Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 126774 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Erwin
"Dalam merespon tantangan yang dihadapi rumah sakit pada era global, maka kepala ruang rawat inap sebagai manajer tingkat bawah dituntut kemampuannya dalam mengelola sumber daya yang ada untuk meningkatkan produktivitas. Melakukan tugas atau pekerjaan yang mengacu pada uraian tugas kepala ruang rawat inap merupakan produktivitas waktu kerja kepala ruang rawat inap, selain itu karakteristik kepala ruang rawat inap dan faktor iklim kerja serta faktor manajerial kemungkinan merupakan faktor yang menentukan produktivitas waktu kerja kepala ruang rawat inap.
Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr.Cipto Mangunkusumo Jakarta merupakan RS rujukan nasional yang ada di Indonesia, sehingga mempunyai konsekuensi logis terhadap mutu pelayanan yang diberikan. Hasil pengkajian dan analisa terhadap aspek manajemen keperawatan yang dilakukan terdahulu, didapatkan data belum adanya penggunaan manajemen waktu dalam proses perencanaan asuhan keperawatan sehingga belum diketahui produktivitas waktu kerja kepala ruang rawat inap dan faktor apa saja yang berhubungan dengan produktivitas waktu kerja kepala ruang rawat inap tersebut.
Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat hubungan antara karakteristik biografi, faktor iklim kerja, dan faktor manajerial yang terdiri dan komunikasi dan kepemimpinan dengan produktivitas waktu kerja kepala ruang rawat inap. Jenis penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan desain penelitian cross sectional. Sampel penelitian ini adalah seluruh kepala ruang rawat inap yang berjumlah 46 orang. Instrumen penelitian dikembangkan sendiri oleh peneliti yang meliputi kuesioner I tentang karakteristik kepala ruangan yang terdiri dari 6 item pertanyaan dan kuesioner IIA tentang faktor iklim kerja yang terdiri dari 18 item pemyataan dan kuesioner IIB tentang faktor manajerial yang terdiri dari komunikasi 15 item pemyataan dan kepemimpinan 15 item pernyataan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa produktivitas waktu kerja kepala ruang rawat inap belum optimal, dengan rata-rata kegiatan produktif yang dilakukan oleh kepala ruang rawat inap sesuai dengan perannya adalah sebesar 64,76%, dan melaksanakan kegiatan asuhan keperawatan langsung sebesar 11,13%, sedangkan kegiatan tidak produktif 24,11%. Proporsi kegiatan produktif yang terbanyak dilakukan adalah menghadiri rapat (14,65%) dan kegiatan yang paling sedikit adalah mengatur kebersihan (2,15%). Hasil analisis bivariat dengan uji Anova dan uji beda dua mean, tidak satu pun sub variabel karakteristik biografi kepala ruangan yang berhubungan secara bermakna dengan produktivitas waktu kerja kepala ruang rawat inap. Hasil analisis bivariat dengan uji Pearson product moment, variabel iklim kerja memiliki hubungan yang bermakna dengan produktivitas waktu kerja dengan nilai r = 0,385, dan faktor manajerial yang berhubungan dengan produktivitas waktu kerja adalah komunikasi dengan nilai r 0,350. Berdasarkan hasil analisis multivariat dengan uji regresi liner ganda didapatkan bahwa iklim kerja merupakan faktor yang paling dominan berhubungan dengan produktivitas waktu kerja kepala ruang rawat inap kemudian diikuti oleh faktor pendidikan.
Berdasarkan hasil penelitian ini, .direkomendasikan kepada pihak manajemen RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo untuk:
l) Membuat petunjuk teknis pelaksanaan masingmasing uraian tugas kepala ruangan,
2) Perlu dikembangkan lagi penerapan metode penugasan keperawatan tint pada setiap ruang rawat inap,
3) Memberikan pelatihan manajemen keperawatan dan program magang di ruangan bagi calon kepala ruangan, memfasilitasi kepala ruangan yang sudah mengikuti pelatihan agar dapat menerapkannya,
4) Membuat perpustakaan keliling dan mengembangkan program bedah buku,
5) Perlu meningkatkan iklim kerja di ruangan dengan mempertimbangkan dan meninjau kembali perhatian dan penghargaan yang diberikan. Perlu dilakukan penelitian lanjut dengan waktu observasi yang lebih panjang, sehingga siklus uraian tugas yang dilakukan bulanan dapat tercakup dan menggunakan rancangan kuasi eksperimen dengan jumlah sampel yang lebih besar.
