Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 138943 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Abdul Rachman Rofel Ashadi
"Seiring dengan dilakukannya ujicoba terhadap TV digital free to air, dilakukan pula uji coba terhadap layanan Mobile TV berbasis DVB-H. Terdapat dua konsorsium yakni konsorsium Tren Mobile TV dan kosorsium Telkom yang diberikan kesempatan uji coba. Jika uji coba berhasil maka kedua konsorsium tersebut diberikan lisensi oleh pemerintah untuk menyelenggarakan layanan Mobile TV berbasis DVB-H di Indonesia.
Sebagai calon pemain bani dalam layanan Mobile TV dengan teknologi yang juga baru yakni DVB-H, tentunya bukanlah hal yang mudah bagi kedua konsorsium tersebut untuk ikut bermain dalam layanan Mobile TV. Perlu dilakukan analisis khususnya mengenai tekanan kompetitif dan keunggulan kompetitif layanan Mobile TV berbasis DVB-H di Indonesia untuk melihat tingkat ketertarikan dan profitabilitasnya.
Tesis ini menganalisis potensi tekanan kompetitif serta menentukan strategi positioning yang tepat bagi layanan Mobile TV berbasis DVB-H supaya memiliki kineija diatas rata-rata dan tingkat profitabilitas yang tinggi. Dari hasil analisis didapatkan tekanan kompetitif dari layanan Mobile TV saat ini adalah Medium to High. Dengan strategi positioning yang berupa keunggulan biaya, diferensiasi, dan fokus didapatkan penurunan tingkat tekanan kompetitif menjadi Low to Medium.

During the free to air digital TV trial in Indonesia, it is also executed the Mobile TV Service based on DVB-H trial. There are two consortiums, Tren Mobile TV and Telkom consortium, that are given the trial occasion. If the result of this trial is successful, then both of consortium will be given a lisence by the govemment to implement Mobile TV based on DVB-H Service in Indonesia.
As new entrant in Mobile TV Service with new technology called DVB-H, certainly is not easy mentioned for both of consortium to make a role in the Service. It is absolutely needed to analyze the competitive pressure and competitive advantage of Mobile TV based on DVB-H Service in Indonesia in order to know the level of industry attractiveness and its profitability.
This thesis analyzes the level of competitive pressure of Mobile TV DVB-H Service and also determines appropriate positioning strategy in order to have best perfonnance and high profitability level. It can be found from this analysis that the competitive pressure of Mobile TV DVB-H service is Medium to High. By implementing positioning strategy such as cost leadership, differentiation, and focus, it is obtained descending of competitive pressure level into Low to Medium.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
T26914
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Abdul Rachman Rofel Ashadi
"Seiring dengan dilakukannya ujicoba terhadap TV digital free to air, dilakukan pula uji coba terhadap layanan Mobile TV berbasis DVB-H. Terdapat dua konsorsium yakni konsorsium Tren Mobile TV dan kosorsium Telkom yang diberikan kesempatan uji coba. Jika uji coba berhasil maka kedua konsorsium tersebut diberikan lisensi oleh pemerintah untuk menyelenggarakan layanan Mobile TV berbasis DVB-H di Indonesia.
Sebagai calon pemain baru dalam layanan Mobile TV dengan teknologi yang juga baru yakni DVB-H, tentunya bukanlah hal yang mudah bagi kedua konsorsium tersebut untuk ikut bermain dalam layanan Mobile TV. Perlu dilakukan analisis khususnya mengenai tekanan kompetitif dan keunggulan kompetitif layanan Mobile TV berbasis DVB-H di Indonesia untuk melihat tingkat ketertarikan dan profitabilitasnya.
