Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 193729 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Iskandar Agung
"Latar Belakang. Status fungsional merupakan komponen esensial pengkajian paripuma pasien geriatri. Sesungguhnya pada usia lanjut bukan hanya usia harapan hidup yang penting, tetapi bagaimana usia lanjut dapat menjalani sisa kehidupannya dengan baik dan optimal. Untuk itu usia lanjut harus bisa melakukan ADL secara mandiri. Untuk menilai ADL dasar diperlukan alat ukur yang andal, sahih dan Iuas dipakai. Indeks ADL Barthel merupakan alat ukur yang banyak dipakai. Suatu alat ukur yang baik untuk dapat dipalcai luas hares melalui uji keandalan dan kesahihan. Di Indonesia Indeks ADL Barthel belum pernah diuji keandalan dan kesahihannya.
Tujuan. Membuktikan bahwa kuesioner Indeks ADL Barthel merupakan intrumen ukur yang andal dan sahih untuk menilai status fungsional dasar usia lanjut Indonesia.
Metodologi. Dirancang suatu studi validasi. Prosedur yang dilakukan adalah pada hari pertama kunjungan semua pasien dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik, pengisian formulir kuesioner indeks ADL Barthel dan indeks ADL Katz serta pada hari 7 --14 kunjungan dilakukan pengisian ulangan formulir kuesioner ADL Barthel.
Hasil. Telah dilakukan pengambilan data dari 100 responden, nilai ICC ADL Barthel tiap-tiap butir, dan nilai total ADL Barthel didapatkan sangat baik (> 0,75), kecuali untuk butir mengendalikan rangsang buang air besar dengan ICC 0,645 hasilnya baik (0,4 -- 0,75). Keandalan internal consistency penelitian ini diperoleh nilai Cronbach a 0,938. Uji kesahihan eksternal ADL Barthel dibandingkan ADL Katz dianalisis dengan uji Spearman correlation coefficient menunjukkan hubungan bermakna (pc0,01), yaitu antara butir dan nilai total ADL Barthel dengan butir dan nilai total ADL Katz. Hanya hubungan butir mengendalikan rangsang buang air km-II ADL Barthel dengan butir makan ADL Katz yang bermalma dengan (p<0,05). Kesahihan konstruksi ADL Barthel diuji dengan Spearman correlation coefficient dan melihat nilai rho (r) masing masing butir. Hasil yang didapatkan semua butir berhubungan bermakna dengan nilai total (p<0,001). Semua butir mempunyai nilai r > 0,3.
Simpulan. Kuesioner ADL Barthel merupakan instrumen ukur yang andal dan sahih serta dapat digunakan untuk mengukur status fungsional dasar usia lanjut Indonesia.

Background. Status functional is essential component of comprehensive geriatric assessment. Actually in addition to longevity, the important thing for elderly is to live the rest of their life as good and as optimal as possible. To live their life as good and as optimal as possible, the elderly should do the basic ADL independently. To measure basic ADL performance of elderly, measurement tool which is valid, reliable and commonly used is needed. Barthel index is the measurement tool which commonly used. For a good instrument to become commonly used, it should be tested for reliability and validity. In Indonesia Barthel index hasn't been tested for reliability and validity.
Objectives. To verify that Barthel index form is an accurate tool to measure basic functional status in elderly population Indonesia.
Methods. A validation study was arranged. On the first day of visit, all patients were subjected to anamnesis and physical examination. Barthel index form and Katz index form were filled on the first visit, which were repeated on day 7 through day 14 of visits.
Results. There were 100 respondents in this study. Intra class correlation coefficient (ICC) Barthel index for each dimension, total score Barthel index were found to be excellent (>0.75) with the exception of controlling bowels with ICC 0.645 (good). The internal consistency was found to have Cronbach a 0.938. Compared to Katz index, the external validity of Barthel index was found to be significant (p<0.01) using Spearman correlation coefficient. The construct validity was found to be significant (p<0.001)
Conclusion. Barthel index form is an reliable and valid tool which is recommended to measure basic functional status in elderly population Indonesia."
Jakarta: Universitas Indonesia, 2006
T18048
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Afif Rafid Ikhsani
"Perubahan gaya hidup seiring perkembangan zaman membuat kronotipe manusia semakin bervariasi. Kronotipe malam diketahui banyak dijumpai pada kalangan remaja akhir. Pola irama sirkadian memiliki hubungan dengan sistem imun dan penyakit alergi. Rinitis alergi merupakan penyakit alergi yang paling banyak dijumpai pada kalangan remaja dan dapat menurunkan kualitas hidup penderitanya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kronotipe dan rinitis alergi pada pelajar sekolah menengah atas.