Daftar Pustaka: 69 (1971 - 2002)"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2002
T10665
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rusmini
"Sehubungan dengan meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap mutu layanan
kesehatan, maka fungsi pelayanzm kesehatan secara bertahap harus terus
ditingkatkan. Supervisi keperawatan merupakan salah satu upaya untuk
meningkatkan kctrampilan petugas pelayanan kesehatan khususnya perawat
pelaksana Pcrawat yang trampil akan berdampak pada mutu asuhan keperawatan
yang diberikan. Supervisi keperawalan dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya
umur, pendidikan, lamakerja penyelia, pelatihan, sarana dan pmsarana, SOP dan
bimbingan, serla perawat pelaksana.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran faktor pada penyelia,
faktor pada perawat pelaksana, faktor sarana, faktor SOP, faktor bimbingan dan
pelaksanaan supervisi keperawatan. Rancangan pcnelitian adalah croxs sectional,
dilakukan di ruang rawat inap Rumah sakit dr Cipto Mangunkusumo pada bulan Mei
dan Juni 2001. Populasi penelitian semua kepala ruang rawat inap, adapun sampei
total populasi yaitu 47 respondcn.
Hasil penelitian rnenunjukl-can bahwa pclaksanaan supervisi keperawatan di
mang rawat inap Rumah Sakit dr Cipro Mangunkusumo berjalan tidak efek1i£ Dari
sepuluh variabel indepcndcn yang diteliti, hanya satu yang bermakna yaitu variabel
bimbingan terdapat hubungan bcrmakna dengan pelaksanaan supervisi keperawatan. Adapun faktor yang paling dominan berhubungan dengan pelaksanaan supervisi
keperawatan adalah bimbingan
Pcningkatan mutu pelayanan asuhan keperawatan harus dilakukan SCC312 terus
menerus, salah satu upaya adalah dcngan mcngefektiikan pelaksanaan supervisi
keperawatan. Melalul program pelatihan khusus supcrvisi keperawatan diharapkan
kepala mang rawat inap dapat bekerja sesuai fhngsinya sebagai supervisor tingkat
tcrbawah.

Abstract
As the increase of public demand for the quality of health services, the function
of health services shall be gradually improved. Nursing supervision is one etfort to
improve the skill of health service officers specially the nurse. The qualified nurse will
effect to the quality of nursing care. Nursing supervision is influences many factors,
such as age, education, experiences, training, intra structure, standard operating
procedures, guidance and the nurse itself.
The purpose of this research is to gain infomation between factors of
experience, nurse, infra structure, standard procedure, and tutorial to which have more
influence to the performance of nursing supervision. Research design is carried out by
cross sectional the ward in Dr Cipto Mangunkusumo Hospital during May to June 200l.
Research population are all head nurse ofthe wards and total samples population are 47
respondent.
The result of this research shows that nursing supervision at wards of Dr Cipto
Mangunlcusumo hospital was done effectively. From ten of independent variable to be analysed, only one of which is tutorial give a.n effect to perfonnance of nursing
supervision.
The improvement of the nursing ServiCCS quality Shall be continually carried out
by implementing effective nursing supervision. By special training program of the
nursing supervision, head of wards are hoped to with comply to their function as the
supervisor to their subordinate.
"
Universitas Indonesia, 2001
T6392
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pipih Karniasih
"Tingginya angka pengundurn diri perawat manajer di RSAB Harapan Kita adalah masalah serius dan sangat berhubungan dengan kepuasan kerja.
Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran tingkat kepuasan kerja perawat manjer di ruang rawat inap RSAB dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan pengambilan data secara potong lintang, di mana pengukuran kepuasan kerja perawat manajer sebagai
variabel terikat yang terkait dengan fungsi-fungsi manajemen. Penelitian dilakukan untuk menganalisa hubungan variabel bebas yaitu : usia, lama kerja, tingkat pendidikan dan karakteristik pekerjaan yaitu: penghargaan, beban kerja dan kebijakan organisasi pada
waktu yang bersamaan. Uji Kai Kuadrat digunakan untuk mengukur hubungan antar karakteristik individu dan pekerjaan dengan kepuasan kerja perawat manajer. Untuk
melihat variabel bebas yang paling berpengaruh terhadap kepuasan kerja perawat manajer digunakan uji multivariat regresi logistik.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perawat manajer sejumlah 80 orang yang bekerja di ruang rawat inap RSAB, dan sampel berjumlah 66 perawat manajer. Instrumen yang digunakan adalah modifikasi teori Smith dalam bentuk kuesioner. Kuesioner telah
diuji validitas dan realibilitasnya.
Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan bermakna antara karakteristik individu: usia, lama kerja, tingkat pendidikan dan karakteristik pekerjaan: beban kerja dan kebijakan organisasi dengan kepuasan kerja perawat manajer di mana p value <0,05. Variabel bebas yang paling berpengaruh adalah beban kerja dan kebijakan organisasi di Mana p value < 0,05.
Berdasarkan hasil penelitian teridentifikasikan faktor yang paling berhubungan dengan kepuasan kerja perawat manajer adalah faktor beban kerja dan kebijakan organisasi di mana p value <0,05.

The Maternity and Child Harapan Kita Hospital Jakarta has a serious problem related to high turnover of nurse?s managers and it could related to job satisfaction.
The objective of this study is to obtain the description of job satisfaction of nurse's managers at the Maternity and Child Harapan Kita Hospital and the related factors.
This study is descriptive analitical design with cross sectional data collection. The Chi Square is to measure the correlation between nurse's managers characteristic
(age, length of job experience, educational background) and job characteristics (reward system, work load, and organisation policy).
Population of this study were the nurse?s managers at Maternity and Child Harapan Kita Hospital. The number of sample is 66 nurse?s managers. Instrument was developed from Job Description Index of Smith, through 54 quesioners which has been tested for it's validity and realibility.
The result of the study shown the correlation between nurse's managers characteristic and job characteristic with nurses manager's job satisfaction (p value <0,05)
The study shown that factor & which mostly related to Nurse Managers Job Satisfaction are nurse work-load and organisation policy.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2001
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Febrianti
"Tesis ini dilatarbelakangi oleh banyaknya penggunaan obat non DPHO dan tingginya beban cost sharing obat pada pasien ASKES di rawat inap gedung A RSCM. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan peresepan obat non DPHO yang terdiri dari faktor Dokter Penanggung Jawab Pasien (pendidikan, spesialisasi), faktor pasien (umur, jenis kelamin), faktor kelas ruang rawat terhadap rerata biaya obat non DPHO. Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan menggunakan desain cross sectional.
Hasil penelitian menunjukkan rerata biaya obat non DPHO per pasien adalah Rp 1.511.626 atau 55,3% dari total biaya obat. Pendidikan dan spesialisasi DPJP, umur dan jenis kelamin pasien, serta kelas ruang rawat berhubungan dengan rerata biaya obat non DPHO. Rerata biaya obat non DPHO Konsultan lebih tinggi daripada Spesialis, rerata biaya obat non DPHO paling tinggi pada spesialisasi Syaraf dan paling rendah pada Gigi Mulut, rerata biaya obat non DPHO tertinggi pada pasien kelompok umur tua dan paling rendah pada anak, rerata biaya obat non DPHO pasien laki-laki lebih tinggi daripada perempuan,dan rerata biaya obat non DPHO paling tinggi pada kelas VIP (4 bed) dan VVIP, paling rendah pada kelas 2 dan 3.

This study is triggered by the heavy use of drugs of non-DPHO and the high burden of drug cost sharing for ASKES? patients hospitalized in Gedung A RSCM. The purpose of the study was to determine the factors associated with the prescriptions of non-DPHO comprising factors of Responsible Patient Physician (i.e. education, specialization), patient factors (i.e. age, gender), the room class factor toward the average cost of non-DPHO drugs. This study is an analytical one using cross-sectional design.
The results showed that the average drug cost per patient non DPHO is Rp. 1,511,626 or 55.3% of total drug costs. Education and specialization of DPJP, age and sex of the patient, as well as room class have relationship toward non-DPHO average drug costs. The average of cost of medication non DPHO from Consultant is higher than that of drugs prescribed by Specialist. The highest cost for non-DPHO is neural specialization while Dental Mouth is the lowest. Furthermore, the average cost of non DPHO in older age groups are the highest whilst children are the lowest. Finally, male patients are higher than the female, as well as VIP class (4 beds) and VVIP are the highest and the class 2 and 3 are the lowest.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T33197
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yanti Diastiningsih
"Latar belakang: Data global, terdapat 2,2 milyar penduduk di seluruh dunia memiliki gangguan penglihatan jauh dan dekat. Setengah dari kasus atau sekitar 1 milyar memiliki gangguan penglihatan yang dapat dicegah atau belum ditangani, dan berpotensi kejadian low vision. Seorang dengan low vision berakibat kesulitan melakukan aktivitas sehari-hari dan dapat mempengaruhi kualitas hidup seperti putus sekolah, dan kehilangan pekerjaan. Tujuan: Penelitian ini bertujuan mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian low vision di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta. Metode: Desain studi yang digunakan adalah desain studi potong lintang (cross sectional). Data yang digunakan adalah data sekunder berasal dari rekam medis. Sampel penelitian ini adalah 281 responden pasien kontrol rawat jalan Poli Anugerah IPKMT RSCM Kirana. Hasil: Proporsi kejadian low vision di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo adalah sebesar 16,8%. Adanya hubungan signifikan secara statistik dengan kejadian low vision pada faktor klinik yaitu katarak nilai-p=<0,001dan PR=6,03 (95%CI;2,21 – 16,5) dan retinopati diabetik dengan nilai-p=0,005 dan PR=3,20 (95%CI;1,69 – 6,06). Kesimpulan: Katarak dan retinopati diabetik memiliki hubungan secara signifikan dengan kejadian low vision. Meningkatkan pelayanan kesehatan mata dan deteksi dini diharapkan dapat mencegah gangguan penglihatan yang berakibat low vision.

