Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 107795 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ferro Yudistira
"ABSTRAK
Manusia hidup dalam ruang dan waktu. Dalam situasi kehidupan sehari-hari, suatu
kegiatan tidak berlangsung secara kekal. Suatu kegiatan selalu memiliki rentang waktu
tertentu dan terjadi di suatu tempat yang spesifik. Kondisi ini disebut dengan event. Ketika event ini terjadi maka terbentuk sebuah ruang yang mewadahi selama event ini
berlangsung. Ruang ini hanya hadir ketika event tersebut berlangsung. Ketika event selesai, maka ruang tersebut juga menghilang. Ruang yang bisa muncul dan menghilang ini disebut dengan ruang ephemeral.
Kondisi yang disebut event beserta ruang ephemeral ini terjadi ketika sesorang atau
kelompok memilih satu atau beberapa dari berbagai elemen yang hadir di suatu tempat
untuk kemudian mereka interpretasi. Interpretasi ini dilakukan untuk menyesuaikan atau bahkan mengubah secara sementara fungsi dan peran dari suatu elemen agar bisa sesuai dengan event yang ingin dibentuk oleh seseorang atau kelompok tersebut.
Konsep tentang event dan ephemeral ini menjadi semakin kompleks apabila dibawa ke ranah ruang terbuka publik yang bersifat urban. Karena di ruang terbuka publik setiap individu bisa lebih bebas untuk melakukan berbagai interpretasi. Dalam tesis desain ini, konsep tentang event, ruang ephemeral dan interpretasi ini akan dibahas di suatu konteks spesifik, yaitu di sebuah ruang terbuka publik di Kota Palembang yang bernama Kambang Iwak. Rentang waktu yang akan diambil dalam tesis desain ini adalah akhir pekan (sabtu ? minggu). Pemilihan waktu akhir pekan ini terkait dengan konteks dari event yang akan dibahas yaitu event penyegaran (refresh). Event yang dilakukan pengunjung untuk menyegarkan badan dan pikiran mereka setelah lelah berkatifitas selama sepekan.
Dalam tesis desain ini akan coba dibahas bagaimana proses terbentuknya event dan ruang ephemeral. Interpretasi sebagai aspek yang sangat penting akan digali secara mendalam.
Mulai dari ranah makro hingga ke mikro, terkait dengan karakteristik khusus dari tapak Kambang Iwak. Dalam pembahasan akan dianalisa berbagai masalah yang mungkin muncul bersama dengan proses pembentukan event dan ruang epehemeral melalui interpretasi ini. Untuk kemudian disintesakan menjadi suatu intervensi arsitektural yang sesuai dengan konteks Kambang Iwak.

ABSTRACT
Humans living in space and time. In everyday life, an activity does not last eternally. A
range of activities has always had a certain time and happen in a specific place. This
condition is called the event. When this event occurs there are space formed together with it. This space is only appear when the event happen. When the event is completed, then the space will disappear. The space that can be appear and disappear is called ephemeral space.
Event and ephemeral space happens when someone or a group chooses one or several from various elements that present in a place, and then interpret the elements. This interpretation is done to adjust or even change the basis functions and roles of an element, so it can be fit with the event.
The concept of ephemeral events become increasingly complex when brought into the realm of urban - public open space. Because at urban-public open space, each individual can be more free to do a variety of interpretations. In this design thesis, the concept of the event, space, interpretation and ephemeral will be discussed in a specific context, in a public open space in the Palembang city called Kambang Iwak. Timeframe that taken in this design thesis is at the weekend (Saturday - Sunday). This timeframe taken related to the context of the event which will be discussed, which is refresh-event. Refresh-event is a time when people refresh their bodies and minds.
In this design thesis I will try to discuss how the ephemeral event and space are ?construct? and related each other. Interpretation as a very important aspect will be explored in depth.
Starting from the macro to the micro-sphere, associated with the special characteristics of the Kambang Iwak as the context. In this discussion I will analyze the various problems that might arise along with the process of forming event and epehemeral space through this interpretation, then I will try to synthesized into an architectural intervention that fits into the context."
