Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 15459 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Kebijakan sosial pemerintah daerah dalam menghapus perilaku asusila dengan menghapus lokalisasi pekerja seks komersial (PSK) ternyata tidak dapat mencapai tujuan yang di harapkan....."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Sutrisno
"Setelah penutupan Lokalisasi/Resosialisasi WTS Kramat Tunggak, masyarakat sekitar eks-lokalisasi tersebut diperkirakan terkena dampaknya. Dampak yang terjadi pada masyarakat sekitar bisa positif atau pun negatif. Namun, tentu dalam kondisi di mana dampak itu terjadi, masyarakat sekitar akan melakukan adaptasi agar dapat tetap bertahan hidup. Penutupan lok/res Kramat Tunggak sendiri telah 'berlangsung sejak 1999. Jadi, diperkirakan akan ada perubahan pada masyarakat sekitar. Karena itu, tujuan pene!itian ini adalah menggambarkan atau mendeskripsikan gambaran umum keadaan masyarakat setempat, mengetahui pandangan masyarakat setempat, menganalisis bentuk-bentuk adaptasi yang terjadi baik pada masyarakat setempat maupun pada eks- WTS, dan memberikan masukan tentang upaya apa yang perlu dilakukan pemerintah maupun masyarakat untuk mengurangi dampak negatif.
Penelitian ini menggunakan survei. Survei dipakai sebagai alat untuk mengetahui pandangan sebanyak-banyak masyarakat setempat terhadap penutupan lok/res tersebut. Teknik pengumpulan data yang dipakai adalah survei, observasi, dan wawancara mendalam. Data sekunder diperoleh dari berita koran yang mencakup bulan Agustus 1998-Desember 1999 dan November-Desember 2002. Teknik sample yang digunakan untuk .wawancara mendalam dengan WTS. adalah snowball sampling. Inforrnan dipilih dengan kriteria yang telah ditetapkan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada dasarnya berkaitan dengan penutupan lokalisasi/resosialisasi WTS Kramat Tunggak, masyarakat Kelurahan Tugu Utara terbagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok yang mendukung dan kelompok yang tidak mendukung. Sebagian besar anggota kelompok yang tidak mendukung beralasan bahwa penutupan tersebut tidak dibarengi dengan upaya penanggulangan dampak yang akan muncul.
Hasil penelitian pun menunjukkan bahwa masyarakat Kelurahan Tugu Utara menilai terjadi keuntungan sekaligus juga kerugian baik dari segi agama, ketertiban, ekonomi, dan sosial setelah dilakukan penutupan lokalisasi/resosialisasi WTS Kramat Tunggak. Masyarakat berharap agar dilakukan penyelesaian dampak yang muncul setelah penutupan lokalisasilresosialisasi WTS Kramat Tunggak. Masyarakat meminta pemerintah dapat melakukan berbagai upaya atau kegiatan yang dapat mengatasi dampak penutupan. Bila dikaji menurut teori adaptasi, bahwa setelah terjadi penutupan terjadi adaptasi yang dilakukan oleh masyarakat.
Rekomendasi yang dapat diberikan berdasarkan hasil penelitian ini adalah perlu diadakan penelitian komprehensif yang dilakukan kalangan akademisi untuk mengetahui sekaligus memetakan kebutuhan-kebutuhan masyarakat Tugu Utara dalam upaya pemberdayaan mereka setelah terjadi penutupan lokalisasi/resosialisasi WTS Kramat Tunggak. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dirancang dan disusun program pemberdayaan masyarakat Kelurahan Tugu Utara yang melibatkan masyarakat tersebut. Pelaksanaan program dilakukan oleh LSM, pekerja sosial masyarakat, ormas, atau asosiasi masyarakat nonformal yang sudah ada, misalkan majelis taklim atau kelompok arisan. Namun, tentu saja monitoring dan evaluasi yang melibatkan berbagai stakeholder perlu dilakukan."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T12218
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Wahyuningsih Rahmawati
"Banyak orang berpendapat bahwa profesi paling tua yang ada dalam masyarakat manusia adalah prostitusi atau pelacuran. Akan tetapi untuk mengungkapkan kapan pelacuran mulai ada dalam masyarakat tidak ada jawaban yang cukup jelas. Pada agama yang yang diakui secara resmi di Indonesia, pelacuran dianggap sebagai suatu penyimpangan tercela dan harus dihindari. Disamping faktor agama, pandangan negatif masyarakat terhadap pelacuran juga dipengaruhi oleh alasan-alasan praktis seperti masalah kesehatan dan kesejeahteraan rumah tangga. Melihat pertimbangan di atas, sudah sewajarnya jika pemerintah berusaha mengurangi, bahkan kalau mungkin melenyapkan pelacuran.