Tesis ini menganalisis potensi tekanan kompetitif serta menentukan strategi positioning yang tepat bagi layanan Mobile TV berbasis DVB-H supaya memiliki kinerja diatas rata-rata dan tingkat profitabilitas yang tinggi. Dari hasil analisis didapatkan tekanan kompetitif dari layanan Mobile TV saat ini adalah Medium to High. Dengan strategi positioning yang berupa keunggulan biaya, diferensiasi, dan fokus didapatkan penurunan tingkat tekanan kompetitif menjadi Low to Medium.

During the free to air digital TV trial in Indonesia, it is also executed the Mobile TV service based on DVB-H trial. There are two consortiums, Tren Mobile TV and Telkom consortium, that are given the trial occasion. If the result of this trial is successful, then both of consortium will be given a lisence by the government to implement Mobile TV service based on DVB-H in Indonesia.
As new entrant in Mobile TV service with new technology called DVB-H, certainly is not easy mentioned for both of consortium to make a role in the service. It is absolutely needed to analyze the competitive pressure and competitive advantage of Mobile TV srvice based on DVB-H in Indonesia in order to know the level of industry attractiveness and its profitability.
This thesis analyzes the level of competitive pressure of Mobile TV DVB-H service and also determines appropriate positioning strategy in order to have best performance and high profitability level. It can be found from this analysis that the competitive pressure of Mobile TV DVB-H service is Medium to High. By implementing positioning strategy such as cost leadership, differentiation, and focus, it is obtained descending of competitive pressure level into Low to Medium.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
T40951
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Teguh Prasetya
"Kebutuhan akan TV mobil yang dapat dinikmati di handset berkembang dengan pesat akhir-akhir ini, hal tersebut saat ini dimungkinkan dengan menggunakanjaringan seluler berbasis 3G. Akan tetapi jaringan 3G yang berbasis komunikasi point to point tidak dapat secara efisien menampung jumlah pengakses konten siaran TV yang dikirimkan dalam waktu bersamaan sebagaimana layaknya TV broadcaster. Sebagai alternatif dengan adanya teknologi digital broadcast yang didesain untuk mengatasi hal tersebut akan memungkinkan pengiriman konten TV ke handset secara massal dan diharapkan akan mampu menampung lonjakan kebutuhan akan jasa mobile TV mobil ini. Berbagai macam Teknologi Digital di Mobile TV yang berkembang dewasa ini khususnya yang paling populer adalah DVB-H yang menunjukkan trend adopsi terbesar di banyak negara perlu dicermati dalam hal pemilihan transmisi maupun implementasi di lapangan. Implementasi Mobile TV berbasis DVB-H di Jakarta yang merupakan uji coba secara mikro guna menentukan konsep secara keseluruhan baik tingkat adopsi maupun konsep bisnisnya menurut perhitungan adalah sangat layak untuk dilakukan dengan hasil untuk meliput wilayah Jakarta dan sekitarnya dibutuhkan 7 pemancar outdoor dan 40 repeater di dalam gedung bertingkat dengan hasil perhitungan bisnis adalah NPV sebesar Rp. 200 Milyar, IRR sebesar 47% dan Payback Period 2.5 tahun. Dengan demikian direkomendasikan untuk melakukan implementasi layanan Mobile TV berbasis teknologi DVB-H di Jakarta.

