Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 147721 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hully Cahyantoro
"Economic Value added (EVA) yang dikembangkan oleh lembaga konsultan Stem Stewart & Co. adalah financial performance measurement dan sistem manajemen yang mulai berkembang pada sekitar tahun 1990-an. EVA fungsi utamanya adalah sebagai peralatan untuk mengevaluasi kinerja manajemen relatif terhadap tujuan untuk memaksimalkan kekayaan pemegang saham (shareholder wealth). Sementara itu, Market Value Added (MVA) adalah harga pasar perusahaan dikurangi dengan modal yang telah diinvestasikan. Secara teori, terdapat hubungan langsung antara EVA dan MVA dimana MVA adalah present value dari tingkat EVA di mass depan dengan discounted pada biaya atas modal (cost of capital).
EVA dan MVA adalah peralatan yang berguna untuk mengukur kinerja manajemen. Logikanya jika sebuah perusahaan memiliki nila EVA/MVA yang tinggi berarti mereka memiliki kinerja yang sangat baik dan memiliki tingkat pengembalian (return) yang baik pula dari saham - saham perusahaan tersebut. Berarti pula, EVA/MVA dapat digunakan dalam strategi investasi untuk melakukan pemilihan saham dengan memilih saham - saham yang memiliki nilai EVAIMVA yang terbaik. Sebuah studi yang dilakukan oleh Bernstein dan Pigler mencoba untuk menguji strategi berdasarkan EVAIMVA ini dengan membentuk portofolio yang terdiri dan 50 saham dari S&P500 yang memiliki nilai EVA tertinggi pada 31 Januari dalam periode 1987 - 1990 setiap tahunnya. Mereka mengamati performance dari portofolio ini selama 12 bulan berikumya. Hasil dari studi Bernstein dan Pigler menunjukkan bahwa EVA adalah alat yang tidak cukup berguna dalam melakukan pemilihan saham. Strategi investasi berdasarkan pada EVA kinerjanya berada dibawah S&P500 (underperformed). Studi lanjutan dari studi sebelumnya yang melakukan pengujian terhadap EVA dalam memilih saham dilanjutkan kembali oleh Bernstein untuk menguji nilai dari pertumbuhan EVA (bukan nilai absolute EVA) sebagai alat untuk melakukan pemilihan saham. Bernstein melakukan pengujian strategi investasi menggunakan EVA growth dan MVA growth dengan membentuk portofolio yang terdiri dari lima puluh saham dari S&P500 yang memiliki prosentase perubahan EVA dan MVA tertinggi per 31 Januari selama periode 1987 - 1996 setiap tahunnya. Selanjutnya mereka menguji performance dari portofolio tersebut selama 12 bulan kemudian. Hasilnya menunjukkan bahwa strategi investasi pembentukan portofolio berdasarkan EVA growth lebih buruk hasilnya daripada berdasarkan absolut EVA dan kinerjanya berada di bawah S&P (underperformed). Sebaliknya strategi berdasarkan MVA growth kinerjanya berada diatas strategi berdasarkan nilai absolut MVA dan juga berada diatas S&P500 (outperformed).
Mengikuti apa yang telah dilakukan oleh studi Bernstein dan Pigler di atas tetapi diaplikasikan pada pasar modal dan periode yang berbeda, studi yang dilakukan ini memcoba membuat portofolio yang terdiri dari 5 saham dari LQ45 di Bursa Efek Jakarta (BEJ) yang memiliki nilai EVAIMVA tertinggi bail( absolute maupun growth untuk tiap tahun selama 2003 - 2004. Data EVAIMVA perusahaan publik di Indonesia yang dipakai adalah publikasi dari majalah bisnis SWA yang merupakan basil studi mereka bersama dengan MarkPlus & Co, MAKSI FE UI dan dibantu oleh beberapa praktisi pasar modal di Indonesia. Data EVAIMVA ini kemudian digunakan untuk membentuk sebuah portofolio berdasarkan pada empat strategi yang berbeda
1. Strategi ke-1 : Portofolio yang terdiri dari 5 Saham dari LQ45 yang memiliki nila absolute EVA tertinggi pada periode 2003 - 2004 setiap tahunnya (Portofolio S I-03 dan S1-04). Strategi ke-2 : Portofolio yang terdiri dari 5 saham dari LQ45 yang memiliki nilai EVA growth tertinggi pada periode 2003 - 2004 setiap tahunnya (Portofolio S2-03 dan S2-04)