Background: Global data reported that 2.2 billion of worldwide population suffer from far and near vision impairment. Half of the cases, or approximately 1 billion people, exhibits the visual impairment which can be prevented but has not been addressed, leading to the occurrence of low vision. A person with a low vision would be susceptible to the risk of the difficulty in performing their daily activity and affects their quality of life such as school dropout and loosing their job. Objective: This study aims to determine the factors associated of low vision incidence in RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta. Method: This study performs a cross sectional study design, using secondary data obtained from medical records. As many as 281 respondents were collected from outpatient control in Poliklinik Anugerah IPKMT RSCM Kirana. Results: The propotion of low vision incidence in RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo was estimated 16.8%. There is a statistically significant relationship with the incidence of low vision between clinical factor, i.e. cataract with p-value=<0,001 and PR=6,03(95%CI;2,21 – 16,5) and diabetic retinopathy with p-value=0,005 and PR=3,20 (95%CI;1,69 – 6,06). Conclusion: Cataract and diabetic retinopathy were identified to have a significant relationship with the incidence of low vision. Improving eye health services and early detection is expected to prevent visual impairment which result in low vision"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ulya Qoulan Karima
"Kanker payudara merupakan jenis kanker terbanyak diantara wanita Indonesia. Pada tahun 2013, belum diketahui faktor apa yang berhubungan dengan kanker payudara pada pasien di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional (RSUPN) dr. Cipto Mangunkusumo. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor apa saja yang berhubungan dengan kanker payudara. Desain studi yang digunakan adalah kasus kontrol. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner yang diambil dari pasien rawat jalan RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo khususnya dari poli bedah. Sampel terdiri dari 117 kasus kanker payudara dan 119 kontrol (pasien lain di poli bedah yang tidak menderita kanker payudara). Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan risiko kanker payudara pada umur 35-44 tahun (OR=3,370, 95% CI=1,390-8,170), dan 45-54 tahun (OR= 3,690, 95% CI=1,558-8,739) dibandingkan umur <35 tahun, umur menarche <12 tahun (OR=2,962, 95% CI=1,352-6,488) dibandingkan ≥12 tahun, adanya riwayat keturunan kanker payudara (OR=3,035, 95% CI=1,286-7,165) dan adanya keluarga tingkat 1 yang menderita kanker payudara (OR=3,854, 95% CI= 1,031-14,411) dibandingkan tidak ada riwayat keturunan kanker payudara sama sekali. Sementara itu efek protektif yang signifikan melindungi kanker payudara adalah menyusui anak selama ≥6 tahun (OR= 0,419, 95% CI=0,202-0,868) dibandingkan menyusui anak selama <2 tahun. Perlu adanya peningkatan promosi kesehatan mengenai faktorfaktor yang berhubungan dengan kanker payudara kepada masyarakat.