Metode: Pada penelitian potong lintang ini, analisis dilakukan pada 196 pelajar sekolah menengah atas yang telah menjawab empat kuesioner: International Study of Asthma and Allergy in Childhood Core QuestionnaireReduced Version Morningness-Eveningness Questionnaire, Epworth Sleepiness Scale dan Kuesioner Studi Kohort Faktor Risiko PTM Tahun 2011 Bagian Penggunaan Tembakau dan Kebiasaan Merokok. Data dianalisis menggunakan uji chi square dan analisis regresi logistik.

Hasil: Lebih banyak pelajar berkronotipe pagi (64,8%) dibandingkan tipe malam (35,2%). Sebanyak 28,1% pelajar mengalami rinitis alergi dalam 12 bulan terakhir. Kronotipe berhubungan signifikan dengan rinitis alergi (p<0,05; OR=2,273; CI 95% 1,198-4,311). Terdapat perbedaan proporsi rinitis alergi yang signifikan antara pelajar dengan kronotipe malam (39.1%) dan pelajar dengan kronotipe pagi (22%).

Kesimpulan: Terdapat perbedaan proporsi rinitis alergi yang signifikan antara pelajar sekolah menengah atas dengan kronotipe malam dan pelajar dengan kronotipe pagi.


Changes in lifestyle over the times make human chronotypes more varied. The evening type are known to be frequently found among late adolescents. Circadian rhythm has a relationship with the immune system and allergic disease. Allergic rhinitis is the most common allergic disease among adolescents and can reduce the patient's quality of life. This study aims to determine the relationship between chronotype and allergic rhinitis in high school students.

Method: In this cross-sectional study, 196 high school students answered four different questionnaires: the International Study of Asthma and Allergy in Childhood Core Questionnaire, the Reduced Version Morningness-Eveningness Questionnaire, Epworth Sleepiness Scale and Kuesioner Studi Kohort Faktor Risiko Penyakit Tidak Menular Tahun 2011 Bagian Penggunaan Tembakau dan Kebiasaan Merokok. The data was analyzed using chi-square test and logistic regression.

Result: More students were morning type (64,8%) compared to evening type (35,2%). As many as 28.1% of students experienced allergic rhinitis in the last 12 months. Chronotype was significantly associated with allergic rhinitis (p<0,05; OR=2,273; CI 95% 1,198-4,311). There was a significant difference in the proportion of allergic rhinitis between high school students with evening chronotype (39,1%) and high school students with morning chronotype (22%).

Conclusion: There was a significant difference in the proportion of allergic rhinitis between high school students with evening chronotype and students with morning chronotype."

Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Saunders, D.S.
Oxford: Pergamon Press, 1982
595.7 SAU i
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Agita Maryalda Zahidin
"Latar Belakang: Kompleks prematur ventrikel (KVP) dikaitkan dengan risiko penurunan fungsi ventrikel dan gagal jantung, dan meningkatkan mortalitas jangka panjang. Variasi sirkadian yang rendah merupakan salah satu prediktor terjadinya kardiomiopati yang diinduksi oleh KVP. KVP idiopatik tipe independen merupakan salah satu bentuk dari KVP dengan gambaran distribusi variasi sirkadian yang rendah. Namun tidak semua KVP independen memiliki variasi sirkadian yang rendah. Belum ada studi yang menilai perbedaan fungsi sistolik intrinsik VKi menggunakan global longitudinal strain (GLS) pada KVP idiopatik independen dengan KVP idiopatik non-independen.
Tujuan: Mengetahui hubungan antara kompleks ventrikel prematur idiopatik tipe independen dengan GLS ventrikel kiri melalui ekokardiografi speckle tracking pada pasien tanpa penyakit jantung struktural.
Metode: Penelitian ini merupakan studi potong lintang dengan menggunakan data pasien aritmia ventrikel idiopatik yang dikumpulkan di RSPJD Harapan Kita Jakarta pada bulan Februari 2021- Mei 2021. Evaluasi KVP idiopatik dilakukan dengan EKG 12 sandapan, pemeriksaan Holter monitoring 24 jam. Data dasar ekokardiografi diambil dan penilaian fungsi sistolik intrinsik ventrikel kiri (Vki) dilakukan menggunakan ekokardiografi speckle tracking dengan global longitudinal study (GLS).
Hasil: Dari 67 pasien KVP idiopatik yang disertakan dalam penelitian, didapatkan sebesar 27 pasien (40,2%) dengan KVP tipe independen dan 40 pasien (59,8%) dengan KVP non-independen. Sebanyak 31 (46,3%) pasien memiliki disfungsi sistolik ventrikel kiri pada pemeriksaan GLS (kurang dari -18). KVP tipe independen (OR 5,3; IK 95% 1,10-33,29; p = 0,038), beban KVP 9% (OR 16; IK 95% 1,58-163,61; p = 0,019), jenis kelamin laki-laki (OR 6,58; IK 95% 0,80-0,99; p = 0,029), dan episode TV non-sustained (OR 13,88; IK 95% 1,77-108,53; p = 0,012) berhubungan secara signifikan dengan penurunan fungsi sistolik intrinsik Vki.
Kesimpulan: Kompleks ventrikel prematur idiopatik tipe independen berhubungan dengan penurunan sistolik intrinsik ventrikel kiri melalui ekokardiografi speckle tracking. Evaluasi tipe KVP idiopatik perlu dilakukan karena berhubungan dengan prognosis pasien dalam praktik klinis.

Background: Premature ventricular complexes (PVC) was associated with a risk of decreased ventricular function and heart failure, and increased long-term mortality. Low circadian variation is one of the predictors of PVC-induced cardiomyopathy. Independent-type-PVC (I-PVC) is a form of PVC with a low distribution of circadian variation. However, not all I-PVC show low circadian variation. No studies have been performed to examine differences in intrinsic systolic function of left ventricle (LV) using global longitudinal strain (GLS) in independent versus non-independent idiopathic PVC.
Objective: To determine the relationship between I-PVC and intrinsic systolic function of LV using speckle tracking echocardiography in patients without structural heart disease.
Methods: A cross-sectional study was conducted using data from patients with idiopathic ventricular arrhythmias collected at RSPJD Harapan Kita Jakarta in February 2021-May 2021. Evaluation of idiopathic PVC was carried out using a 12-lead ECG, 24-hour Holter monitoring. Basic echocardiography was performed then LV intrinsic systolic function was assessed using speckle tracking echocardiography with global longitudinal study (GLS).
Results: Of the 67 patients with idiopathic PVC included in the study, 27 (40.2%) patients included in independent PVC group and 40 (59.8%) patients in non-independent PVC group. A total of 31 (46.3%) patients had LV systolic dysfunction on GLS examination (less than -18). Independent-type-PVC (OR 5.3; 95% CI 1.10-33.29; p = 0.038), PVC burden of 9% (OR 16; 95% CI 1.58-163.61; p = 0.019), male gender (OR 6.58; 95% CI 0.80-0.99; p = 0.029), and non-sustained VT episodes (OR 13.88; 95% CI 1.77-108.53; p = 0.012) was significantly associated with a decrease in LV intrinsic systolic function.
Conclusion: Independent-type-PVC was associated with decreased in LV intrinsic systolic function assessed by speckle tracking echocardiography. Evaluation of the type of idiopathic PVC needs to be considered since it is related with patient's prognosis in clinical practice.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Malika Sabrina Yunifananda
"ABSTRAK
Latar Belakang: Stroke merupakan penyebab utama disabilitas jangka panjang di dunia. Penyakit ini dikenal secara luas sebagai penyakit degeneratif pada kelompok usia geriatri, namun beberapa studi membuktikan bahwa insidensi stroke pada usia produktif juga meningkat. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara usia dengan aktivitas sehari-hari pasien stroke fase kronik dengan menggunakan instrumen Modified Shah Barthel Index. Metode: Penelitian ini menggunakan desain potong lintang dengan metode observasional analitik. Variabel bebas terbagi menjadi kelompok usia produktif 17-60 tahun dan usia geriatri >60 tahun . Hasil: Analisis bivariat menunjukan bahwa terdapat hubungan bermakna antara nilai MSBI dan usia pasien stroke fase kronis P=0.017 Diskusi: Dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan bermakna antara usia dengan nilai MSBI pasien stroke fase kronis.Kata kunci : stroke, usia, Modified Shah Barthel Index

