Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 29296 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nurmiati Husin
"Bagi pengguna narkoba, status pecandu, bebas narkoba, lapse, dan relapse merupakan siklus yang sering kali tiada ujung. Perubahan status satu ke status lainnya memerlukan perjuangan panjang dan melelahkan walaupun tampaknya begitu tipis. Hanya mereka yang benar-benar bermotivasi tinggi mampu bertahan untuk tegak di status bebas narkoba. Kembalinya pecandu untuk relapse dipengaruhi oleh banyak faktor baik dari diri pecandu itu sendiri maupun dari luar diri pecandu. Semakin kuat faktor relapse mempengaruhi mantan pecandu maka akan menyebabkan mantan pecandu mudah untuk relaps. Permasalahan dalam penelitian ini adalah faktor apa saja yang yang mempengaruhi mantan pecandu untuk kembali menyalahgunakan narkoba (relaps)? dan faktor apa yang paling dominan mempengaruhi mantan pecandu untuk kembali menyalahgunakan narkoba (relaps)?.
Banyak faktor yang mempengaruhi mantan pecandu narkoba untuk kembali menyalahgunakan narkoba (relaps) itu berasal dari dalam diri pecandu sendiri dan dari luar dirinya. Dari dalam diri pecandu sendiri antara lain adalah : keyakinan diri, hasil yang diharapkan, motivasi, penanganan, keadaan emosi, kecanduan. Sedangkan dari luar diri pecandu adalah dukungan sosial. Penelitian ini dilakukan di Pusat Rehabilitasi BNN Lido-Jawa Barat. Penelitian dilaksanakan pada bulan November-Desember 2008. sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah mantan pecandu yang kembali relaps yang sedang dalam perawatan di Pusat Rehabilitasi BNN Lido - Jawa Barat yang pada saat penelitian berjumlah 30 orang. Dari hasil penelitian diketahui bahwa faktor keyakinan diri, hasil yang diharapkan, motivasi, penanganan, keadaan emosi, kecanduan dan dukungan sosial mempengaruhi terjadinya relaps. Dari hasil penelitian diketahui bahwa faktor emotional states dan social support dari keluarga dominan mempengaruhi terjadinya relaps.

For drugs user, free of drugs, lapse, and relapse represent cycle which frequently no back part. Change of status one to other status need long struggle and tire although seems so attenuate. Only those who really highly motivated able to hold out to straighten in free status of drugs. The return of drugs user for relapse influenced by a lot of good factor from intrapersonal and interpersonal drugs user.
Gain strength factor of relapse influence ex-drugs user hence will cause the former drugs user easy for relaps. The problem in this research which factors influencing to lower self resistances of ex-drugs user to relapse? and what the dominant factor influence the user drugs to relapse?. A lot of factor influencing to relaps of ex-drugs user come from inside (intrapersonal) and outside (interpersonal) of drugs user self. From within intrapersonal is : self-efficacy, outcomes expectancy, motivation, coping, emotional states, craving. While from interpersonal is social support. This research is done in Pusat Rehabilitasi BNN Lido-West Java. Research executed in November ? December 2008. Sample in this research are ex-drugs user on relapse which in treatment at Pusat Rehabilitasi BNN Lido - West Java which at the time of research amount to 30 people. From this research known that the self-efficacy, outcomes expectancy, motivation, coping, emotional states, craving. While from interpersonal is social support are influence the happening of relapse. From result of research known that the emotional state and social support family factors are dominant to influence the happening of relapse."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2008
T 25628
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Margaretha Retno Daru Dewi
"Penelitian ini berfokus pada kemampuan mahasiswa Pasca Sarjana Program Studi Kajian Ketahanan Nasional Kajian Strategik Penanganan Narkoba UI 2008 dalam studi kasus menelaah faktor ? faktor penyebab relapse dan perubahannya pada korban penyalahgunaan narkoba. Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif dengan disain deskriptif, menggali informasi dari 3 informan yang pernah mengalami relapse berulang. Lokasi Penelitian dilakukan pada UPT T&R BNN LIDO.
Informan dalam penelitian ini terdiri dari 3 orang residen yang mengalami relapse berulang, berada di UPT T&R BNN Lido, pernah mendapatkan relapse prevention. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam. Tambahan data didapatkan dari 5 SDM UPT T&R BNN Lido terdiri dari Dokter,Psikolog, Konselor,Petugas Religi (Muslim dan Kristen) dan 2 keluarga residen yaitu ibu dari residen RD dan VT. Analisis dilakukan dengan merujuk pada kerangka teori dan analis hasil lapangan.
