Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 191980 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Diwa Agus Sudrajat
"Peningkatan kesadaran masyarakat terhadap hak-haknya untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, mendorong profesi perawat untuk lebih memahami dan menyadari terhadap berbagai aspek hukum yang mengatur praktik keperawatan. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif korelasi dengan desain cross sectional yang bertujuan untuk mendapatkan gambaran hubungan antara karaktersitik dan pengetahuan perawat pelaksana tentang aspek hukum praktik keperawatan dengan pemenuhan hak-hak pasien di ruang rawat inap Rumah Sakit Islam Jakarta Pondok Kopi. Populasi penelitian ini adalah seluruh perawat pelaksana di ruang rawat inap. Jumlah sampel dalam penelitian ini yang memenuhi kriteria inklusi adalah 106 perawat pelaksana. Analisa hubungan variabel dilakukan melalui uji koefisien korelasi Pearson dan t test.
Hasil penelitian di ruang rawat inap Rumah Sakit Islam Jakarta Pondok Kopi menunjukkan, pemenuhan hak-hak pasien sudah baik; perawat pelaksana mayoritas berusia produktif, berpendidikan DIII Keperawatan, jenis kelamin perempuan, dan mempunyai lama kerja rata-rata 7,35 tahun; pengetahuan perawat pelaksana tentang aspek hukum praktik keperawatan masih rendah. Penelitian ini menyimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara karakteristik dan pengetahuan perawat pelaksana tentang aspek hukum praktik keperawatan dengan pemenuhan hak-hak pasien. Rekomendasi untuk meningkatkan pemenuhan hak-hak pasien oleh perawat pelaksana melalui, pelatihan tentang hak-hak pasien, evaluasi sistem penilaian kerja, dan supervisi terhadap perawat laki-laki. Meningkatkan pemahaman dan penerapan aspek hukum praktik keperawatan melalui penerapan berbagai aspek hukum praktik keperawatan, pelatihan aspek hukum, pendidikan berkelanjutan, dan melengkapi fasilitas perpustakaan. Disarankan untuk meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan aspek legal praktik keperawatan dan faktor-faktor lain yang mempengaruhi pemenuhan hak-hak pasien melalui metode observasi langsung dan melibatkan pasien sebagai responden.

Increasing of public awareness to the rights to get a quality health service pushes a nurse profession to be more comprehensive and realize of various law aspects which arranging nursing practice. This research is a descriptive research by a cross sectional design which aiming to get describing of relationship between nurse characteristic and knowledge concerning law aspect of nursing practice and accomplishment of patient rights at inpatient room at Islamic Hospital of Jakarta in Pondok Kopi. These research populations are all nurses providers at inpatient room. Amount of samples in this research which fulfill inclusion criterion are 106 nurses providers at inpatient room. Analysis of variable relationship was done by coefficient test of Pearson correlation and t-test.
Research result of inpatient room at Islamic Hospital of Jakarta in Pondok Kopi indicated that accomplishment of patient rights was satisfied; majority of nurses providers were productive age; education of Nursing Diploma III, woman gender, and mean of job period was 7,35 years; knowledge of nurse provider concerning law aspects of nursing practice were still low. This research concluded that there was no relationship between nurse characteristic and knowledge concerning law aspects of nursing practice and accomplishment of patient rights. Recommendation on improve accomplishment of patient rights of nurses providers by training of patient rights, system evaluation of job performance and supervising of man nurse. Improving understanding and implementing law aspects of nursing practice by implementation various aspects of nursing practice, law aspects training, continue education and equipping library facility. It was suggested for researching factors which effected growth of legal aspect of nursing practice and the other factors which effected accomplishment of patient rights by observation method directly and participating patient as respondent."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fardi Fajrian Ihsana
"Sebagian besar pendekatan perawat dalam merawat pasiennya ditentukan oleh peran gender, sehingga masalah seperti kesetaraan dalam pemberian perawatan keperawatan spiritual menjadi sangat penting. Studi-studi yang ada belum secara menyeluruh memfokuskan perbedaan peran gender dalam asuhan keperawatan spiritual. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyelidiki hubungan antara kompetensi dalam pemberian asuhan keperawatan spiritual oleh setiap perawat berdasarkan peran gender bagi pasien perawatan paliatif kanker di Rumah Sakit Kanker Dharmais, Jakarta. Penelitian ini menggunakan desain korelasional kuantitatif potong-lintang dengan 110 perawat sebagai partisipan melalui teknik quota sampling dengan Bem Sex Role Inventory-Short Form (BSRI) dan Spiritual Care Competence Scale (SCCS) sebagai instrumen penelitian untuk mengukur peran gender dan kompetensi asuhan keperawatan spiritual. Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan secara statistik antara feminitas (r = 0,530, p < 0,001) dan maskulinitas (r = 0,611, p < 0,001) dengan kompetensi asuhan keperawatan spiritual, serta adanya perbedaan dalam kompetensi asuhan keperawatan spiritual antara perawat dengan peran gender androgynous dan undifferentiated (p < 0,001). Rumah sakit atau fasilitas kesehatan yang memiliki perawatan paliatif bagi pasien kanker seharusnya mendorong perawat, terlepas dari jenis kelamin biologisnya, untuk mengekspresikan kedua peran gender karena berkorelasi positif dengan kompetensi asuhan keperawatan spiritual. Penelitian selanjutnya dapat mengeksplorasi lebih lanjut karakteristik masing-masing peran gender sehingga dapat ada bukti yang lebih definitif mengenai hubungan antara peran gender dan kompetensi perawatan keperawatan spiritual.