2010
T27816
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ferro Yudistira
"ABSTRAK
Penelitian ini membahas tentang nilai kontekstual dari arsitektur ephemeral. Ephemeral diposisikan sebagai konsep yang bisa menjelaskan dinamika hubungan antara lingkung-bangun dan ruang arsitektural. Pertanyaan penelitian adalah bagaimana suatu ruang arsitektural bisa muncul dan menghilang di lingkung-bangun yang tidak sesuai. Penekanan dari pertanyaan ini terletak pada dua hal, yaitu: 1) keterkaitan antara kondisi tertentu dari lingkung-bangun dengan ruang arsitektural yang muncul-menghilang di dalamnya; 2) proses muncul-menghilangnya ruang arsitektural di suatu lingkung-bangun, serta pelbagai komponen yang terlibat di dalam proses tersebut. Meminjam konsep morfogenesis dan assemblage, penelitian ini menginvestigasi kehadiran kumpulan ruang pedagang di pelataran masjid Sunda Kelapa melalui pendekatan Straussian grounded theory. Penelitian menemukan bahwa ephemeralitas ruang arsitektural yang hadir di suatu lingkung-bangun bisa dijelaskan dengan konsep in-compatibility. In-compatibility merupakan kompatibilitas antara lingkung-bangun dan ruang arsitektural yang terjadi secara sementara di kerangka waktu tertentu. Suatu ruang arsitektural menjadi ephemeral karena kompatibilitas yang membuat ruang tersebut bisa hadir di lingkung-bangun hanya terjadi secara sementara. In-compatibility terbagi menjadi dua bagian yang berkaitan erat satu sama lain, yaitu keadaan potensial (potential circumstance) dan spatial assemblage. Keadaan potensial adalah kondisi khusus dari lingkung-bangun yang hadir melalui perpotongan antara berbagai lapisan pengkondisian. Spatial assemblage adalah proses pembentukan-pembongkaran ruang arsitektural yang dilakukan dengan berdasarkan pada keadaan potensial. Inti yang menghubungkan keadaan potensial dan spatial assemblage di dalam konsep in-compatibility adalah ketersediaan sumber daya (resources) dan batasan (constraint).

ABSTRACT
This study discusses the contextual value of ephemeral architecture. Ephemeral architecture positioned as a concept that can explain the dynamism between the built environment and architectural space. The research question is how architectural space can appear dan disappear in an incompatible built environment. The question emphasizes on: 1) first, the connectedness between the particular condition of the built environment and architectural space that appear-disappear inside it; 2) second, the appear-disappear process of architectural space in the built environment, along with various components that involved in the process. Using Straussian grounded theory approach, and morphogenesis and assemblage as a theoretical lens, this study investigates the occurrence of a cluster of trader space in Sunda Kelapa mosque courtyard. This study proposed in-compatibility as the central concept to explain the ephemerality of architectural space that occurs in a certain built environment. In-compatibility is compatibility between the built environment and architectural space that occurs in a particular time frame. Architectural space becomes ephemeral because of the compatibility that allows the space to occur in the built environment only happen temporarily. In-compatibility consists of two parts that closely connected each other, which is: potential circumstance and spatial assemblage. Potential circumstance is a particular condition of a built environment that occur through the intersection between several layers of conditioning. Spatial assemblage is an assembly-disassembly process of architectural space that performed based on the potential circumstance. The core that links the potential circumstance and spatial assemblage within the concept of in-compatibility is the availability of resources and constraint.

"
2019
D2754
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tahlia Salima Motik
"ABSTRAK
Penelitian berjudul ?Snapchat: Alasan Dibalik Kebiasaan Ephemeral Messaging Antara Remaja di Jakarta? membahas tentang penggunaan Snapchat dari responden, fitur yang membuat Snapchat berbeda dari media sosial lain, dan bagaimana ?ephemeral messaging? menjadi kebiasaan antara mereka. Penelitian kualitatif ini mencoba untuk menganalisis hal tersebut menggunakan wawancara mendalam sebagai metodenya. Responden terdiri dari wanita dan pria remaja yang tinggal di Jakarta dan dapat dikategorikan sebagai pengguna aktif Snapchat. Hasil dari penelitian ini didasarkan dengan 2 tema dari teori Simbolik Interaksi (SI); Pentingnya Konsep Diri dan Hubungan antara individu dan masyarakat, dan Teori Media Ekologi. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa responden menggunakan Snapchat untuk mengekspresikan diri mereka dan untuk ?eksis? dengan cara yang baik.