Dari analisis terhadap hasil wawancara, disimpulkan bahwa 1) faktor-faktor Penyebab relapse dan perubahannya baik tingkah laku (behavior), sikap (attitude), pola pikir (tought) dan perasaan (feeling). yang dialami oleh seorang penyalahgunaan narkoba bersifat personal. 2) faktor external dari penyebab relapse ternyata lebih kuat pengaruhnya dari pada faktor internal 3) dukungan baik dari internal, khususnya SDM UPT T&R BNN Lido maupun external mempunyai pengaruh yang tinggi terhadap resiko terjadinya relapse.

This study focuses on the ability of students Postgraduate Studies Study National Resilience Strategic Review Handling of Drug UI in 2008 in the case studies examine the factors - the causes of relapse and updates on the victims of drug abuse. This research, including research with a qualitative descriptive design, dig information from 3 informants who had experienced a relapse repeatedly. Research conducted at the location UPT T&R BNN LIDO.
Informants in this study consisted of 3 persons resident who experienced relapse repeatedly, in UPT T & R BNN Lido, ever get a relapse prevention. Collection of data is done with a depth interviews. Additional data obtained from 5 HR UPT T & R BNN Lido consists of the doctor, psychologist, Councelor, officers Religion (Muslim and Christian) and 2 family resident is the mother of the resident RD and VT. Analize of data is done with to refer to teori and analize result in oprasional.
From the analysis of the results of the interviews, concluded that 1) the factors that causes relapse and changes experienced in behavior (Behavior), attitude (attitude), paradigm (tought) and feeling (feeling) by a former trespasser area. 2) external factors of the causes of relapse was stronger influence on the internal factors, 3) support both from internal, particularly human resources UPT T & R BNN Lido and external influences have a high risk of relapse."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2008
T 25491
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Yohanes Dias Sanyoto
"Penanggulangan peredaran narkoba bagi narapidana atau tahanan di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Narkotika Jakarta sangatlah berbeda dengan strategi pada umumnya. Selain sebagai tempat pemidanaan di lembaga pemasyarakatan ini juga dilaksanakana kegiatan pembinaan. Akan tetapi pola pembinaan yang relatif sama tersebut tidak bisa diberlakukan untuk semua kasus pemidanaan, karena ada beberapa kasus yang memerlukan penanganan secara spesifik. Demikian halnya penanganan narapidana tindak pidana narkotika dan psikotropika, dimana untuk tindak pidana tersebut penanganannya memerlukan treatmen tertentu yang lebih ke arah pemulihan perilaku dari ketergantungan narkotika dan psikotropika.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana penanggulangan peredaran narkoba di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Narkotika Jakarta serta faktor-faktor yang menjadi kendala dalam penanggulangan peredaran narkoba di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Narkotika Jakarta.
Metode penelitian yang digunakan dalam tesis ini merupakan penelitian deskriptif analisis, yaitu penelitian yang memberikan data atau gambaran secara analisis, kasus-kasus yang terjadi, dan melakukan wawancara terhadap para pejabat struktural, para petugas penjagaan, serta narapidana yang melanggar peraturan dengan mengkonsumsi narkoba di lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Narkotika Jakarta.
Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa faktor yang mendorong terjadinya peredaran narkoba di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Narkotika Jakarta adalah jumlah penghuni yang padat, serta penggunaan handphone secara bebas, sistem pengamanan manual dan moral petugas yang masih mudah disuap hal ini dapat dilihat dengan masih ditemukan kasus-kasus peredaran narkoba, selain itu pihak Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Narkotika Jakarta juga mengalami kendala berupa terbatasnya anggaran, sumber daya manusia, kewenangan, dan kurangnya sarana dan prasarana yang mendukung dalam penanggulangan peredaran narkoba.
Dalam penelitian ini diperoleh kesimpulan bahwa pada dasarnya penanggulangan peredaran narkoba di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Narkotika Jakarta dapat dilaksanakan dengan baik bilamana Kepala Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Narkotika Jakarta mengoptimalkan petugas yang ada dengan meningkatkan disiplin, meningkatkan moral dan motifasi kerja, serta mengadakan penggeledahan secara rutin dan insidentil.

