Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 23 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jeanne Adiwinata Pawitan
Abstrak :
Uji mikronukleus adalah cara yang lebih mudah untuk melihat patah kromosom, dibandingkan pemeriksaan sitogenetika yang lazim digunakan. Salah satu cara standar uji mikronukleus adalah dengan meneliti limfosit berinti dua yang didapat dari biakan. Untuk membiakkan limfosit, diperlukan sarana khusus dan biayanya relatif tinggi. Pada penelitan terdahulu, dengan cara sederhana, kami telah berhasil membuat sediaan yang kaya sel mononuklir bersitoplasma banyak, yang diharapkan dapat menggantikan limfosit berinti dua pada uji mikronukleus standar. Pada penelitian ini kami bertujuan untuk menguji sensitivitas dan spesifisitas uji mikronukleus pada sediaan yang kaya sel mononuklir bersitoplasma banyak, dibanding dengan pada limfosit berinti dua (cara standar). Untuk itu, kami melakukan kedua macam uji mikronukleus pada penderita keganasan yang berobat di Pav. E RIA, Bagian kebidanan, FKUI-RSCM. Kedua uji mikronukleus dilakukan sebelum dan sesudah dilakukan kemoterapi, dan hasil kedua cara tersebut diperbandingkan, untuk mendapatkan sensitivitas dan spesifisitas cara yang baru. Hasil penelitian kami menunjukkan bahwa menurut hasil sampai saat ini, sensitivitas cara baru sangat baik, sehingga dapat dipakai menggantikan cara standar. Akan tetapi, spesifisitasnya masih perlu ditentukan, dengan melanjutkan penelitian ini, sampai didapat hasil negative menurut cara standar yang cukup banyak. ...... Micronucleus test is a relative easier method to detect chromosomal breakage compared to the conventional cytogenetic analysis. One of the standard micronucleus tests is the test on binucleated lymphocytes generated in cultures. Culturing Lymphocytes needs special equipments and a relative high cost. In our previous research, we succeeded in establishing a simple method to prepare specimens rich in mononuclear cells with abundant cytoplasm. These specimens are a candidate to replace the binucleated lymphocyte specimens in order to establish a new and easier micronucleus test. Therefore, this research aimed to check the sensitivity and specificity of the new test. We performed both tests on patients with malignancy, who came to Pav. E RIA, Department of Obstetrics and Gynecology, FMUI-RSCM. The tests were done before and after chemotherapy. The results of both tests were compared to gel the sensitivity and specificity of the new test. Our results showed that concerning the data analyzed this far, the sensitivity of the new method is quite good, so that the new method can replace the standard method. However, the specificity needs to be evaluated. Therefore, this research should be continued until enough samples show negative results according to the standard micronucleus test.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2001
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Wirdyaningsih
Abstrak :
Kerjasama merupakan karakter dalam masyarakat ekonomi yang Islami. Salah satu bentuk kerjasama yaitu qirad/syirkah merupakan kerjasama antara pemilik modal atau uang dengan pemilik keahlian tanpa beban bunga tetapi atas dasar profit loss sharing dari proyek usaha yang disepakati bersama. Pemilik modal merupakan partner dari pengusaha,bukan sebagai pihak yang meminjamkan. Kemitraan usaha dapat berbentuk perseroan hak milik (syirkatul amlak/ syirkah milk) dan perseroan transaksi (syirkatul uqud/ syirkah Akid). Pelaksanaan kemitraan usaha dalam operasi perbankan Islam terdapat pada mudharabah dan murabahah. Dalam mudharabah, Bank Islam membiayai seluruh operasi dari unit ekonomi, dan pengusaha (mudharib) bekerjasama dengan keahlian dan pekerjaannya. Murabahah ialah pembiayaan oleh Bank Islam untuk usaha perdagangan atas dasar murabahah (cost plus). Keduanya berdasarkan profit-loss-sharing, tanpa beban bunga antara kedua pihak Bank Islam dan pihak pengusaha. Bila terjadi permasalahan dalam perjanjian tersebut maka para pihak meyelesaikannya dengan musyawarah mufakat. Bila tidak dapat diselesaikan juga maka perselisihan tersebut diselesaikan di Badan Arbitrase Muamalat Indonesia berdasarkan syariat Islam.
