculine values influence the father son relationship in a problematic way as they contribute to his homophobic behaviors."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Ikhsan Rahman Hakim
"Film Birdman: The Unexpected Virtue of Ignorance menceritakan tentang Riggan Thompson, seorang aktor tua, membuat pertunjukan teater di Broadway untuk menghidupkan kembali karirnya. Penelitian ini bertujuan untuk mendiskusikan pencarian cinta, rekognisi, dan kekuatan di industri hiburan yang terdapat di film ini. Film Birdman yang dibuat dengan latar belakang budaya industri hiburan, adalah contoh yang dapat digunakan untuk menganalisa orang orang yang berada dalam budaya tersebut.
Penelitian ini mengindikasikan bahwa cinta yang ditunjukkan di film ini adalah cinta amour-propre. Rekognisi dapat berguna untuk mengkonfirmasi keberadaan seseorang, untuk kesehatan psikologis, dan untuk mendapatkan kekuatan. Aspek kekuatan dari rekognisi menyebabkan adanya kekurangan recognisi pada seseorang dan memotivasinya untuk mencari rekognisi. Budaya dalam industry hiburan lahir dari hubungan antara rekognisi dan amour-propre. Budaya ini mendorong pelakunya untuk terus mencari rekognisi.

The movie Birdman The Unexpected Virtue of Ignorance shows how an old actor, Riggan Thompson, tried to revive his career by making a Broadway play. The purpose of my research was to discuss the search of love, recognition, and power in the entertainment industry that was shown in the movie.The movie Birdman that was made within the cultural setting of the entertainment industry provided a sample to be used to further analyzed the culture and the people that were involved in it.
The research indicated that the movie showed the self love of amour propre.Recognition was found to be beneficial to confirm one s existence, to one s psychological longevity, and to struggle for power in society. The aspect of power in recognition caused the lack of recognition in a person that motivated further search for recognition. Through the relation between recognition and amour propre a culture inside the entertainment industry was born. The culture promoted people in the industry to seek other people s recognition that driven people to constantly seek for recognition."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Zalfa Naaila Iftinan
"ABSTRAK
Untuk kembali mempermasalahkan ras, representasi ras dalam serial televisi Amerika telah mengalami perkembangan. Dalam kaitannya dengan hal tersebut, artikel ini membahas tentang salah satu serial komedi Disney, The Suite Life of Zack and Cody 2005-2007 yang menggambarkan keberagaman ras dalam kehidupan multikultural Amerika dan menyajikan gambaran kompleks kaum minoritas melalui karakternya. Dengan melakukan analisis karakter terhadap London Tipton menggunakan konsep colorblind racism dan buddy formula, artikel ini bertujuan membahas kompleksitas dan implikasi dari representasi colorblind. Dalam artikel ini ditemukan bahwa representasi colorblind pada perempuan Asia-Amerika tidak mengurangi masalah, dan berindikasi pada rasisme juga memelihara keistimewaan ras kulit putih.

ABSTRACT
In an attempt to re problematize racial issues, many American television series have evolved in terms of their racial representation. This includes Disney Channel rsquo;s early 2000s sitcom The Suite Life of Zack and Cody 2005-2007 which projects racial diversity in the discourse of American multiculturalism. The series provides a complex and problematic portrayal of the racial minority groups through some of the characters, including the Asian-American female main character, London Tipton. By conducting a textual analysis and focusing on character analysis of London Tipton using Bonilla-Silva rsquo;s framework of colorblind racism and Artz rsquo;s interracial buddy formula, this article aims to examine the complexity and the implications of the colorblind representation of an Asian-American female in a television series. Research findings reveal that rather than reducing the problematic portrayal of Asian or Asian-American females, the colorblind representation through London Tipton rsquo;s characterization reveals the subtle racism towards them as well as the preservation of white superiority and hegemony."
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Aisyah
"ABSTRAK
Representasi perempuan merupakan salah satu masalah utama di dalam dunia politik. Hal ini mendorong munculnya berbagai acara televisi berunsur politik yang mendiskusikan masalah tersebut. Serial televisi Veep 2012- merupakan salah satu acara yang memberikan pandangan mengenai signifikansi perempuan di dalam politik Amerika Serikat melalui karakterisasi tokoh Selina Meyer. Melalui analisis tekstual dari humor sarkas dalam satir yang digunakan untuk mengkritisi peran politisi perempuan oleh tokoh tersebut, artikel ini menemukan bahwa karakter Selina dibuat sedemikian rupa sebagai perwujudan dari kritik sosial.

ABSTRACT
Women rsquo;s under-representation in politics is still a main issue. This encourages the emergence of political television shows in which the particular issue is addressed. One if the example is Veep 2012- which provides an insight of the women rsquo;s significance in the U.S. politics through the characterization of Selina Meyer. Through textual analysis of her use of sarcastic humor in satirizing female politicians rsquo; issues in politics, this article discovers that Selina rsquo;s characterization is shaped in particular way to embody social criticism.
"
2018
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Aliska Taskiah
"Film-film Hollywood bertema berlintas-busana (cross-dressing) selama lonjakan ketenarannya pada 1980-an diyakini mengurangi persepsi dominasi pria terhadap wanita di masyarakat. Namun, kenyataanya film bertemakan berlintas-busana di Hollywood pada 1980-an masih menggambarkan laki-laki lebih unggul daripada perempuan seperti Tootsie(1982) dan Just One of The Guys(1985). Karena film-film tersebut tampaknya mempromosikan kesetaraan gender, konsepsi cross-dressing membantu mengurangi dominasi laki-laki sering dibahas dalam penelitian sebelumnya. Oleh karena itu, tujuan menganalisis representasi karakter utama dalam cross-dressing film Hollywood pada 1980-an adalah untuk mengatasi kesalahpahaman yang telah bertahan hingga hari ini. Metode utama adalah analisis tekstual dengan melihat elemen sinematografi dari setiap film. Konseptualisasi Connel (1995) tentang hegemoni maskulinitas, dan teori objektifikasi Frederickson dan Roberts (1997) digunakan sebagai kerangka teoritis untuk menganalisis kedua film ini. Hasil analisis artikel ini menunjukkan bahwa film Hollywood bertema berlintas-busana di tahun 1980-an masih menjunjung tinggi nilai tradisional yang merendahkan wanita dengan mengutamakan penggambaran perspektif gender laki-laki.

Cross-dressing Hollywood movies during their surge to fame in the 1980s believed to reduce the perception of male domination over womenin society. However, cross-dressing Hollywood movies in 1980s still portrays men as superior to women such as Tootsie (1982) andJust One of The Guys (1985). Sincethe movies seems to promote gender equality, the conception of cross-dressing help to reduce male domination are often discussed in previous studies. Therefore, the purpose of analyzing the representation of main character in cross-dressing Hollywood movies in 1980s is to address misconceptions that have endured to this day. The main method is textual analysis by looking at the cinematographic elements from each movies. Connel`s (1995) conceptualisation on hegemonic masculinity, and Frederickson and Roberts (1997)`s objectification theory are used as theoretical frameworks to analyse these two movies. The findings of this article demonstrate that Hollywood cross-dressing movies in 1980s still uphold traditional values that subjugate women by limiting the movies` scope to the male gender perspective. In other words, both cross-dressing films only focus on the dominant gender perspective."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2020
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6   >>