Trend of violence and drug using is increasing from time to time. With the most important causes is the limitation of criminal justice system in exceeding drug using?s effort. Among so many ways of drug entering into a prison, bring it inside food or drinking water is the most often during visiting period. Drug dealer is an actor behind those efforts with probably helped by an officer who work in prison and final caused an illegal drug dealing inside it.
The purpose of this research is trying to find out the way of how to exceed a drug dealing in Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Narkotika Jakarta with some obstacles in facing that problem.
Research method used in this study is an analysis of descriptive in which giving an overview of some cases and conducting an interview with high rank officer, guard personnel and also the prisoner who broke the rule by using drug inside prison area.
From the result of this research, we can find that some factors which caused drug dealing in Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Narkotika Jakarta are over capacity, unlimited telephone facility, manual controlling system and the moral quality of personnel who may receive a bribe easily that reflect from some cases describe inside. Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Narkotika Jakarta is also facing another kind of obstacles such as a limited budget, human resources, authority level and lack of supporting facilities in developing the exceeded of drug dealing.
The conclusion can be taken from this research is in order to build a well-controlled prison from drug dealing activity, Chairman of Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Narkotika Jakarta has to take a lot of real actions to optimize available personnel by increasing discipline, quality of moral, motivation and also conducting drug searching regularly and accidentally."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2008
T 25412
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Triadi RD
"Meningkatnya jumlah penyalahgunaan narkoba suntik di dunia dan khususnya di Indonesia telah turut juga meningkatkan jumlah tahanan dan narapidana di RUTAN Klas I Jakarta Pusat. Intansi RUTAN yang seharusnya menjadi tempat sementara dalam proses sistem pidana terpadu dan tempat menjalani pidana justru mendapat permasalahan baru yakni penyalahgunaan narkoba suntik yang dinakan secara bergantian di kalangan tahanan dan narapidana sehingga bahaya yang ditimbulkannya sangat tinggi seperti penyebaran berbagai penyakit berbahaya seperti Hepatitis, TBC, HIV/AIDS dan lainnya yang harus segera di tanggulangi.
Permasalahan yang diangkat dalam penulisan tesis ini adalah bagaimana penanggulangan penyalahgunaan narkoba suntik di kalangan tahanan dan narapidana RUTAN Klas I Jakarta Pusat saat ini?, apa saja kendala-kendalanya? dan bagaimana jejaring kerjasama RUTAN Klas I Jakarta Pusat dengan pihak-pihak terkait dalam penanggulangan penggunaan narkoba suntik dikalangan tahanan dan narapidana saat ini?
Dari hasil penelitian yang dilakukan dihasilkan temuan bahwa penanggulangan narkoba suntik yang dilakukan oleh intansi Rutan baru sebatas peanggulangan secara preventif dan refresif belum ada suatu treatmen khusus yang diterapkan, adapun strategi pendekatan penanggulangan baru sebatas suply reduction dan demand reduction belum ada porgram harm reduction. Penanggulangan penyalahgunaan narkoba suntik ini belum optimal karena adanya berbagai kendala seperti petugas dari segi kualitas maupun kuantitas kurang, sarana dan prasarana kurang, jumlah tahanan dan narapidana yang terus meningkat sehingga menimbulkan padatnya hunian, belum adanya dana operasional untuk penanggulangan narkoba, adanya stigma negatif bagi para penyalahguna narkoba dan mantan narapidana dan partisipasi dari masyarakat kurang, belum adanya aturan hukum, serta kurangnya kerjasama lintas sektoral dalam upaya penanggulangan penyalahgunaan narkoba suntik.
Dari pembahasan terhadap hasil penelitian disimpulkan, 1) Penanggulangan penyalahgunaan narkoba suntik yang dilakukan intansi RUTAN Klas I Jakarta Pusat belum optimal, 2) Adanya kendala-kendala yang dimiliki 3) dan belum optimalnya kerjasama lintas sektoral dalam upaya penanggulangan penyalahgunaan narkoba suntik. Hasil penelitian menyarankan suatu model perencanaan strategis yang komprehensif dalam upaya penanggulangan penyalahgunaan narkoba suntik di kalangan tahanan dan narapidana RUTAN Klas I Jakarta Pusat.

The increasing of injecting drugs abuse in the world, especially in Indonesia has increase the amount of the prisoners in the First Class State Detention House of Central Jakarta. The Detention House Institution which intended to be the temporary place for the criminal synthesis system process and as the wolk on sentence place, on the contrary gets new problem as injecting drugs abuse which the injection is being used among the user ?the prisoners- so it caused a huge danger such as Hepatitis, TBC, HIV/AIDS and so on that has to be solved as soon as possible.