ABSTRACT
The research titled ?Snapchat: The Reasons Behind the Habit of Ephemeral Messaging Amongst Young Adults in Jakarta? discusses about the Snapchat?s usage of the respondents, feature that makes Snapchat different from other social media, and how ephemeral messaging became a habit among them. This qualitative research tries to analyze it by using in-depth interview as its data sampling method. The respondents are consisted of male and female young adults who live in Jakarta and categorized as active Snapchat users. According to Erik Erikson?s theory of psychosocial development, young adults entail 20 ? 24 year olds (Newman and Newman, 2011, p.69). The result of this research is based on two themes of Symbolic Interaction (SI) Theory; The Importance of the Self-Concept and The Relationship between the Individual and Society, and Media Ecological Theory. In conclusion, the respondents use Snapchat to express themselves and to be ?exist? in a good way
"
2016
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Anisa Novita Sari
"Bangunan peribadatan merupakan ruang sosial yang digunakan sebagai tempat untuk melakukan berbagai kegiatan sosial, baik secara individu maupun komunal. Pemaknaan ruang ephemeral dapat dilihat melalui kehadiran ruang dalam jangka waktu tertentu selama suatu kegiatan berlangsung, dan akan menghilang setelah mewujudkan fungsi dan tujuan dari individu yang membentuk ruang. Kelenteng merupakan salah satu bangunan peribadatan memiliki ruang-ruang yang disusun atas kepercayaan, nilai dan konsep filosofis kebudayaan Cina, sehingga di dalamnya juga terdapat tingkatan hierarki serta makna. Kajian ini secara khusus akan membahas mengenai tingkatan hierarki ruang pada Vihara Tri Ratna, mulai dari sakral hinggal profan dan juga makna yang terbentuk pada ruang terbuka sebagai area yang aktif digunakan untuk ritual sembahyang individu ataupun komunal. Melalui tahapan pengumpulan sumber data, pengolahan sumber data dengan memasukkan konteks ke dalamnya untuk memperoleh bukti arkeologis, serta interpretasi, penelitian ini bertujuan untuk melihat hierarki ruang pada kelenteng, serta makna ruang yang dapat ditelusuri melalui elemen-elemen pembentuk ruang ephemeral dengan melihat ruang terbuka sebagai frontier and bridge dan juga theatre of action. Hasil kajian ini menunjukkan bahwa adanya dualitas makna antara frontier and bridges menjadi theatre of action, antara ruang semi-sakral menjadi sakral, pada saat ruang ephemeral terbentuk dan hilang.

Religious building is a social space used for various social activities, individually and communally. The meaning of ephemeral space could be seen through the presence of space in certain period of time during an activity and will disappear after the purpose of the created space has been finished. Chinese temple is one of religious building consist of spaces which are arranged based on the belief, values, and philosophical concept of Chinese culture, and there are also levels of hierarchy and meaning in it. This study will specifically discuss about the level of spacial hierarchy in Vihara Tri Ratna, start from the sacred area to the profane, and the meaning of the temple’s open space which is actively used for individual and communal ritual prayer. Through a series of method consist of data gathering, processing data by applying context in order to be archaeological evidence, and interpretation, this paper aim to see the hierarchy of the Chinese temple’s spaces, as well as the meaning of space which could be traced through the formed element of an ephemeral space by seeing temple’s open space as ‘frontier and bridges’ and ‘the theatre of action’. The results of the study indicate a duality of meaning between frontier and bridges to become the theatre of action, between semi-sacred space to sacred, at a certain point when ephemeral space is appeared and disappeared."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Cynthia Dewi