Breast cancer is the most common cancer among women in Indonesia. In 2013,it remains unknown factors that cause breast cancer on patients of Rumah Sakit Umum Pusat Nasional (RSUPN) dr. Cipto Mangunkusumo. The purpose of this study is to determine what factors are associated with breast cancer. Study design was case-control. Data were collected using questionnaires from the unhospitalized patients RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo especially in Department of Surgery. Sample of 117 breast cancer cases and 119 control (other unhospitalized patients in Department of Surgery does not have breast cancer) were recruited. The results found increasing risk due to age of 35-44 (OR=3,370,95% CI=1,390-8,170), and age of 45-54 (OR= 3,690, 95% CI=1,558-8,739) compared to age of <35, age at menarche of <12 (OR=2,962, 95% CI=1,352-6,488) compared to age at menarche of ≥12, family history of breast cancer(OR=3,035, 95% CI=1,286-7,165) and family history of breast cancer in first degree relatives (OR=3,854, 95% CI= 1,031-14,411) compared to them with no family history of breast cancer. Meanwhile the significant protective effect that protect breast cancer is breastfeeding for ≥6 years (OR= 0,419, 95% CI=0,202-0,868) compared to breastfeeding for <2 years.There is need to increase health promotion regarding the factors associated with breast cancer to the public.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S45737
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irwan Adji
"Perawat adalah salah satu profesi di rumah sakit yang berperan penting dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien yang dirawat. dimana perawat berada selama 24 jam disisi pasien. Asuhan Keperawatan merupakan titik sentral pelayanan keperawatan. Sebagai ukuran kinerja perawat di ruang rawat inap dapat dilihat dari kegiatan perawat memberikan asuhan keperawatan kepada pasien dalam bentuk pendokumentasian asuhan keperawatan. Menurut Gibson (1996), perilaku dan kinerja individu dipengaruhi oleh variabe! individu. variabel organisasi dan variabel psikologis.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kinerja perawat dan faktor-faktor yang berhubungan dengan kinerja perawat di Ruang Rawat Inap R.S.U. Raden Mattaher Jambi. Penelitian ini menggunakan metode Cross Sectional dengan sampel 70 responden. Variabel independen yang diteliti adalah karakteristik individu perawat meliputi umur, tingkat pendidikan, masa kerja dan status perkawinan serta karakteristik organisasi mencakup sumber daya, kepemimpinan, imbalan, struktur organisasi dan disain pekerjaan. Variabel dependen yaitu kinerja perawat di ruang rawat inap.
Analisis data yang digunakan adalah analisis univariat, bivariat dan multivariat dengan menggunakan uji statistik deskriptif, Chi-Square dan multiple regresi logistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja perawat dengan katagori kurang dan baik didapatkan hasil masing-masing yaitu 50%.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan merupakan faktor yang mempunyai hubungan paling dominan dengan kinerja perawat (nilai p = 0,001, OR = 80,325) dimana perawat yang berpendidikan bidan berpeluang* mempunyai kinerja kurang baik 80,3 kali dibandingkan dengan perawat yang berpendidikan Dili Keperawatan. Selain itu faktor imbalan ( nilai p = 0,002, OR = 20,937), sumber daya (nilai p = 0,014, OR = 14, 578) dan disain pekerjaan (nilai p = 0,047, OR - 8,628) juga berhubungan dengan kinerja perawat diruang rawat inap RSU Raden Mattaher Jambi, dimana perawat yang menilai besarnya imbalan tidak sesuai dengan peran dan beban kerja mereka berpeluang mempunyai kinerja kurang baik 20,9 kali dibandingkan dengan perawat yang menilai besar imbalan sesuai dengan peran kerja. Begitu juga perawat yang menilai sumber daya kurang berpeluang mempunyai kinerja kurang baik 14,5 kali dibanding dengan perawat yang menilai cukup sumber daya. Demikian juga perawat yang menilai disain pekerjaan kurang baik berpeluang mempunyai kinerja kurang baik 8,6 kali dibanding dengan perawat yang menilai cukup baik disain pekerjaan.
Mempertimbangkan hasil penelitian ini perlu bagi piliak Direksi dan Bidang Keperawatan R.S.U Raden Mattaher, untuk memperhatikan pegawai yang pendidikannya masih dibawah Dili Keperawatan agar dapat disekolahkan ke jenjang Dili Keperawatan dan bila menambah tenaga perawat pelaksana di ruang rawat inap agar tingkat pendidikannya minimum DIII Keperawatan."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2002
T561
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mandala Noras
"Latar Belakang Menurut WHO diseluruh dunia ada sekitar 10 jula kasus bam kanker dengan lebih dan 6 juta kematian setiap tahunnya. Angka tersebut meningkat bila dibandingkan dengan dua dekade yang sebeiumnya, dimana dilaporkan 6 juta kasus kanker baru dengan jumlah kematian 4 juta orang (WHO, 2002). Di Indonesia kecenderungan peningkatan jumlah kasus dan kematian karena kanker juga meningkat, dari hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 1992 kanker merupakan penyebab kematian dengan urutan ke 9 dari 10 penyebab kematian utama yang ada dan pada hasil SKRT 2002 dilaporkan kanker menempati urutan ke 5 sebagai penyebab kematian (Depkes. 2002).