ABSTRACT<>br>
Background Stroke is the chief cause of long term disability in the world. Predominantly, the disease is known as a degenerative disease on geriatrics age group, yet several studies have proven that incidence on productive ages are also increasing. Objective The study is aimed to observe the relationship between age and activities of daily living on stroke patients in chronic phase by using the instrument Modified Shah Barthel Index. Method The study utilizes the cross sectional design and analytical observational method. The independent variables are divided as productive age group 17 60 years and the geriatric age group 60 years and Result Bivariate analysis proves that there is a significant relationship between MSBI score and age of stroke patients on chronic phase p 0.017 . Discussion In conclusion, there is a significant relationship between age and MSBI score on stroke patients in chronic phase.Keywords stroke, age, Modified Shah Barthel Index"
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ira Marisa
"ABSTRAK
Berhasilnya pembangunan di Indonesia berdampak positif pada usia harapan hidup, sehingga jumlah warga lanjut usia semakin meningkat. Kondisi fisik, baik anatomis maupun fungsional, pada kelompok usia tersebut telah mengalami kemunduran, oleh karena itu dengan bertambahnya warga lanjut usia akan menimbulkan berbagai masalah termasuk masalah kesehatan. Dari kepustakaan diketahui bahwa penyakit kardiovaskuler dan hipertensi merupakan penyakit yang frekuensinya meningkat dengan bertambahnya usia. Warga lanjut usia merupakan kelompok resiko tinggi untuk mengalami defisiensi magnesium, disebabkan oleh masukan makanan yang kurang, gangguan saluran pencemaan, penggunaan diuretika dan diabetes mellitus.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui status magnesium serum pada warga lanjut usia dan faktor-faktor yang berhubungan seperti faktor usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan formal, tingkat penghasilan, pengetahuan gizi, sumber informasi, perilaku gizi, masukan makanan dan keluhan serta penyakit seperti gangguan nafsu makan, keadaan gigi geligi, diare, diabetes mellitus dan penggunaan diuretik.
Penelitian cross sectional ini melibatkan 88 orang warga lanjut usia. Data didapatkan dari wawancara, pemeriksaan fisik termasuk antropometri dan pemeriksaan laboratorium untuk menentukan kadar magnesium dalam serum dan bahan makanan.
Hasil penelitian menunjukkan 54.5% menderita defisiensi magnesium. Tidak ditemukan hubungan yang bermakna (p> 0.05) antara faktor usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan formal, tingkat penghasilan, pengetahuan gizi, perilaku gizi, sumber informasi gizi, masukan energi, masukan protein baik hewani maupun nabati, keadaan gigi geligi, dan diare dengan status magnesium serum. Sedangkan subyek yang menderita penyakit diabetes mellitus dan menggunakan diuretik cenderung mempunyai status magnesium yang rendah. Di samping itu ditemukan hubungan yang kuat antara gangguan nafsu makan dan masukan magnesium dengan status magnesium serum.