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2001
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Dina Nawangningrum
Abstrak :
Perpustakaan Fakultas Sastra Universitas Indonesia (selanjutnya disingkat: FSUI) pada salah satu bagiannya menyimpan banyak sekali koleksi langka berupa naskah dari berbagai tempat, bahasa, waktu, dan isi. Menurut Katalog Induk Naskah Nusantara FSUI terdapat 2434 naskah yang tersimpan di FSUI. Dari sekian banyak naskah terdapat sekitar 16 buah naskah yang berisikan informasi tentang penyakit dan pengobatannya. Namun, setelah dipelajari dengan seksama ternyata dari keenambelas naskah tersebut hanya delapan naskah saja yang dapat dikaji secara mendalam. Adapun kedelapan naskah kuna nusantara koleksi Perpustakaan FSUI yang memuat informasi tentang penyakit itu adalah Naskah Jawa; Resep Jampi-Jampi Jawi (B.48/LL.41), Primbon Jawi (A.34.03/PR.24), Primbon (NR.366/PR.40), Primbon (NR.147/PR.84); Naskah Bali; Tenung Saptawara (LT.26I/PR.142), Usada Keling (LT.1771PR.144); Naskah Melayu/Primbon (NR.299/PR.62); dan Naskah Sunda; Jampe Jeung Elmu (A.34.04/PR.10). Permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini adalah (a) jenis penyakit apa saja yang terdapat dalam naskah; (b) tumbuhan apa saja yang digunakan untuk mengobati suatu penyakit, dan (c) ramuan obat apa saja dan bagaimana cara mengolah obat tersebut untuk mengobati suatu penyakit. Untuk itu, langkah kerja yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut (1) mendata semua naskah yang memuat teks penyakit dan pengobatan dengan panduan katalog naskah beranotasi Katalog Induk Naskah-Naskah Nusantara Fakultas Sastra Universitas Indonesia jilid 3-A dan 3-B; (2) Identifikasi naskah terpilih yang memuat tentang penyakit dan cara pengobatannya; (3) alih aksara dan alih bahasa pada bagian-bagian tertentu yang memuat tentang penyakit, tanaman obat, dan cara pengobatannya. Khusus untuk alih aksara menggunakan metode standar; (4) identifikasi tanaman obat, jenis penyakit, dan ramuan obat yang dipergunakan dalam naskah. Dari naskah-naskah yang dikaji, berhasil diidentifikasi sejumlah penyakit, yaitu: 282 jenis penyakit diperoleh dalam naskah Jawa, 112 jenis penyakit pada naskah Bali, 118 jenis penyakit dalam naskah Malaya, dan hanya 1 jenis penyakit dalam naskah Sunda. Jenis penyakit yang paling banyak diketahui adalah gangguan sistem reproduksi, seksual dan penyakit seksual (76 jenis), kemudian gangguan sistem pencernaan (70 jenis), gangguan sistem syaraf (36 Janis), gangguan otot dan tulang (24 jenis), penyakit kulit (21 jenis), penyakit mata dan T.H.T (masing-masing 15 jenis), gangguan sistem pernafasan (14 jenis), deman dan terkena racun (masing-masing 13 jenis). Golongan penyakit lainnya kurang dari 10 jenis, seperti gangguan jantung dan pembuluh darah, gangguan hati dan empedu. Gangguan supranatural, gangguan sistem hormon dan lain-lain. Di luar golongan penyakit itu, cukup banyak penyakit yang belum atau tidak diketahui jenis penyakit. Sebagian dari penyakit yang tidak diketahui itu hanya disebutkan sebagai penyakit yang sulit disembuhkan. Sementara itu, dari tanaman obat yang terdapat dalam naskah-naskah yang dikaji berhasil diidentifikasi sebanyak 500 jenis tanaman obat diperoleh dari naskah Jawa, 219 jenis dari naskah Bali, 265 jenis dari naskah Melayu, dan 2 jenis dari naskah Sunda. Secara keseluruhan berhasil diidentifikasi jenis tanaman sebanyak 746 jenis, artinya sebagian di antaranya dikenal pada masing-masing naskah. Jenis tanaman yang hampir terdapat di semua naskah adalah: tanaman adas (7 naskah), asam, bawang merah, cabe, kelapa, kunyit, lada, lempuyang, pala, dan pinang (masing-masing 6 naskah), serta bawang putih, bengle, cengkih jintan hitam, kencur, dan sirih (masing-masing 5 naskah). Berdasarkan frekuensi terbanyak kemunculannya berturut-turut: bawang merah (115 kali), kunyit (106), adas (104), lada.