Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 134722 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yuyun Ayunah
"Penyakit Tuberkulosis saat ini masih menjadi masalah kesehatan dunia, menurut WHO 9 (sembilan) juta orang penduduk dunia setiap tahunnya menderita TB Paru. Diperkirakan 95% penderita TB Paru berada di negara berkembang. Indonesia merupakan penyumbang TB Paru terbesar setelah India dan Cina. Kematian akibat TB Paru di Indonesia 25% dari kematian akibat lainnya. Di Kecamatan Cilandak jumlah penderita TB Paru tahun 2007 adalah 224 kasus sebagai penyumbang kasus TB Paru BTA (+) cukup banyak. Resiko terjadinya penularan tuberculosis paru dipengaruhi kedaan rumah yang tidak memenuhi syarat. Pencapaian program tentang Peningkatan Kualitas Lingkungan Permukiman (PKLP) dari 27.923 rumah yang ada di wilayah kecamatan Cilandak hanya 500 rumah yang diperiksa atau sekitar 1.79%, hal ini diduga memperbesar timbulnya penularan TB Paru BTA (+).
Tujuan Penelitian ini untuk melihat hubungan kualitas lingkungan fisik rumah dengan kejadian Tuberkulosis Paru BTA positif di Kecamatan Cilandak Kota Administarsi Jakarta Selatan tahun 2008. Metode penelitian ini menggunakan disain studi kasus kontrol perbandingan 1:1 dengan 50 kasus penderita TB Paru BTA (+) dan 50 kontrol penderita TB Paru BTA (-). Kasus kontrol diperoleh dari Puskesmas Kecamatan Cilandak. Hasil Analisis bivariate lingkungan fisik dalam rumah yang berhubungan dengan kejadian TB Paru BTA (+) adalah ventilasi dalam rumah < 20 % (OR = 9,333, 95% CI = 1.121 - 77.7041. p=0,031). Sedangkan faktor resiko yang lain adalah kebiasaan /perilaku penghuni didalam rumah antara kelompok kasus dan kontrol semuanya membuang dahak sembarangan diperoleh nilai p=0,000 artinya perilaku buruk tersebut merupakan salah satu faktor penyebab timbulnya penyakit TB Paru
Kesimpulan yang dapat diambil yaitu lingkungan fisik rumah yang berhubungan dengan kejadian TB Paru BTA (+) di Kecamatan Cilandak Kotif Jakarta Selatan tahun 2008 adalah ventilasi rumah dan perilaku membuang dahak. Oleh karena itu saran peneliti bagi Suku Dinas Kotif Jakarta Selatan, Dinas PU dan Dinas tenaga kerja adanya kerjasama lintas sektoral dan lintas program dalam penataan desain dan kontruksi rumah sehat bila ada penataan ulang perumahan. Bagi Puskesmas Kecamatan Cilandak melakukan upaya penyuluhan mengenai rumah sehat dan kebiasaan yang sehat (PHBS)."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Girsang, Vierto Irennius
"Tuberkulosis pada balita merupakan bayangan dari tuberkulosis pada orang dewasa hal ini termasuk masalah kesehatan yang sangat berarti bagi balita. Prevalensi TB pada balita masih cukup tinggi demikian pula status gizi kurang dan buruk masih cukup tinggi. Status gizi memiliki peran yang penting dalam hal etiologi dan komplikasi tuberkulosis balita. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh status gizi terhadap kejadian TB paru pada balita di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kota Depok tahun 2013-2014. Desain penelitian ini adalah kasus kontrol. Kasus dalam penelitian ini adalah balita yang menderita TB paru sesuai yang tercatat pada register TB-03 dan TB-01 PKM. Kontrol adalah balita yang tidak menderita TB atau tidak mengalami gejala TB serta tidak pernah menderita TB paru yang merupakan tetangga balita penderita TB yang diambil jadi kasus di wilayah kerja Dinkes Depok tahun Januari 2013 sampai Mei 2014. Jumlah kasus sebanyak 74 balita dan kontrol 148 balita. Analisa data menggunakan regresi logistik ganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa balita yang mengalami status gizi pendek memiliki berisiko 2,92 kali untuk sakit TB paru dan balita yang mengalami status gizi sangat pendek memiliki berisiko 4,22 kali untuk sakit TB paru setelah dikontrol dengan variabel perancu. Balita yang mengalami status gizi sangat pendek lebih berisiko untuk sakit TB paru dibandingkan dengan balita yang berstatus gizi pendek. Disarankan untuk Dinas kesehatan dan Puskesmas untuk lebih memperbaiki pencatatan TB dan peningkatan pendidikan kesehatan tentang pencegahan TB dan peningkatan gizi pada balita.