The problem that is brought up into the thesis is how to cope the injecting drugs abuse among the prisoners of the First Class State Detention House of Central Jakarta presently, including the obstacles and the networking of the Detention House with the concerned parties in terms of the cope of the injecting drugs abuse among the prisoners.
From the result of the research that has been done shows that the cope of the injecting drugs abuse in the First Class State Detention House of Central Jakarta was only on the preventively and repressively and not yet have a special treatment which is applied. Therefore the strategy of the cope is only supply reduction and demand reduction and not yet harm reduction program. The cope of the injecting drugs abuse is not as optimal as expected because of many obstacles, such as the quality and the quantity of the officers themselves, the limited facilities, the increasing amount of the prisoners which caused overcapacity, the un-available operational fund for drugs prevention, the negative stigma to the drugs users as well as to the prisoners, the less of participation of the community, the un-availability of law, the less of the multi-sector cooperation in terms of the cope of the injecting drugs abuse.
From the result of the research can be concluded that: 1) The cope of the injecting drugs abuse in the First Class State Detention House of Central Jakarta is not maximum yet, 2) A lot of problems which are faced, 3) The networking for the cope of the injecting drugs abuse is not maximum yet. And finally, the result of the research suggested a model of a comprehensive strategic planning in terms of the cope of the injecting drugs abuse among the prisoners of the First Class State Detention House of Central Jakarta."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2008
T 25415
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Alkhamudi
"Proses pengadaan pebekalan farmasi di RSUP Dr. Kariadi sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan perbekalan farmasi yang digunakanan untuk pelayanan kesehatan pada pasien. Proses tersebut dilaksanakan oleh Unit Layanan Pengadaan dan Pembayaran dilaksanakan oleh Bagian Perbendaharaan dan Mobilisasi Dana.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif riset operasional untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi keterlambatan proses pembayaran pengadaan perbekalan farmasi. Data sekunder diambil dari alur proses pembayaran pengadaan perbekalan farmasi. Data primer diperoleh dari informan yang terlibat dalam proses pengadaan perbekalan farmasi.
Hasil penelitian didapatkan bahwa waktu penyelesaian berita acara 20 hari, waktu pengajuan kuitansi tagihan 8 hari, verifikasi dokumen tagihan sampai pembayaran 9 hari. Faktor-faktor yang mempengaruhi keterlambatan proses pembayaran antara lain Berita Acara Penerimaan Barang tidak segera dibuat, masih ditemukannya kesalahan penulisan dalam dokumen pengadaan maupun kuitansi tagihan, pembuatan dokumen-dokumen pengadaan belum dibantu dengan software yang untuk meningkatkan efisiensi pembuatan dokumen, belum pusatkan penyelesaian dokumen pengadaan.

Procurement process in pharmaceutical Supplies in the Dr. Kariadi Hospital as an effort to meet the needs of pharmaceutical supplies used for health care on the patient. The process implemented by the Procurement Services Unit and the payment is carried out by The Treasury and the mobilization of funds Department.
This research is qualitative operational research to identify the factors which affect the delay of the payment process. Secondary Data taken from flow of procurement payment process of pharmaceutical supplies. The primary Data were obtained from the informan involved in the procurement of pharmaceutical supplies.
The research found that the time resolution of news events 20 days, the time of the filing receipt 8 days, verification Bill documents until payment 9 days. Factors that affect the delay of the payment process between the other News Shows Acceptance of goods not immediately made, still finds the write error in the procurement documents or receipts bills, making procurement documents have not been helped by the software to improve the efficiency of document creation, not to centralize the completion of procurement documents.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T36768
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Delina Hasan
"Untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal bagi setiap anggota masyarakat, pemerintah telah menyediakan tempat-tempat pelayanan kesehatan, antara lain puskesmas. Puskesmas sebagai ujung tombak dalam pelayanan kesehatan diharapkan dapat memberi pelayanan kesehatan yang baik kepada masyarakat. Untuk itu harus tersedia segala sumber daya, baik tenaga maupun sarana, termasuk obat-obatan.