Strategi ke-3 : Portofolio yang terdiri dari 5 Saham dari LQ45 yang memiliki nila absolute MVA tertinggi pada periode 2003 - 2004 setiap tahunnya (Portofolio S3-03 dan S3-04)
Strategi ke-4 : Portofolio yang terdiri dad 5 saham dari LQ45 yang memiliki nilai MVA growth tertinggi pada periode 2003 - 2004 setiap tahunnya (Portofolio S4-03 dan S4-04)
Kemudian dalam karya akhir ini dilakukan pengukuran kinerja dari tiap - tiap portofolio dengan menggunakan Sharpe, Treynor dan Jensen selama 12 bulan kedepan dari saat portofolio tersebut dibentuk dan membandingkannya dengan market performance (IHSG dan indek LQ45). Akhirnya dalam karya akhir ini dilakukan pemeringkatan dari flap - tiap portofolio dari masing - masing strategi untuk menemukan srategi terbaik sampai strategi terburuk. Pada akhirnya kita akan mendapatkan jawaban atas pertanyaan apakah kita mendapatkan basil yang sama dengan studi yang dilakukan oleh Bernstein dan Pigler ? Ternyata didapatkan bahwa peringkat strategi pembentukan portofolio secara berurutan dari yang paling baik sampai yang paling buruk adalah, strategi pembentukan portofolio berdasarkan : MVA growth. EVA growth, absolut MVA dan terakhir berdasarkan absolut EVA. Berarti hasil yang didapatkan ini sama dengan Bernstein dan Pigler untuk peringkat 1 (terbaik) dan peringkat 4 (terburuk) tetapi mendapatkan hasil yang berkebalikan untuk peringkat 3 dan 4.

Economic Value added (EVA) developed by the consulting firm of Stem Stewart & Co. is a corporate financial performance measurement and management system which has grown in popularity in the 1990's. EVA is primary function is as a tool to evaluate management performance relative to the goal of maximizing shareholder wealth. Meanwhile Market Value Added (MVA) is market value of the firm minus invested capital. In theory, there is a direct relationship between EVA and MVA in that MVA is equal to the present value of future level of EVA discounted at the cost of capital.
EVA and MVA are useful tools for measuring the performance of management. Logically, if a company has high EVAJMVA means that they has high performance and has high expected return on their stock. It also means, EVAIMVA can be used in an investment strategy by selecting stock of firms that generate best amounts of EVAIMVA. A study from Bernstein and Pigler tried to examine this EVAJMVA base strategy. Bernstein and Pigler formed portfolio of the fifty stocks within S&P 500 that had the highest EVA as of January 3151 of each year over period 1987 - 1990. They tracked the performance of this portfolio over the subsequent twelve months. The result of the Bernstein and Pigler study show that EVA is not useful tool for selecting stock. The investment strategy based on EVA underperformed the S&P500. Extend study a previous assessment of EVA's value in the stock selection process by Bernstein was to examine the value of growth EVA (rather than just the absolute value of EVA) as a stock selection screen. Bernstein examine investment strategies using growth in EVA and MVA by forming portfolio of the fifty stock within the S&P500 that had the highest percent change in EVA and MVA as of January 3I" of each year over the period 1987 to 1996. They then tracked the performance of this portfolio over the subsequent twelve months. The results indicated that the strategy based on EVA growth performed worse than the strategy based on the level of EVA and underperformed the S&P500. In contrast the investment strategy based on the level of MVA, the investment strategy based on MVA growth performed better than the strategy based on the level of MVA and also outperformed the S&P500.
