Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 76758 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rizal Febrianto
"Pasar barang konsumsi rumah tangga (consumer goods) sangat menarik dan besar. Hal ini dapat dilihat pada PT. Unilever Indonesia Tbk. sebagai pemimpin pasar, di tahun 2005 mencatat nilai penjualan sebesar Rp. 9,99 triliun, dan laba bersih sebesar Rp. 1,44 tritium Lalu PT. Sayap Mas Utama (Grup Wings) mencatat nilai ekspor sebesar US$ 58 juta yang merupakan sekitar 30% dari nilai total penjualannya. Besarnya pasar ini juga diiringi dengan tingkat persaingan sangat ketat yang disebabkan oleh ketidakmampuan untuk membedakan dengan nyata atribut produk-produk tersebut.
Wilayah Jabodetabek merupakan pasar yang potensial dengan jumlah penduduk yang besar, tingkat pendidikan yang tinggi, dan tingkat pendapatan yang cukup tinggi telah menarik perhatian para pelaku usaha sejak lama, termasuk PT. Megasurya Mas. Hal ini diwujudkan dengan mendirikan PT. Mikie Oleo Nabati lndustri sebagai saudara perusahaan (sister company) dengan tujuan utama untuk dapat lebih meraih konsumen di wilayah tersebut melalui ketersediaan produk-produknya, baik yang diproduksi sendiri maupun miliki principal, di pasar sehingga pada saat konsumen membutuhkan dan menginginkannya dapat segera memperolehnya, baik dari segi jumlah maupun jenis produk.
Dengan nilai penjualan hingga Agustus 2006 sebesar Rp. 33 miliar yang merupakan penjualan di 127 outlet chain group supermarket/hypermarket atau disebut dengan Key Account Outlet (ICAO), 86 outlet local group supermaket/minimarket, dan 525 outlet independent minimarket atau keduanya disebut dengan High Class Outlet (FICO), serta lebih dari 1.000 gerai pasar tradisional yang tersebar di wilayah Jabodetabek, dan Banten. Namun ternyata pada tahun 2005 tercatat bahwa dan jumlah HCO yang ada hanya sekitar 25% yang mencatat nilai penjualan diatas Rp. 10 juta per tahun, dan sekitar 27% yang mencatat nilai penjualan dibawah Rp. 500 ribu per tahun.
Masalah pendistribusian produk merupakan sesuatu yang kompleks yang membutuhkan penanganan yang serius dan tepat, karena ketidaktersediaan produk pada saat dihutuhkan dan diinginkan oleh konsumen, balk jumlah maupun jenisnya, akan dapat mengakibatkan konsumen beralih ke produk kompetitor. Ditambah lagi dengan predikat sebagai "pendatang baru" dimana sebagain besar produknya belum memiliki citra dagang yang kuat di pasar. Oleh karenanya, dibutuhkan strategi distribusi yang tepat yang dapat mewujudkan visi, misi dan kebijakan mutu perusahaan.
Model Strategi Operasi Slack-Lewis digunakan sebagai pendekatan dalam merumuskan strategi distribusi perusahaan. Hal ini didasari oleh pemikiran bahwa strategi ini melalui keempat perspektifnya akan memberikan acuan yang lebih komprehensif dalam perumusan strategi, dan juga matriks strategi operasi Slack-Lewis dimana elemen¬elemen area keputusan strategik sangat erat hubungannya dengan masalah distribusi, yaitu kapasitas, jaring pemasok, teknologi proses, serta pengembangan dan organisasi. Adapun keempat perspektif tersebut adalah perspektif top-down (visi, misi, dan kebijakan mutu perusahaan), perspektif bollom-up (pengalaman operasional harian), perspektif inside-out (sumber daya internal), serta perspektif outside-in (kebutuhan dan keinginan pasar). Dan perspektif sumber daya operasi dihasilkan performa obyektif yang hendak dicapai, yaitu meningkatkan kualitas, kecepatan, ketergantungan, fleksibilitas, dan menekan biaya-biaya. Sebagai perusahaan yang berada pada tahap pengenalan, maka yang menjadi prioritas utama adalah melakukan pengendalian pengeluaran secara ketat, dan selektif. Adapun area keputusan strategik yang terkait dengan biaya adalah kapasitas, jaring pemasok, dan teknologi proses.

Consumer goods' market is very attractive and big. This matter can be seen by sale value in 2005 of PT. Unilever Indonesia Tbk. was equal to Rp. 9, 99 trillion, and the net profit was equal to Rp. 1,44 trillion. In other side, export value of PT. Sayap Mas Utama (Group Wings) was noting equal to US$ 58 billion representing about 30% from total value its sale. Level of this market is also accompanied with tighten competition level which because of disability to differentiate in full view of product attributes.