"Perkembangan masyarakat yang semakin modern, membuat masyarakat semakin kritis dan secara tidak langsung menuntut keberadaan suatu media massa untuk lebih dapat memenuhi kebutuhan masyarakat sebagai pengguna media. Radio, sebagai salah satu media komunikasi massa turut mengalami kondisi tersebut. Keunggulan radio yang portable, dan tidak memerlukan persyaratan khusus, , membuat radio memiliki khalayak pendengar yang luas, heterogen dan anonim, dan dengan berbagai ciri demografis, psikografis, gaya hidup, minat dan orientasi yang berbeda. Persaingan antar stasiun radio sebagai akibat perkembangan bisnis media massa di Indonesia menuntut stasiun radio mengembangkan siarannya melalui spesialisasi khalayak. Khalayak yang terspesialisasi ini dianggap memiliki ciri-ciri dan karakteristik yang tidak terlalu beragam. Sehingga pada akhirnya stasiun radio tersebut dapat menyusun dan menyajikan program sesuai dengan target khalayaknya. Radio Trijaya adalah salah satu stasiun radio swasta yang memiliki spesialisasi khalayak, yaitu profesional muda. mereka ini sekelompok khalayak profesional, berusia muda antara 25 - 40 tahun, berasal dari kelas sosial menengah atas dan bergaya hidup kosmopolitan dengan tingkat intelektualitas yang tinggi. Profesional muda dengan ciri dan karakteristiknya menuntut radio Trijaya untuk dapat menjalankan fungsinya sebagai media komunikasi massa, yaitu sebagai sarana kontrol sosial, pendidikan, penerangan, kebudayaan, persuasi, dan hiburan. Khalayak profesional muda ini menuntut stasiun radio yang lebih dari sekedar media hiburan biasa, melainkan teman dialog yang pas, dalam pengertian memberikan informasi-informasi aktual yang bermanfaat dan menghibur. Diharapkan tuntutan tersebut dapat dipenuhi dalam setiap program siaran yang ditampilkan. Penelitian ini berusaha untuk melihat pendapat responden tentang program acara di radio Trijaya. Penelitian ini dibatasi pada pendapat khalayak pendengar profesional muda dan non-profesional muda mengenai 7 program unggulan di akhir pekan. Metode penelitian yang dipakai adalah metode survei atas sekelompok sampel yang ditentukan secara sengaja, berdasarkan ciri-ciri dan karakteristik sebelumnya. Peneliti pendapatnya melalui Pertanyaan tersebut khalayak yang telah ditentukan menentukan pertanyaan meliputi 100 responden untuk ditanyai berstruktur pendapat dalam kuesioner. khalayak mengenai 4 unsur penting dalam suatu program acara, yaitu penyiar, materi acara, musik, dan cara penyajian. Hasil penelitian menunjukan adanya perbedaan pendapat responden profesional muda dan responden non profesional muda, yang sangat dipengaruhi oleh gaya hidup dan selera masing-masing khalayak. Meskipun demikian secara umum mereka memberikan pendapat yang positif. Dari 4 unsur pendukung program acara yang diukur dalam penelitian ini, unsur topik/materi acara mendapat penilaian positif. Topik/materi acara yang disajikan dinilai cukup sesuai dengan suasana akhir pekan, cukup menghibur dan cukup bermanfaat. Beberapa topik/materi acara yang merupakan program acara impor, menampilkan penyiar berkebangsaan asing, dan menggunakan bahasa asing sebagai bahasa pengantar dinilai kurang sesuai dengan suasana akhir pekan. Penyiar berkebangsaan asing dinilai belum dapat menyesuaikan diri dengan khalayak pendengar. Sedangkan penggunaan bahasa asing dinilai menimbulkan suasana hari-hari kerja dan kesan serius. Memang pada kenyataannya, bahasa asing digunakan dalam urusan bisnis/pekerjaan seharihari. Tiga unsur pendukung lainnya, gaya penyiar, musik , dan cacara penyajian belum mendapat penilaian positif. Ketiga unsur ini dinilai belum memenuhi kriteria yang diharapkan khalayak pendengar di akhir pekan, belum dapat menimbulkan suasana santai dan menghibur."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1995
S4137
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Thaza Theresia Georly
"[Ada suatu kualitas pada asap yang sangat menarik terkait kemampuannya memanipulasi realitas pada ruang tempatnya hidup. Sebagai sebuah objek yang seringkali dikaitkan dengan pengalaman visual, perubahan yang dihasilkan oleh asap sesungguhnya dapat dilihat sebagai fenomena imersi yang terjadi secara natural. Maka dari itu dampaknya tak hanya berhenti pada mata tapi bahkan mampu mempengaruhi seluruh tubuh dalam mengalami ruang. Asap sebagai sebuah objek ephemeral yang eksistensinya lepas dari ruang, dapat pula menjadi salah satu bagian dari interioritas karena sifat yang dibawanya tersebut. Tugas akhir ini merupakan penelitian terhadap sistem kerja asap, terkait potensinya dalam menciptakan imersi melalui layer of opacity. Kemudian hasilnya diterapkan sebagai sebuah metode perancangan ruang secara utuh. Memperlakukan program, form dan realitas secara sinambung dengan basis riset dan eksperimen terhadap suatu objek ephemeral.