Tuberculosis on baby under five years is a reflection of tuberculosis for adults and it includes a very significant health problem for them. The prevalence of TB in children is still high likewise the malnutrition status is still high. Nutritional Status has an important role in the etiology and complications of tuberculosis in baby under five years. This study aims to determine the effect of nutritional status on the tuberculosis (TB) in baby under five years in the work area of Health Department, Depok in 2013-2014. The design of this study is a case control. The cases are baby under five years who suffered from pulmonary tuberculosis as appropriate in the register of TB-03 and TB-01 PKM. The control are babies under five years who does not suffer from TB or the babies who never suffer from TB who are as neighbor of the babies under five years who suffer from pulmonary tuberculosis and become cases at work area of Health Department Depok. The number of cases are 74 babies under five years and the number of controls are 148 babies under five years. Analysis of data use multiple logistical regression. The results show that babies under five years who have stunted nutritional status are get 2.92 times to be a risk for pulmonary TB and babies under five years who have a very short get 4.22 times to be a risk for pulmonary tuberculosis after controlling with confounding variable. The babies under five years who have very short nutritional status are more risky for pulmonary TB compared with babies under five years who have stunted nutritional status. This study recommended for Health Department and Community Health Center to further improve the recording of TB and the increased of health education about prevention of tuberculosis (TB) and improvement the nutrition in babies under five years."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T42131
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Edwan NS
"Latar Belakang : Penyakit TB Paru adalah penyakit menular langsung )yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Lahir dari 90% kasus TB Paru ditemukan di negara berkembang. Di Indonesia penyakit TB Paru masih menjadi masalah utama kesehatan masyarakat Di Kecamatan Tebet jumlah penderita TB Paru pada tahun 2006 adalah 262 kasus meningkat menjadi 284 kasus pada tahun 2007. Peranan fuktor llnglamgan fisik dalam rumah menentukan penyebaran penyakit TB Paru, sehingga dalam penanggulangan TB Pary yang komprehensif harus memperhatikan fuktor lingkungan fisik dalam rumah. Pada tahun 2007, cakupan rumah sehat di Kecamatan Tebet hanya 40-50o/o, hal ini diduga memperbesar timbulnya penularan TB Paru.
Tujuan : Penelitian ini untuk. melihat hubungan lingkungan fisik dalam rumah dengan kejadian TB Paru BTA (+) di Kecamatan Tebet Kota Administrasi Jakarta Selatan tahwt 2008.
Metode : Desain studi kasus control dengan 50 kasus )'!lng diambil deri peoderita TB Paru BTA (+) di Puskesmas Kecamatan Tebet dan 50 kontrol yang diambil dari penderita TB Paru BTA (-).
Hasil : Analisis multivariate lingkungan fisik dalam rumah )'!lng berhubungan dengan kejadian TB Paru BTA (+) adalah : kelembaban dalam rumah <40% atau >70% (OR :3,25 95% Cl 1,29-8,21). Dari faktor resiko kebiasaan perilaku penghuni didalam rumah hanya lama merokok > I 0 tahun yang bermakna (OR:4,09 95% CI 1,24-13,51).
Kesimpulan: faktor lingkungan fisik rumah yang paling dominan terbadap kejadian TB Paru BTA (+) di Kecamatan Tebet Kota Adrninistrnsi Jakarta Selatan tabun 2008 adalah lama merokok > I 0 tahun setelah dikontrol dengan kelembahan dalam rumah.
Saran : Kerjasama lintas sektoral dalam penataan desain dan konstruksi rumah sehat bila ada penataan ulang perumahan serta melakukan penyuluhan menganai rumah sehat.

