Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 170659 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Linda Hartono
"Penelitian-penelitian terdahulu mengenai hubungan imbal hasil saham dan laba telah mengidentifikasi beberapa faktor yang sifatnya spesifik perusahaan yang diyakini mempengaruhi hubungan imbal hasil saham-labs. Namun nampaknya laba yang dilaporkan hanya mampu menjelaskan sebagian kecil dari variasi imbal basil saham.
Penelitian ini mencoba untuk menganalisis sebagian besar faktor-faktor yang mempengaruhi hubungan imbal hasil saham dan laba. Regresi berstruktur pohon yang mampu melakukan analisa penyekatan secara rekursif mengindikasikan bahwa perubahan laba per saham dasar, rasio book to market dan total akmal yang mempengaruhi imbal hasil saham dan mempengaruhi hubungan imbal hasil saham dan laba.
Hasil analisis regresi linear dengan melibatkan variabel-variabel yang diidentifikasi oleh regresi berstruktur pohon ternyata mampu menerangkan variasi dari imbal hasil saham dengan lebih baik daripada model tanpa variabel-variabel tersebut.
Dalam penelitian ini juga dianalisis kemampuan regresi berstruktur pohon dalam melakukan segmentasi data. Hasil analisis menunjukkan bahwa regresi berstruktur potion mampu mengelorapokkan observasi ke dalam kelompok-kelompok observasi sehingga memudahkan bagi analis untuk mengenali karakteristik dan tiap saham.
Uji konsistensi dilakukan untuk mengetahui apakah hasil penelitian ini cukup konsisten dengan mengubah cara pengukuran imbal hasil saham. Hasil uji konsistensi menunjukkan bahwa hasil penelitian ini cukup konsisten."
Depok: Universitas Indonesia, 2002
T20240
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
S9332
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Napitupulu, Victor Edward
"Pasar Modal merupakan salah satu wahana yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber pembiayaan eksternal bagi dunia usaha dan juga menjadi wahana investasi bagi masyarakat. Peranan pasar modal sangat dominan dalam rangka pembangunan ekonomi, karena dapat lebih efektif menghimpun dana dari masyarakat. Untuk dapat mewujudkan fungsinya sebagai lembaga keuangan bukan bank dibutuhkan pasar modal yang efisien. Menurut Newman & John Well (1967), Fama (1970), pasar modal disebut efisien jika harga sekuritas sudah mencerminkan informasi yang tersedia.
Penelitian ini dilatarbelakangi hasil penelitian yang telah dilakukan para peneliti sebelumnya seperti : Sharpe (1964), Lintner (1965), dan Black (1972) yang disebut model SLB, yang didukung oleh penelitian Fama - Mac Beth (1973), juga peneliti lainnya Banz (1981), Bhandari (1988), Stattman (1980) dan Rosenberg, Reid, dan Lanstein (1985), Chan, Hamao dan Lakonishok (1985) demikian juga Ball (1978), Basu (1983), Reinganum (1981), Lakonishok dan Shapiro (1986).
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara imbal hasil saham sebagai variabel dependen dengan empat variabel yang mempengaruhinya seperti : Market RisI Risiko Pasar (bm), Debt Equity Ratio (DER), Book to Market Equity (BE/ME), Earning to Price Ratio (EIP) sebagai variabel independen pada pasar modal di USA dan di Jepang. Dalam penelitian ini peneliti memasukkan Dividend Payout Ratio (DPR) dan Dividend Yield(DY) sebagai variabel independen tambahan.
Data diperoleh dari Bursa Efek Jakarta, terdiri dari pertama harga saham yaitu harga penutupan akhir tahun mulai tahun 1997 sampai dengan tahun 2001, kedua IHSG yang digunakan adalah nilai akhir tahun kecuali pada tahun 2002 yang digunakan adalah data akhir kwartal pertama, dan ketiga data lainnya yang dipublikasikan setiap akhir tahun. Sampel penelitian adalah 239 perusahaan yang terdaftar di BEJ selama lima tahun berturutturut dari tahun 1997 hingga 2001.