Pengadaan obat-obatan untuk pelayanan kesehatan dasar/puskesmas berasal dari berbagai sumber, antara lain, Inpres, APBD, Askes dan lain-lain. Namun demikian belum juga dapat mencukupi kebutuhan obat untuk puskesmas. Banyak faktor penyebab ketidakcukupan obat di Puskesmas, salah satu di antaranya adalah belum terlaksananya perencanaan kebutuhan obat yang baik. Selama ini perencanaan obat sudah lama dilakukan, tetapi kualitas perencanaan tersebut belum baik. Oleh karena itu peneliti ingin mengetahui faktor-faktor apa raja yang berhubungan dengan kualitas perencanaan kebutuhan obat. Kualitas perencanaan obat dilihat dari tiga aspek, yaitu, tingkat kekosongan obat, ketepatan jadwal perencanaan, dan kesesuaian jenis dan jumlah obat.
Penelitian ini dilakukan secara observasional dengan rancangan studi cross sectional. Pengumpulan data dilakukan dengan dua cara yaitu, untuk memperoleh data primer dilakukan wawancara dengan kepala puskesmas dan pengelola obat, dan untuk memperoleh data sekunder dilakukan telaah dokumen yang ada di unit pengelolaan obat puskesmas. Kemudian data dianalisis secara univariat, bivariat dan multivariat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel yang berhubungan secara bermakna dengan kualitas perencanaan kebutuhan obat, termasuk dalam faktor input adalah jumlah tahun pendidikan terakhir kepala puskesmas, lama bertugas diperencanaan pengelola obat dan data yang digunakan untuk menyusun perencanaan. Kondisi puskesmas di kabupaten Karawang tahun 1995/1996 sebagai berikut: 51.4% puskesmas mempunyai jadwal perencanaan yang tidak tepat, 70.3% puskesmas mengalami kekosongan obat dengan rata- rata kekosongan 2-4 bulan, 43,2% puskesmas mempunyai ketidaksesuaian dalam jenis obat dengan rata-rata tidak sesuai jenis 5%-10% dan 100% puskesmas tidak sesuai dalam hal jumlah obat antara yang direncanakan dengan yang dipakai. Dari basil penelitian tersebut, maka disarankan bahwa dalam penyusunan perencanaan, sebaiknya mengikuti langkah-langkah perhitungan yang ada di dalam buku pedoman, dengan menggunakan data LPLPO.
Supervisi yang diberikan kepada puskesmas, tidak hanya sekali dalam setahun, demikian juga dengan pelatihan, untuk meningkatkan kemampuan petugas perencana, sebaiknya supervisi dan pelatihan berkesinambungan.
Untuk menurunkan tingkat kekosongan obat, sebaiknya petugas penyusun perencanaan kebutuhan obat adalah pengelola obat yang berpengalaman dibidang tersebut. Untuk meningkatkan kesesuaian jenis dan jumlah obat, sebaiknya pemilihan kepala puskesmas dilakukan dengan lebih selektif, antara lain dengan mempertimbangkan jumlah tahun pendidikan terakhir. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut, tentang kualitas perencanaan kebutuhan obat di GFK.

Factors Related to The Quality of Drug Planning in Puskesmas (Community Health Center) in Karawang DistrictIn order to achieve an optimal degree of health status for every member of the society, the government has provided health services points for the community, among other is community heath center. Community health center is the spearhead-in health services provision and it is expected that it will provide a good health services to the community. In doing so, the required sources, personnel, equipment and medicine should be appropriately available.
Drug supply for basic health services at the community health center coming from various sources, such as Inpres ("President instruction' from central government), APBD (Local government budget), and Askes (Insurance for civil service personnel). However, this supply has not been sufficient to meet the needs of the community health center. Many factors are identified as the cause of the insufficiency and one of which is the inability of the community health center to develop annual drug plan appropriately.
Drug planning has been practiced for a long time, however the quality of planning has not been adequate yet. Therefore the researcher wishes to know what factors are related to the quality of planning for drug needs.
The quality of drug planning is viewed from three aspects i.e., the level of drug shortage, the accuracy of planning schedule, and the appropriateness of drug in kind and volumes. This research has been done applying a cross sectional design. The collection of data is done through various ways, i.e., primary data is collected through interviews (using questionnaires) to head of community health center and drug manager as the respondents, while secondary data is collected from the available documents at the drug management unit of the community health center. The univariate, bivariate and multivariate analysis were then carried out.