Inspiring by Bernstein and Pigler study above but applied in different capital market and period, this study tried to construct portfolio of the five stock within LQ45 in Jakarta Stock Exchange that have the highest EVA/MVA both absolute and growth of each year over period 2003 - 2004. EVA/MVA data of public company in Indonesia were published by S WA business magazine as a result of their study together with MarkPlus & Co and MAKSI FE UI. This EVAIMVA data were used to construct portfolio of the five stock were formed by using four different strategies:
1st strategy : Portfolio of five stock form five company from LQ45 with highest absolute EVA over period 2003 and 2004 (Portfolio S I-03 & S I-04)
2nd strategy : portfolio of five stock from five company from LQ45 with highest EVA growth over period 2003 and 2004 (Portfolio S2-03 & S2-04)
3rd strategy : portfolio of five stock from five company from LQ45 with highest absolute MVA over period 2003 and 2004 (Portfolio S3-03 & S3-04)
4th strategy : portfolio of five stock from five company from LQ45 with highest EVA growth over period 2003 and 2004 (Portfolio S4-03 & S4-04)
Then we tracked the performance of each portfolio using Sharpe, Treynor, and Jensen over the subsequent twelve months and compare the result to Market performance (IHSG and LQ45
index). Finally, we rank the performance result of each portfolio of each strategy and Market performance to find the best until the best worst strategy. In the different period and different capital market, do we have the same result as Berstein and Pigler Study? This research shown that 1st rank and latest rank consistent with Bernstein and Pigler study which were the best strategy was using MVA growth as stock selection and the worst strategy was based on absolute EVA. On contrary, rank 2nd and 3rd have difference result between this research and Bernstein and Pigler study.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T18300
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agul Bayumashudi
"Kondisi perekonomian yang mulai membaik menghasilkan keuntungan yang berarti bagi sebagian orang. Mereka dapat menginvestasikan kelebihan uang mereka dalam berbagai bentuk investasi. Perkembangan bursa efek di Indonesia juga semakin baik ditandai dengan meningkatnya index pasar modal. Saham dapat dijadikan salah satu bentuk investasi yang, jika dikelola dengan baik, akan memberikan keuntungan bagi investor.
Tujuan investor dalam melakukan investasi di pasar keuangan, khususnya saham, adalah selain deviden juga return dari capital gain. Capital gain merupakan keuntungan selisih harga jual dan harga beli saham. Bagi investor yang mengharapkan return dari capital gain perlu cermat dalarn memilih saham yang akan dibeli. Keputusan pemilihan saham yang tepat akan memberikan return sesuai harapan. Sebaliknya, kesalahan dalarn pernilihan saham yang dibeli akan memberikan kerugian yang tidak diharapkan.
Dalam memutuskan membeli suatu saham, kita tidak dapat mengabaikan faktor-faktor yang mungkin dapat memperngaruhi harga saham tersebut di masa datang. Baik yang terkait dengan kondisi perusahaan yang mengeluarkan saham tersebut maupun faktor lain yang dapat mempengaruhi harga saham seperti faktor ekonomi secara umum.
Selain itu, dalam melakukan investasi, perlu dipahami prinsip yang telah dikenal luas di kalangan investor yaitu "jangan menaruh telur dalam satu keranjang". Dengan kata lain, dalam melakukan investasi, kita jangan menempatkan uang yang akan kita investasikan ke dalam satu aset investasi saja tapi Iebih dari satu. Tujuannya adalah untuk mengurangi risiko. Istilah untuk melakukan investasi pada banyak aset adalah diversifikasi. Dalam melakukan diversifikasi, kita memerlukan panduan yang baik bagaimana memilih aset-aset investasi yang akan kita miliki sehingga memperoleh trade-off antara risiko dan return yang paling baik.
Karya Akhir ini akan mengimplementasikan dan menganalisis salah satu metode diversifikasi yang dikenalkan oleh Harry M. Markowitz, pada tahun 1952. Metode ini membantu investor dalam memilih aset investasi dan menghitung porsi masing-masing aset tersebut secara ilmiah untuk membentuk suatu portofolio yang paling optimum.
Hasil pengolahan data yang dilakukan dalam Karya Akhir ini telah menghasilkan portofolio optimal dengan expected return per bulan sebesar 3,99% dan standar deviasi sebesar 11,36%. Hasil pengukuran kinerja portofolio menunjukkan bahwa portofolio tersebut memperoleh nilai kinerja yang baik. Ukuran kinerja portofolio Treynor memberikan nilai 2,09; Sharpe sebesar 0,26; Jensen alpha sebesar 1,57 dan Information Ratio sebesar 0,83. Kinerja portofolio dalam investasi virtual selama tiga bulan pertama 2006 menunjukan kinerja yang sangat baik dengan menghasilkan return sebesar 20,95% dibandingkan dengan pasar sebesar 12,85%.
Karya Akhir ini diharapkan dapat membantu para investor dalam mengambil keputusan investasi pada aset yang akan dibeli, dalam hal ini adalah saham, terutama dalam proses pembentukan portofolio investasi.
Karya Akhir ini menggunakan sampel data bulanan saham LQ-45 dalam periode 2001 s.d. 2005 (60 bulan). Saham LQ-45 tersebut diseleksi lagi sehingga terpilih lima belas saham yang dipakai dalam peneiitian ini.

The better economic condition in Indonesia recently has resulted excess incomes for some people. They can invest their excess of money or their idle money in many investment forms. Capital market has growth high recently indicated by the highest market indices since it established. Stock market could be selected as an investment form that would give profit for the investor while managed properly.