Hasil penelitian menunjukkan enam variabel independen yang digunakan dapat memprediksi variasi imbal hasil saham hampir secara akurat (Adjusted R Square = 0,925). Berdasarkan Uji F diketahui bahwa model regresi yang digunakan adalah signifikan sehingga dapat dipakai untuk memprediksi imbal hasil saham atau harga saham. Berdasarkan Uji T diketahui bahwa dari keenam variabel independen yang digunakan hanya variabel risiko pasar (bm) saja yang berhubungan signifikan dengan imbal hasil saham, sedangkan lima variabel lainnya yakni : BE/ME, E/P, DER, DPR dan DY tidak signifikan. Artinya hanya variabel bm saja yang dapat digunakan untuk memprediksi imbal hasil saham. Temuan ini mendukung hasil penelitian yang pemah dilakukan oleh Sharpe (1964), Lintner (1965), dan Black (1972) seta Fama - Mac Beth (1973).
Dari hasil penelitian ini, peneliti memberi rekomendasi kepada perusahaan-perusahaan yang mempunyai risiko (b) yang tinggi perlu meningkatkan kinerja dan mengkaji prospek usahanya agar tidak rentan terhadap krisis ekonomi. Para investor juga perlu memperhatikan faktor-faktor lainnya seperti pengaruh perubahan dan perkembangan sosial, politik, dan keamanan, karena hal tersebut dapat mengakibatkan faktor risiko yang makin tinggi. Perbedaan kondisi pasar modal di Indonesia dengan di USA dan di Jepang dapat menjadi bahan pertimbangan untuk penelitian lanjutan dengan kurun waktu periode penelitian yang lebih panjang."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T12423
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ario Wiriandhi
"Tujuan penelitian ini adalah untuk mengukur dan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi volatilitas pergerakan saham individual pada sektor infrastruktur, utilitas, dan transportasi sejak Januari 1998 sampai dengan Desember 2005. Model yang digunakan untuk mengetahui volatilitas tergantung dari hasil uji terhadap varian residual yang digunakan. Jika varian residual tersebut bersifat tidak konstan maka menggunakan model Autoregressive Heteroskedastic (ARCH) dan Generalized Autoregressive Heteroskedastic (GARCH). Namun bila varian dari residual konstan akan menggunakan model Ordinary Least Square, dalam penelitian ini model yang sesuai adalah AutoRegressive Moving Average (ARMA).
Berdasarkan hasil pengolahan data selama periode penelitian ditemukan bahwa terdapat enam emiten yang volatilitasnya bersifat hornoscedastic, yaitu PT Berlian Laju Tanker (BLTA), PT Bukaka Utama (BUKK), PT Citra Marga Nusapala (CMNP), PT Petrosea (PTRO), PT Zebra (ZBRA) dan PT Telekomunikasi Indonesia (TLKM). Untuk kondisi demikian maka digunakan model AutoRegressive Moving Average (ARMA).
Sementara terdapat enam emiten yang bersifat heteroseedastic yaitu PT Centris Multi Persada (CMPP), PT Humpus Intermoda (HITS), PT Indosat (ISAT), PT Rigs Tender (RIGS), PT Mitra Rajasa (MIRA) dan PT Steady Safe (SAFE), sehingga digunakan model ARCH dan GARCH. Selain itu, terdapat emiten yang memiliki ARCH/GARCH yang volatilitasnya bersifat persisten yang ditandai dengan nilai a + I yaitu RIGS (1998, 1999, 2000, 2001, 2002, 2004, 2005) HITS (1999), CMPP (2000). Adanya persistensi dalam volatilitas mengurangi kestabilan model ARCH/GARCH. Hal ini disebabkan sepanjang periode penelitian data return saham tersebut bersifat stagnan atau pergerakan return yang sangat tinggi dan tajam.