Region of Jabodetabek is potential market with amount of big resident, high education level, and earnings level which high enough have drawn attention many company, including PT. Megasurya Mas. It is realized by founding PT. Mikie Oleo Nabati Industri as sister company with a purpose to be able to more reach consumer in the region through the availability of its products in the market, so that at the time of consumers require it, they can get it immediately.
With sale value till August 2006 equal to Rp. 33 billion representing sales on 127 supermarket/hypermarket chain group outlet or Key Account Outlet (KAO), 86 supermarket/minimarket local group outlet and 525 independent minimarket outlet or High Class Outlet (HCO), and also more than 1.000 outlet in traditional market which spread over in region of Jabodetabek, and Banten. Base on Sales value in 2005, there was only about 25% of HCO that noting sales value above Rp. 10 million/year, and about 27% noting sales value below Rp. 500.000,00.
Hence problem of product distribution is so complex, something that which require right and serious handling, because availability of product at the time when consumers need and want it is so critical, because if there is no our products in the market, it will be able to result consumer change over to competitor's product. And more as "new player" where almost all of the products' brand image have not strong enough-yet. For this reason, required right distribution strategy that able to realize vision, mission and policy of company quality.
Operation strategy model of Slack-Lewis used as approach in formulating company distribution strategy. This matter is constituted by idea that this strategy through in fourth perspective will give more comprehensive reference in formulation of strategy, and also the operation strategy matrix of Slack-Lewis where strategic decision area elements have tight relation with problem of distribution, such as capacity, supply network, process technology, and also organization and development. As for the fourth perspective is top-down perspective (vision, mission, and policy of company quality), bottom-up perspective (experience of daily operational), inside-out perspective (internal resource), and outside-in perspective (market requirement). From perspective of operation resource is yielded by objective performance which wills reaches, such as rising quality, speed, dependability, flexibility, and costs control. As company residing in recognition phase, hence becoming especial priority is to control operation of expenditure tightly, and selectively. As strategic decision area which related to expenses are capacity, supply network, and process technology."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2007
T19736
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Rozi Rinjayadi
"Cepatnya pertumbuhan teknologi informasi dewasa ini telah mempercepat proses perkembangan sistem informasi yang ada di Indonesia dan dunia yang ditandai dengan munculnya berbagai perangkat lunak dan perangkat keras barn. Evolusi perkembangan perangkat keras saat ini telah mengarah pada suatu fenomena, dimana keputusan untuk memperbaiki suatu perangkat keras yang rusak sudah mendekati tidak layak. Hal ini disebabkan peran prinsipal dari perangkat keras untuk mengganti platform perangkat kerasnya dari serviceable menjadi changeable, yang kemudian berimplikasi pada tidak ada perbedaan harga yang signifikan antara sebuah unit Baru dengan harga sparepart-nya.
PT. Metrodata Sentra Layan, salah satu anak perusahaan PT. Metrodata Electronics, Tbk, yang bergerak dibidang jasa field service, terkena dampaknya. Walaupun berada dalam Metrodata Group yang mapan dan berpengalaman, tetapi PT. MSL yang pada tahun-tahun sebelumnya menanamkan modal dari segi SDM (teknisi) dan penyebaran cabang ke beberapa rota di Indonesia, merasakan dampak yang cukup hebat.
Dari hasil laporan Rugi Laba PT. Metrodata Sentra Layan mulai tahun 2003 - 2005, terlihat bahwa penjualan/pendapatan dan laba dari kegiatan field service terus menurun. Hal ini sangat bertolak belakang dengan pencapaian pendapatan terkonsolodasi PT. Metrodata Electronics, Tbk yang secara total meningkat.
Tidak ada yang salah dengan apa yang telah dicetuskan Metrodata Group dalam strategi umum dan strategi bisnisnya. Pada kondisi ini strategi pada tingkat fungsional, khusunya pada anak perusahaan yakni PT. MSL adalah pemegang peranan terpenting.
Penurunan pendapatan diakibatkan ada sesuatu yang tidak sejalan terhadap strategi umum dan strategi bisnis perusahaan.
Untuk itu dilakukanlah langkah perumusan strategi fungsional, dalam hal ini pada fungsi operasi, mengingat peran operasi pada suatu perusahaan jasa sangatlah signifikan. Perumusan ini menggunakan model dari Nigel Slack, yang menitikberatkan perumusan suatu strategi operasi berdasar dari empat arah pendekatan, yakni: Top-Down (Strategi umum dan strategi bisnis perusahaan), Bottom-Up (pengalaman operasional), Outside In (market requirement) dan Inside Out (kondisi sumber daya). Dari masing-masing pendekatan tersebut dilakukan rekonsiliasi terpadu, sampai akhirnya dirumuskan beberapa strategi operasi, yang berlandaskan area strategis dan mengacu pada dimensi strategis.