Salah satu usaha yang dilakukan adalah dengan mendirikan Panti Rehabilitasi untuk para wanita tuna susila. Di dalam panti, mereka menerima bimbingan, pembinaan dan penyuluhan agar dapat kembali ke masyarakat. Namun demikian apakah masyarakat juga akan menerima mereka yang ingin kembali? Pada kenyataannya, kesediaan masyarakat untuk menerima para wanita tuna susila yang ingin kembali inilah yang jarang ditemui. Karakteristik yang pernah dipilih oleh seseorang akan menjadi suatu pola yang dikenali secara khusus. Dan karakteristik sebagai wanita tuna susila akan menjadi suatu faktor yang kelak akan diperhitungkan orang dalam berinteraksi.
Dalam penelitian ini ingin diketahui apakah penolakan dari masyarakat dan pandangan negatif mereka dirasakan pula oleh para wanita tuna susila yang berada dalam pembinaan Panti Rehabilitasi Wanita Mulya Jaya (siswa PRW-MJ). Selain itu ingin diketahui pula seberapa besar intensi mereka untuk berhenti menjadi wanita tuna susila dan apakah persepsi mereka terhadap penolakan lingkungan sosial mempengaruhi intensi mereka untuk berhenti menjadi wanita tuna susila. Hal lain yang juga ingin diketahui melalui penelitian ini adalah, apakah ada perbedaan persepsi siswa PRW MJ terhadap aspek-aspek dalam penolakan lingkungan sosial (aspek keluarga, tetangga dan teman), serta manakah diantara ketiga aspek tersebut yang berpengaruh terhadap intensi mereka untuk berhenti menjadi wanita tuna susila sekeluarnya dari PRW-MJ.
Alat yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah kuesioner yang terdiri dari dua bagian:
1. Kuesioner tentang persepsi siswa PRW-MJ mengenai penolakan lingkungan sosial.
2. Kuesioner tentang intensi siswa PRW-MJ untuk berhenti menjadi wanita tuna susila.
Dari hasil penelitian ini (dengan 34 responden) didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan pada l.o.s 0.05 antara persepsi terhadap penolakan lingkungan sosial dengan intensi siswa untuk berhenti menjadi wanita tuna susila sekeluarnya dari Panti Rehabilitasi Wanita Mulya Jaya. Semakin tinggi skor persepsi responden terhadap penolakan lingkungan sosial, maka intensinya untuk berhenti menjadi WTS akan semakin rendah. Demikian pula sebaliknya.
Hasil lain dari penelitian ini menunjukkan, bahwa siswa PRW-MJ memiliki skor persepsi yang rendah terpenolakan lingkungan sosial, hal ini berarti secara umum mereka tidak merasakan adanya penolakan dari lingkungan sosial terhadap diri mereka. Selanjutnya, penelitian terhadap intensi siswa PRW-MJ untuk berhenti dari pekerjaannya semula sebagai WTS menunjukkan adanya tingkat intensitas yang tinggi.
Dari ketiga aspek yang dipersepsi oleh responden, terlihat bahwa skor persepsi responden terhadap aspek keluarga dan tetangga relatif rendah, sedangkan skor pada aspek teman relatif tinggi. Hal ini berarti secara umum mereka tidak merasakan adanya penolakan baik dari keluarga maupun tetangga terhadap diri mereka. Akan tetapi mereka cenderung merasakan adanya penolakan dari teman. Jika ditilik dari pekerjaan mereka sebelumnya sebagai WTS, dimana untuk memperoleh keberhasilan terkadang mereka harus bersaing dengan teman, dapat dimaklumi bila hubungan mereka dengan teman tidak begitu hangat, dan hal ini tentu mempengaruhi persepsi mereka terhadap aspek teman.
Hasil lain menunjukkan, bahwa aspek persepsi terhadap keluarga merupakan aspek yang paling menentukan (signifikan pada 1.o.s 0.05) dalam hubungannya dengan intensi untuk berhenti menjadi Wanita Tuna Susila. Hal ini dapat dimengerti karena bila seseorang merasa ditolak oleh keluarganya, maka ia akan merasa tak berarti lagi, karena tak dapat dicari pengganti kehangatan seperti dalam keluarga. Tetapi sebaliknya bila keluarga dipersepsi responden tetap akan menerima kehadiran dirinya, tentulah keinginan responden untuk berhenti menjadi WTS akan semakin meningkat."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1995
S2353
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Imma Hapsari Putri
"Pelacuran tergolong masalah sosial yang sudah lama terjadi. Di dunia pelacuran kita juga mengenal istilah Pekerja Seks Komersial (PSK). PSK yang terjaring oleh Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) kemudian dimasukkan kedalam panti rehabilitasi. Dalam masa rehabilitasi mereka diberikan berbagai kegiatan bertujuan agar tidak kembali menjadi PSK. Dalam hal ini ada proses pencarian makna hidup saat menjalani masa rehabilitasi. Makna hidup ini berkaitan dengan konsistensi akan pencapaian tujuan yang diinginkan, sehingga dapat dikatakan keinginan untuk hidup bermakna menjadikan motivasi utama bagi mereka untuk melakukan sesuatu yang positif.