The results showed that, there is a significant relationship between year of education with the appropriateness of drug in the kind and volume, between the duration of service in planning unit with the level of the drug shortages, between the used data and the accuracy of planning schedule, between the organization of the planning and the appropriateness of drug in kind and volumes, and between supervision and the accuracy of planning schedule. For fiscal year 1995/1996, drug planning and supply in Karawang district showed the following picture: 51.4 % of community health center failed to meet drug planning schedule, 70.3 % of community health center experienced 2 to 4 months drug shortages 43.2 % of community health center experienced incompatibility of drug in kind 5-10 % and volumes 100 %.
It is suggested that, the planning process should follow the calculation steps described in the guidance book using LPLPO. Supervision given to the community health center should not only carried out once a year, and in order to enhance the planning ability of planning of the personal , continued training should be provided. In order to reduce the level of the drug shortages, it is advisable that organizer dealing with the drug planning, must be handled by a drug manager who has experiences in that field. In order to enhance the appropriateness of drug in kind and volumes, it is advisable that the selection of any head of community health center must be more selective, among others by taking the . years of last education. A further research is necessary to be conducted concerning the quality of drug planning in GFK ( pharmacy warehouse district).
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Imam Abdul Aziz
"

Penggalangan donasi berbasis online dengan sistem crowdfunding lebih mampu menarik perhatian masyarakat karena cangkupannya yang luas dan dinilai lebih mudah digunakan untuk menggalang dana. Penelitian ini mengusung tema faktor-faktor yang mempengaruhi masyarakat menyalurkan donasi melalui crowdfunding berbasis online. Faktor-faktor yang akan diteliti adalah tingkat religiusitas, objektifitas kampanye, inovasi platform crowdfunding, dan jiwa sosial masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah faktor-faktor tersebut mempengaruhi masyarakat dalam menyalurkan donasi secara online. Metode penelitian yang digunakan untuk menguji faktor-faktor tersebut berupa deskriptif kuantitatif dengan Structural Equation Modelling (SEM). Berdasarkan analisa data yang dilakukan, diperoleh hasil penelitian bahwa faktor religiusitas, efektifitas kampanye dan inovasi platform berpengaruh positif sedangkan faktor jiwa sosial masarakat berpengaruh negatif. Secara keseluruhan, semua faktor cukup signifikan dalam mempengaruhi masyarakat untuk berdonasi melalui crowdfunding berbasis online. Temuan penelitian ini mengungkapkan bahwa faktor jiwa sosial masyarakat berpengaruh negatif karena masyarakat berpendapat bahwa jika seseorang memiliki jiwa sosial tinggi maka lebih cenderung memilih untuk menyaluran bantuan atau berdonasi secara langsung dan tanpa menggunakan sistem online.

 


Raising online-based donations with crowdfunding systems is better able to attract attention of society because of its large scope and is considered easier to use to raise funds. This research theme carries of factors that influence society to channel donations through crowdfunding based online. The factors that will be examined are level of religiosity, campaign objectivity, crowdfunding platform innovation, and social soul of society. This study aims to determine whether these factors influence society in channeling online donations. The research method used to test these factors is quantitative descriptive with Structural Equation Modeling (SEM). Based on the data analysis conducted, the results of study showed that factors of religiosity, campaign effectiveness and platform innovation had a positive effect while the social soul factors of society had a negative effect. Overall, all factors are quite significant in influencing society to donate through crowdfunding based online. The findings of this study reveal that social soul factors of society have a negative effect because the public believes that if a person has a high social life then it is more likely to choose to channel aid or donate directly and without using an online system.

"
2019
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Weking, Joseph Micheal
"Upaya mengobati diri sendiri dalam masyarakat untuk mengatasi penyakitnya salah satunya melalui pemakaian obat. Obat yang boleh dipakai adalah obat bebas dan obat bebas terbatas yang dapat diperoleh di apotik, toko obat berijin maupun warung/toko/kios yang ada di lingkungan sekitarnya. Tentu saja ada banyak pertimbangan masyarakat memilih pengobatan sendiri menggunakan obat bebas maupun obat bebas terbatas. Tujuan penelitian ini untuk mendapatkan informasi mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan pemakaian obat bebas terbatas (daftar W), dalam upaya masyarakat untuk mengobati dirinya sendiri.
Disain penelitian ini kros-seksional dengan metoda survei cepat pada 300 responden yang sakit satu bulan terakhir di Kabupaten Purwakarta. Data yang dikumpulkan meliputi jenis kelamin, umur, pendidikan, pekerjaan, pengetahuan dan pengalaman pernah menggunakan obat, penghasilan, dana khusus/asuransi, harga obat, tempat memperoleh obat, keluhan sakit dan anjuran menggunakan obat.