Investment objectives in financial market, especially in stocks are dividends and return from capital gain. Capital gain is return from difference between selling and buying of stocks. If investor willing to have returns from the capital gain he has to choose the company listed stocks in order to purchase selectively. The right decision in selecting the stock will result a good return as expected. Otherwise, it could result unexpected loss.
In selecting stock, we cannot ignore the other factors that will effect to the stock price in the future. It came either from corporate conditions or from economic factors.
In investing, we should understand the principle of investing: "don't put the eggs in one b askel". In o ther w ords, w hen we invest, invest t hem in many investment forms. The purpose is to reduce investment risk by diversification. Indeed, we need some guidance to diversify our investment forms in order to have the best trade-off between risk and return.
This Final Assignment will implement and analyze one of diversification methods introduced by Harry M. Markowitz in 1952. This method will help investors to select the investment assets and the nght proportion of the assets in the portfolio scientifically that expected to have an optimum portfolio.
This Final Assignment has made an optimal portfolio with expected return of 3.99% and standard deviation of 11.36%_ The portfolio performance measurements resulted good performance rating for this portfolio. Treynor's portfolio measure gave score of 2.49, Shame's measure of 0.26, Jensen alpha of 1.57, and Information Ratio of 0.83. The portfolio performance in virtual investing for first three months of 2006 shows that the portfolio has result better return of 20.95% compared to capital market return of 12.85%.
This Final Assignment could help investors to make their investment decisions in order to select the investment assets for their portfolio especially in stocks.
This Final Assignment use monthly data of LQ-45 stocks prices in period of 2001 to 2005. Those LQ-45 stocks were selected for sample and only fifteen stocks selected as sample.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T18357
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Renta Wachya
"Dewasa ini investor mempunyai beberapa alternatif untuk menginvestasikan dananya dalam instrumen investasi. Secara garis besar ada 2 jenis instrumen investasi yang dapat dipilih oleh investor yaitu investasi berisiko (risky assets) dan investasi bebas risiko (risk free assets). Investasi pada risky assets berarti investasi tersebut nempunyai ketidakpastian dalam tingkat pengembalian di masa depan seperti saham dan obligasi. Sedangkan investasi pada risk free assets berarti investasi tersebut mempunyai kepastian tingkat pengembalian di masa depan seperti deposito, SBI dan surat berharga komersial. Namun investor juga dapat memilih risky dan risk free assets sekaligus melalui instrumen investasi yang disebut dengan Reksa Dana.
Berdasarkan portofolio investasinya, Reksa Dana yang dipasarkan saat ini oleh Manajer Investasi ada 4 jenis yaitu Reksa Dana pendapatan tetap, Reksa Dana saham, Reksa Dana pasar uang dan Reksa Dana campuran. Dan keempat jenis Reksa Dana tersebut Reksa Dana saham merupakan Reksa Dana dengan nilai pengelolaan terkecil, hal ini dikarenakan risiko yang terdapat pada Reksa Dana saham lebih besar dibandingkan dengan jenis Reksa Dana lainnya. Indikasi tersebut menandakan bahwa tipikal investor Indonesia lebih menyukai investasi dengan risiko seminimal mungkin bahkan kalau bisa tanpa risiko sama sekali. Tetapi dengan kondisi dimana tingkat suku bunga Setifikat Bank Indonesia (SBI) yang semakin tinggi dengan nilai diatas 10%, nilai pengelolaan Reksa Dana yang ada khususnya Reksa Dana pendapatan tetap semakin mengecil dikarenakan banyaknya yang melakukan redemption secara besar-besaran. Dengan melihat kondisi dimana Sertfikat Bank Indonesia (SBI) yang cenderung naik, apakah kemampuan Reksa Dana saham masih dapat memberikan return lebih tinggi bagi investor.
Berdasarkan data yang diperoleh dan Biro Pengelolaan Investasi dan Riset (PIR) Bapepam terdapat 16 Reksa Dana saham yang secara aktif diperdagangkan selama 5 tahun berturut-turut yaitu sejak Januari 2001 sampai dengan Desember 2005 dengan nilai average return bulanan positif. Dari ke 16 Reksa Dana saham tersebut akan dibentuk suatu portofolio yang optimal dengan menggunakan Metode Markowitz dimana pembentukan portofolio tersebut untuk mendapatkan return yang sesuai dengan risikonya.