(99), jintan hitam (90), bengle (79), bawang putih (76), ketumbar (72), pulosari (70), pala (64), dan mesayi (61). Sementara itu, fakta yang menarik bahwa terdapat kecenderungan "pasangan" tanaman obat yang digunakan dalam ramuan. Pasangan itu adalah: ketumbar-mungsi, delingo-bengle, adas-pulosari, dan jintan-mesayi. Berdasarkan cara pengolahan tanaman obat dan pengobatan suatu penyakit, diketahui terdapat berbagai macam cara, misalnya dipipis kemudian diborehkan/ ditapalkan dilumaskan diminum/dibedakan/dirajabbldiolekan/ditelan/diusap; direbus kemudian diminum/ diteteskan/ diusap; dibakar kemudian diborehkan/ dibedakkan/ diminum; dikunyah kemudian dioleskan/ disembur/ditelan/diusap; diulek kemudian ditapalkan/diminum/dibedakkan; dan diperas/diremas kemudian dioleskan/diminumkan.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2002
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Riduansyah
Abstrak :
Penerimaan Pendapatan Asli Daerah merupakan sumber penerimaan yang signifikan bagi pembiayaan rutin dan pembangunan di suatu daerah otonom. Pendapatan asli daerah merupakan suatu wujud kemampuan masyarakat lokal untuk mendukung pelaksanaan otonomi daerah yang diberikan kepadanya. Pendapatan asli daerah terdiri dari empat komponen utama, yaitu pajak daerah, retribusi daerah, laba BIMD, dan pendapatan lain-lain. Dari keempat komponen utama ini, pajak daerah dan retribusi daerah merupakan dua komponen yang penting bagi penerimaan PAD, karena merupakan sumber utama yang memberikan sumbangan yang signifikan dalam perolehan PAD sumber utama. Jumlah penerimaan komponen pajak daerah dan retribusi daerah sangat dipengaruhi oleh banyaknya jenis pajak daerah dan retribusi daerah yang diterapkan serta disesuaikan dengan peraturan yang berlaku yang terkait dengan penerimaan kedua komponen tersebut. Kontribusi penerimaan pajak daerah dan retribusi daerah terhadap perolehan pendapatan asli daerah Pemerintah Daerah Kota Bogor dalam kurun waktu Tahun Anggaran 1993/1994-2000 cukup signifikan dengan rata-rata kontribusi sebesar 27,78 % per tahun dan pertumbuhan rata-rata sebesar 22,89 % per tahun untuk komponen pajak daerah serta rata-rata kontribusi sebesar 47,58 % per tahun dan pertumbuhan rata-rata sebesar 5,08 % per tahun untuk komponen retribusi daerah. Kontribusi penerimaan pajak daerah dan retribusi daerah terhadap total perolehan penerimaan Pemerintah Daerah Kota Bogor yang tercermin dalam APBD-nya, dikaitkan dengan kemampuannya untuk melaksanakan otonomi daerah, terlihat cukup baik. Komponen pajak daerah dalam kurun waktu Tahun Anggaran 1993/1994-2000 rata-rata per tahunnya memberikan kontribusi sebesar 7,81 % per tahun dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 22,89 % per tahunnya. Sedangkan pendapatan yang berasal dua komponen retribusi daerah, pada kurun waktu yang sama, memberikan kontribusi rata-rata per tahunnya sebesar 15,61 % dengan rata-rata pertumbuhan per tahunnya sebesar 5,08 % per tahun. Untuk meningkatkan porsi kontribusi penerimaan pajak daerah