Hasil penelitian menunjukkan sebaran responden menurut pemakaian jenis obat yaitu I45 (48,3 %) dan jenis golongan QBT, selebihnya tidak menggunakan OBT. Proporsi golongan obat yang digunakan responden adalah obat keras 14 %, obat bebas terbatas (OBT) 48,3%, obat bebas 23,7%, obat tradisional/jamu 1,7% dan narkotika hanya 0,3% (1 orang) serta 12 % menggunakan obat ramuan sendiri, istirahat dan ke dukun. Penggunaan obat bebas dan obat bebas terbatas merupakan pilihan pertama (72%) dalam upaya pengobatan. Apabila penggunaan obat temyata tidak menyembuhkan maka sebanyak 92,1 % akan membeli obat yang lain atau mencari pengobatan yang lain.
Uji statistik bivariat dilakukan pada 15 variabel bebas dan hasilnya hanya 7 variabel mempunyai hubungan bermakna dengan penggunaaan OBT. Ketujuh variabel tersebut yaitu pengalaman pernah menggunakan obat sebelumnya, pengetahuan tentang obat, tempat memperoleh obat, harga obat, , persepsi sakit, anjuran dan pengaruh iklan obat dalam menggunakan OBT, sedangkan variabel lainnya tidak terbukti mempunyai hubungan.
Penggunaan OBT dalam pengobatan cukup besar termasuk pengobatan sendiri, sedangkan pengetahuan masyarakat mengenai obat masih kurang, karena itu perlu agar masyarakat diberikan penyuluhan/informasi mengenai obat, Perlu dikembangkan penelitian khusus mengenai obat bebas terbatas dari aspek lain misalnya manfaat terapi, untung rugi dan efek samping obat.

Using medicine is one choice of self-medicine in community to heal their disease. The medicine that allowed by law to use is over the counter (OTC) drug and "obat bebas terbatas" (OBT or "pharmacist only") which can be gain in apotik, dispensary, drug store and warungltoko/kios. There are many reason in using over the counter drug and obat bebas terbatas. Knowing information and factors related to use OBT drugs in self-medicine in community is the objectives of the research.
Methodology of the study was cross-sectional design and rapid survey method had been done in 300 respondents in suffering condition whom used medicine on the last month took as samples people in district of Purwakarta. Variable to collect consist of sex, age, educational, knowledge and experience in using a medicine, job, income, health insurance, cost of medicines , places to get a medicine, perceptions of an illness, advised, and advertisement.
Classification of the drugs from 300 respondents who used medicine were 145 (48,3%) OBT (Daftar W or "pharmacist only"). Another drugs consist of 14% "obat keras" (the drugs on doctor's prescription only), 23,7% OTC ("obat bebas"), 1,7 % traditional medicine/jamu and one of them (0.3%) used narcotic drug and 12 % their own traditional medicine, traditional healer and home rest. Using OTC and "obat bebas terbatas (OBT')" was the first choice (72%) of medication including self-medication, if the medicinal had no effect, 92.1% of them continued the treatment with another medicine, or another alternative.
The bivariat-statistical test had been done for 15 variables but only 7 variables had significant relation due to use 0137'. Those were: medicinal knowledge, using medicine before, cost of medicine, places to get medicine, perception of illness, suggestions, advised and advertisement.
Using OBT treatment or self-medication was the most commonly, but the community stills lack of medicinal knowledge, therefore necessary the health staff give information/education about medicine. It is necessary to design the next research especially OBT in self-medication focus in therapy, benefit-risk and side effect.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Keberadaan yayasan merupakan suatu kebutuhan bagi
masyarakat sebagai wadah atau lembaga yang bersifat dan
bertujuan sosial, keagamaan, dan kemanusiaan. Oleh karena
itu, yayasan dipandang sebagai bentuk ideal (philanthropic)
dan bermanfaat karena tidak mengutamakan keuntungan
(profit) seperti badan usaha lainnya, sehingga yayasan
disebut lembaga nirlaba. Namun dalam praktik, yayasan
tumbuh tidak saja bersifat dan bertujuan sosial semata
tetapi juga sudah bersifat komersiil. Bertolak dari
penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dalam praktik
penyelenggaraan yayasan tersebut, telah memacu pemerintah
untuk membuat suatu undang-undang tentang yayasan dengan
dikeluarkannya Undang-undang No. 16 Tahun 2001. Di samping
itu, Undang-undang No. 16 Tahun 2001 juga memberikan
pengaturan dan landasan hukum yang jelas mengenai
eksistensi yayasan. Bagaimanakah pengaturan itu menurut
Undang-undang No. 16 Tahun 2001, dan bagaimanakah
konsekuensi terhadap yayasan yang didirikan sebelum
dikeluarkannya Undang-undang No. 16 Tahun 2001 tentang
Yayasan terutama menyangkut eksistensi YAYASAN
KESEJAHTERAAN MANTAN PEGAWAI BANK DAGANG NEGARA."