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa investor dapat melakukan investasi portofolio sepenuhnya yaitu 100% pada Reksa Dana Schroder Dana Prestasi Plus. Dengan menginvestasikan 100% pada Scroder Dana Prestasi Plus maka akan mendapatkan tingkat return portofolio sebesar 42,33% dengan standard deviasi 23,19% serta indeks Reward to Variability Ratio sebesar 1,2953.
Selanjutnya penulis juga akan melakukan pengukuran kinerja Reksa Dana saham dengan menggunakan empat metode, keempat metode adalah metode Sharpe, Traynor, Jensen (Alpha) dan Appraisal Ratio. Setelah rasio keempat pengukuran ini didapat maka untuk pengukuran kinerja apakah buruk atau tidak, akan dibandingkan dengan benchmarknya yaitu kinerja pasarnya (menggunakan keempat pengukuran juga). Jika outperformed terhadap pasar berarti Reksa Dana tersebut baik sedangkan'sebaliknya jika underperformed berarti buruk.
Dari hasil penelitian terhadap pengukuran kinerja dengan metode Sharpe, terdapat 7 Reksa Dana saham yang kinerjanya berada di atas pasar. Ketujuh Reksa Dana tersebut adalah Reksa Dana Schroder Dana Prestasi Plus, Si Dana Saham, Rencana Cerdas, Phinisi Dana Saham, Panin Dana Makisma, Citereksadana Ekuitas, dan Bahana. Begitu juga untuk kinerja portfolio yang mempunyai kinerja jauh diatas pasar. Untuk kinerja portofolio memiliki kinerja yang terbaik dibandingkan dengan Reksa Dana saham jika berdiri sendiri-sendiri.

Currently, investors have some alternative for investing their fund within investment instrument. Globally, there are two types of investment instruments to be elected by investors those are both risky and risk-free assets. Risky assets means there is uncertainty investment return rate in the future such as stocks and obligation. Whereas, risk-free assets means there is certainty investment return rate in the future such as deposits, SBI and other commercial bonds. But investors may choose both of them simultaneously by investment instruments so called Mutual Fund.
Based on its investment portfolio, Mutual Fund having been marketed by Investment Manager is four types for Fixed Income, Equity, Money Market, and Balancing. From which Mutual Fund for Equity is the smallest one of management values, because its risk is larger than other varied Mutual Fund. Typically, such indication remark that Indonesia investor preferred investment with as minimal as possible investment risk or even without risk. But, as result of condition in which interest rate of Indonesia Bank Certificate (SBI) being increasingly high, i.e. more than 10%, value of Mutual Fund Management specially, for Fixed Income being decreasingly because so many investor had done redemption massively. By such condition in which SBI trend to rise, whether Mutual Fund may remain higher return for their investors.
Based on the data obtained from Bureau of Research and Investment Management (PIR) of Bapepam there are 16 Equity Fund had been dealt actively for five (5) years consecutively, from January 2001 through December 2005 with monthly average return is positive. From those 16 Equity Fund will be formed any optimal portfolio using Markowitz Method in which such portfolio establishment to get return suitable with its risk.
By research result had indicated that investors fully, they may invest to portfolio, i.e. 100% to Equity Fund of Schroder Dana Prestasi Plus. By investing 100% in it, then, investors will get portfolio rate of return is 42,33% with standard of deviation is 23,19% and index Reward to Variability Ratio of 1.2953
Hence, the author also will measure performance of Equity Fund using four methods those are Sharpe, Treynor, Jensen, and Appraisal Ratio. Then, upon obtaining those four measurement ratios, for measuring whether or not that performance is bad, it will be compared with its benchmark, i.e., its market performance (using those four measurements as well). If outperformed against market, it means such Equity Fund is good and conversely, it will be bad if it is underperformed.
From research results of performance by Jensen Method, there are 7 Equity Fund which if performance is above the market. Those are Schroder Dana Prestasi Plus, Si Dana Saham, Rencana Cerdas, Phinisi Dana Saham, Panin Dana Maksima, Citareksadana Ekuitas, and Bahana Dana Prima. As well as portfolio which have performance more above the market. For performance of portfolio which has the best one compared to Equity Fund if it is autonomy.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T18270
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwipa Nugraha
"Penelitian ini berluj uan untuk mengetahui saham-saham yang tergabung dalam LQ45 Bursa Efek Indonesia yang memenuhi kriteria penyeleksian saham sesuai dengan metode Benjamin Graham. Dari hasil seleksi tersebut dilakukan pembentukan portofolio optimal agar memastikan bahwa komposisi portofolio yang terbentuk mampu menghasilkan relurn yang setingi-Lingginya bagi investor.
