Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 167148 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Irma Desiyana
"Bencana mengakibatkan masyarakat kehilangan tempat berlindung, nyawa dan mata pencahariannya. Dome yang hadir sebagai konsep rumah diterapkan bagi korban gempa di Ngelepen, Yogyakarta. Namun masih banyak keluarga yang tidak menghuni domenya dan kembali ke rumah lamanya. Mereka tidak merasa memiliki domenya karena status kepemilikan yang belum jelas dan ruang gerak mereka yang dibatasi. Dome tidak mewadahi semua ritual yang dilakukan bersama keluarga dan masyarakat sekitarnya. Beranjak dari fakta tersebut, saya menjadi tertarik untuk mengetahui rumah bantuan seperti apa yang cocok untuk korban bencana. Untuk itu, saya mengkaji secara langsung dengan hidup bersama masyarakat Ngelepen di dome mereka selama 2 minggu sambil mengamati kehidupan mereka sehari-hari, melakukan serangkaian wawancara, dan meminta mereka untuk menggambar rumah lamanya. Sumber mata pencaharian sebagian besar masyarakat adalah berladang, bertani, dan berternak sehingga masyarakat cenderung tinggal di rumah yang mendekati sumber mata pencaharian akibat kondisi ekonomi yang lemah. Dome juga memaksa mereka untuk mengubah cara memasak dari kayu bakar menjadi kompor minyak atau gas sehingga banyak keluarga yang menghuni dome membangun bangunan tambahan yang digunakan untuk memasak dengan kayu dan menyimpan hasil ladang dan sawah. Oleh karena itu, tidak hanya rumah yang kokoh dan indah yang dibutuhkan korban bencana namun rumah dapat mewadahi segala ritual, sesuai dengan kondisi ekonominya, dan mendukung mata pencaharian mereka.

Disaster caused many people lost their homes and livelihoods. Dome is a house concept that applied for earthquake victims at Ngelepen, Yogyakarta. Yet many families not occupying their dome and return to their old house. They do not own feeling of dome because their dome status is still not clear and their movement space are limited. Dome haven?t provided place for their ritual with family and another society. These facts attract me to know what kind of house which is compatible with disaster victims. So, I investigated directly with living together at their dome during 2 weeks and watched closely their daily life, did some interviews, and proposed them to sketch their old houses. Most of society livelihoods are cultivating, farming, and breeding, so they live in house which closed to their livelihoods because their economic conditions are still pour. Dome forced them to change the way of cook from wood to kerosene store, so many families built other buildings beside dome for cooking with wood and keeping their agriculture yield. On the other hand, victims of disaster not just needed strong and beautiful house, but house that provide place for their ritual, appropriate with their economic condition, and support their livelihood. "
2008
S48421
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
"The biggest humanity tragedy in 21 st century has been occurred on sunday,december 26th 2006,that is earthquake and Tsunami disaster
"
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Mukhlis Arifin
"Penelitian ini membahas proses internalisasi pendidikan resiliensi masyarakat Jepang. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis bagaiamana proses internalisasi pendidikan resiliensi terhadap bencana pada anak-anak di Jepang sehingga memunculkan daya lenting atau resiliensi dalam menghadapi bencana di Jepang. Tesis ini menggunakan metode kualitatif dengan metode analisis studi pustaka dan menggunakan data dari artikel, buku, video dokumenter, catatan hasil wawancara dan data yang dirilis oleh Pemerintah Jepang. Hasil studi menggambarkan bahwa pendidikan resiliensi yang telah diprogram oleh Pemerintah Jepang mampu terinternalisasi pada anak-anak di Jepang karena proses ini merupakan langkah yang berkelanjutan. Selain itu, guru dan masyarakat yang tinggal di sekitar anak memiliki peran penting dalam mensosialisasikan upaya pencegahan dampak bencana, sehingga anak-anak memiliki pemahaman yang lebih kuat terdapat dampak bencana. Konsep struktur sosial, resiliensi, dan formulasi teori perkembangan anak menunjukkan bahwa, untuk mencapai ketahanan terhadap bencana, proses yang berkesinambungan di dalam masyarakat dan integrasi antar lembaga pembuat kebijakan dari tingkat keluarga hingga Pemerintah Nasional Jepang membuat upaya ini dapat berjalan secara berkelanjutan.