Every nurse regardless of their sociodemographic background must be competent in providing quality spiritual nursing care. As gender roles dictate much of nurses’ approach in caring for their patients, matters such as equality in the provision of spiritual nursing care becomes urgent. Existing studies have not focused thoroughly on the gender roles difference in spiritual nursing care. The aim of this study was to investigate the correlation between the competence of spiritual nursing care provision by each nurse by gender roles for cancer palliative care patients at Dharmais Cancer Hospital, Jakarta. This study used quantitative correlational cross-sectional design with 110 nurses as participants through quota sampling with Bem Sex Role Inventory-Short Form (BSRI) and Spiritual Care Competence Scale (SCCS) as the research instruments to measure gender roles and spiritual nursing care competence. Univariate analysis results showed that as much as 42,7% nurses had undifferentiated gender role followed by 39,1% nurses having androgynous gender role; while the median score of SCCS was 107, indicating high competence in spiritual nursing care. Bivariate analysis results showed that there were statistically significant correlations between femininity (r = 0,530, p < 0,001) and masculinity (r = 0,611, p < 0,001) with spiritual nursing care competence and that there was a difference in spiritual nursing care competence between nurses with androgynous and undifferentiated gender roles (p < 0,001). Existing hospitals or health facilities with palliative care for cancer patients should encourage nurses regardless of biological sex to express both gender roles as they correlate positively with spiritual nursing care competence. The next research can explore more regarding each characteristic in each gender role so that there can be more definitive evidence regarding the relationship between gender roles and spiritual nursing care competence."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Euis Trisnawati Handayani
"COVID-19 telah menjadi pandemi sejak diumumkan oleh WHO pada Februari 2020. Tingginya angka kematian akibat komplikasi penyakit ini menjadi perhatian berbagai pihak. Salah satu komplikasinya adalah gagal napas. Masalah gangguan pertukaran gas adalah masalah yang umum ditemukan pada pasien COVID-19. Namun, keterbatasan ruang ICU di rumah sakit akhirnya membuat inovasi dalam perawatan pasien, terutama untuk mengatasi masalah gangguan pertukaran gas. Posisi prone yang sebelumnya diberikan pada pasien yang terintubasi, kini mulai direkomendasikan untuk pasien COVID-19 non intubasi. Karya ilmiah ini melaporkan studi kasus mengenai perawatan pasien COVID-19 dengan masalah gangguan pertukaran gas. Seorang wanita usia 49 tahun dengan keluhan utama batuk berdahak yang sulit dikeluarkan dan sesak napas. Hasil CXR menunjukkan adanya gambaran pneumonia dengan opasitas bilateral di seluruh lapang paru. Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan klien terkonfirmasi COVID-19. Pasien juga mengalami hipoksemia dan membutuhkan suplemen oksigen tambahan. Dukungan ventilasi merupakan salah satu intervensi untuk mengatasi masalah gangguan pertukaran gas. Awake self prone position dan incentive spirometry dapat diterapkan sebagai intervensi dukungan ventilasi dengan cara mengatasi mismatching ventilasi-perfusi sehingga dapat meningkatkan fungsi paru. Pelaksanaan intervensi ini harus dilakukan secara berkelanjutan, sehingga diperlukan pemahaman dan komitmen dari perawat maupun dari pasien itu sendiri.