[Universitas Indonesia, ], 2004
S21145
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Luwiharsih
"Pemilihan obat yang aman, tepat dan rasional akan mempengaruhi proses penyembuhan. Dengan makin banyaknya macam dan jenis obat akan menyulitkan pemilihan obat yang tepat bagi dokter. Kurangnya pengetahuan farmacologis terutama untuk obat baru, bersamaan dengan sikap bebas dokter dalam memilih obat menimbulkan selera yang berbeda. Selain itu adanya promosi obat yang terdorong oleh target penjualan tertentu akan menimbulkan konsumsi berlebihan berupa penggunaan obat yang tidak rasional dan merugikan pemakai obat. Untuk mengatasi hal ini maka diperlukan seleksi obat yang di rumah sakit lebih dikenal dengan nama formularium rumah sakit yaitu merupakan buku yang berisi kumpulan_ nama - nama obat yang dipakai di rumah sakit tersebut. Dengan diberlakukannya formularium rumah sakit maka mengganggu kebebasan dokter dalam memilih obat dan ini sering menimbulkan konflik bagi dokter sehingga formularium rumah sakit belum dipergunakan sebagaimana mestinya.
Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui faktor - faktor yang mempengaruhi penggunaan formularium rumah sakit dan hubungan faktor tersebut dengan penggunaan formularium rumah sakit.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptip analitik dengan mengadakan wawancara kepada seluruh dokter di Unit Rawat Jalan dan mengobservasi resep antibiotik dan analgetik yang ditulisnya selam bulan April 1989. Dari hasil observasi resep didapatkan data rata - rata penggunaan formularium rumah sakit adalah 51.29 %.
Dengan bantuan analisis statistik yaitu uji chi square, uji phi maka didapatkan perbedaan bermakna antara pengetahuan, sikap, komunikasi, koordinasi, resources dan referensi dengan penggunaan formularium rumah sakit. Nilai phi tertinggi pada pengetahuan dokter dan terendah pada koordinasi dokter dan farmasi. Dengan regresi ganda full model didapatkan bahwa pengetahuan, sikap, komunikasi, koordinasi, resources dan referensi secara bersamaan mempengaruhi penggunaan formularium maka model dapat diterima dengan nilai F dalam batas minimal. Maka dilakukan regresi ganda metode forward step wise dimana hanya pengetahuan dan sikap yang mempengaruhi penggunaan formularium. Sedangkan komunikasi, koordinasi, resoucres dan referensi dikeluarkan dari model. Untuk uji selanjutnya dilakukan uji regresi ganda dengan variabel terikat pengetahuan dan sikap dan variabel bebasnya komunikasi, koordinasi, resources dan referensi maka dikembangkanlah model penggunaan formularium yaitu penggunaan formularium dipengaruhi oleh pengetahuan dan sikap. Sedangkan pengetahuan dipengaruhi komunikasi dan komunikasi dipengaruhi oleh koordinasi. Hasil dari uji tersebut sikap dipengaruhi komunikasi, resources dan referensi.
Penelitian ini menyimpulkan bahwa pengetahuan dan sikap sangat mempengaruhi penggunaan formularium, sedangkan komunikasi, koordinasi, resources dan referensi pengaruhnya terhadap penggunaan formularium tidak secara langsung tetapi melalui pengetahuan dan sikap.
Disarankan agar Pimpinan RS Husada meningkatkan pengetahuan dokter dengan pemberian informasi secara formal dan informal. Selain itu bagi instalasi farmasi peneliti sarankan untuk mengembangkan buku daftar obat standar menjadi buku formularium lengkap dengan ukuran saku dan dibagikan kepada setiap dokter."
Depok: Universitas Indonesia, 1989
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>