The successful development in Indonesia has a positive impact on the life expectancy at birth, leading to the increasing number of elderly. The physical condition of this age group either anatomically as well as functionally is declining with age. With the increasing number of this elderly group several health problems will emerge including, the high frequency of cardiovascular disease and hypertension. Some authors described the aetheology of these diseases to magnesium deficiency. Elderly are at high risk of suffering magnesium deficiency caused by deficient food intake, altered gastrointestinal function, use of diuretics and diabetes mellitus.
Therefore it is considered necessary to study serum magnesium status in the elderly, to know the serum magnesium status and related factors such as age, gender, level of formal education, income, knowledge of nutrition, nutritional information source, nutritional behavior, nutrient intake, complains and problems regarding anorexia, teeth condition, diarrhea, diabetes mellitus and use of diuretics.
This cross sectional study involved 88 elderly. Data were collected through interviews, physical examination, including anthropometrical measurements and laboratory assessments were done to determine magnesium content in serum and food.
From the 88 examined elderly, 54.5% were magnesium deficient. There was no significant association (p>4.05) between age, gender, level of formal education and income, knowledge of nutrition, nutritional behavior, nutritional information source, energy intake, animal and plant protein intake, teeth condition, diarrhea, and serum magnesium status. The subjects with diabetes mellitus and those using diuretics tend to have low serum magnesium status. There was strong association between anorexia and magnesium intake with serum magnesium status.
"
1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ummi Malikal Balqis
"ABSTRAK
Penurunan fungsi kognitif dan gangguan kemandirian dalam melakukan Aktivitas Kehidupan Sehari-hari (AKS) merupakan masalah kesehatan pada lansia yang mempengaruhi kualitas hidup dari lansia. Tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui hubungan fungsi kognitif dengan tingkat kemandirian lansia dalam melakukan AKS. Penelitian dilakukan melalui simple random sampling menggunakan metode cross secsional dengan cara wawancara dan observasi menggunakan kuesioner MMSE dan KATZ Index. Hasil penelitian pada 93 lansia di PSTW Budi Mulia 02 dan 04 DKI Jakarta menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara fungsi kognitif dengan tingkat kemandirian lansia dalam melakukan AKS, dengan pvalue 0,000. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lansia yang mengalami penurunan fungsi kognitif 29 kali lebih besar mengalami masalah dalam kemandirian melakukan AKS dibandingkan lansia yang memiliki fungsi kognitif normal (OR 29,250;95%CI 6,363-135,303). Saran dari penelitian ini yaitu perlu dilakukan tindakan lebih lanjut untuk mengatasi masalah penurunan fungsi kognitif dan gangguan dalam melakukan AKS secara mandiri pada lansia.