Prostitution is considered as social problem that has occured for long time. The prostitution is also familiar with the term of Commercial Sex Workers (CSWs). CSW arrested by the municipal police are sent into rehabilitation centre. During the rehabilitation they obtain good knowladge in order not to go back into the prostitution world. In this case there is a process of finding the meaning of life while undergoing a period of rehabilitation. The meaning of life is related to the consistency of meeting the desired objectives. The desire to make life meaningful is primarily a motivation for them to do something positive.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
S45224
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fikri
"Skripsi ini bertujuan menggambarkan eksistensi Kramat Tunggak selama periode Gubernur Ali Sadikin dengan menggunakan metode sejarah sebagai acuannya dengan gaya penulisan naratif deskriptif. Kramat Tunggak adalah lokalisasi prostitusi di Jakarta yang diresmikan pada 1971. Sebagai referensi penulisan, penelitian ini memperolehnya dari buku, dokumen, dan wawancara. Kesimpulan dari skripsi ini adalah Kramat Tunggak bukan hanya sebuah lokalisasi prostitusi tetapi juga berperan sebagai tempat rehabilitasi dan resosialisasi. Kemudian, keberadaan Kramat Tunggak tidak serta merta menghapus praktek prostitusi di tempat lain. Keberadaan Kramat Tunggak juga mendapat reaksi beragam dari masyarakat. Ada yang setuju dan ada pula yang menentangnya.

This Thesis tries to explain about the existence of Kramat Tunggak during Ali Sadikin’s era by using the historical method with narrative approach. Kramat Tunggak was a localized area of prostitution which legalized government of Ali Sadikin in 1971. As the references, this thesis used some literature: books, documents, and interviews. The result of this thesis proved that Kramat Tunggak was not only the localization area but also the rehabilitation center. However, Kramat Tunggak did not clearly annihilate a prostitute in another place. In another hand, Kramat Tunggak had earned various opnions: some people agreed with Kramat Tunggak whereas some people not."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2011
S33
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Mudjijono
"Makan, tidur, dan berak (kandhorak) merupakan kondisi yang berusaha dihindari oleh masyarakat di daerah Gedongtengen. Kampung-kampung Sosrowijayan, Gandekan, Jlagran, dan Badaran yang berada di area Gedongtengen tersebut mendapat stigma sebagai daerah hitam yang akrab dengan perkelahian, perjudian, minuman keras, dan pelacuran. Oleh karenanya masyarakat selalu berusaha mencari pekerjaan agar mempunyai status jaker. Pekerjaan sebagai tenaga keamanan di berbagai bidang banyak dijalani warga kampung tersebut mengingat telah melekat modal sosial yang menyertainya. Metode observasi, wawancara, pustaka, dan pengamatan mendalam dilakukan dalam kajian ini. Laporan disusun atas perspektif jaringan dari Castill dan penegasan konsep habitus yang diutarakan Bordeu. Masyarakat yang diberi stigma negatif ternyata malah menjadikannya memiliki modal sosial dan jaringan sebagai modal kerja atau kegiatan ekonomi"
Yogyakarta: BALAI PELESTARIAN NILAI BUDAYA D.I. YOGYAKARTA, 2018
400 JANTRA 13:1 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Paulina Renny Oktora
"Keberadaan Pekerja Seks Komersial (PSK) merupakan salah satu profesi yang sudah ada di masyarakat kita sejak dahulu dan semakin menjamur seiring dengan berkembangnya zaman dan kesulitan ekonomi yang dialami bangsa. Profesi ini membawa banyak dampak tidak hanya pada masyarakat dan keluarga tetapi juga pada para pelakunya sendiri, dalam hal ini PSK. Mereka akan mengalami kecemasan untuk terjun kedalam lingkungan masyarakat karena label dan stigma yang diberikan oleh masyarakat kepada mereka cenderung bersifat negatif. Label, stigma dan pandangan masyarakat ini diinternalisasi oleh para PSK sehingga secara sadar mereka menganggap dirinya seperti yang di labelkan masyarakat itu, yaitu antara lain merasa kotor, nista, bermoral rendah dan penuh dengan dosa (Wahyudin, 2002).