Tujuan: Penelitian ini bermjuan untuk mengetahui faktor~faktor yang berhubungan dengan terjadinya kematian pasien ravwxt inap kanker payudara di RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta yang meninggal pada tahun 1999 sampai dengan 2005 Metode: Rancangan penelitian ini adalah studi kasus kontrol dengan jmnlah sampel keselumhan 201, jumlah sampel kasus 67 dan kontroi 134 (perbandingan I:2). Kasus adalah pasien rawat inap kanker payudara RSPN-CM yang meninggal dari tahun 1999- 2005 dan kontrol adalah pasien rawat inap kanker payudara RSPN-CM yang tidak meninggal dari tahun 1999-2004. Variabel penelitian adalah faktor prognosis tumor yang terdiri dari stadium, ukuran tumor, residiIQ metastase, faktor kelengkapan terapi, faktor prognosis penderita yang terdiri dari usia, jenis pembayaran dan jenis pekerjaan.
Hasil: Pekerjaan pasien kanker payudara berhubungan bermakna secara statistisk OR 3,52 (95%CI 1,66-7,42). Faktor tumor stadium (OR=ll,98 95%CI:4,64-30,91) dan metastase (OR:8,44 95% CI3,l8-22,4) berhubungan dengan kematian pasien kanker payudara Kelengkapan pengobatan (OR:3,82 95%CI 1,57-9,25) berhubungan dengan kematian pasien kanker payudara.
Kesimpulan: Dari penelitian ini dapat disarankan bagi wanita yang mempunyai resiko untuk mengalami kanker payudara agar melakukan perneriksaan dini dan bagi penderita kanker payudara untuk melakukan pengobatan selengkap mungkin. Penyuluhan tentang faktor resiko kanker payudara, pengobatan yang akan dilakukan, waktu yang diperlukan untuk pengobatan kanker payudara merupakan salah satu cara mengurangi resiko untuk terjadinya kematian pasien kanker payudara.

Background: WHO (2002) state that in the world there are I0 million cancer new cases and more than 6 million death every years. This incidence was increased than two decade before where was reported 6 million cancer new cases and death 4 million people. ln Indonesia cancer cases and death caused cancer increase. Based of health household survey (SKRT) 1992, cancer is caused death at 9"' from 10 primary caused death and at health household survey (SKRT) 2002 reported that cancer is at 5°? caused death (Dcpkes. 2002).
The objective: The objective of this research to know the related factors to breast cancer patient death at Dr Cipto Mangunkustuno Hospital Jakarta years] 999-2005 Method: The design of this research is case control design with 20| total samples that consist of 67 cases and 134 controls (l:2). Cases is breast cancer patient at Dr Cipto Mangunkusumo Hospital Jakarta yearsl999~2005 that were death. And control is breast cancer patient at Dr Cipto Mangunkusumo Hospital Jakarta yearsl999-2005 that were life. The variable of this research are patient factors consist of age, kind of payment, and job. Tumor factors are stage, the size, residual, metastasis and completing therapy factor.
Result: The job of breast cancer patient related to death significant statistically, OR 3,52 (95%Cl 1,66-7,-42). Tumor factors are stage (OR=l 1,98 95%Cl:4,64»30,9l) and metastasis (OR:8,44 95% CI3,l8-22,4) related to death of breast cancer patient The completely therapy (OR:3,82 95%CI 1,57-9,25) related to death of breast cancer patient.
Conclusion: In this research the job status, tumor stage, metastasis and completly therapy related to breast cancer patient death. Women with risk factors to breast cancer that is suggested to early examination and to breast cancer patient suggested to completely therapy. The campaign of risk factors breast cancer, the therapy procedure and time for therapy are some ways to decrease breast cancer patient death.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2006
T34472
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Duta Liana
"ABSTRACT
The Factors Which Related with the Operation Delay in Central Surgery Installation at Dr.Cipto Mangunkusumo General HospitalIn accordance with scientific and technology development, surgery procedures are becoming a specialist and expensive health services.
There is a trend to minimize the cost of hospital services by establishing centralized of the high cost units such as operation rooms.
Dr. Cipto Mangunkusumo general hospital is the type A and National top referral hospital which has full array of experts/specialists physician while the tariff of the services is relatively lower than the surrounding private hospitals. The consequence of this condition, bring this hospital has to serve patients beyond its capacity which in turn overburdened the services. This condition is also affected at the central operation room, i.e. Central Surgery Installation.