This study discusses the internalization process of Japanese society's resilience education. This study aimed to analyze how the process of internalizing disaster resilience education for children in Japan to create resilience or resilience in the face of disasters in Japan. This thesis uses a qualitative method with a literature study analysis method and uses data from articles, books, video documentaries, interview notes, and data released by the Japanese Government. The study results illustrate that resilience education that the Japanese Government has programmed can be internalized in children in Japan because this process is a continuous step. In addition, teachers and the community living around children have an essential role in socializing efforts to prevent disasters so that children have a stronger understanding of the impact of disasters. The concept of social structure, resilience, and the formulation of child development theory shows that to achieve disaster resilience, continuous processes within society and integration between policy-making institutions from the family level to the Japanese National Government make these efforts sustainable."
Jakarta: Sekolah kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2022
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Universitas Indonesia, 2000
S21987
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rudy Pramono
"Disertasi ini membahas interaksi antara bonding social capital dan bridging social capital dan fungsinya dalam program pemulihan pasca bencana. Studi ini merupakan hasil penelitian kualitatif deskriptif dengan menggunakan studi kasus di desa Lampulo, kota Banda Aceh yang terkena dampak bencana tsunami. Hasil studi ini menunjukkan interaksi antara bridging social capital (organisasi) dengan bonding social capital (komunitas) menghasilkan kinerja kapital sosial yang bervariasi. Desa Lampulo mempunyai empat dusun atau setingkat Rukun Warga (RW) yang disebut Lorong. Di Lorong Satu dan Lorong Tiga, kapital sosial berfungsi positif sejalan dengan tingkat integrasi sosial yang tinggi dalam kedua kelompok sosial itu. Sebaliknya, di Lorong Dua, Lorong Empat, kapital sosial kurang berfungsi sejalan dengan rendahnya integrasi sosial di kedua Lorong itu. Kapital sosial yang muncul dari hubungan dengan organisasi luar (bridging social capital) dalam program pemulihan pasca bencana di Lampulo terbagi dalam dua kategori. Pertama, organisasi dengan tingkat sinergi tinggi dan integrasi yang tinggi. Kategori kedua, organisasi yang mempunyai tingkat sinergi yang rendah, namun dengan integrasi yang sedang. Relasi dengan organisasi luar menghasilkan kinerja kapital sosial, yang mendukung program dalam pelaksanaannya. Organisasi dengan tingkat sinergi dan integrasi tinggi menghasilkan kinerja yang tinggi. Kinerja kapital sosial yang tinggi mempunyai pengaruh positif dalam keberhasilan program pemulihan pasca bencana. Namun demikian kinerja kapital sosial juga didukung oleh kapital fisik dan kapital manusia dalam mencapai keberhasilan program.

This dissertation discusses interactions between bonding social capital and bridging social capital in Lampulo village, and their functions in the disaster recovery programs. This dissertation is a descriptive qualitative research using the case study method, with Lampulo village as the case. Lampulo Village has four hamlets (Lorong). The study result shows that interaction between bonding social capital (community) and bridging social capital (organization) produces a varied social capital performance. At Lorong Satu and Tiga, social capital funtions positively in high level of social integration accordingly. While at Lorong Dua and Empat, social capital does not funtion well because of lack of social integration. In Lampulo, social capital that emerges from a relationship with external disaster recovery program organizations consists of two categories. First, organizations with high levels of both synergy and integration. Second, organizations with high levels of synergy but low integration. The performance of relationship between an external organization`s social capital and a local community`s social capital is related to the successful implementation of programs. An organization with high levels of synergy and integration working will support successful disaster recovery programs."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
D892
UI - Disertasi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Simanjuntak, Kornelius
"Indonesia sangat rawan terhadap risiko bencana alam tektonik dan vulkanik gempa bumi, tsunami dan letusan gunung berapi , karena: 1 terletak di antara tiga lempeng tektonik: Indo-Australia, Eurasia dan Pasifik, 2 berada di jalur cincin api 'Asia Pacific Ring of Fire' dengan 127 gunung berapi aktif terbanyak di dunia, dan 3 negara kepulauan terbesar dunia dengan 13.466 pulau. Sudah banyak terjadi bencana alam dari masa lalu hingga sekarang, dan masih akan terjadi lagi di masa depan, hanya waktunya yang tidak pasti. Korban meninggal dunia, cidera dan kerusakan, kehancuran rumah tinggal penduduk sudah jutaan dengan kerugian ekonomi yang sangat besar.
Timbul permasalahan dalam aksi rehabilitasi dan rekonstruksi pasca bencana alam untuk rumah tinggal yang telah rusak dan hancur, karena memerlukan biaya yang tidak sedikit. Korban bencana tidak mempunyai uang yang cukup, banyak yang kehilangan sumber penghasilan, sementara anggaran dana pemerintah sangat tidak mencukupi untuk memberikan bantuan dan ganti kerugian, jika terjadi suatu bencana alam katastrofe. Hal itu mengakibatkan rehabilitasi dan rekonstruksi rumah tinggal penduduk tidak bisa dilakukan dengan baik dan cepat, sehingga memperpanjang penderitaan korban bencana alam.