dan retribusi daerah terhadap total penerimaan pendapatan asli daerah dan sekaligius memperbesar kontribusinya terhadap APBD Pemerintah Daerah Kota Bogor, beberapa langkah perlu dilakukan. Pertama, perlu dilakukan peningkatkan intensifikasi pemungutan jenis-jenis pajak daerah dan retribusi daerah yang telah diberlakukan. Intensifikasi ini dapat dilakukan antara lain dengan melakukan validasi wajib pajak daerah dan wajib retribusi daerah yang ada, penyesuian peraturan daerah yang mengatur pemungutan pajak daerah dan retribusi daerah, serta meningkatkan keterampilan aparat daerah yang mengelola pemungutan pajak daerah dan retribusi daerah. Kedua, dilakukannya ekstensifikasi pemungutan pajak daerah dan retribusi daerah. Ekstensifikasi ini dapat dilakukan antara lain dengan jalan memberlakukan jenis pajak dan retribusi baru sesuai dengan kondisi dan potensi yang ada dengan memanfaatkan kesempatan yang diberikan dalam Undang-Undang No. 34 Tahun 2000 serta peraturan perundang-undangan lainnya.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2001
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Widajanti Wibowo
Abstrak :
Katalis heterogen telah diketahui memiliki beberapa kelebihan, apabila dibandingkan dengan katalis homogen. Penelitian ini mencoba memanfaatkan katalis heterogen untuk reaksi altematif sintesis vanili dari eugenol minyak gagang cengkeh. Sintesis vanili dari eugenol membutuhkan dua tahap reaksi, yaitu isomerisasi eugenol menjadi isoeugenol, dan kemudian dilanjutkan dengan oksidasi isoeugenol menjadi vanili. Katalis heterogen yang digunakan adalah (1) padatan superbasa, yang digunakan untuk studi katalisis heterogen pada reaksi isomerisasi eugenol dan (2) katalis transfer fase, yang digunakan untuk reaksi oksidasi isoeugenol. Katalis transfer fase yang digunakan adalah 18-crown ether-6. Padatan superbasa dibuat dari γ- dan η-alumina yang diberi perlakuan NaOH dan logam Na. Alumina yang digunakan dalam penelitian ini dibuat dari bahan baku kaolin dari pulau Belitung dengan proses asam dan hasil yang diperoleh adalah 9% γ -A1203 dan 10,28% η -A1203. Studi katalisis heterogen pada reaksi isomerisasi eugenol menunjukkan bahwa reaksi dapat berlangsung pada suhu rendah. Kondisi reaksi isomerisasi eugenol yang digunakan adalah : suhu 10°C, waktu 9 jam, minyak gagang cengkeh 25 mmol dan katalis padatan superbasa γ -AI2O3/NaOH/Na sebanyak 2 g. Persentase konversi produk trans-isoeugenol adalah 64,42% dan cis-isoeugenol adalah 6,11%. Studi katalis juga dilakukan dengan membandingkan aktivitas dari 3 jenis katalis padatan superbasa : γ -Al203/NaOH/Na, η -A12O3/NaOH/Na dan γ - Al203 (E.Merck)/NaOH/Na. Hasil penelitian menunjukkan bahwa γ -Al2O3/NaOH/Na memperlihatkan aktivitas katalisis yang lebih baik dibandingkan dengan dua padatan superbasa lainnya. Studi katalisis reaksi oksidasi isoeugenol dengan oksidalor KMnO4 menggunakan katalis transfer fase, 18-crown ether-6, memberikan indikasi bahwa senyawa vanili yang terbentuk masih bercampur dengan senyawa-senyawa lain. Rendemen vanili hasil oksidasi isoeugenol dalam suasana asarn (pH 2) adalah 0,021%, dalam suasana netral (pH 7) adalah 0,028% dan dalam suasana basa (pH 9) adalah 0,015%. ...... It has been already known, that heterogeneous catalysts have more advantages compared to homogeneous catalysts. This research tried to utilize heterogeneous catalysts for an alternative reaction on synthesis of vanillin from eugenol of clove stem