Background : Pulmonary Tb, is an infective-contagious disease caused by Mycobacterium tubercoulosis. More than 90% of global pulmonary TB cases occw: in the developing countries.TB remains an important public health problem in Indonesia. The occurrence of pulmonary TB in Municipality of South Jakarta in the year of 2006 are 262 cases and increase to 284 cases in 2007. Physical Environment condition of the house i:s one factor that playing important role in Pulmonary TB spreading, especially the coverage of healthy housing in City of South Jakarta only 40-50".4 in 2007.
Objectives : to investigate the relation between physical environment of the house with occurrence of pulmonary TB in municipality of South Jakarta.
Methods ; this case-control study design used 50 cases aed 50 controls. Those respondents had been taken from Public Health CentO£ ofTebet Subdistrict.
Results : Based on multivariate analysis housing conditions that influenced the risk of pulmonary TB are: the level of humidity of the house less than 40% or more than 70% (OR; 3,25 95%CI 1,29·8,21). In addition, of daily habit factors only 1ength consumption of smoke more than 10 years is significant associated (OR ; 4,09 95%Cll,24-13,51).
Suggestion : TB control progrmn in Tebet Subdistrict should coordinates with other department to improve housing design and give health promotion activities about healthy house.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
T20970
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sulis Kadarwati
"Penyakit Tuberkulosis adalah penyakit berbasis lingkungan yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini masih menjadi masalah kesehatan dunia, dimana sekitar sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi oleh mycobacterium tuberculosis.
Berdasarkan data dari Sudin Kesehatan Jakarta Selatan, pada tahun 2011 Kecamatan Pesanggrahan merupakan salah satu Puskesmas dengan angka penderita TB Paru BTA (+) yang tinggi yaitu sebesar 249 kasus dari 1.893 kasus di Wilayah Jakarta Selatan. Data pada bulan Januari – Oktober 2012 Kelurahan Petukangan Selatan merupakan kelurahan yang paling banyak jumlah penderitanya se-Kecamatan Pesanggrahan dengan jumlah kasus sebanyak 33 kasus dari 174 kasus.
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kualitas lingkungan fisik rumah dan karakteristik individu dengan kejadian TB Paru BTA (+) di Kelurahan Petukangan Selatan Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan tahun 2012.
Metode penelitian ini menggunakan desain studi kasus kontrol dengan perbandingan 1 : 1 dimana sampel adalah total populasi yaitu 31 penderita TB Paru BTA (+) sebagai kasus dan 31 untuk kontrol.
Hasil uji analisis bivariat didapatkan bahwa kualitas lingkungan fisik : kepadatan hunian (p=0,3; OR=1,96), ventilasi (p=0,02; OR=6,038), pencahayaan (p=0,00; OR=8,266), kelembaban (p=0,041; OR=3,325), suhu (p=0,062; OR=3,241) dan karakteristik individu : tingkat pengetahuan (p=0,71; OR=2,968), riwayat kontak (p=0,049; OR=3,756).
Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa kualitas lingkungan fisik rumah dan karakteristik individu yang berhubungan dengan kejadian TB Paru BTA (+) di Kelurahan Petukangan Selatan Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan tahun 2012 adalah ventilasi, pencahayaan, kelembaban dan riwayat kontak.
Oleh karena itu disarankan agar pelayanan pada penderita TB Paru di Puskesmas/ layanan kesehatan tidak hanya pada pengobatan pasien saja, tetapi diarahkan untuk berkonsultasi ke klinik sanitasi guna mendapatkan pembinaan dan penyuluhan tentang rumah sehat. Pembinaan kepada masyarakat lebih diarahkan kepada pemberdayaan masyarakat itu sendiri didalam upaya untuk mencegah penularan TB Paru di wilayahnya.

Tuberculosis is a disease-based environment caused by the bacteria Mycobacterium tuberculosis. This disease remains a global health problem, with approximately one-third of the world's population has been infected with mycobacterium tuberculosis.
Based on data from the South Jakarta Health Agency, in 2011 Pesanggrahan District is one of the health centers with rates of pulmonary TB smear (+) high is equal to 249 cases of 1,893 cases in the area of ​​South Jakarta. The data in January - October 2012 Petukangan Village South is a village of the most number of patients as the number of cases Pesanggrahan district as many as 33 cases of the 174 cases.