ABSTRACT
Cognitive decline and impairment to performing Activity of Daily Living (ADL) independently is a common problem in elderly health that affects to their quality of life. The purpose of this research was to determining the relationship between cognitive function with the level of elderly independence of activity daily of living. This research was carried out by simple random sampling with cross sectional method by interviews and observations using MMSE and KATZ Index questionnaire. The results of 93 elderly people in PSTW Budi Mulia Jakarta 02 and 04 that be participants in this research shown that there was a significant relationship between cognitive function with a level of independence of the elderly in doing ADL, with p value of 0.000. Results showed that the elderly who experience cognitive decline 29 times more likely to have problems in doing AKS indepedently compared to elderly who had normal cognitive function (OR 29,250; 95% CI 6.363 to 135.303). The suggestions of this research is necessary to prevent cognitive decline and impairment to do activity of daily living independently in elderly."
2014
S56116
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Febrina Nur Alfiah Ramadhani
"ABSTRAK
Latar Belakang: 85 pasien dengan stroke iskemik mengalami hemiparese pasca serangan stroke. Hemiparese ini dapat menyebabkan pasien stroke mengalami kesulitan dalam beraktivitas. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara sisi hemiparese terhadap kemampuan menjalankan aktivitas kehidupan sehari-hari pada pasien stroke fase kronis.Metode: Penelitian dilakukan dengan metode cross sectional dengan jumlah subjek penelitian sebanyak 23 subjek. Subjek dipilih dengan metode kuota sampling.Variabel bebas pada penelitian dibagi menjadi dua kelompok, yaitu hemiparese kanan dan hemiparese kiri.Hasil: Tidak ditemukan adanya korelasi antara sisi hemiparese pada pasien stroke dengan nilai MSBI p > 0,005 .Diskusi: Penelitian tidak bermakna kemungkinan disebabkan oleh minimnya jumlah sampel. Hal ini dapat dilihat dari ditemukannya hubungan yang berarti antara sisi hemiparese pada pasien stroke dengan nilai indeks barthel pada studi lainnya. Kata kunci: Stroke, Hemiparese, MSBI
"
"
"ABSTRACT
"
Background 85 of ischemic stroke patient, suffer from hemiparesis after the attack. This hemiparesis cause stroke patients to have difficulties to do activities of daily living.Objective This study is aimed to observe the correlation between sides of hemiparesis in chronic stroke patient with the ability to do activities of daily living.Method This study utilizes cross sectional method with 23 subject chosen by quota sampling method. The independent variable in this study is divided into two group. The hemiparesis dextra and hemiparesis sinistra. Result There is no meaningful correlation statistically between sides of hemiparesis in chronic stroke patient and MSBI score p 0,005 Discussion The statistically meaningless relationship between sides of hemiparesis in chronic stroke patients and MSBI score might be cause by the low amount of subjects. This is because the relationship between sides of hemiparesis in chronic stroke patients with barthel index had been found meaningful on other study. Keywords Stroke, Hemiparesis, MSBI "
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sinaga, Rimnauli Deasy Putryanti
"Osteoarthritis (OA) adalah penyakit sendi degeneratif yang ditandai oleh degenerasi kartilago artikular, perubahan struktur tulang subkondral, pembentukan osteofit, kelemahan ligamen, kelemahan otot quadrisep dan peradangan sendi. Manifestasi gejala OA lutut berkontribusi besar terhadap limitasi aktivitas sehari-hari dan menimbulkan disabilitas fungsional yang akan membatasi partisipasi dan menurunkan kualitas hidup pasien OA lutut. Evaluasi luaran klinis dari sudut pandang pasien dirasakan perlu terkait kualitas dan keberhasilan tatalaksana OA lutut. Knee Outcome Survey Activity Daily Living Scale (KOS ADLS) merupakan instrumen untuk menilai status fungsional pasien OA lutut yang mengevaluasi gejala-gejala dan keterbatasan fungsional spesifik selama aktivitas hidup sehari- hari. Penelitian ini bertujuan untuk menguji kesahihan dan keandalan instrumen KOS ADLS yang diadaptasi dan diterjemahkan ke budaya dan bahasa Indonesia. Penelitian ini dilaksanakan di poliklinik Departemen Rehabilitasi Medik divisi Muskuloskeletal RSCM dari 1 Oktober 2020 sampai 31 Agustus 2021. Metode penelitian adalah studi potong lintang dengan jumlah sampel 65 orang. Data diolah dengan uji uji kesahihan menggunakan korelasi Bivariate Pearson dimana tingkat signifikansi p < 0.05 dengan koefisiensi korelasi r > 0.3 dan uji keandalan dengan uji konsistensi internal dengan nilai ð›¼-cronbach dan Intraclass Correlation Coefficient (ICC) ≥ 0.7. Hasil penelitian menunjukkan nilai korelasi KOS ADLS untuk keseluruhan item ialah 0.461 – 0.792. Nilai ð›¼ -cronbach Nilai Cronbach’s Alpha KOS ADLS secara keseluruhan adalah 0.911 dan nilai ICC yaitu 0.969 dengan interval kepercayaan 95% 0,950 – 0,981. Berdasarkan hasil analisis statistik, instrumen KOS ADLS-Ina memiliki nilai korelasi dan konsistensi internal diatas nilai minimal yang berarti sahih dan andal dengan tingkat signifikansi p < 0.05. Kesimpulannya, KOS ADLS memiliki kesahihan dan keandalan yang baik untuk digunakan sebagai alat ukur keterbatasan fungsional pada OA lutut di Indonesia.