There is very interesting quality in fog related to its ability to manipulate reality in the space in which they/it exist. As an object that is often associated with visual experience, the fog transformation can actually be seen as an immersion phenomenon that occurs naturally. Thus the impact does not stop only as a visual experience, it can affect the entire body in experiencing the space. Fog as an ephemeral object whose existence is separated from space, can also be one part of interiority because of its immersion characteristic. This final project is a study of the working system of fog, related its potentials in creating immersion through a layer of opacity. Then the results are applied as a method of space design as a whole. Treating the program, form, and the reality continuously with the basis of research and experiments on an ephemeral object., There is very interesting quality in fog related to its ability to manipulate reality in the
space in which they/it exist. As an object that is often associated with visual experience, the
fog transformation can actually be seen as an immersion phenomenon that occurs naturally.
Thus the impact does not stop only as a visual experience, it can affect the entire body in
experiencing the space. Fog as an ephemeral object whose existence is separated from space,
can also be one part of interiority because of its immersion characteristic.
This final project is a study of the working system of fog, related its potentials in
creating immersion through a layer of opacity. Then the results are applied as a method of
space design as a whole. Treating the program, form, and the reality continuously with the
basis of research and experiments on an ephemeral object.]"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Anisa Novita Sari
"Bangunan peribadatan merupakan ruang sosial yang digunakan sebagai tempat untuk melakukan berbagai kegiatan sosial, baik secara individu maupun komunal. Pemaknaan ruang ephemeral dapat dilihat melalui kehadiran ruang dalam jangka waktu tertentu selama suatu kegiatan berlangsung, dan akan menghilang setelah mewujudkan fungsi dan tujuan dari individu yang membentuk ruang. Kelenteng merupakan salah satu bangunan peribadatan memiliki ruang-ruang yang disusun atas kepercayaan, nilai dan konsep filosofis kebudayaan Cina, sehingga di dalamnya juga terdapat tingkatan hierarki serta makna. Kajian ini secara khusus akan membahas mengenai tingkatan hierarki ruang pada Vihara Tri Ratna, mulai dari sakral hinggal profan dan juga makna yang terbentuk pada ruang terbuka sebagai area yang aktif digunakan untuk ritual sembahyang individu ataupun komunal. Melalui tahapan pengumpulan sumber data, pengolahan sumber data dengan memasukkan konteks ke dalamnya untuk memperoleh bukti arkeologis, serta interpretasi, penelitian ini bertujuan untuk melihat hierarki ruang pada kelenteng, serta makna ruang yang dapat ditelusuri melalui elemen-elemen pembentuk ruang ephemeral dengan melihat ruang terbuka sebagai frontier and bridge dan juga theatre of action. Hasil kajian ini menunjukkan bahwa adanya dualitas makna antara frontier and bridges menjadi theatre of action, antara ruang semi-sakral menjadi sakral, pada saat ruang ephemeral terbentuk dan hilang.

Religious building is a social space used for various social activities, individually and communally. The meaning of ephemeral space could be seen through the presence of space in certain period of time during an activity and will disappear after the purpose of the created space has been finished. Chinese temple is one of religious building consist of spaces which are arranged based on the belief, values, and philosophical concept of Chinese culture, and there are also levels of hierarchy and meaning in it. This study will specifically discuss about the level of spacial hierarchy in Vihara Tri Ratna, start from the sacred area to the profane, and the meaning of the temple’s open space which is actively used for individual and communal ritual prayer. Through a series of method consist of data gathering, processing data by applying context in order to be archaeological evidence, and interpretation, this paper aim to see the hierarchy of the Chinese temple’s spaces, as well as the meaning of space which could be traced through the formed element of an ephemeral space by seeing temple’s open space as ‘frontier and bridges’ and ‘the theatre of action’. The results of the study indicate a duality of meaning between frontier and bridges to become the theatre of action, between semi-sacred space to sacred, at a certain point when ephemeral space is appeared and disappeared."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Bandung: FISIP-UNPAD, 1997
324.91 PEM
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Wiranto Arismunandar
Jakarta: Pradnya Paramita, 1981
657.75 WIR p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Rachman Pamungkas
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2010
T27259
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>