The purpose of this study was to determine the relationship of the quality of the physical environment and individual characteristics with the incidence of pulmonary TB smear (+) in the Village of South Petukangan Houses South Jakarta District in 2012.
This research method using a case-control study design with a ratio of 1: 1 where the sample is the total population of the 31 patients with pulmonary TB smear (+) as cases and 31 for controls.
The test results bivariate analysis found that the quality of the physical environment: residential density (p = 0.3; OR = 1.96), ventilation (p = 0.02; OR = 6.038), lighting (p = 0.00; OR = 8.266 ), moisture (p = 0.041; OR = 3.325), temperature (p = 0.062; OR = 3.241) and individual characteristics: the level of knowledge (p = 0.71; OR = 2.968), history of contact (p = 0.049; OR = 3.756).
Based on these results it can be concluded that the quality of the physical environment and individual characteristics related to the incidence of pulmonary TB smear (+) in the Village of South Petukangan South Jakarta District Guest Houses 2012 is ventilation, lighting, humidity and contact history.
Therefore, it is suggested that in patients with pulmonary TB services at the health center / health care not only in the treatment of patients, but are directed to consult the clinic sanitation in order to obtain guidance and counseling on healthy home. Guidance to the public more geared to the empowerment of the people themselves in efforts to prevent the transmission of pulmonary TB in the region.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S45423
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tuti Pramurtiwati
"Jumlah penderita TB Pam BTA positif di Kecamatan Mustika Jaya pada tahun 2006 sebesar 19.2% melebihi positif rate 10% dari tersangka TB sehingga risiko tertular cukup tinggi di mana satu orang dcngan BTA positif dapat menularkan 10 - I5 orang setiap tahun.
Penelitian ini bertujuan mengetahui faktor fisik mmah dan kamkteristik responden dcngan kejadian tuberkulosis Paru BTA positifl Desain penelitian mcnggunakan kasus kontroi. Kasus adalah penduduk berusia 2 15 tahun pada tahun 2006 dan pada bulan Januaxi sampai April 2007 yang diperiksa sputumnya dcngan hasil BTA positif sedangkan kontrol adalah tetangga kasus yang berusia 2 I5 tahun yang tidak dalam keadaan sakit dan diperiksa sputumnya dengan hasil BTA negatifi. Jumlah kasus 78 dan kontrol 78 pcngumpulan data melalui wawancara dan observasi.
Analisa data deskripsi dengan distribusi frckuensi, nnalisa hubungan dengan uji kai kuadrat dan multivariat dengan regresi logistik model prediksi. Faktor fisik nnmah yang bermakna berhubungan dengan kejadian TB adalah ventilasi rumah. Faktor kanakteristik rcsponden yang berhubungan adalah 1 Jenis kelamin (2,764, 1435 - 5,327) dan status gizi (3.136, 1,496-6,S79) Faktor risiko yang paling berhubungan dengan kejadian TB Paru BTA positif adalah status gizi (3,495, 1,543-7,9l'7), Jenis kelamin (2,724, 1,304-5,69l) dan faktor risiko yang paling dominan hubungannya dengan kejadian TB Paru BTA positif adalah status gizi.
Kesimpulan penehtian ini adalah Keadaan fisik rumah di wilayah kccamatan Muslika Jaya hampir sama apau homogen dan yang bermakna berhubungan dcngan TB Paru adalah vcminasiummah dan dengan giza yang jelek maka mempunyai rasiko lebih besar mcnderita TB Paru BTA positif dibandingkan dengan penduduk yang mempunyai gizi baik.
Berdasarkan hasil ini disarankan. Pemerintah Kota Bekasi mcmberikan bantuan dana stimulan sebagai modal untuk menciptakan keluarga mandiri khususnya keluarga miskin, dan Dinas Kcsehatan Kota Bekasi secara periodik memberikan penyuluhan kepada masyarakat tcntang rumah yang sehat dan asupan gizi seirnbang.

Total amount of TB Lung BTA positive patient in Mustikajaya sub-district year 2006 as much as l9,2% more than positive rate i 10% from TB suspect. Theref`ore, contagims risk in quite high where one person with BTA positive could infect 10 - 15 people per year.