Trend of Mobile TV has been started in Indonesia, currently available Mobile TV access is through 3G cellular network. 3G cellular network has limitation since it was design based on point to point communication therefore for broadcast capabilities using 3G network is limited compare with the real broadcasting network itself. As an alternative for delivering mobile TV solution currently is by using new technology of digital broadcast that has been design for more reliable TV channel delivery to mobile mass user handset at one times. This solution supposed to answer needs of user demands on the mobile TV access. Most popular mobile TV access technology is DVBH based which is adopted in many major country in the world, for Indonesia adoption on which technology is the best really need to have brief in detail implementation study along with business case exercise especially for big cities deployment such as Jakarta. Implementation of DVB-H Mobile TV in Jakarta has proven to be success and feasible based on the analysis that Jakarta is covered by 7 big transmitter cell and 40 in-door repeater for high rise building, financial analysis shown that business case result are NPV is Rp. 200 Billion, IRR is 47% and Payback period is 2.5 years. The analysis of implementing DVB-H in Jakarta is covered both cost and revenue associated with along recommendation for adapting DVB-H technology for Mobile TV deployment in Jakarta."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
T24771
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Sinaga, Kores Francis Bahagia
Jakarta: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
T-pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Laksmi Adyawardhani
"Tren bisnis telekomunikasi yang terjadi belakangan ini adalah munculnya suatu bentuk model bisnis baru, yaitu Operator Jaringan Maya Bergerak yang biasa dikenal dengan Mobile Virtual Network Operator (MVNO). MVNO berkembang pesat di beberapa negara di dunia, menjual layanan selular dengan menyewa jaringan operator. Di sisi lain, pemilik jaringan mendapat tambahan pendapatan tanpa harus memelihara hubungan dengan pelanggan dan menambah jumlah pegawai. Di Indonesia, bentuk MVNO ini belum diimplementasikan. Oleh karena itu perlu dilakukan analisa implementasi MVNO menggunakan model Porter 5 Forces untuk mengidentifikasi potensi keuntungan kompetitifnya dalam industri telekomunikasi di Indonesia. Porter 5 forces, merupakan salah satu perangkat strategi bisnis yang paling sering digunakan, dan keampuhannya telah terbukti dalam berbagai macam kasus. Porter 5 forces lebih mengarah pada analisa industri dari luar perusahaan, mencoba melihat potensi kedalam. Analisa yang dilakukan meliputi intensity of rivalvy among existing player, threat of new entrant, bargaining power of supplier, bargaining power of buyer, dan threat of substitution. Analisa keuntungan kompetitif digunakan untuk merancang strategi lebih lanjut dalam menghadapi kompetisi yang ada di industri selular. Dengan menerapkan model Porter 5 forces untuk analisis implementasi MVNO di Indonesia diperoleh hasil bahwa bisnis MVNO memiliki keuntungan kompetitif yang rendah. Untuk pengembangan MVNO ditawarkan beberapa strategi untuk memperbaiki posisi dalam kompetisi di industri telekomunikasi. Apabila pemerintah Indonesia ingin mengembangkan MVNO, yang perlu dilakukan adalah menurunkan bargaining power MNO, dan juga pelanggan.

Telecommunication business trend in many countries is a new celuler business model, Mobile Virtual Network Operator (MVNO). MVNO own their costumer but use the telecom network and radio spectrum of a Mobile Network Operator(MNO). This wholesale agreement will gives extra revenue for the host without maintain the customer.It has not implemented in Indonesia. This thesis is to analyze MVNO implementation by using Porter 5 forces model, to identify the MVNO competitive profit potential in Indonesia's telecommunication structure. Porter 5 forces, is one of the most often used business strategy tools and has proven its usefullness on numerous ocassione. Porter 5 forces is an outside in industryanalysis.The analysis consist of intensity of rivalvy among existing player, threat of new entrant, bargaining power of supplier, bargaining power of buyer, dan threat of substitution. This analysis is needed in order to formulate strategy to face existing micro environment condition within the industry. By using Porter 5 forces to analyze MVNO implementation, resulting low competitive profit potential for MVNO in Indonsia. Several strategies are proposed in order to achieve better positioning. The goverment support for MVNO could be by decreasing bargaining power of MNO and subscribers."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
T23775
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Analisis value chain merupakan suatu alat analisis untuk mengetahui posisi perusahaan dalam rantai yang membentuk nilai suatu produk atau jasa. Analisis value chain dapat dibagi menjadi analisis hubungan dengan supplier (suplier linkages) dan hubungan dnegan konsumen (customer linkages). Analisis value chain membantu perusahaan dalam mengidentifikasi posis perusahaan dalam rantai nilai tersebut, kemudian menganalisis aktifitas aktifitas yang terjadi. Aktifitas yang terjadi harus memberikan nilai tambah bagi nilai produk. Setelah itu perusahaan dapat menentukan strategi kompetitif yang digunakan, apakah menggunakan low cost atau differensiai. Perusahaan juga harus menyadari bahwa rantai nilai suatu produk dapat dimaksimalkan dengan menggunakan internet."