The objectives of this research are to recognize and measure factors affecting the volatility of individual shares movement in infrastructure, utility and transportation sector during January 1998 - December 2005. Model used to identify volatility depend on the result of the test of the varian of residual on the used data. Should the varian of the residual act inconstantly then we use Autoregressive Heteroskedastic (ARCH) and Generalized Autoregressive Heteroskedastic (GARCH) model. But if the varian of the residual act constantly then we use Ordinary Least Square model, which in this research the model that fit the data is AutoRegressive Moving Average (ARMA) model.
Base on the result of the data processing on the research period, it is found that there are six emitens whose volatility is homoscedastic, which are PT Berlian Laju Tanker (BLTA), PT Bukaka Utama (BUKK), PT Citra Marga Nusapala (CMNP), PT Pelrosca (PTRO), PT Zebra (ZBRA) dan PT Telekomunikasi Indonesia (TLKM). Therefore model used for these emitens is Auto Regressive Moving Average (ARMA) model.
While there are six emitens whose volatility is heteroscedastic which are PT Centris Multi Persada (CMPP), PT Humpus lntermoda (HITS), PT Indosat (ISAT), PT Rigs Tender (RIGS), PT Mitra Rajasa (MIRA) dan PT Steady Safe (SAFE). Therefore model used for these emitens are either Autoregressive Heteroskedastic (ARCH) or Generalized Autoregressive Heteroskedastic (GARCH) model.
It is also found within the research that there are six emitens whose models has a value of a + b ≥ 1, which depicts a persistency. They are RIGS (1998, 1999, 2000, 2001, 2002, 2004, 2005) HITS (1999), CMPP (2000). The presence of a persistency of a model may decrease the stability of the ARCHIGARCH model. This problem may occur due to the movement of the data which are very fluctuate or too stagnant."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T19735
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Gatot Soepriyono
"Harga dan kinerja dari IPO merupakan salah satu isu yang tidak pernah berhenti dalam literatur bidang keuangan. Sebagai hasil dari debat panjang terhadap sebab dari imbal hasil awal yang tidak normal dari IPO dan penurunan kinerja jangka panjang dari IPO, berbagai hipotesis telah dihasilkan oleh para peneliti dibidang keuangan. Literatur bidang keuangan secara empiris memuat keduanya baik mendukung ataupun menyanggah keterangan hipotesis-hipotesis tersebut. Penelitian ini ditujukan untuk meneliti imbal hasil dari IPO dengan data yang dihasilkan bursa saham di Indonesia, yaitu BEJ (Bursa Efek Jakarta), untuk periode 2000, 2001 and 2002, dalam dua tahap. Tahap pertama, hubungan antar imbal hasil dianalisa dengan analisis regresi univariat. Tahap kedua, faktor-faktor imbal basil diuji dengan analisis regresi multivariat cross section.
Pada tahap pertama diperoleh hasil bahwa initial returns secara statistik signifikan lebih dipengaruhi oleh intraday returns dibandingkan opening price returns. Hubungan antara intraday returns dan opening price returns ditemukan negatif, ini diperkirakan karena pasar mulai mengkoreksi nilai saham IPO. Dan hubungan antara imbal hasil jangka panjang dengan imbal hasil jangka pendek juga ditemukan negatif, ini disebabkan pasar dalam jangka panjang telah mengkoreksi peni laian yang berlebihan (overvaluation) dan kesengajaan (fads) dari para investor pada awal perdagangan.
Perbedaan rerata imbal hasil diuji terhadap setiap proporsi dari variabel rencana penggunaan dana IPO untuk investasi (INVEST), membayar hutang (DP), dan sebagai modal kerj a (WC), secara statistik pada setiap variabel tidak ditemukan perbedaan yang signifikan antar proporsi. Namun perbedaan rerata imbal hasil dikarenakan penjualan saham pemilik lama (SS) atau tujuan IPO lainnya (INVEST, DP, dan WC), rerata imbal basil secara statistik signifikan brbeda pada periode 12 dan 36 bulan.