This research purpose is to recognize house physical factor and respondent characteristic with TB Lung BTA positive cases. Research design is using case control. Case is residence age of > 15 years old in 2006 until April 2007 that examined before with BTA positive result. While control is case neighbor age of > I5 years old with healthy condition that examined before with BTA negative result. Total cases are 78 and control 78. Data obtained from interview and observation.
Analysis of data description is frequency distribution, relation analysis with chi-square test, and multivariate with logistic regression model. Prediction of house physical faktor that significantly related with TB cases is house ventilation. Respondent characteristic factor that related are gender (2.764, 1.435 - 5.327) and nutrition status (5.I36, 1. 496 - 6.579). The most related factor with TB Lungs BTA positive cases are nutrition status (3.495, l.S43 - 7.9l7), gender (2.724, 1.304 - 5.69l) and the most dommam related risk factor with TB Lungs BTA positive is nutrition Status.
Research conclution is house physical environment in Mustikajaya sub-disuict are almost the same/homogeny and related significantly with TB Lungs are house ventilation and with bad nutrition so has higher risk to infected by TB Lungs BTA positive compared to residence who has good nutrition.
Based on this result is suggested to govemment of Bekasi city to give stimulant fund assistance as assets to create autonomous family especilly poor family. Moreover, Health agecy of Bckasicity periodically give counseling to public toward healthy housing and balanced nutrition input.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2007
T34507
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Helda Suarni
"Penyakit tuberkulosis merupakan masalah global dunia dan diperkirakan sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi oleh Bakteri Mycobacterium tuberculosis . WHO memperkirakan dalam dua dekade pertama di abad 20, satu miliar orang akan terinfeksi per 200 orang berkembang menjadi TBC aktif dan 70 juta orang akan mati akibat penyakit ini. Di Indonesia, TBC merupakan masalah utama kesehatan masyarakat. Jumlah pasien TBC di Indonesia merupakan ke-3 terbanyak di dunia setelah India dan Cina dengan jumlah pasien sekitar 10% dari total jumlah pasien TBC didunia. Angka kesakitan penyakit TB Paru dengan hasil BTA (+) di Kota Depok khususnya Kecamatan Pancoran Mas masih cukup tinggi. Adanya masalah penyakit TB Paru di sebabkan oleh beberapa faktor risiko, salah satunya adalah faktor lingkungan seperti kepadatan hunian,ventilasi pencahayaan, suhu, kelembaban dan jenis lantai.
Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juni tahun 2009 di wilayah kerja empat puskesmas yang ada di Kecamatan Pancoran Mas yaitu Puskesmas Pancoran Mas, Puskesmas Cipayung, Puskesmas Rangkapan Jaya dan Puskesmas Depok Jaya. Sampel yang di ambil adalah semua tersangka TB Paru yang datang berobat ke puskesmas yang berumur >= 15 tahun dan tercatat di buku register TB Paru. Jumlah sampel yang diperlukan adalah 50 untuk kasus dengan hasil pemeriksaan BTA (+) dan 50 untuk kontrol dengan hasil pemeriksaan BTA (-), di mana pengambilan sampel dilakukan dengan cara sistematik random sampling. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat hubungan faktor risiko lingkungan dengan kejadian Tuberkulosis Paru BTA Positif di Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok bulan Oktober tahun 2008- April tahun 2009.
Faktor risiko lingkungan yang di teliti adalah kepadatan hunian, ventilasi, pencahayaan, kelembaban, suhu, dan lantai rumah dengan memperhatikan karakteristik individu seperti umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, prilaku batuk dan kebiasaan merokok dari responden Metode yang digunakan adalah desain kasus kontrol dengan perbandingan 1:1 dengan 50 penderita TB Paru BTA positif sebagai kasus dan 50 penderita BTA negatif kontrol.
Hasil penelitian ini menunjukkan faktor risiko lingkungan berhubungan dengan kejadian TB Paru BTA (+) adalah ventilasi rumah (OR=14,182 CI=5,412-37,160 %), pencahayaan (OR =9,117 CI= 3,668- 22,658) sedangkan faktor risiko lain adalah perilaku tidak menutup mulut saat batuk (OR =12,310 CI=3,375-44,890). Sedangkan untuk suhu dan kelembaban walaupun secara statistik tidak menunjukkan hubungan tetapi rata-rata tidak memenuhi persyaratan rumah sehat ( suhu rata-rata 30,84ºC dan kelembaban rata-rata 70,38 %).