oil. This synthesis needs two steps reactions, isomerization reaction of eugenol to produce isoeugenol and oxidation reaction of isoeugenol to produce vanillin. Two types catalysts were used : (1) solid superbase, which was used on eugenol isomerization, and (2) phase transfer catalyst, 18-crown ether-6, which was used on isoeugenol oxidation. Solid superbase catalyst was prepared using - γ and η -alumina, treated with sodium hydroxide and sodium metal. Alumina was extracted from kaolin from Pulau Belitung by acid process, and the yield of aluminas were 9.0% y-A12O3 and 10.28% -Al2O3. η Heterogeneous catalysis study on eugenol isomerization showed that the reaction could proceed at low temperature. The eugenol isomerization reaction conditions were : temperature 10°C, reaction time 9 hours, clove stem oil 25 mmol, and solid catalyst superbase γ -A12O3/NaOH/Na 2 g. The result of products conversion were 64.42% trans-isoeugenol and 6.11% cis-isoeugenol. This study included the comparisson activities study of three solid superbase catalysts : γ -A12O3/NaOH/Na, η -Al2O3/Na0H/Na, and γ -Al2O3 (E.Merck)/NaOH/Na, which showed that γ -Al2O3 /NaOH/Na had better activity than those two latter solid superbase catalysts. Study on isoeugenol oxidation reaction using KMnO4 as an oxidazing agent and phase transfer catalyst, 18-crown ether-6, gave the indication that vanillin was produced mixed with other compounds. The yields of vanillin in acid medium (pH 2) was 0.021%, in neutral medium (pH 7) was 0.028% and in base medium (pH 9) was 0.015%.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2001
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Astuti Yuni Nursasi
Abstrak :
Penurunan fungsi gerak menjadi salah satu penyebab stress bagi lansia karena dapat mengganggu mobilisasi dan prokdutivitas lansia. Situasi stress memotivasi individu (lansia) untuk melakukan perlawanan yang dikenal sebagai koping. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi koping yang umum digunakan lansia terhadap penurunan fungsi gerak. Penelitian ini dilakukan di wilayah RW 05, 08, 11, Kel. Cipinang Muara Jakarta Timur. Responden yang terlibat dalam penelitian sebanyak 46 orang. Usia responden berkisar.antara 60-89 tahun. Janis kelamin terbanyak adalah wanita yaitu 65,22%. Responden yang masih mempunyai pasangan hidup sebanyak 52,17% dan sisanya hidup tanpa pasangan yaitu janda 41,30% dan duda 6,52%. Angket dikembangkan mengacu pada delapan jenis koping sesuai pedoman koping oleh Folkman & Lazarus yaitu konfrontasi, dukungan sosial, penyelesaian masalah, kontrol diri, penanggulangan peristiwa, penilaian yang positif, menerima tanggung jawab, pengingkaran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lansia menggunakan ke delapan jenis koping tersebut. Dan hasil perhitungan didapatkan bahwa usia tidak menentukan jenis koping yang dipilih oleh responden. Sebagian besar responden menggunakan koping yang adaptif sedangkan koping maladaptif digunakan oleh 30,43% responden untuk koping kontrol diri; 13,04% responden untuk koping penanggulangan peristiwa dan 63,04% untuk koping pengingkaran. Selanjutnya, perbedaan yang nyata dalam penerapan koping tampak pada jenis kelamin. Sebagian besar responden wanita berupaya untuk melawan kondisi penurunan fungsi gerak. 