Perbedaan secara statistik tidak ditemukan antara privatisasi dan bukan¬privatisasi pada setiap rerata imbal hasil.
Secara statistik tidak ditemukan perbedaan rerata imbal hasil antar proporsi dari variable pendapatan kotor IPO (GP), presentase saham IPO yang ditawarkan (OP), dan rasio harga penawaran IPO dengan labs sebelum IPO per saham (PER).
Hanya pada periode 36 bulan, secara statistik ditemukan perbedaan rerata imbal hasil antar proporsi dari variable umur perusahaan (AGE) dan rasio hutang terhadap ekuitas (DER).
Juga hanya pada periode 12 bulan, secara statistik ditemukan perbedaan rerata imbal hasil antar proporsi dari variable besarnya perusahaan (FS).
Pada tahap kedua diperoleh hasil bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja saham TO yaitu ukuran perusahaan (FS), penggunaan dana IPO untuk modal kerja (WC) dan shareholder sale (SS) secara statistik signifikan berpengaruh positif cukup kuat (R2 = 53%) pada imbal hasil jangka panjang (periode 36 bulan). Sementara ukuran perusahaan (FS) pada imbal hasil jangka pendek berkorelasi negatif. Faktor pembayaran hutang (DP) secara signifikan berkorelasi positif pada imbal hasil jangka pandek.

The Pricing and performance of IPO is one of those issues that are never laid to rest in the finance literature. As a result of the long standing debate on the reasons of abnormal initial returns from IPO and long-term under-performance of IPOs, various hypotheses have been formulated by finance researchers. The empirical finance literature contains both supporting and conflicting evidence for these hypotheses. This study aimed to investigate the IPO returns by the data generated by an emerging market, namely JSX (Jakarta Stock Exchange), for the period 2000, 2001 and 2002, in two stages. In the first stage, the relation between returns was analyzed by univariate regression analysis. In the second stage, the determinants of returns were examined by the cross sectional multivariate regression analysis.
On the first stage were found the results that initial returns were statistically significant prefer influenced intraday returns to opening price returns. Relationship among intraday returns and opening price returns were found negatif, perhaps, these are because market had just been beginning to correct IPO stocks. And relationship among long-term returns and short-term returns were negative, caused in long-run period market was correcting overvaluation and fads of investors in initial trading.
Comparation of mean returns were examined between proportions of variable of using IPO fund to investment (INVEST), debt payment (DP), and working capital (WC), statistically on each variables were not found significant differences between proportions. Unless comparation of mean returns caused by shareholder sale (SS) to the other IPO purposes (INVEST, DP, and WC), the mean returns were statistically significant different in 12 and 36 months periods.
Statistically differences were not found among privatization and non.-privatization on each mean returns.
Statistically were not found mean return differences between proportions of variable of gross proceed (GP), percentage IPO stock offered to the public (OP), and ratio of the IPO offering price to pre-IPQ earning per share (PER).
Only in 36 months period, statistically were found mean return differences between proportions of variable of firm age (AGE) and ratio debt to equity (DER).
Also only in 12 months period, statistically was found mean return difference between proportions of variable of firm size (FS).
On second stage were found results that factors were influencing IPO stock performance are firm size (FS), usage of IPO fund for working capital (WC) and shareholder sale (SS), statistically significant had strong enough positive influences (R2 = 53%) in long-term return (36 months period). Meanwhile firm size (FS) had negative correlation with short-term returns. Debt payment (DP) factor had significantly positive correlation in short-term returns.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2005
T20537
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hendrarini Suryaningtiyas
"Bank memiliki peran penting dalam perekonomian, dan berfungsi sebagai Iembaga intermediasi keuangan. Kinerja keuangan bank, sebagai indikator kesehatan bank, merupakan kepentingan semua pihak terkait termasuk investor saham. Di satu sisi, tingkat lmbal Hasil dan Risiko saham mempengaruhi besar kecilnya keuntungan investasi saham yang dilakukan investor.