Berdasarkan hal tersebut di atas, penelitian ini melakukan studi pada 7 negara paling rawan bencana alam yang telah menerapkan skema asuransi bencana alam untuk mengkaji dan mengganalisis: 1 skema asuransi bencana alam yang tepat diterapkan di Indonesia; 2 peranan reasuransi dan catastrophic bond dalam mendukung skema asuransi bencana alam di Indonesia; dan 3 pembaruan hukum yang diperlukan untuk mewujudkan skema asuransi bencana alam.
Penelitian dilakukan dengan metode penelitian hukum normatif dengan analisis data secara juridis kualitatif. Penelitian ini menjawab: 1 skema asuransi bencana alam yang dapat dan tepat diterapkan di Indonesia adalah skema asuransi bencana alam yang bersifat wajib tolong-menolong untuk menjamin setiap rumah tinggal terhadap risiko bencana alam, 2 reasuransi dapat memberikan dukungan terhadap skema asuransi bencana alam di Indonesia dengan jaminan reasuransi dari pasar reasuransi tradisional dan catastrophic bond dapat memberikan jaminan reasuransi innovatif yang lebih besar melalui investor korporasi di pasar modal global; 3 diperlukan pembaruan hukum perasuransian dan hukum penanggulangan bencana untuk mewujudkan skema asuransi bencana di Indonesia.
Hasil penelitian ini menyarankan Indonesia penting menyelenggarakan skema asuransi bencana alam rumah tinggal yang sifatnya wajib tolong-menolong untuk risiko gempa bumi, tsunami dan letusan gunung berapi, sehingga penduduk korban bencana alam akan mendapatkan ganti kerugian yang lebih besar dan lebih cepat untuk dapat membangun kembali rumah tinggal mereka yang rusak dan hancur sesuai princip 'build back better' dari deklarasi dan kerangka kerja Sendai 2015-2030.

Indonesia is very prone to tectonic and vulcanic natural disaster earthquakes, tsunami and volcanic eruptions due to 1 it located between three tentonic plates Indo Australia, Eurasia and Pacific, 2 within the Asia Ring of Fire with 127 active volcanoes, the largest number of active volcanoes in the world, and 3 the largest archipelago country in the world with total number of islands 13,466. A large number of natural disasters calamities have occurred in the past and that will occur again in the future with unknown times and places. Those have caused million fatalities deaths, bodily injuries, damage, destruction to residential buildings houses with huge economic losses.
There is always a serious problem in the rehabilitation and reconstruction of damaged residential buildings houses which needs a lot of fund whilst the victims did not have sufficient fund and they were suffering from loosing sources of income caused by the natural disasters.The government rsquo s annual budget for natural disasters rsquo relief and compensation is very limited, not sufficient, when a catastrophic calamity natural disaster occur. That situation caused rehabilitation and reconstruction program for residential buildings houses cannot be performed well, properly and fast, it prolongs the suffering of the victims. Based on the above description, this research did a study in seven countries prone to natural disasters which have natural disaster insurance schemes for houses.
The objective of this study is to answer the research questions 1 what is the type of natural disaster insurance can and most suitably be implemented in Indonesia, 2 how reinsurace and catastrophic bond can support the natural disaster insurance scheme, and 3 is law amendment necessary for the implementation of natural disaster insurance scheme.
This study use legal normative method research with statute, conceptual and comparative approaches. This study answers 1 a mandatory compulsory natural disaster insurance scheme covering residential buildings houses for earthquake, tsunami and volcanic eruption risks is suitably implemented in Indonesia 2 reinsurance can provide reinsurance coverage from the traditional reinsurance market and catastrophic bond can provide larger innovative reinsurance coverage from corporate investors of the global capital market 3 amendment or change to the current insurance law and disaster mitigation law is necessary for the establishment and implementation of natural disaster insurance scheme in Indonesia.
The result of this study suggests it is necessary for Indonesia to establish and implement a natural disaster insurance scheme for residential buildings houses covering earthquake, tsunami and volcanic eruption risks. With that scheme, homeowners will get larger and faster compensation from the insurers for rebuilding their damaged houses with the principle of ldquo build back better rdquo in accordance with Sendai Declaration and Framework 2015 2030.