47,83% responden wanita menggunakan koping konfrontasi dan 36,96% menggunakan koping dukungan sosial. Berbeda dengan responden pria hanya 21,7% responden yang menggunakan konfrontasi dan 17,39% yang menggunakan dukungan sosial. Penggunaan koping oleh para responden juga dapat dilihat berdasarkan status pernikahan. Lansia pria yang hidup tanpa pasangan (duda), dalam penelitian ini (3 orang) hanya memilih koping konfrontasi, kontrol diri yang adaptif pengingkaran yang maladaptif sebanyak 6,52%. Sementara itu jenis koping yang lain hanya digunakan oleh satu orang lansia. Setiap jenis koping dalam penelitian digunakan oleh responder konfrontasi merupakan koping yang banyak dipilih oleh janda lansia (30,43%). Sebaliknya penanggulangan peristiwa yang adaptif hanya dipilih oleh satu orang lansia.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2002
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Ice Yulia Wardani
Abstrak :
Dalam rangka meningkatkan mutu asuhan keperawatan dibuka ruang Model Praktek Keperawatan Profesional di RS Dr H. Marzoeki Mahdi Bogor pada tanggal 28 Februari 2001. Di ruang inilah segala aspek keprofesionalan dalam keperawatan diterapkan, Penelitian ini mendeskripsikan klien-klien yang dirawat di ruang MPKP selama periode rawat Februari - Atli 2001 terhadap 79 orang klien. Dan basil penelitian teridentifikasi data demografi klien meliputi golongan usia terbesar adalah dewasa ( 25-55 tahun) sebanyak 45 orang (57%), jenis kelamin laki-laki 63%, pendidikan terakhir SMU 55,7%, status belum menikah 54,6%, pekerjaan penganguran 44,4%. Karakteristik keluarga klien terlihat klien-klien berasal dari tipe keluarga sedang (mempunyai 3-5 anak) sebesar 58,23%, menggunakan pola komunikasi mal adaptif65%, tidak pernah atau tidak rutin melakukan pertemuan dalam keluarga 67,76%. Dari status kesehatan klien teridentifikasi, tingkat ketergantungan klien saat datang 72,15% total care, saat puling 54,63 % minimal care. Alasan masuk RS klien terbesar adalah marah-marah 15,32%. Terapi keperawatan yang diberikan terhadap masalah keperawatan terbesar halusinasi (26,37%) meliputi TAK sosialisasi sebesar 37,02% sementara pendidikan kesehatan terhadap masalah harga diri rendah 76,42%. Dari aspek medis teridentifikasi diagnosa medis terbesar adalah Scizoprenia paranoid sebesar 43,7%.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2002
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Abdur Rahman
Abstrak :
Kualitas air di beberapa pemukiman pada daerah tertentu sering dirasakan kurang memenuhi syarat kesehatan. Umumnya para penduduknya mengeluhkan adanya air yang berbau dan berwarna kuning kecoklatan, Hal ini setelah di telusuri secara seksama baik secara survei maupun hasil analisis laboratorium ternyata mengandung kadar logam Fe dan Mn yang cukup tinggi. Masalahnya adalah bagaimana cara untuk meningkatkan kualitas air tersebut, dengan kata lain teknologi yang bagaimana yang dapat digunakan untuk menurunkan kandungan logam Fe dan Mn dalam air tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan suatu media filter yang dapat digunakan untuk menurunkan dan menghilangkan kandungan logam Fe dan Mn yang ada di dalam air. Pada penelitian ini digunakan media berupa zeolit Bayah yang diambil dari kabupaten Lebak, Jawa Barat. Pada proses awal percobaan dilakukan penyiapan media dengan menghancurkan zeolit menjadi ukuran kecil (kurang lebih 3 mm) dan ditempatkan dalam suatu kolam, selanjutnya siap untuk digunakan sebagai penyaring. Sedangkan sampel air yang digunakan berasal dari air tanah di Laboratorium Kesehatan Lingkungan FKM - UI. Pada proses awal penyaringan digunakan waktu alir sampel sebesar 16 mL/menit dan dilakukan pengukuran kandungan logam setiap 30 menit selama 2,5 jam. Untuk selanjutnya dilakukan pengukuran kandungan logam untuk waktu alir 14 . 