Untuk itu disarankan kepada masyarakat untuk selalu menjaga kebersihan rumah, berperilaku hidup bersih dan sehat dan melakukan penghijaun di rumah. Untuk petugas puskesmas sebaiknya lebih meningkatkan lagi kegiatan di klinik sanitasi, melakukan kunjungan langsung kerumah penderita TB Paru dan tidak henti-hentinya memberikan penyuluhan kepada masyarakat. Untuk Dinas Kesehatan Depok sebaiknya tidak hanya menekankan kepada pengobatan penderita tetapi juga lebih kepada pencegahan penyakit ini dan kepada Pemerintah Kota Depok sebaiknya lebih meningkatkan perencanaan program rumah sehat seperti perencanaan perbaikan rumah masyarakat yang tidak mampu khususnya bagi penderita TB Paru BTA (+) dan meningkatkan program pemberantasan penyakit menular."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2009
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Dahlan
"Environmental factors in connection with the TB Lung BTA (+) (case control study) in the city of Jambi 2000-2001As a living place, house is one of key basic need of human beings. A live able and healthy house is very important for people; a healthy one should fulfill health requirements such as physiological need, contagious disease and accident prevention. A sufficient lighting is a vital need of human in a cleaning house. The contagion of tuberculosis disease has tight relation to ventilation and lighting in the house. A house which doesn't have enough ventilation, a lack of lighting gives the bacteria an opportunity to breed, if there is a patient of tuberculosis in it, so it eases the contagion to other people living in it.
TB Lungs Disease is still a problem of health; the generation of TB Lungs derives from contribution of some physical environment of house and respondents characteristics. Tuberculosis is a contagious disease that is generated by Mycobacterium tuberculosis germs; they usually enter the human body system via respiration to the lungs. The TB patients are much founded in unhealthy settlement, and lack of lighting and ventilation one that is under the health requirement. The objective of this research is to recognize the risk of contribution factors of physical environment of house and respondent characteristic toward TB Lungs patients in the city of Jambi.
The methods of research design the control case. The samples were taken proportionally from 7 (seven) referred microscopic public health center (puskesmas), with 50 cases and 100 controls. The data are analyzed to verify hypotheses with univariate, bivariate and multivariate analyses phase. Independent research variables for respondents characteristics; age, gender, length of living, nutrition grade, knowledge, and physical factors of house: ventilation, crowd of settlement, humidity, and lighting.
The result of research shows respondents in Referred Microscopic Public Health Center (PRM); Pakuan Baru 26 % and 19 % controls, Putri Ayu 22% cases and 20% controls, Simpang Kawat 22% cases and 11 % controls. While PRM ; Koni, Simpang IV Sipin, Tanjung Pinang, and Olak Kemang 30% and 59 % controls. The result of bivariate analyses show the length of living, nutrition grade, knowledge, ventilation, crowd of settlement, bedroom and living room lighting, that statistically have significant connection for the appearance of TB Lungs with Odd Ratio 2.7 value (p3.021), 2.6 (p:1.008), 3.9 (p=0.001), 4.6 (p=4.0000) 3.S(p=0.000). 3.3(p).001), and 2.3 (p=0.015). From the result of multivariate analyses it is proved that house ventilation is the most contributed variable that arranges room temperature quality for the appearance of TB Lungs, statistically it shows significant relation p < 0.05 with Odd Ration 8.8 (p=0.000).
It is suggested that a healthy house program should be promoted based on environment to perish TB Lungs. The renovation of TB Lungs patient, mostly, by building windows and glass made roof utilization and also performing intensive information spreading about tuberculoses disease knowledge through direct or indirect information sharing."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2001
T1477
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adrial
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan faktor lingkungan fisik rumah terhadap kejadian TB Paru BTA Positif di Kota Batam Propinsi Kepulauan Riau tahun 2005. Janis penelitian bersifat kasus kontrol. Kasus adalah orang yang menderita TB Paru dengan BTA positif yang berumur > 15 tahun, sedangkan kontrol adalah tersangka penderita TB Paru (suspek) dengan hasil pemeriksaan sputum BTA negatif yang berumur > 15 tahun yang bertempat tinggal di wilayah Kota Batam. Perbandingan kasus dan kontrol adalah 1 : 1 dengan jumlah sampel untuk kasus sebanyak 100 orang dan kontrol sebanyak 100 orang. Pada kasus dan kontrol dilakukan wawancara, observasi dan pengukuran kualitas lingkungan fisik rumah, karakteristik individu dan keadaan penghuni di rumah.
Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan bermakna antara peneahayaan (OR=4,4), kelembaban udara (OR=3,6), luas ventilasi (OR=4,9), kepadatan hunian (OR=2,1) dan lama tinggal (OR=4,7) terhadap kejadian TBC Paru BTA positif di Kota Batam tahun 2005.
Simpulan menyatakan faktor dominan terhadap kejadian TB Paru BTA positif di Kota Batam tahun 2005 adalah pencahayaan, kelembaban udara, luas ventilasi, kepadatan hunian dan lama tinggal.

This research to know relation of house physical environmental factor toward fast acid positive tuberculosis case at Batam City Riau Archipelago Province 2005. Type of research is case control. Case is people who suffering fast acid positive tuberculosis case more than? 15 years old, while control were patients who suffering tuberculosis (suspect) with inspection result of sputum with fast acid negative tuberculosis case more than > 15 years old who residence at Batam. Comparison of case and control 1 : 1 with 100 cases and control each. The interview was held on both case and control, observation and measurement of house physical environmental quality, individual characteristic and situation of dweller at home.
Research result shows the existence of significant relation between illumination (OR=4,4), dampness of air (OR=3,6), wide of ventilation (OR=4,9), density of dwelling (OR=2,1) and long time of residence (OR=4,7) to fast acid positive tuberculosis case at Batam City Riau Archipelago Province 2005.
Dominant factors to fast acid positive tuberculosis case at Batam City Riau Archipelago Province.2005 are illumination, dampness of air, wide of ventilation, density of dwelling and long time of residence.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2006
T19013
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ike Silviana
"Latar belakang: Penyakit TB Paru adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis. Lebih dari 90% kasus TB Paru ditemukan di negara berkembang. Di Indonesia penyakit TB Paru masih menjadi masalah utama kesehatan masyarakat. Di Kabupaten Muaro Jambi jumlah penderita TB Paru pada tahun 2003 adalah 61.84 per 100.000 meningkat menjadi 106.16 per 100.000 penduduk pada tahun 2004. Peranan faktor lingkungan fisik dalam rumah menentukan penyebaran penyakit TB Paru, sehingga dalam penanggulangan TB Paru yang komprehensif harus melibatkan faktor lingkungan fisik dalam rumah. Pada tahun 2004, cakupan rumah sehat di Kabupaten Muaro Jambi hanya 36.9%, hal ini di duga memperbesar timbulnya penularan TB Paru.
Tujuan: Penelitian ini untuk melihat hubungan lingkungan fisik dalam rumah dengan kejadian TB Paru BTA (+) di Kabupaten Muaro Jambi tahun 2005.
Metode: Desain studi kasus kontrol dengan 95 kasus yang diambil dari penderita TB Paru BTA (+) dari 18 Puskesmas di wilayah Kabupaten Muaro Jambi dan 95 kontrol yang diambil dari tetangga kasus dengan BTA (-).
Hasil: Analisis multivariat lingkungan fisik dalam rumah yang berhubungan dengan kejadian TB Paru BTA (+) adalah: kelembaban rumah <40% atau >70% (OR:4,87;95%CI:1,58-15,04),ventilasi kamar <10% (OR:3,83 ; 95%C1:1,23-11,93), pencahayaan rumah <60 Iuks (OR;2,47;95%CI:0,55-11,16), ventilasi dapur <10% (OR:2,21;95% CI:0,8-6,13), ventilasi rumah <10% (OR:2,2;95% CI:0,63-7,81), dan pencahayaan kamar <60 Iuks (OR:1,61;95% CI:0,37-7).
Saran: Kerjasama lintas sektaral dalam penataan desain dan konstruksi rumah sehat bila ada penataan ulang serta penyuluhan mengenai rumah sehat.