Manajemen Usahawan Indonesia, XXXII (05) Mei 2003: 52-55, 2003
MUIN-XXXII-05-Mei2003-52
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Lestari
"ABSTRAK
Telkom Flexi merupakan layanan jaringan tetap lokal nirkabel dengan mobilitas terbatas pertama dan terbesar di Indonesia. Dengan market share lebih dari 67% telah mengungguli kompetitornya seperti Esia dan Starone. Layanan Telkom Flexi yang berbasis CDMA 2000-1X sudah ada di seluruh kota di Indonesia. Namun untuk area Jakarta, Banten dan Jawa Barat jumlah pelanggan Esia mengungguli jumlah pelanggan Telkom Flexi. Ini merupakan tantangan bagi Telkom Flexi untuk mengevaluasi strateginya dalam memenangkan kembali kompetisi di area itu.
Dengan diberlakukannya KM No. 162/KEP/M.KOMINFO/12/2007 tentang pengalokasian kanal pada pita frekuensi radio 800 MHz, Telkom Flexi untuk daerah Jakarta, Banten dan Jawa Barat harus berpindah frekuensi dari 1900 MHz ke 800 MHz. Banyak konsekuensi yang harus dihadapi Telkom Flexi pasca migrasi frekuensi ini, diantaranya dengan adanya penggantian perangkat BSS, optimalisasi network, kompensasi penggantian terminal, upgrade PRL dan hal lainnya yang akan mengganggu kenyamanan pengguna dan berpotensi meningkatkan churn. Konsekuensi yang dihadapi Telkom untuk migrasi frekuensi tersebut membutuhkan biaya yang tidak sedikit.
Roadmap Telkom menuju NGN juga mengharuskan Flexi untuk berpindah teknologi dari circuit switch menuju ke softswitch. Mempertimbangkan perkembangan teknologi dan layanan di masa yang akan datang Telkom membangun kembali jaringannya dari awal mulai dari NSS sampai BSS paralel sejalan dengan proses migrasi frekuensi yang dilakukan. Dengan menggunakan analisis Porter 5 Forces ternyata didapatkan bahwa Telkom Flexi memiliki potensi keunggulan kompetitif yang tinggi pasca migrasi frekuensi. Hasil analisis ini selanjutnya dapat digunakan oleh Telkom Flexi dalam penyusunan strategi bersaing sehingga Telkom Flexi dapat memenangkan kembali kompetisi di Jakarta, Banten dan Jawa Barat.

ABSTRAK
Telkom Flexi is the first and biggest CDMA service provider in Indonesia, based on CDMA2000-1X technology and leading with more than 67% market share compared to other service provider like Esia and Starone. Contrary to national penetration, in Jakarta, Banten and Jawa Barat area, Esia earns bigger subscriber number. This become a challenge for Telkom Flexi in evaluating their strategies to win back the competition at the area.
KM No 162/KEP/M.KOMINFO/12/2007 states frequency allocation for fixed wireless and mobile service in Indonesia. Telkom Flexi in Jakarta, Banten and Jawa Barat must shift the frequency from 1900 MHz to 800 MHz. Many consequences will be faced by Telkom Flexi post frequency migration process like replacement BSS equipment, network optimization, replacement customer equipment, PRL upgrade, etc, all those things will impact customer perception of services, beside possibilities to increase subscriber churn rate. All the migration frequency processes will generate enormous number of cost.
Telkom NGN Roadmap requires Telkom Flexi to change switching technology from circuit switch to softswitch. Telkom must rebuilt new network from NSS to BSS equipment sein just one year. By using Porter 5 Forces, Telkom Flexi has high competitive advantage potential post frequency migration. This result could be used by Telkom Flexi to arrange competitive strategies to win back competition in Jakarta, Banten and Jawa Barat area.