Bagaimana individu memandang dirinya sendiri disebut dengan konsep Perubahan konsep diri ini akan sangat mempengaruhi perkembangan kepribadian dan secara tidak langsung akan berperngaruh juga pada bagaimana PSK melihat orientasi masa depannya, karena seperti yang dikatakan oleh Tim Yayasan Kakak (2002) bahwa para PSK pada umumnya mengalami kebingungan akan masa depannya Pada PSK kebingungan yang akan sangat dirasakan adalah ketika mereka berniat akan membentuk keluarga karena tidak dapat dipungkiri pandangan masyarakat yang negatif membuat mereka khawatir tidak akan diterima oleh lingkungan masyarakat termasuk juga orang yang mereka cintai, yaitu laki-laki yang diharapkan menjadi suaminya kelak dan juga keluarga calon suaminya itu.
Oleh karma itu penelitian yang dilakukan dengan metode kualitatif ini mencoba mengungkapkan bagaimana konsep diri dan orientasi masa depan para PSK sesungguhnya dan bagaimana pula konsep tersebut berpengaruh terhadap orientasi masa depannya.
Melalui observasi dan wawancara yang dilakukan diperoleh hasil penelitian bahwa dari keempat subyek penelitian, seluruh subyek memiliki konsep diri yang negatif. Namun tidak seluruhnya memiliki orientasi masa depan yang negatif pula. Bahkan dari keempat subyek terdapat tiga subyek yang tetap memiliki orientasi masa depan yang baik untuk membentuk keluarga dan hanya satu orang yang merniliki orientasi masa depan yang buruk untuk membentuk keluarga. Hal ini menunjukkan bahwa konsep diri para PSK tidak terlalu berpengaruh terhadap orientasi masa depannya untuk membentuk keluarga."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2006
T16814
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Abdul Rohman
"Penelitian ini menyelidiki dampak ekonomi dari penutupan prostitusi yang terlokalisasi di tingkat desa dan RW. Meskipun penutupan ini dipicu oleh masalah seperti perdagangan manusia dan kekhawatiran moral, bukti empiris tentang efek ekonomi lokalnya masih jarang. Dengan menggunakan pendekatan Difference-in Differences dengan penutupan bertahap, hasil menunjukkan bahwa dampak keseluruhan lokalitas di Surabaya tidak signifikan secara statistik. Menariknya, pada fase penutupan 1, lokalitas secara positif dan signifikan memengaruhi aktivitas ekonomi lokal, namun menurun pada fase-fase berikutnya. Selain itu, analisis spasial mengungkapkan hasil yang lebih kuat dan signifikan. Hal ini menekankan konsekuensi ekonomi yang terkait dengan kebijakan lokalitas.

Initiated primarily due to concerns related to human trafficking and moral issues, there is a notable paucity of empirical data regarding the local economic impacts of these closures. Employing a difference-in-differences methodology that accounts for staggered shutdown timelines, the study finds that the overall economic impact of localisations in Surabaya is not statistically significant. However, it is noteworthy that during shutdown phase 1, localisations had a positive and statistically significant effect on local economic activities, a trend which subsided in later phases. Additionally, the application of spatial analysis techniques yielded more robust and significant results, highlighting the intricate and multifaceted economic implications associated with localisation policies."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Zakiyah Egar Imani
"Skripsi ini membahas mengenai Perkembangan Prostitusi di Batavia tahun 1890-1910, dengan studi kasus Penyakit Kelamin sebagai dampak kesehatan dan dampak sosial. Prostitusi merupakan kegiatan transaksi seks yang melibatkan dua orang atau lebih untuk mendapatkan uang sebagai imbalannya. Prostitusi semakin berkembang pada tahun 1890 setelah dibuat kebijakan penghapusan pergundikan. Selama tahun 1890-1910 perkembangan prostitusi telah berdampak terhadap menyebarnya penyakit kelamin di masyarakat. Peraturan prostitusi yang telah diterbitkan dan dilaksanakan, dinilai telah menemui kegagalan, sehingga pemerintah menetapkan kebijakan pemberhentian pengawasan kesehatan tahun 1910.

This thesis discusses about the prostitution's development in Batavia 1890-1910, syphilis as health and social effect. Prostitution is sexual transaction between two persons or more to gain cash. Prostitutions developed in 1890 as the result of non-concubinage policy. Between 1890-1910 the development of prostitutions caused the spread of syphilis diseases within the society. The prostitutions regulations issued had found failed. The government issued the termination of health supervision in 1910."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2011
S213
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>