Osteoarthritis (OA) is a degenerative joint disease characterized by articular cartilage degeneration, changes in subchondral bone structure, osteophyte formation, ligament weakness, quadriceps muscle weakness and joint inflammation. Manifestations of knee OA symptoms contribute greatly to the limitation of daily activities and cause functional disability which will limit participation and reduce the quality of life of knee OA patients. Evaluation of clinical outcomes from the patient's point of view is deemed necessary regarding the quality and success of knee OA management. The Knee Outcome Survey Activity Daily Living Scale (KOS ADLS) is an instrument to assess the functional status of knee OA patients that evaluates symptoms and specific functional limitations during activities of daily living. Material and Methods. The study conducted in Medical Rehabilitation Department, Musculoskeletal division of Cipto Mangunkusumo Hospital from October 1st to August 31st, 2021. Cross sectional was the study’s design with a sample of 65 subjects. Data was collected and analyze for validity with bivariate Pearson correlation with p < 0.05 and correlation coefficient r > 0.3. Reliability was tested with internal consistency in which Î±-cronbach and Intraclass Correlation Coefficient (ICC) ≥ 0.7. 
Result. The result of the study showed that the correlation value for total item was 0.461 – 0.792. As for the internal consistency the Î±-cronbach set at 0.911 and ICC was 0.969 CI 95% 0,950 – 0,981. Based on the statistical analysis, Indonesian version of KOS ADLS (KOS ADLS-Ina) proved that both Pearson’s correlation and internal consistency values have value above the minimal intended value with significancy p < 0.05. 
Conclusions. As a conclusion, the findings show KOS ADLS-Ina as a valid and reliable functional capacity instrument to be used in Indonesian population.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Fadhli Waznan
"ABSTRAK
Dewasa ini, jumlah populasi usia lanjut di Indonesia semakin meningkat. Jumlah ini diiringi dengan semakin banyaknya masalah-masalah yang menyertai seseorang dengan usia lanjut, seperti menurunnya mobilitas fungsional. Penurunan mobilitas fungsional ini akan berpengaruh terhadap menurunnya pula kualitas hidup terkait kesehatan HRQoL . Belum ada penelitian yang mengetahui korelasi antara mobilitas fungsional dengan HRQoL, jika diukur menggunakan European Quality of Life-5 Dimension EQ-5D yang memiliki keunggulan. Sebanyak 70 pasien usia lanjut di Poliklinik Geriatri, RSCM dilakukan pengukuran TUGT mengukur mobilitas fungsional dan EQ-5D mengukur HRQoL . Didapatkan nilai median untuk TUGT adalah 12,335 7-30,9 detik, EQ-5D TTO 0,777 0,532-1 , dan EQ-5D VAS 70,0 30-100 . Dengan menggunakan analisis korelasi, didapatkan hasil bahwa terdapat korelasi negative antara TUGT dengan EQ-5D TTO p= 0,006; r= -0,324 dan EQ-5D VAS p= 0,037; r= -0,254 . Dari penelitian ini didapatkan bahwa TUGT orang usia lanjut di Indonesia lebih rendah jika dibandingkan di negara lain. Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian-penelitian terkait mobilitas fungsional dan HRQoL. Penelitian lanjutan tentang hubungan kausalitas kedua variabel perlu dilakukan.

ABSTRACT
Recently, total population of eldery in Indonesia is growing in number. This number accompanied by problems among elderly, as decrese in functional mobility. The decrease of functional mobility will affect to health related quality of life HRQoL . There is still no study knowing correlation between functional mobility and HRQoL, if assessed using European Quality of Life 5 Dimension EQ 5D which has its own excellence. As many as 70 elderly patients in Geriatric Policlinic was tested for timed up and go test TUGT for assessing functional mobility and EQ 5D for assessing HRQoL . The median of TUGT was 12,335 7 30,9 second, EQ 5D TTO was 0,777 0,532 1 , and EQ 5D VAS was 70,0 30 100 . From bivariate analysis, there was a correlation between TUGT with EQ 5D TTO p 0,006 r 0,324 and TUGT with EQ 5D VAS p 0,037 r 0,254 . From this study, it is known that TUGT of elderly patient in Indonesia is lower if compared to another counties rsquo references value. This study is also suit with another studies about functional mobility and HRQoL. Advanced study to know causality association between variables needs to be done. "
2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>