Penelilian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui hubungan dan pengaruh kinerja keuangan terhadap lmbal Hasil dan Risiko saham bank yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta.
Metode pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Dari 23 bank, hanya 9 bank yang menjadi sampei penelitian, karena memenuhi syarat-syarat penelitian. Data kinerja keuangan berasal dari data 6 rasio keuangan kuartalan selama Desember 2000 - Desember 2005. Sedangkan harga saham mingguan diambil dari data harga saham penutupan mingguan selama Januari 2001 - Maret 2006.
Pengujian dengan menggunakan korelasi Pearson's two tailed dilakukan untuk mengetahui hubungan yang terjadi antara kinerja keuangan dengan Imbal Hasil dan Risiko saham. Hasil korelasi menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kinerja keuangan dengan Imbal Hasil saham. Sedangkan antara kinerja keuangan dan risiko saham, hanya rasio NPL dan LDR yang mempunyai hubungan yang signifikan dengan Risiko saham.
Pengujian dengan menggunakan regresi dilakukan untuk mengetahui pengaruh antara kinerja keuangan dengan Imbal Hasil dan Risiko saham. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan maupun parsial tidak ada pengaruh yang signifikan antara kinerja keuangan dengan Imbal Hasil saham, sedangkan antara kinerja keuangan dengan Risiko saham, secara simultan dan parsial terdapat pengaruh yang signifikan. Adapun rasio yang secara parsial berpengaruh secara signifikan adalah rasio NPL dan LDR.
Keterbatasan dalam penelitian ini adalah kinerja keuangan hanya diwakili oleh 6 rasio, periode pengamatan terbatasa, dan pengabaian faktor-faktor diluar rasio keuangan seperti kebijakan tiap bank, dan inflasi."
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T24072
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Ardiansyah
"Penelitan ini bertujuan untuk mencari suatu model estimasi imbal hasil yang sesuai untuk kondisi pasar seperti di Bursa Efek Jakarta. Hal ini menjadi penting mengingat dalam penilaian sekuritas seperti saham dibutuhkan suatu tingkat imbal hasil yang wajar, yang mencerminkan semua risiko yang relevan.
Salah satu model estimasi imbal hasil yang diharapkan adalah Arbitrage Pricing Theory (APT). Konsep APT didasari oleh hukum satu harga (the law of one price), yaitu bahwa dua sekuritas yang memiliki karakteristik yang sama tidak dapat ditransaksikan pada harga yang berbeda. Jika sekuritas tersebut ditransaksikan dengan harga yang berbeda maka akan terjadt abitrage dengan membeli sekuritas yang berharga murah dan pada saat yang sama menjualnya dengan harga yang lebih tinggi sehingga akan diperoleh tingkat imbal hasil tanpa menanggung risiko. Hukum satu harga diasumsikan berlaku karena sekuritas-sekuritas di bursa dipengaruhi oleh faktor-faktor yang sama (common factors), yang bersumber dari berbagai variabel makro ekonomi seperti, suku bunga, inflasi* fluktuasi kurs, perkembangan harga minyak, dan sebagainya. Dengan demikian, penelitian mengenai APT pada prinsipnya berupaya untuk mengidentifikasi faktor-faktor makro ekonomi yang diduga mempengaruhi imbal hasil saham di suatu bursa.
Pada penelitian ini, proses identifikasi faktor dilakukan secara intuitif yang bersumber dari berbagai referensi dan penelitian-penefitian yang telah dilakukan sebelumnya. Dengan demikian, diidentifikasi sebanyak delapan belas variabel ekonomi makro yang diduga mempengaruhi tingkat imbal hasil rata-rata saham di BEJ selama periode waktu Januari 2001 sampai dengan September 2002. Faktor-faktor tersebut adalah : suku bunga SBI, suku bunga deposito bank pemerintah, suku bunga kredit, suku bunga investasi, tingkat produksi agregat (PDB), jumlah uang beredar, inflasi, pembelian bersih oleh investor asing, tingkat diskonto bank sentral Amerika dan Jepang, nilai tukar Rupiah terhadap Yen Jepang dan Dollar Amerika, indeks Nikkei, indeks Hanseng, dan indeks Dow Jones, perkembangan harga emas dunia, serta perkembangan harga minyak dunia.