Hasil penelitian ini menyamnkan bahwa hasil portofolio yang di bentuk dengan kriteria investor defensif dan investor aktif memiliki return portofolio yang lebih besar dibandingkan dengan portofolio optimal yang dibentuk dengan menggunakan seleksi berdasarkan average refurn tertinggi dan deviasi standar terendah. Namun ketika dilakukan uji hipotesis terhadap rata-rata return portofolio yang terbentuk diperoleh hasil bahwa tidak terdapat perbedaan rerurn yang signifikan antara portofolio optimal yang terbentuk sesuai kriteria Graham dengan portofolio optimal yang dibentuk berdasarkan average retum tertinggi dan standar deviasi terendah.

This research aims to identify stocks that joined LQ45 Indonesia Stock Exchange that meet criteria for selecting stocks according to Benjamin Graham method. The results of the selection was made to ensure the establishment of an optimal portfolio composition, that capable of generating high returns for investors.
The results of this study suggest that portfolio result from the portfolio which formed with the defensive and active investors criteria, will have a larger portfolio return compared to the optimal portfolio which is fomied using the highest average returns and lowest standard deviation. However the hypothesis test on average portfolio returnfound that there was no significant difference in returns between the optimal portfolio formed according to Graham's criteria with the optimal portfolio formed based on the highest average returns and lowest standard deviation.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2010
T31621
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Arif Rosy
"Penelitian ini bertujuan melakukan seleksi terhadap saham-saham di Bursa Efek Indonesia yang termasuk dalam daftar indeks LQ45 secara berturut-turut pada periode Februari 2009 sampai dengan Januari 2012. Metode seleksi menggunakan single-index model metode cut-off rate. Saham-saham hasil seleksi ini kemudian dioptimasi dengan menggunakan metode Markowitz dan Treynor-Black. Selain membandingkan kinerja kedua metode tersebut, dalam penelitian ini membandingkan kinerja masing-masing metode optimasi dengan kinerja portofolio menggunakan single-index model metode cut-off rate.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa optimasi menggunakan metode Markowitz memberikan kinerja lebih baik dibanding dengan menggunakan metode Treynor-Black, metode Markowitz juga menghasilkan perbaikan kinerja pada portofolio single-index model metode cut-off rate. Namun secara statistik dengan menggunakan uji t berpasangan, perbandingan kinerja diantara metode optimasi portofolio yang digunakan tidak menghasilkan perbedaan yang signifikan baik antara metode Markowitz dengan Treynor-Black, maupun antara masing-masing metode tersebut dengan kinerja portofolio single-index model metode cut-off rate.

This study aims to undertake a selection of stocks in the Indonesia Stock Exchange which are included in the LQ45 index list respectively in the period February 2009 to January 2012. The selection method is using single-index model with cut-off rate method. Shares of the selection results are then optimized by using Markowitz and Treynor-Black method. In addition to comparing the performance of both methods, this study also compares the performance of each optimization method to portfolio performance by using single-index model with cut-off rate method.
The results of this study show that optimization using Markowitz method gives better performance than the Treynor-Black, Markowitz method also gives improved performance in single-index model portfolio with cut-off rate method. But statistically using paired t-test, performance comparison between portfolio optimization methods used did not show significant differences. This comparison includes between Markowitz and Treynor-Black method, and also between each of these methods and single-index model portfolio performance with cut-off rate method.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2012
T32201
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
David Susatyo
"Penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh corporate governance terhadap kinerja perusahaan pada bank yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2007-2012. Corporate Governance dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan efektifitas dewan komisaris dan efektifitas komite audit sebagai variabel independen, sementara kinerja perusahaan diukur dengan menggunakan metode Economic Value Added dan Market Value Added.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tata kelola perusahaan yang diproksikan dengan efektifitas dewan komisaris dan efektifitas komite audit berpengaruh positif signifikan terhadap Kinerja Perusahaan yang diukur dengan EVA. Hasil penelitian juga menunjukkan tidak adanya asosiasi yang signifikan antara efektifitas dewan komisaris dan efektifitas komite audit terhadap kinerja perusahaan yang diukur dengan MVA.

This research aims to analyze the effects of corporate governance on company's performance of listed banks in Indonesia Stock Exchange during 2007-2012. Corporate Governance in this study was measured by the Effectiveness of the Board of Commissioners and the Effectiveness of the Audit Committee as independent variable, while company's performance is measured by Economic Value Added and Market Value Added.