Hasil dari Perumusan Strategi Operasi pada PT. Metrodata Sentra Layan untuk usaha peningkatan profitabilitas antara lain:
1. Divestasi/pengurangan atau pengalihan kapasitas kepada pihak ke tiga (third party service provider)
2. Outsourcing & Franchising
Terobosan baru dalam jenis pelayanan, misalnya menerapkan on-site service atau one hour service serta menyediakan Service/maintenance contract ditargetkan untuk corporate user.

The rapid growth of information technology these days have quickened the process growth of the information system in Indonesia and the world by marked with appearance various new software and hardware. Hardware Growth evolution in this time have instructed at one particular phenomenon, where decision to repair of a damage hardware have become improper. This matter is caused by the role from hardware principal to change its product platform from serviceable become changeable, the then have implication at no significant differences among the price of a new whole unit with its sparepart.
PT. Metrodata Sentra Layan, one of the subsidiary from PT. Metrodata Electronics, Tbk, which its core business is field service, hit by this impact. Although stay in Metrodata Group, the well establishedness and experienced firm in IT business, but PT. MSL which is on years before inculcate capital of human resources (technician) and spreading of branch to some city in 4ndonesia, feel-the big impact of excitement.
From result of PT. Metrodata Sentra Layan income statements, started from 2003 - 2005, seen that revenue and profit continue to decrease. This matter is on the contrary with attainment of PT. Metrodata Electronics, Tbk that totalize increase.
Nothing wrong with what have do been triggered Metrodata Group in corporate strategy and its business strategy. At this condition, the functional strategy from PT. MSL is the key role. In other word, decreasing in revenue resulted by the mismatch between corporate, business and functional strategy.
That is the trigger of functional strategy formulation. The formulation steps of functional strategy (in this case at operations function) is inspired by Nigel Slack's model. That model which emphasizes the formulation based on four-approach direction, namely: Top-Down (corporate strategy and business strategy), Bottom-Up (the experience of operational), Outside-In (market requirement) and Inside Out (condition of resource). Reconciling from each approach, till the operation strategy been formulated, which is based on strategic areas and relate to strategic dimensions.
The result from operation strategy formulation at PT. Metrodata Sentra Layan is ultimately to bring some improvement in order to reach profitability and obtain sustainability, for example:
1. Divestation or transfer of capacities to the third party service provider.
2. Outsourcing & Franchising
New breakthrough in service type, for example applying on-site service or one hour service and also provide Service/Maintenance contract targeted to corporate user.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T18309
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Theodorus B. Hanandaka
"Competitive Intelligence (CI) merupakan sebuah program sistematis dalam mengumpulkan dan menganalisa informasi tentang aktivitas kompetitor dan trend bisnis untuk kepentingan tujuan perusahaan. Bagaimana melakukan dan menerapkan CI sehingga menjadi informasi yang memberikan nilai tambah dalam perencanaan strategi perusahaan seringkali masih menjadi permasalahan tersendiri di dalam perusahaan. Menemukan fokus dan prioritas CI agar tercapai pelaksanaan operasi intelijen yang efektif pada dasarnya merupakan tugas pertama bagi mereka yang ingin menerapkan CI, sebelum dilakukan pengumpulan dan analisa informasi dengan berbagai pilihan teknik dan metode.
Penelitian ini mengambil monitor Thin Film Transistor-Liquid Crystal Display (TFT -LCD) sebagai pilot project pelaksanaan CI di sebuah perusahaan pemasaran. Melalui metode Nominal Group Technique (NGT), berhasil teridentifikasi tiga topik intelijen yang dibutuhkan perusahaan dalam kaitannya dengan program pemasaran dan lingkungan kompetitif yang dihadapi. Tujuh Alat Manajemen Kualitas (The New Seven QC New Tools) digunakan dalam mengolah dan menganalisa informasi yang dikumpulkan secara legal dan etis. Hasil yang diperoleh menjawab kebutuhan perusahaan akan gambaran situasi kompetisi pemasaran yang dihadapi perusahaan, prioritas program promosi yang diperlukan, dan penilaian terhadap kompetitor bisnis.

Competitive Intelligence (CI) represents a systematic program in collecting and analyzing information about competitor's activities and the business trends for the sake of company's objectives. How to conduct and apply CI so that become information giving adds value in the company strategy planning oftentimes still become separate problems in the company itself. Finding priority and focus of CI so that effectiveness of intelligence operation is reached basically represent first duty for anyone who wishes to apply CI, before information gathering and analysis conducted by using various technique and method.
This research takes Thin Film Transistor-Liquid Crystal Display (TFTLCD) monitor as a pilot project of CI execution in a marketing company. By using Nominal Group Technique (NGT) method, three key intelligence topics were successfully identified, in relation with marketing program and competitive environment faced by the company. The Seven New QC Tools were conducted in processing and analyzing information collected ethically and legally. The result obtained answering the company requirements of competition situation picture will face by the company, promotion program need to be prioritized, and business competitor assessment.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
T16143
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Goh, Sunny T.H.