"
2008
T24796
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
A. Chamid Endra
"ABSTRAK
Inefisiensi industri gula nasional yang terjadi pada berbagai subsistem dalam sistem pergulaan nasional, menimbulkan kecaman dari banyak pihak. Efisiensi tersebut akan dapat ditingkatkan bila seluruh subsistem yang ada telah menjadi efisien. Tujuan kebijakan pergulaan nasional yang terlalu kompleks dan sangat sulit dicapai secara simultan, perlu skala prioritas agar tidak berakibat tiada satupun tujuan yang dapat dicapai.
PT. Rajawali Nusantara Indonesia adalah salah satu BUMN yang bisnis intinya di bidang industri gula. Pada akhir-akhir ini kinerja industri gula tersebut cenderung menurun. Di sisi lain isu globalisasi dan liberalisasi ekonomi sudah tidak mungkin ditawar lagi, sedangkan kesiapan untuk tetap eksis dalam percaturan ekonomi belum juga dimiliki. Pengembangan keunggulan kompetitif berkelanjutan untuk meraih daya saing merupakan senjata ampuh yang dibutuhkan dalam menghadapi kompetisi global tersebut.
Penelitian dilakukan bertolak dari kinerja keuangan industri gula PT. Rajawali, sebagai upaya pengembangan keunggulan kompetitif berkelanjutan dimaksud. Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi PT. Rajawali dan BUMN Indonesia secara keseluruhan, terutama industri gula nasional.
Data yang dianalisis dalam penelitian ini meliputi data primer dan sekunder yang relevan dengan aktivitas industri gula. Data primer dikumpulkan melalui observasi, wawancara dan kuesioner sebagai pemandu responden dalam menyediakan data, sedangkan data sekunder diperoleh dari studi kepustakaan dan dokumentasi.
Analisis rantai nilai merupakan gagasan Michael E. Porter (1985) yang diuraikan kembali oleh John K. Shank dan Vijay Govindarajan (1993), sebagai paradigma baru di dalam konsep manajemen biaya strategis. Konsep ini meletakkan fokus perhatian eksternal perusahaan, yang berbeda dengan akuntansi manajemen tradisional yang lebih berfokus pada internal. Dengan kata lain akuntansi manajemen mengambil perspektif nilai tambah, yang dimulai terlalu lambat dan diakhiri terlalu cepat menyebabkan tidak membahas adanya masalah keterkaitan dengan pemasok dan dengan pelanggan.
Dari analisis rantai nilai yang dilakukan terhadap industri gula PT. Rajawali Nusantara Indonesia tampak jelas beberapa penyebab biaya yang tidak mendukung keunggulan kompetitif. Analisis lebih lanjut terhadap penyebab biaya yang berpengaruh negatif menuntun pada penyebab inti, yaitu adanya regulasi di bidang tebu rakyat intensifikasi atau TRI dan tata niaga gula pasir serta kalkulasi harga yang ditetapkan oleh Pemerintah.
Pengembangan keunggulan kompetitif berkelanjutan industri gula dapat dilakukan dengan : pertama, mengendalikan secara efektif penyebab biaya, dan kedua, menyusun konfigurasi ulang aktivitas nilai. Kesediaan Pemerintah untuk melakukan deregulasi terhadap regulasi yang berlaku, sehingga mengarah pada kebijakan kondusif dan adaptif, merupakan langkah yang sangat strategis.
Tindak lanjut yang diambil oleh pabrik gula bersama petani tebu dan pihak-pihak yang terkait, akan mendorong pengembangan keunggulan kompetitif industri gula nasional dan akan membalikkan keadaan dari industri bermasalah menjadi berdaya saing, siap menghadapi pasar bebas ASEAN, yaitu AFTA dan APEC yang dimulai pada tahun 2003 mendatang.