The results of this study indicate that corporate governance has a positive and significant effect on company's performance which is measured by Economic Value Added. However, this study cannot find a significant association between the Effectiveness of the Board of Commissioners and the Effectiveness of the Audit Committee on company's performance which is measured by Market Value Added.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2014
S60644
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ardhito Rusmanggala
"Penelitian bertujuan untuk membentuk portofolio optimal dari dua buah model pembentukan portofolio optimal, yakni Markowitz Model (1952) dan Single Index Model (1959) dari saham-saham yang tergabung di dalam Indeks Kompas 100 periode 2008-2013. Lebih lanjut, hasil kedua portofolio yang telah dibentuk disandingkan untuk dilihat lebih jauh portofolio mana yang lebih baik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa portofolio optimal yang dibentuk berdasarkan Single Index Model mampu memberikan tingkat pengembalian yang lebih baik disertai dengan kinerja portofolio yang juga lebih baik daripada portofolio yang dibentuk berdasarkan Markowitz Model.

The study aimed to construct optimal portfolios using two different methods, Markowitz Model (1952) and Single Index Model (1959) from Indeks Kompas 100 stock in Indonesia Stock Exchange. This study took data from January 2008 - October 2013. Further, this study put both portfolio together to be analyzed which portfolio construction model is better. The results showed that both portfolio give a higher return than risk-free rate does. The results also showed that return and performance of Single Index Model is outperform Markowitz Model's."
Depok: Universitas Indonesia, 2014
S54904
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erliyani Dewi
"Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah ketiga metode penilaian EVA, MV A dan REVA baik secara parsial maupun bersama-sama mempengaruhi return dan abnormal return saham pada perusahaan katagori LQ 45 non lembaga keuangan di BEJ periode tahun 2002-2006. EVA, MYA dan REVA merupakan salah satu ukuran unjuk kinerja operasional yang merupakan perbaikan dari penilaian tradisional karena mempertimbangkan required rate of return yang dituntut oleh para investor dan kreditor. Salah satu kegunaan alat pengukur kinerja khususnya di pasar modal adalah sebagai alat untuk mengambil keputusan dalam pembelian atau penjualan saham. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data dari 31 perusahaan yang masuk dalam katagori saham LQ 45 kecuali sektor bidang keuangan yang dipublikasikan di Bursa Efek Jakarta tahun 2002-2006. Sampel data menggunakan metode purposive sampling. Metode analisis data menggunakan analisis deskriptif. Pengolahan data panel dilakukan dengan menggunakan pooled least square (PLS).
Hasil dari penelitian ini adalah pengujian secara parsial menunjukkan bahwa EVA, MVA dan REVA memiliki pengaruh terhadap return saham. Pengujian secara parsial menunjukkan bahwa EVA dan REVA memiliki pengaruh terhadap abnormal return sahum, sedangkan pengujian secara parsial MVA tidak memiliki pengaruh terhadap abnormal return saham. Untuk pengujian secara bersama-sama EVA dan MVA tidak memiliki pengaruh terhadap return, tetapi secara bersama-sama EVA dan REVA memiliki pengaruh terhadap return. Pengujian bersama-sama EVA dan MVA memiliki pengaruh terbadap abnormal return saham, pengujian bersama-sama EVA dan REVA memiliki pengaruh terhadap abnormal return saham. Sedangkan pengujian bersama-sama EVA, MVA dan REVA memiliki pengaruh baik terhadap return maupun abnormal return saham,

This research is aim to lest whether the third assessment method of EVA, MVA and REVA either through partially and/or together about influence return and abnormal return share at company With category LQ 45 the non financial institution in BEJ period of year of 2002-2006. EVA, MVA and REVA is one of the measure tools of the operational performance will repair the traditional assessment because considering required rate of return which claimed by investors and creditor. One of the usefulness of performance grader especially in capital market is as a means of to take decision in purchasing or safe of shore. The data used in this research is data from 31 companies. Which enter in category share LQ 45 except finance-related sector which publicized in Jakarta Stocks Exchange year of 2002-2006. Sample data use the method purposive sampling. Analyzing Method the data use the analysis descriptive. Data processing of panel done by using pooled least square (PLS).