Background: Pulmonary TB, is an infective-contagious disease caused by Mycobacterium Tuberculosis. More than 90% of global pulmonary TB cases occur in the developing countries. TB remains an important public health problem in Indonesia. The occurrence of pulmonary TB in Muaro Jambi District in the year of 2003 is 61,84 per 100.000 population and increased to 106,16 per 100.000 population in 2004. Physical Environment condition of the house is one factor that playing important role in Pulmonary TB spreading, especially the coverage of healthy housing in Muaro Jambi District only 36,9% in 2004.
Objectives: to investigate the relation between physical environment of the house with occurrence of pulmonary TB in Muaro Jambi District.
Methods: This case-control study design used 95 cases and 95 controls. Those respondents had been taken from 18 Primary Health Centers in Muaro Jambi District.
Results: Based on multivariate analysis housing conditions that influenced the risk of pulmonary TB are : the level of humidity of the house less than 40% or more than 70% (OR:4,87;95%Cl: 1,58-15,04), bedroom ventilation less than 10% (OR;3,83;95% CI:1,23-11,93), house with low level of light exposure / less than 60 luks (OR:2,47;95%CI:0,55-11,16), kitchen ventilation less than 10% (OR:2,21;95%CI:0,8-6,13), house ventilation less than 10% (OR:2,2;95%C1:0,63-7,81), and bedroom with low level of light exposure/less than 60 luks (OR:1,61;95% CI: 0,37-7).
Suggestion: TB control program in Muaro Jambi District should coordinates with other departments to improve housing designs and give health promotion activities about healthy house.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2006
T19113
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sefti Fazila
"TB merupakan penyebab utama kematian yang kedua setelah Human Imunnodeficiency Virus (HIV). Sekitar 80 % dari kasus TB yang dilaporkan, terjadi di 22 negara pada tahun 2013. Di pasar minggu kasus TB terus meningkat secara signifikan. Pada tahun tahun 2014 terjadi 332 kasus TB paru BTA (+). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor - faktor yang berhubungan dengan kejadian TB Paru BTA positif di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu Pada Tahun 2015, meliputi umur, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan, status ekonomi, status gizi, kepadatan serumah dan sekamar tidur, ventilasi rumah dan kamar tidur, cahaya matahari masuk rumah dan kamar tidur, sumber penular, dan perilaku merokok.
Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan studi kasus kontrol, sampel penelitian adalah penderita TB Paru BTA positif berusia ≥ 15 tahun dan tercatat dalam buku register TB dari seluruh puskesmas di Kecamatan Pasar Minggu pada bulan januari - September 2015, dan tetangga terdekat dari kasus (penderita TB) yang berusia ≥ 15 tahun. Analisis data dilakukan dengan analisis univariat dan bivariat. Dari hasil analisis bivariat, variabel yang berhubungan signifikan secara statistik dengan kejadian TB adalah jenis kelamin (OR=3,07), status ekonomi (OR=5,71), status gizi (OR=23,58), dan, cahaya matahari masuk kamar (OR=5,3).

TB is the second leading cause of death after Imunnodeficiency Human Virus (HIV). Approximately 80% of TB cases were reported, occurred in 22 countries in 2013. In the Pasar Minggu of TB cases continued to rise significantly. In the year 2014 occurred 332 cases of pulmonary TB BTA (+). This study aims to identify factors related to the incidence of pulmonary TB smear positive in Puskesmas Subdistrict Pasar Minggu In 2015, included age, sex, occupation, education, economic status, nutritional status, overcrowding at home and roommates sleep, ventilation houses and bedrooms, solar light into the house and bedroom, a source of transmitting and smoking behavior.
This research was conducted with the approach of case-control studies, the study sample was patients with pulmonary TB smear-positive individuals aged ≥ 15 years and recorded in the register of TB from all health centers in the district Pasar Minggu in January ? September 2015, and the nearest neighbor of cases (TB) which aged ≥ 15 years. Data was analyzed using univariate and bivariate analyzes. From the results of the bivariate analysis, the variables associated with a statistically significant incidence of TB is gender (OR = 3.07), economic status (OR = 5.71), nutritional status (OR = 23.58), and, incoming sunlight room (OR = 5.3).
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
S61887
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>