COVID-19 has become a pandemic since it was announced by the WHO in February 2020. The high mortality rate due to complications of this disease has attracted the attention of various parties. One of the complications is respiratory failure. The problem of impaired gas exchange is a common problem found in COVID-19 patients. However, the limited ICU space in hospitals has finally made innovations in patient care, especially to overcome the problem of gas exchange disorders. The prone position, which was previously given to intubated patients, is now starting to be recommended for non-intubated COVID-19 patients. This scientific paper reports a case study regarding the treatment of COVID-19 patients with impaired gas exchange problems. A 49-year-old woman with the chief complaint of coughing phlegm that is difficult to expel and shortness of breath. The CXR results showed a picture of pneumonia with bilateral opacities in all lung fields. The results of laboratory tests show that the client is confirmed to be COVID-19. The patient is also hypoxaemic and requires oxygen supplementation. Ventilation support is one of the interventions to overcome the problem of gas exchange disorders. Awake self prone position and incentive spirometry can be applied as ventilation support interventions by overcoming ventilation-perfusion mismatching so as to improve lung function. The implementation of this intervention must be carried out on an ongoing basis, so it requires understanding and commitment from both the nurse and the patient themselves."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2021
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Alya Ishfahanie
"Penggunaan metode komunikasi dalam pelaksanaan di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit X mengacu pada SOP yang berlaku yaitu komunikasi SBAR dalam format SOAP. Hasil karya tulis ini bertujuan untuk menganalisis penerapan K-ISBAR tool dalam pelaksanaan handover di ruang rawat inap Rumah Sakit X. Metode penulisan yang digunakan pada karya tulis ini yaitu case report dengan hasil analisis yang didapatkan dari observasi, wawancara, dan telusur dokumen. Hasil analisis pada karya tulis ini menunjukkan bahwa penyampaian informasi dalam pelaksanaan handover belum efektif sehingga diterapkan evidence-based practice berupa metode komunikasi K-ISBAR. Hal ini berkaitan dengan fungsi pengarahan dan peran interpersonal pada head nurse dan primary nurse yang belum optimal. Evaluasi penerapan komunikasi K-ISBAR masih belum maksimal. Hasil karya tulis ini merekomendasikan head nurse dan primary nurse untuk melakukan pengarahan dalam bentuk adaptasi serta evaluasi penerapan metode komunikasi yang terstruktur dalam pelaksanaan handover.

Communication method that used during handover in inpatient room at X hospital refers to the SOP, which is SBAR communication in the SOAP format. This study aims to analyze the implementation of K-ISBAR tool during handovers in inpatient rooms at X Hospital. Case report research with the result of the analysis obtained through observations, interviews, and document research method. The results of the analysis in this paper show that the delivery of information in the handover implementation has not been effective so that evidence-based practice is applied in the form of the K-ISBAR communication method. This is related to the function of directing and interpersonal roles in the head nurse and primary nurse which are not optimal. Evaluation of the application of K-ISBAR communication is still not optimal. It is recommended for head nurse and primary nurse to conduct briefings in the form of adaptation and evaluation of the application of structured communication methods in carrying out handovers."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Agung Waluyo
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
PGB-pdf
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
cover
Vera Natia
"Perawatan High Care Unit (HCU) dikaitkan dengan hasil klinis yang lebih baik untuk pasien dan diharapkan dapat mengurangi angka kematian dan lama tinggal di rumah sakit, serta mengurangi tingkat penerimaan kembali Intensive Care unit (ICU) dan tingkat penerimaan kembali rumah sakit. Asuhan keperawatan yang terlewatkan atau Missed Nursing Care (MNC) dapat menimbulkan kejadian yang merugikan dan mempengaruhi keselamatan pasien. Penulisan karya ilmiah ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh penerapan safety briefing untuk mengurangi kejadian MNC di ruang HCU. Penilaian MNC dilakukan dengan cara observasi partisipatif. Instrumen yang digunakan yaitu The Missed Nursing Care Observational Checklist. Hasil ini menunjukkan bahwa penerapan safety briefing dapat memberikan pengaruh yang baik dalam mengurangi kejadian MNC di ruang perawatan HCU, khususnya pada dimensi pengkajian pasien, pemanantauan alat dan peralatan medis pasien, intervensi keperawatan yang bervariasi, pemberian medikasi, edukasi pasien, serta hak dan privasi pasien.