Jakarta: Bhuana Ilmu Populer, 2003
658.8 SUN m
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Tambunan, Parulian
"PT. Terang Kita adalah sebuah perusahaan yang memproduksi produk kabel untuk listrik dan telekomunikasi dan untuk kabel-kabel yang digunakan di dalam gedung yang terletak di jalan Raya Bogor Km. 29,6 Cimanggis, Bogor. Perusahaan ini menghasilkan 4 juta kmsc kabel telepon dan 30.000 ton kabel listrik. Perusahaan ini mengalami kesulitan dalam memasarkan produknya karena beralihnya pelanggan ke perusahaan kabel lain sehingga image perusahaan dikalangan pelanggan menurun.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitis dengan jalan menggambarkan kondisi lingkungan internal dan lingkungan eksternal perusahaan serta meninjau permasalahan yang dihadapi perusahaan.
Guna mengembangkan strategi bersaing dilakukan analisis Proses Hirarki Analitik (PHA) yang terdiri dari satu hirarki yang terdiri dari empat tingkat : tingkat pertama adalah fokus yaitu strategi bersaing, tingkat kedua adalah faktor yang menentukan dalam strategi bersaing, tingkat ketiga adalah tujuan yang ingin dicapai dalam strategi bersaing dan tingkat keempat adalah alternatif strategi. Melalui penilaian faktor-faktor yang mempengaruhi strategi bersaing dapat dinilai bahwa faktor yang paling menentukan dalam strategi bersaing adalah harga produk yang bersaing dengan bobot 0,30919. Sedangkan tujuan yang ingin dicapai dari strategi bersaing adalah mempertahankan diri dengan bobot 0,36575. Alternatif strategi yang paling cocok bagi PT. Terang Kita adalah strategi biaya rendah dengan bobot 0,35617.
Untuk mendukung strategi biaya rendah yang dijalankan oleh PT. Terang Kita selanjutnya dikembangkan kebijakan bauran pemasaran yaitu, kebijakan produk, kebijakan harga, kebijakan distribusi dan kebijakan promosi yang sesuai dengan strategi tersebut."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T12165
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cravens, David W.
Jakarta: Erlangga, 1999
380.1 Cra st
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Fandy Tjiptono
Yogyakarta: Andi, 2000
658.8 FAN s
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Chandradhy, Dwyono
Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 1984
658.8 Cha s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Chandradhy, Dwyono
Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 1984
658.8 Cha s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Azwan Djohan
"Daya saing PT. Jamsostek (Persero) dalam menguasai pasar (market share) masih rendah yaitu 45,72 % baru menjadi bagiannya dan pembinaan terhadap pasar yang sudah dicapai belum menunjuk hasil yang sempurna, karena masih tingginya tingkat perusahaan yang menunggak iuran. Hal ini disebabkan karena pola strategi yang dikembangkan untuk menjaring pasar masih menekan pada pendekatan hukum (legal approach),sehingga motivasi Desert masuk program Jamsostek tidak dilandasi oleh pemahaman maksud, tujuan dan arti pentingnya program Jamsostek tetapi atas dasar keterpaksaan dan ketakutan dikenakan sanksi pidana.
Di dalam penelitian tesis ini sesuai dengan judul "Strategi Pemasaran Produk PT Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Persero)", penulis menggunakan metode deskriptif dengan melakukan pendekatan kualitatif, penekanan segi pengamatan langsung secara partisipatif dari penulis. Sedangkan teknik pengumpulan datanya melalui penelitian kepustakaan (libary research) maupun penelitian lapangan (field research).
Analisis masalah untuk memberikan penilaian terhadap lingkungan internal dan eksternal berdasarkan penelitian lapangan pada PT. Jamsostek (Persero), penulis menggunakan analisa SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities dan Threats) dengan hasil bahwa posisi daya saing PT. Jamsostek (Persero) berada pada Kuadran I yaitu mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif (growth oriented strategy), berarti perusahaan dapat memanfaatkan peluang dengan dukungan kekuatan untuk melakukan tindakan yang agresif dalam merebut pasar.
Kesimpulan adalah untuk kepentingan bidang pemasaran PT. Jamsostek (Persero) dan menunjang keberhasilan strategi yang telah ditetapkan, perlu dikembangkan melalui bauran pemasaran (marketing mix) yaitu, strategi produk, harga (price), tempat/distribusi (place), promosi, sumber dava manusia (people), physical evidence dan proses. Kiat pemasaran PT. Jamsostek (Persero), lebih menekankan pada strategi sumber dava manusia, strategi tempat/distribusi, strategi physical evidence dan strategi proses."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1997
T1583
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>