"
1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yvana Sal Sabila
"Teknologi digital memainkan peran inti dalam penciptaan dan penguatan gangguan yang terjadi di tingkat masyarakat dan industri. Gangguan tersebut berupa perilaku dan ekspektasi pelanggan, lanskap kompetitif dan kesediaan data atau informasi. Berdasarkan data Nielsen (2020), rata-rata biaya iklan yang dikeluarkan oleh pengiklan pada platform media cetak dan radio analog cenderung menurun masing-masing sebesar 7% dan 2% per tahun. Di sisi lain, jumlah pengguna internet di Indonesia meningkat secara signifikan, mencapai 74% dari populasi penduduk. Keberadaan perusahaan teknologi digital semakin memperketat persaingan di industri media Indonesia. Beberapa media terintegrasi secara vertikal maupun horizontal untuk mempengaruhi volume iklan (pendapatan) yang bisa diperoleh. Diperlukan strategi khusus untuk menjalankan integrasi perusahaan pasca-penggabungan organisasi. Keberhasilan strategi integrasi pasca-penggabungan perlu diukur efektifitasnya. Penelitian ini melibatkan penilaian dari 6 orang ahli di bidang manajemen atau profesional yang menduduki posisi manajerial atas. Penilaian ahli diolah menggunakan metode AHP untuk mendapatkan tingkat kepentingan subfaktor terhadap keberhasilan strategi integrasi. Penelitian ini menghasilkan pengembangan peta strategi yang mendukung keberhasilan integrasi pasca-penggabungan di konglomerasi media. Diperoleh 14 strategi objektif yang memiliki hubungan sebab-akibat satu sama lain. Usulan key performance indicator (KPI) pada praktiknya dapat berkontribusi untuk pengukuran kedalaman aktifitas integrasi yang dilakukan oleh perusahaan pasca-penggabungan. Kegiatan pengabungan organisasi ini menjadikan konglomerasi media sebagai one-stop solution bagi pelanggan karena memiliki layanan mulai dari produksi konten, strategi pemasaran hingga platform distribusi konten. Performa perusahaan konglomerasi media pasca-penggabungan organisasi mulai tahun 2019-2022 menghasilkan pertumbuhan omset secara konsisten berkisar antara 8% - 15%. Di sisi lain, penggabungan organisasi dapat menahan laju penurunan pangsa pasar media menjadi sebesar 2% per tahun

Digital technology plays a core role in creating and amplifying disruption at the societal and industrial levels. These disturbances include customer behavior and expectations, competitive landscape, and availability of data or information. Based on data from Nielsen (2020), the average advertising costs incurred by advertisers on print media platforms and analog radio tend to decrease by 7% and 2% per year, respectively. On the other hand, the number of internet users in Indonesia has increased significantly, reaching 74% of the population. The existence of digital technology companies is increasingly tightening competition in the Indonesian media industry. Some media are integrated vertically or horizontally to influence the advertising volume (revenue) that can be obtained. A specific strategy is needed to carry out the post-merger enterprise integration. The success of the post-merger integration strategy needs to be measured for its effectiveness. This research involves the assessment of 6 experts in the field of management or professionals who occupy top managerial positions. Expert judgments were processed using the AHP method to obtain the level of importance of the subfactors on the success of the integration strategy. This research resulted in developing a strategy map that supports the success of post-merger integration in media conglomerates. Obtained 14 objective strategies that have a causal relationship with each other. The proposed key performance indicator (KPI) in practice can contribute to measuring the depth of integration activities carried out by the post-merger company. The merging of these organizations makes media conglomerates a one-stop solution for customers because they have services ranging from content production, marketing strategies to content distribution platforms. The performance of the media conglomerate company after the merger from 2019-2022 resulted in a consistent turnover growth ranging from 8% - 15%. On the other hand, the merger of organizations can prevent the decline in media market share to just 0,2% per year ."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>