In performing elective surgery procedures, the patients should wait for operation schedule. The preliminary observation showed that there were many delayed and canceled of the scheduled surgery, so that affected the hospital management and hospital performance.
The aim of this study is to know the percentage of delayed operations and affecting factors. This is a cross sectional study using observation and interviews. The sample is all of the surgery procedures during 6 working days at 12 operation rooms, in June 1996. The data was collected as primary data by filling the form and questionnaires.
The results:
1. Delayed surgery level is 90.9 %.
The delayed percentage of the arrival of consultant surgeon who needed for teaching the resident is 80.8 %, with average time of delay is 40 minutes. Then the delayed percentage of the arrival of anesthesiology resident is 60.6 % with the average time of delay is 36.6 seconds and the delayed percentage of arrival of patients is 62.1 % with the average time of delay is 4.2 minutes.
There is statistically significant correlation between the operation delay and the arrival delay of paramedic, anesthesiology resident, surgeon assistant, surgeon, surgeon consultant, the patients and the duration of operation. But there is no statistically significant correlation between the operation delay and the kind of surgery. This study is also revealed the percentage of operation cancel lance by 12.4 % with the common cause is patient subjectivity (28.6 %).
2. There are many operations which its duration are not appropriate with allocated time.
3. Lack of appropriate and adequate amount of linen, both for patients and provider, i.e. surgery linen such as jas pack, lap pack.
Suggestions :
1. Good communication between provider inside and outside of Central Surgery Installation.
2. It is necessary to make the evaluation about the report of tasks and responsibility of Central Surgery Installation and the procedure of surgery especially about the arrival of the provider.
3. It is necessary to make good cooperation with the medical committee of the hospital to take an appropriate action in case of any mistakes.
4. It is necessary to give special attention from the hospital administrator according to linen budgeting in the Central Surgery Installation.
5. It is necessary to make the longitudinal study about surgery duration according to the kind of surgery, to increase the optimal utilization of the operation room.
Bibliography : 24 ( 1969 - 1995 )
xi + 124 pages + 36 tables + 2 figures + 5 annexes;Sejalan dengan perkembangan IPTEK maka kebutuhan pelayanan kesehatan melalui tindakan bedah menjadi bentuk pelayanan kesehatan yang spesialistik, mahal.

ABSTRAK
Terdapatnya kecenderungan penghematan biaya pada pelayanan Rumah Sakit dengan melakukan sentralisasi unit-unit yang memerlukan biaya tinggi atau unit sebagai cost center diantaranya adalah kamar operasi.
Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo sebagai rumah sakit tipe A dan rujukan tingkat nasional mempunyai tenaga ahli yang lengkap dan tarif yang relatif murah menyebabkan pasien yang datang melebihi kapasitas dan perlu mengalami antrian yang panjang. Hal ini dapat terjadi di kamar operasi yang dikenal dengan nama Instalasi Bedah Pusat. Dalam melaksanakan tindakan operasi efektif pasien harus menunggu antrian jadwal operasi, sedangkan dari pengamatan awal didapatkan masih adanya keterlambatan atau pembatalan operasi sehingga pasien harus menunggu jadwal antrian berikutnya. Tentunya hal ini selain mempunyai dampak kepada pasien juga terhadap manajemen rumah sakit serta penampilan kerja rumah sakit.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persentase keterlambatan/pernbatalan operasi dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Penelitian ini merupakan studi cross sectional dengan cara pengamatan kegiatan operasi dan wawancara. Adapun sampel pada penelitian ini adalah seluruh operasi pada 12 kamar operasi selama 6 hari kerja pada bulan Juni 1996 di Instalasi Bedah Pusat RSCM. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan data primer berupa formulir pengisian dan kuesioner. Analisa statistik yang dilakukan adalah analisis univariat dan bivariat.
Hasil penelitian yang didapat :
1. Tingkat keterlambatan operasi 90,9%.
Diantara anggota provider, kedatangan konsulen operator yang dibutuhkan untuk bimbingan/ujian pada 26 operasi mempunyai persentase keterlambatan sebesar 80,8% dengan rata-rata waktu keterlambatan yaitu 40 menit, diikuti keterlambatan PPDS Anestesi 60,6% dengan rata-rata waktu keterlambatan 37,6 menit. Sedangkan pasien mempunyai persentase keterlambatan 62,1% dengan rata-rata waktu keterlambatan 4,2 menit. Adanya hubungan bermakna secara statistik antara keterlambatan operasi dengan keterlambatan kedatangan paramedik, PPDS anestesi, asisten operator, operator, konsulen operator, pasien, lama operasi. Sedangkan tidak ada hubungan bermakna secara statistik antara keterlambatan operasi dengan jenis operasi. Pada penelitian ini juga terdapat pembatalan operasi sebesar 12,4%. Dimana alasan terbanyak disebabkan faktor subyektivitas pasien (28,6%).