12. 10. 8, 6, 4 dan 2 mL/menit. Dari hasil yang diperoleh pada 8 percobaan yang dilakukan ternyata didapatkan waktu alir yang optimal untuk penyaringan, yaitu 2 mL/menit. Pada percobaan dengan waktu alir 2 mL/menit diperoleh konsentrasi awal Fe pada sampel air sebesar 3.70 mg/L dan konsentrasi akhir Fe hasil penyaringan sebesar 1,12 mg/L, sedangkan untuk logam Mn konsentrasi awalnya sebesar 0,70 mg/L dan konsentrasi akhir hasil penyaringan sebesar 0.00 mg/L. Meskipun hasil yang diperoleh pada penyaringan logarn Fe masih melebihi baku mutu yang ditetapkan, namun dari prosentasi penurungan kandungan logam Fe maka penyaringan ini dapat dikatakan cukup baik yaitu sebesar 60 %.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2002
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Woro Retno Mastuti
Abstrak :
Dalam khasanah sastra Jawa, karya sastra Cina Peranakan Jawa selama ini agak terlupakan. Padahal karya sastra tersebut turut memberikan warna bagi dunia sastra Jawa. Beberapa karya sastra Jawa modern membahas peranan etnis Cina Peranakan Jawa ini pada untaian kisahnya. Beberapa sarjana telah melakukan penelitian-penelitian. Suripan lebih mengacu pada karya sastra Jawa baru di mana para pengarang Cina Peranakan Jawa menulis beberapa cerita pendek. Th. Pigeaud menyajikan judul judul naskah SCPJ yang ada di Perpustakaan Universitas Leiden. Ann Kumar menguraikan panjang lebar sejarah keterlibatan etnis Cina dari waktu ke waktu di burni Indonesia, baik Melayu maupun Jawa. Di lain pihak, Caludine Salmon selama 10 tahun berhasil mendata ribuan sastra Cina Peranakan Melayu. Penelitian ini bermaksud mendata judul judul karya SCPJ yang ada di perpustakaan FSUI (Depok), PNRI (Jakarta), Museum Sonobudoyo (Yogyakarta), Museum Reksopustoko (Solo), Museum Radyapustaka (Solo), dan Universitas Leiden (Belanda). Pendataan dilakukan melalui katalog-katalog yang telah diterbitkan dan melakukan pengecekan di lokasi penyimpanan. Dan hasil pendataan tersebut terdata 74 judul SCPJ, terdiri dari buku cetakan dan naskah tulisan tangan. Sebag:an besar ditulis dalam bahasa dan aksara Jawa, dan sebagian lagi ditulis dalam aksara latin. Isi dari karya SCPJ tersebut kebanyakan menceritakan tentang kerajaan-kerajaan di negeri Tiongkok, kisah cinta, dan tragedi. SCPJ ditulis dalam rentang waktu tahun 1859 hingga 1932. Generasi muda Cina Peranakan Jawa khususnya tidak lagi membaca dan mengenal karya tersebut. Masih banyak peiuang untuk melakukan penelitian sebagai bentuk apresiasi terhadap SCPJ.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2002
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Yulianto Sulistyo Nugroho
Abstrak :
Kebakaran hutan di Indonesia merupakan salah satu masalah lingkungan yang terbesar karena hampir selalu terjadi setiap tahun dalam 30 tahun terakhir. Kebakaran hutan di tahun 1992-93 and 1997-98 telah menyebabkan masalah yang luas baik dalam skala nasional maupun regional. Kebakaran tersebut telah merusak jutaan hektar hutan dan lahan sehingga menyebabkan kerugian ekonomi, munculnya asap hitam, masalah sosial termasuk berbagai penyakit, dan kehancuran lingkungan. Usaha perbaikan terhadap kerusakan yang terjadi akan sangat sulit dan membutuhkan waktu yang sangat lama. Kebakaran