"
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2016
D2252
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alexander Mario Rannu
"Keamanan dan rasa aman tinggal di dalam hunian bantuan pasca gempa dan tsunami adalah faktor yang sangat penting. Hunian bantuan yang tahan gempa dan lebih tahan terhadap tsunami dibutuhkan, agar manusia dapat tinggal dengan aman di dalamnya. Rasa aman diperlukan agar manusia dapat dengan nyaman tinggal di dalam hunian bantuan tersebut. Masalahnya adalah belum ada evaluasi di Aceh, yang pertama terhadap keamanan tinggal di dalam hunian bantuan dari gempa dan tsunami, dan yang kedua terhadap pembentukkan rasa aman manusia yang tinggal di dalam hunian bantuan selama proses pembangunan. Untuk menjawab masalah secara umum, dilakukan kajian teori tentang prinsip desain tahan gempa dan tsunami, serta kajian teori tentang pembentukkan rasa aman pada manusia. Lebih jauh, dilakukan studi kasus pada hunian bantuan pasca gempa dan tsunami di Kampung Lam Teh, untuk mendapatkan jawaban dari masalah yang ada. Keselamatan pengguna merupakan faktor utama yang harus dipikirkan dalam desain tahan gempa dan tsunami. Desain hunian serta penataan permukiman yang baik akan menciptakan keamanan tinggal di dalam hunian bantuan. Apa yang ada dalam diri manusia menentukan cepat atau lambatnya proses pemulihan psikososial (juga rasa aman) pasca gempa dan tsunami di Aceh. Dari luar, metode partisipatif masyarakat dan dukungan masyarakat sekitar secara jelas membantu proses pemulihan psikososial korban. Rasa aman sifatnya relatif, berbeda-beda pada tiap individu."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S48567
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gun gun Gumbira Suryanegara
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1996
S35528
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farah Muzanni
"Korban Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT) didominasi dalam relasi antara suami dengan istri yang tinggal dalam satu rumah. Dengan demikian korban secepatnya perlu diberikan ruang aman dari pelaku. “Rumah Aman” merupakan salah satu solusi pelindungan yang dapat diberikan untuk korban kekerasan dalam rumah tangga. Pemerintah maupun masyarakat secara umum berhak untuk membentuk Rumah Aman demi memberikan pelindungan bagi korban kekerasan. Dengan begitu, penelitian ini mengkaji kebijakan tentang Rumah Aman terkhusus bagi perempuan Korban KDRT di wilayah DKI Jakarta serta memberikan gambaran mengenai bentuk pemulihan dan pelindungan yang diberikan oleh Rumah Aman Dinas Sosial DKI Jakarta. Penelitian ini menggunakan metode studi pustaka dan wawancara dalam pengumpulan data. Kemudian, teori utama yang digunakan untuk analisis adalah Teori Hukum Feminis yang dicetuskan oleh Catharine Alice MacKinnon. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pengaturan mengenai Rumah Aman di DKI Jakarta masih terdapat frasa-frasa yang tidak mengedepankan kepentingan perempuan. Selanjutnya, mengenai penyelenggaraan Rumah Aman oleh pemerintah melalui Dinas Sosial DKI Jakarta masih memiliki beberapa catatan dalam proses perlindungan, pendampingan, dan pemulihan. Terhadap hal tersebut, perlu dibentuk standar secara nasional yang berpedoman pada ketentuan internasional mengenai Rumah Aman. Serta melakukan evaluasi dan penyempurnaan dalam proses kerja sama dalam pemulihan korban KDRT di Rumah Aman.

Victims of Domestic Violence (KDRT) are dominated in the relationship between husband and wife who live in one house. Thus the victim immediately needs to be given a safe space from the perpetrator. “Safe House” is one of the protective solutions that can be provided for victims of domestic violence. The government and society in general have the right to establish safe houses to provide protection for victims of violence. With this in mind, this research examines policies regarding safe houses especially for women victims of domestic violence in the DKI Jakarta area and provides an overview of the forms of recovery and protection provided by the DKI Jakarta Social Service Safe Houses. This research uses literature study and interview methods in collecting data. Then, the main theory used for analysis is Feminist Legal Theory initiated by Catharine Alice MacKinnon. The results of this study indicate that the policy regarding Safe Houses in DKI Jakarta still contain phrases that do not prioritize women's interests. Furthermore, regarding the implementation of Safe Houses by the government through the DKI Jakarta Social Service, there are still several notes in the process of protection, assistance and recovery. In this regard, it is necessary to establish national standards that are guided by international provisions regarding safe houses. As well as evaluating and improving the process of collaboration in the recovery of victims of domestic violence at Safe Houses."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>