Kemudian dilakukan analisis cross-sectional dan uji statistik (/ test dan F test) untuk memverifikasi atau menolak ke-delapan belas variabel tersebut sebagai faktor yang mempengaruhi tingkat imbal hasil rata-rata saham di BEJ.
Hasil akhir menyebutkan hanya lima faktor yang signifikan (dimana t hitting lebih besar dari ( tabel, dan F hitting lebih besar dari F tabel) yaitu, suku bunga deposito bank pemerintah, tingkat diskonto bank sentral Amerika, perkembangan harga emas dunia, perkembangan harga minyak dunia, dan pembelian bersih investor asing di BEJ. Kemampuan menjelaskan faktor-faktor yang diidentifikasi (R2) sebesar 35,5%, sehingga 64,5% dari variasi tingkat imbal hasil rata-rata saham di BEJ disebabkan oleh faktor-faktor lain yang belum diidentifikasi.
Secara umum, dapat disimpulkan bahwa pengujian APT pada penelitian ini sangat tergantung pada sejauh mana variabel-variabel ekonomi yang digunakan mampu menjelaskan variasi tingkat imbal hasil rata-rata saham di BEJ. Dengan semakin banyaknya saham yang diamati (268 saham), dan semakin panjangnya periode waktu pengamatan maka akan semakin banyak variabel yang harus di dipertimbangkan."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T275
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Ferdinan Sukatendel
"Penelitian ini melihat pengaruh faktor-faktor perekonomian, regulasi perbankan dan penawaran saham di pasar modal terhadap imbal hasil investasi saham di Bursa Efek Jakarta (IHSG) dengan periode pengamatan selama 15 tahun (1990 - 2004). Faktor perekonomian diwakili tingkat bunga deposito 3 bulan (interest), inflasi (IHK), suku bunga bank sentral Amerika (the FED), nilai tukar rupiah terhadap USS (kurs), jumlah uang beredar (M2) dan krisis perekonomian Indonesia (dummyKris). Regulasi perbankan diwakili pemberlakuan Undang-Undang No.10 Tahun 1998 (dummyReg) sedangkan penawaran saham diwakili penawaran umum perdana saham (WO) dan penawaran umum terbatas saham (RI). Variabel durnmyReg digunakan untuk membedakan periode waktu sebelum dan setelah penerapan Undang-Undang No.10 Tahun 1998. Variabel dummyKris digunakan untuk membedakan periode waktu sebelum dan setelah terjadinya krisis perekonomian.
Hasil penelitian menunjukan interest, IRK, kurs, krisis perekonomian Indonesia, pemberlakuan Undang-Undang No.10 Tahun 1998 dan penawaran saham berpengaruh signifikan terhadap IHSG. Sementara the FED dan M2 tidak berpengaruh signifikan terhadap IHSG.

This research investigates how economic factors, bank regulation and stock issuances in Capital Market influence Return on Investment of Stock in JSX (IHSG) with an observation period of 15 years (1990-2004). Economic factors are represented by three month deposit interest rate (interest), inflation (CFI), the FED interest rate (the FED), exchange rate (kurs), money supply (M2), and economic crisis of Indonesia (dummyKris), while bank regulation is represented by Undang-Undang No.10 Tahun 1998 (dumrnyReg), while stock issuances are represented by Initial Public Offering (IPO) and Right Issue (RI). dummyReg is used to distinguish previous period and period after Undang-Undang No.10 Tahun 1998 applied dummyKris used to distinguish pre and post economic crisis periods.
Research results show that interest, CPI, kurs, economic crisis of Indonesia, Undang-Undang No.10 Tahun 1998, and stock issuances influence significantly IHSG, whereas the FED and M2 do not."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2007
T 17772
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>