Result of this research is partial examination of EVA, MVA and REVA indicate is having the influence to return share. Also partial examination for EVA and REVA showing us by having the influence to abnormal return share, is while examination is in partial MVA don't have the Influence to abnormal return share. For examination for both EVA and MYA don't have the influence to return, but allogether EVA and REVA have the influence to return. Examination for both EVA and MVA have the influence to abnormal return share, examination of EVA and REVA altogether have the influence to abnormal raturn share while examination of EVA, MYA and REVA altogether have the influence do well by return and abnormal return share.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2008
T21221
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Jiwa Adisetya
"ABSTRAK
Investasi pada instrumen reksa dana merupakan salah satu bentuk investasi yang cukup menarik karena dikelola oleh manajer investasi yang profesional dengan mendiversifikasikan aset, yang sulit dilaliukan oleh sendiri karena keterbatasan pengelahuan. Namun berkaca pada pengalaman yang terjadi tahun 2005 lalu, yang menyebabkan banyak produk reksa dana terutama reksa dana pendapatan tetap yang memberikan kerugian akibat redemption besar-besaran, akan lebih baik sebagai investor reksa dana, mengalokasikan dan investasi tersebut tidak hanya pada satu produk saja Dengan pendiversivikasian produk, risiko dapat diminimalisasi, terutama jika produk yang dipilih adalah reksa dana saham yang merniliki tingkat risiko yang lebih tinggi dibandingkan dengan reksa dana lainnya. Seiring dengan membaiknya kondisi pasar saham di Indonesia sepanjang tahun 2005 dan diawal 2006 lalu, reksa dana saham menunjukkan tren peningkatan minat dan investor.
Dengan pendiversifikasian produk reksa dana saham dan mengalokasikan dana pada beberapa produk terpilih secara tepat, dapat dihasilkan portofolio yang optimal. Pada portofolio optimal diharapkan diperoleh kombinasi return dan risiko yang optimal pula, dibandingkan hanya menginvestasikan pada salu produk reksa dana saham saja.
Dalam penelitian ini, untuk penyusunan portofolio yang optimal, digunakan metode single index model dan efficient frontier Markowitz.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa reksa dana saham yang terpilih menjadi pembentuk portofolio optimal anlara metode single index model dan efficient frontier Markowitz adalah sama, yaitu TRIM Kapital, Rencana Cerdas, dan Si Dana Saham. Namun proporsi pada tiap-tiap reksa dana saham, untuk menghasilkan kombinasi return dan risiko yang optimal antara kedua metode berbeda. Sehingga agar dapat memberikan rekomendasi kepada investor, mana kombinasi proporsi yang harus dipilih, maka dalam penelitian ini dilakukan berhilungan reward to variability ratio.
Berdasarkan indels reward to variability ratio, kombinasi proporsi yang lebih baik dipilih dalam penelilian ini adalah proporsi berdasarkan hasil metode to variability ratio Markowitz, karena merniliki indeks reward to variability ratio yang lebih tinggi. Namun kesimpulan ini bukan berani menunjukkan bahwa metode efficient frontier akan selalu lebih unggul, karena tiap metode memiliki kelebihannya masing-masing.
Hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi bagi investor yang ingin menginvestasikan dananya pada reksa dana saham, namun tidak menjamin kinerja porlofolio yang akan diperoleh di masa yang akan datang akan tetap sama.

ABSTRACT
Mutual fund is on interesting investment instrument because it is managed by professional investment manager, thus. it eases investor to diversify their investment assets. In view of what happened in 2005, where many of fixed income mutual funds incurred losses because of wave of redemptions, it is better for mutual fund investors to allocate their fund in more than one mutual fund Product diversification could minimize the risk, especially when one invests in equity mutual fund Along with the improvement of stock market condition in Indonesia in 2005 and early 2006, the interest toward equity mutual fund has an increasing trend. By diversifying in equity mutual fund products and allocating fund in several select products, one could create an optimal portfolio. This optimal portfolio is expected to deliver optimal risk and return profile, compared to a single equity mutual fund product investment. This research applies single index model and Markowitz 's efficient frontier methods to compose an optimal portfolio.
The single index model and Markowitz ?s efficient frontiers suggest the same equity mutual funds to compose an optimal portfolio. These equity mutual funds are, TRIM Kapital, Rencana Cerdas, and Si Dana Saham. But he proposed fractions of each mutual find in the optimal portfolio differ. Therefore the portfolio reward to variability ratio is calculated to determine which portfolio will be proposed to the investors.
Based on the reward to variability index, the better mutual funds proportion is the one that proposed by Markowitz 's efficient frontier method, because it yields higher reward to variability ratio. This conclusion did not mean that efficient frontier method is superior to single index method because each method has their own advantages.
This research result could be used as reference for investors that want to invest their funds in equity mutual funds, but does not guarantee the portfolio performance will be consistent in the future."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T18560
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>