2. Adanya lama operasi yang belum sesuai dengan alokasi waktu (rencana) yang di tentukan.
3. Kurang tersedianya linen khususnya linen pasien, linen operasional (Jas pack, Lap pack) didalam kegiatan operasi.
Saran-saran yang diusulkan antara lain :
1. Adanya hubungan komunikasi (HAM) yang baik antara anggota provider baik yang berada di bawah atau yang tidak berada di bawah Instalasi Bedah Pusat, begitu pula dengan ruang rawat yang terkait.
2. Perlunya evaluasi terhadap laporan tertulis tentang tugas/tanggung jawab IBP dan tata tertib laksana tindakan bedah khususnya mengenai kedatangan provider yang telah disetujui oleh semua pihak yang terkait.
3. Perlunya bekerja sama dengan Direktur RSCM (komite medik) untuk mengambil langkah-langkah yang dianggap perlu apabila peraturan tertulis tersebut tidak dipatuhi.
4. Perlunya perhatian administrator Rumah Sakit terhadap anggaran pengadaan linen di Instalasi Bedah Pusat.
5. Perlu diadakan suatu survai lama operasi (alokasi waktu) berdasarkan jenis operasi untuk memudahkan dalam pembuatan waktu rencana operasi, sehingga dapat meningkatkan utilisasi kamar operasi.
Daftar Pustaka : 24 (1969-1995)
xi + 124 halaman + 36 tabel + 2 gambar + 5 lampiran
"
Depok: Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nilai Utama Nurhasanah
"Rumah sakit Dr. Mochammad Hocsin Palcmbang berdasarkan SK Menkes RI No. H34/Mcnkcs/SK/|993 ditctapkany menjadi Rumah sakil Swadana. Dalam pcrjalanan sclanjutnya saat ini sedang dulakukan smdi kelayakan untuk berubah status menjadi Pcrjan. Dengan dcmikian berarti bahwa unluk icefangsungan proses kedepan akan diluntut untuk iebih mandiri dan secam bertahap harus mnrubah poIa_ keqa duri pengguna (cow CGIIIUU menjadi penerima (revenue center). Unluk mcncapai tujuan tersebut akan dilakukan beberapa upaya antara Iain mcningkatkan pcmasuran dan sosialisasi Perjan_ Umuk mengctahui Iebih dalam upaya pemasaran tcrsebut secara khusus akan diiakukan pcnclitian tcrhadap pasien yang dirawat di ruang rawat inap VII? dan kelas I RSMH Palcmbang yang mempunyai lingkat hunian (BOR) rala-rata 41,5 % dalam tiga lahun lcrakhin.
Tujuan sccara umum dalam penelitian ini adalah untuk mcngctahui sejauh mana faktor baumn pemasaran, faktor Iingkungansosial budaya, serta falnor manakah yang paling dominan mempunyai hubungan dengan keputusan pasien memilih jasa pelayanan rawat inap di ruang VIP RSM!-I Paiembang.
Penelitian ini menggunakan pasien/ penanggung jawab pasien yang pemah dirawat inap di ruang VIP dan kelas I RSMH sebagai responden dcngan sampcl adalah total populasi sebanyak I|0 rcsponden. Selanjutnya data dikumpulkan dengan menggunakan qucsioncr modcl Likcrt dan selmxjutnya dianalisa dengan uji validitas dan reliabilitas Serta uji univariat bivarial dan multi valiat dengan menggunakan alat bantu program SPSS vcrsi 7,5.
Hasil analisis mcnunjukkan bahwa ada hubungan antara faktor bauran pcmasamn produk dan tampilan Iisik dengan keputusan konsumcn mcmilih jasa pelayanan rawat inap di ruang VIP RSMH Palcmbang, dan dikctahui bahwa Faktor produk mcrupakan faktor yang dominan mempunyai hubungan dengan keputusan konsumen memilih jasa pelnyanan rawat inap di ruang VIP RSMH Palembang.
Disarankan agar Rumah Sakit Dr. Mochammad Hoesin Palembang unluk mcningkalkan tingkal hunian rawal inap di ruang VIP menggunakan bauran pemasaran sebagai ala! pcmasaran kepada konsumen dcngan melalui suatu perencanaan, pclaksanaan, dan pengcndalian yang profesional."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2001
T5053
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>