High Care Unit (HCU) is associated with better clinical outcomes for patients and is expected to reduce mortality and length of hospital stay, as well as reduce Intensive Care Unit (ICU) readmission rates and hospital readmission rates. Missed Nursing Care (MNC) can cause adverse events and affect patient safety. Writing this scientific paper aims to identify the effect of implementing safety briefings to reduce the incidence of MNC in the HCU. MNC assessment is carried out by means of participatory observation. The instrument used is The Missed Nursing Care Observational Checklist. These results indicate that the application of safety briefings can have a good effect on reducing the incidence of MNC in the HCU ward, especially in the dimensions of patient assessment, monitoring of patient’s medical devices and equipment’s safety, various nursing interventions, medication administration, patient education, and patient’s rights and privacy."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Devi Sahputra
"ABSTRAK
Individu dengan komplikasi diabetes melitus bisa berdampak pada munculnya masalah psikososial seperti ketidakberdayaan. Ketidakberdayaan yang dialami meliputi perasaan kehilangan kontrol dan hidup yang tidak bermakna sehingga kurang mampu berpikir positif secara realistis. Ketidakberdayaan yang tidak teratasi dapat memperburuk kondisi penyakit klien. Studi kasus ini bertujuan untuk memberikan gambaran analisis proses keperawatan ketidakberdayaan pada Tn. B usia 70 tahun yang mengalami diabetes melitus selama 20 tahun dengan komplikasi luka dibetikum stadium 4. Pasien mengungkapkan perasaan lemas, tidak sanggup bangun untuk melakukan aktivitas, dan mengalami penurunan kemampuan beraktivitas, dan bergantung dan meminta perhatian lebih dari anak dan cucunya. Klien terlihat kurang berinsiatif dalam mencari pengobatan penyakitnya, tampak sedih dan murung, kontak mata tidak ada, tampak lesu, tidak bersemangat, bicara intonasi lambat. Klien dirawat selama 5 hari, dengan 5 kali pertemuan, ketidakberdayaan diukur dengan powerlessness assesment tool PAT for adult. Intervensi yang dilakukan meliputi latihan pikiran positif, dan melatih afirmasi positif. Hasil didapatkan bahwa skor ketidakberdayaan klien mengalami penurunan secara signifikan dari 53 menjadi 28. Hasil studi kasus ini direkomendasikan untuk dapat diterapkan sebagai terapi perawatan dalam merawat klien Diabetes Mellitus dengan respon psikososial ketidakberdayaan.

ABSTRACT
Individuals with complications of diabetes mellitus can have an impact on the emergence of psychosocial problems such as helplessness. The powerlessness that is experienced includes a feeling of loss of control and a meaningless life that is less able to think positively realistically. Unresolved helplessness can worsen the condition of the client 39 s illness. This case study aims to provide an overview of the nursing process 39 s analysis of helplessness on Tn. B aged 70 years who had diabetes mellitus for 20 years with wound complication dibetikum stage 4. Patients express feelings of weakness, unable to wake up to perform activities, and decreased ability to move, and depend on and ask for more attention from children and grandchildren. Clients look less cooperative in seeking treatment of his illness, looking sad and moody, no eye contact, looking lethargic, lackluster, slow intonation talk. Clients treated for 5 days, with 5 meetings, helplessness measured by powerlessness assessment tool PAT for adult. Interventions include positive mind exercises, and training positive affirmations. The results show that the client 39 s helplessness score has decreased significantly from 53 to 28. The results of this case study are recommended to be applied as treatment therapy in treating Diabetes Mellitus clients with psychosocial responses of helplessness."
2017
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Indri Lufiyani
"Kejadian disfagia ditemukan lebih dari 50 persen pada pasien stroke di fase akut. Penangan disfagia sering kali tertunda dan berdampak pada ketidakadekuatan pemenuhan kebutuhan dasar seperti dehidrasi bahkan malnutrisi. Selain itu, Pasien stroke dengan disfagia rentan mengalami pneumonitis aspirasi. Sehingga penganan yang cepat difase akut sangat dibutuhkan. Tujuan dari karya tulis ini untuk menganalisis pemberian latihan menelan dengan metode sucking lollipop. Metode yang dilakukan diawali dengan skrining disfagia menggunakan format Massey Bedside Swallowing Screen (MBS) dan penentuan derajat keparahan disfagia dengan The Dysphagia Outcome and Severity Scale (DOSS). Kemudian dilakukan latihan menelan sebanyak sehari satu kali sebelum makan siang dengan durasi 10 menit. Selama tiga hari berturut-turut dilakukan penilaian kekuatan sucking lollipop dengan format Candy Sucking Test (CST). Hasil studi kasus ini ditemukan adanya peningkatan fungsi oral yaitu pergerakan lidah. Penilaian pada hari keempat MBS negatif dan DOSS menjadi normal diet skala 7. Selain itu, tidak terdapat aspirasi saat dilakukan pemberian makan secara bertahap dan pernyataan secara verbal makanan yang tersangkut di tenggorokan, serta tidak ditemukan demam. Untuk itu, pemberian lollipop mampu menjadi salah satu intervensi yang dapat perawat gunakan untuk mempercepat pengembalian kemampuan menelan pada pasien stroke di fase akut.