hutan terjadi jika kalor yang dilepaskan dari proses kebakaran melebihi kalor yang dapat dilepaskan ke lingkungan. Kebakaran umumnya diawali oleh api kecil, sehingga sangat dipengaruhi oleh kekuatan sumber api. Pada saat kebakaran hutan mulai membesar, api akan terus membesar walaupun sumber telah dihilangkan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari sifat pembakaran spontan dari berbagai bahan bakar hutan seperti sabut kelapa sawit, serpihan kayu, gambut dan batubara muda. Penelitian ini akan dapat memberikan penjelasan dan pemahaman terhadap peran mekanisme pemanasan spontan sebagai sumber kalor/panas bagi pembakaran spontan bahan bakar hutan. Hasil pengukuran seperti temperatur kritis dan parameter kinetika oksidasi digunakan sebagai dasar untuk menentukan sifat terbakar sendiri dari sampel yang diuji. Hasil penelitian terhadap sabut kelapa sawit, gambut, serpihan kayu dan batubara muda memperlihatkan bahwa material ini memiliki kecenderungan untuk terbakar sendiri. Namun demikian, perlu dipahami bahwa hasil yang ditunjukkan ini diperoleh dari penelitian skala laboratorium dengan berbagai parameter pengujian yang diatur secara cermat. Keinginan untuk memanfaatkan informasi yang diperoleh untuk skala yang lebih besar masih rnemerlukan pengkajian lebih lanjut. Sifat pembakaran spontan dari sampel yang diteliti dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti temperatur ambien, kandungan air, sifat kimia dan fisika sampel, ukuran basket dan luas permukaan. ...... Forest fires in Indonesia remains one of the greatest environmental problems since it happens almost every years during the past 30 years. The forest fires in 1982-1983 and 1997-1998 resulted in widespread problems nationally and regionally. The fires destroyed millions ha of forest and land which caused financial losses, produced great black smoke, caused social problems including many diseases, and environmental catastrophy. Regeneration of the losses will be very difficult and take years. Forest fires occurs when the heat evolved from combustion is sufficient to overcome heat losses. Ignition is initiated by a source of heat such as a flame. At first the ignition process is influenced by the source. Once started, forest fires can continue eventhough the source of heat have been removed. The objectives of this research work are to study the self-ignition behaviours of forest fuels such as wood debris, peat, palm shell and low rank coals. This study will provide initial explanations on the role of self-heating mechanism as the source of heating for spontaneous combustion of forest fuels. The measured experimental values of the critical ambient temperatures and the kinetic oxidation parameters are used as the basis of determination of the self-ignition propensity of the samples. The experimental results using palm shell, peat, wood debris and low rank coal showed that there is a tendency for these fuels to combust spontaneously. However, one realised that the experimental works were carried out in small-laboratory scale within a carefully controlled conditions. An attempt to extrapolate the results to full scale problems requires further justification. The self-ignition behaviour of the samples were affected by various factors including ambient temperature, moisture content, chemical and physical properties of the samples, basket sizes, and surface areas.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>