The incidence of dysphagia is found to be more than 50 percent in stroke patients in the acute phase. Handlers of dysphagia are often delayed and have an impact on the inability to fulfill basic needs such as dehydration and even malnutrition. In addition, stroke patients with susceptible dysphagia experienced aspiration pneumonitis. So fast-paced acute feeding is needed. The purpose of this paper is to analyse the giving of exercises swallowing with the method of sucking lollipop. The methods initiated by screening were dysphagia using the Massey Bedside Swallowing Screen (MBS) and determining the severity of dysphagia with The dysphagia Outcome and Severity Scale (DOSS). Then, practice swallowing as much as a day once before lunch with a duration of 10 minutes. For three consecutive days conducted an assessment of the power sucking lollipop in the format of Candy Sucking Test (CST). The results of this case study found that an increase in oral function was tongue movement. Assessment on the fourth day of MBS is negative and DOSS become a normal diet scale 7. In addition, there are no aspiration during gradual feeding and verbal statements of food stuck in the throat, and no fever is found. For that, giving Lollipop is capable of being one of the interventions that nurses can use to accelerate the return of swallowing ability in stroke patients in the acute phase.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Jihan Vanessa
"Kecemasan preoperasi pada pasien bedah anak merupakan komponen penting dalam operasi bedah anak. Tujuan penelitian yaitu untuk mengidentifikasi tingkat kecemasan pasien anak yang menjalani perawatan preoperasi sebelum dan setelah diberikan intervensi edukasi preoperasi dengan media audiovisual. Penerapan intervensi diberikan dengan memperlihatkan video edukasi preoperasi pada pasien anak dan orangtua yang menjelaskan prosedur preoperasi, teknik relaksasi tarik nafas dalam, dan batuk efektif. Tingkat kecemasan pada pasien anak diukur dengan Revised Children Manifest Anxiety Scale. Hasil penelitian didapatkan terdapat perbedaan tingkat kecemasan pada pasien bedah anak sebelum dan sesudah diberikan edukasi preoperasi dengan media audiovisual yang dimana skor RCMAS sebelum dilakukan intervensi mencapai 22 yang menunjukkan adanya kecemasan klinis. Setelah pasien bedah anak diberikan intervensi skor RCMAS turun menjadi 12 sampai dengan 19 yang menunjukkan kecemasan normal. Kesimpulannya yaitu pemberian edukasi preoperasi dengan media audiovisual dapat diberikan kepada pasien bedah anak untuk menurunkan kecemasan. Rekomendasi untuk penelitian selanjutnya dapat dikaji lebih lanjut perbedaan secara signifikan tingkat kecemasan pada pasien bedah anak dengan media audiovisual, dengan jumlah sampel yang lebih besar.

Preoperative anxiety in pediatric surgical patients is an important component of pediatric surgery. The purpose of the study was to identify the level of anxiety of pediatric patients who underwent preoperative treatment before and after being given preoperative education interventions with audiovisual media. Implementation of the intervention was given by showing preoperative educational videos to pediatric patients and parents explaining preoperative procedures, deep breathing relaxation techniques, and effective coughing. The level of anxiety in pediatric patients was measured by the Revised Children Manifest Anxiety Scale. The results showed that there were differences in the level of anxiety in pediatric surgical patients before and after being given preoperative education with audiovisual media where the RCMAS score before the intervention reached 22 which indicated the presence of clinical anxiety. After pediatric surgery patients were given intervention the RCMAS score dropped to 12 to 19 which indicates normal anxiety. The conclusion is that preoperative education with audiovisual media can be given to pediatric surgery patients to reduce anxiety. Recommendations for further research can be further studied the significant difference in anxiety levels in pediatric surgery patients with audiovisual media, with a larger sample size"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>