Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 11198 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Pierce, Patricia J.
Chicago: American Medical Association, 1978
362.11 PIE c
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Nenden Diana Rose
"ABSTRAK
Nama : Nenden Diana RoseProgram Studi : Kajian Administrasi Rumah sakitJudul : Pengembangan Subsistem Upaya Kesehatan Perorangan UKP Tingkat Rujukan Rumah Sakit di WilayahKota Serang Tahun 2017Tesis ini membahas tentang pengembangan upaya kesehatan perorangan UKP tingkat rujukan rumah sakit di Kota Serang yang berdasarkan pada kebutuhantempat tidur TT rumah sakit di Kota Serang. Penelitian ini adalah penelitianoperasional dengan desain penelitian adalah penelitian kuantitatif yang bersifatdeskriptif-analitik dengan menggunakan data sekunder serta penelitian kualitatifberupa wawancara mendalam kepada sejumlah informan. Hasil penelitianmenyarankan pengembangan UKP tingkat rujukan dengan pemenuhankekurangan tempat tidur di rumah sakit Kota Serang dengan membangunbeberapa rumah sakit kelas C dan D yang memenuhi aspek pemerataan ke seluruhkecamatan di Kota Serang, pemerataan BOR bagi seluruh rumah sakit yang ada diKota Serang serta pelaksanaan rujukan berjenjang.Kata kunci :Kebutuhan tempat tidur rumah sakit, pengembangan UKP tingkat rujukan

ABSTRACT
Name Nenden Diana RoseStudi Hospital Administration StudyTitle Development of Upaya Kesehatan Perorangan UKP orIndividual Health Efforts on Referral Hospital in Serang City2017This thesis exemined the development of upaya kesehatan perorangan UKP orindividual health efforts on referral hospital in Serang city, based on the needs ofhospital beds. The research using operational research methods which designedwith a descriptive analytic quantitative scheme using secondary data andqualitative research with in depth interview to some of resource person.The research output suggests a development of UKP on referral hospital inSerang city concerning the fulfilment of bed shortage in hospitals by buildingsome C and D hospital class that meet aspects of equity to all districts in Serangcity, equity of bed occupancy rate BOR to all hospitals in Serang city, andapplication of stratified hospital referrals.Keywords Hospital bed needs, development of UKP on referral hospital."
2017
T47833
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andrio Wishnu Prabowo
"Latar belakang: Insufisiensi vena kronis IVK derajat berat atau C5-C6 membutuhkan penatalaksanaan yang lebih kompleks dan membawa dampak morbiditas yang lebih berat akibat lamanya waktu pengobatan dan angka rekurensi yang tinggi. Hal ini menyebabkan biaya pengobatan yang tinggi dan menurunkan kualitas hidup penderita. Tata laksana definitif IVK C5-C6 telah mengalami pergeseran dari terapi non operatif terapi kompresi dan medikamentosa menjadi terapi operatif dengan teknik non invasif seperti ablasi endovena. Namun karakteristik pasien IVK di Indonesia berbeda dengan di negara maju, dimana sebagian besar pasien datang pada stadium lanjut atau C5-C6. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan evaluasi terhadap jenis terapi yang diberikan baik terapi definitif maupun terapi perawatan luka, sehingga didapatkan penanganan IVK C5-C6 yang sesuai dengan karakteristik pasien di Indonesia.
Metode penelitian: Studi potong lintang analitik dilakukan dengan mengambil total sampel 54 pasien IVK C5-C6 yang datang ke RSCM pada periode Januari 2014-Desember 2015. Pasien IVK yang disertai dengan insufisiensi arteri, insufisiensi vena dalam, dan kelainan kulit akibat penyakit kulit primer, keganasan, trauma dieksklusi. Analisis statistik diolah dengan SPSS 21 for windows, untuk menilai keluaran dari terapi definitif berupa angka rekurensi dan lama rawat.
Hasil penelitian: Angka kekambuhan pasien IVK C5-C6 dengan terapi operatif lebih rendah dibandingkan dengan terapi non operatif yakni 7,1 berbanding 30,8 dalam follow up selama 2 tahun dengan nilai p 0,02 dan OR 0,17 95 IK 0,03-0,91 . Lama perawatan rerata pasien IVK C5-C6 pada kelompok terapi operatif selama 10,6 hari dan kelompok non operatif selama 14,8 hari.
Kesimpulan: Angka kekambuhan pasien IVK C5-C6 yang memperoleh terapi definitif operatif lebih rendah dari yang hanya memperoleh terapi non operatif dalam evaluasi selama 1-2 tahun.

Background: Severe degree C5 C6 of chronic venous insufficiency CVI require complex management and bring severe morbidity due to long duration of treatment and high recurrence rate. This leads to high treatment costs and interfered quality of patients life. Management of CVI C5 C6 in developed countries has changed from non operative therapy to operative therapy with non invasive technique, i.e. endovascular treatment. In Indonesia CVI patient characteristics differ from developed countries, where the majority of patients come at advanced stage or C5 C6. This study aims to evaluate the management of CVI C5 C6, both definitive therapy and also wound care techniques, to afford an appropriate treatment in accordance with the characteristics of the patients in Indonesia.
Method: a cross sectional analytic study carried out by taking the total sample of 54 patients who came with CVI C5 C6 to Cipto Mangunkusumo Hospital in the period of January 2014 December 2015. Those accompanied by arterial insufficiency, deep venous insufficiency, and skin disorders due to primary skin disease, malignancy, trauma were excluded. Statistical analysis is processed with SPSS 21 for windows, to assess the outcome of the definitive therapy in the form of recurrence rates and length of stay.
Results: Recurrence rate of CVI C5 C6 patients with operative therapy is lower than non operative therapy which is 7.1 versus 30,8 in 2 year follow up with p value of 0.02 and OR 0.17 95 CI 0, 03 .91 . The mean treatment duration CVI C5 C6 patients in the operative therapy group is 10.6 days and non operative group is 14.8 days.
Conclusions: Recurrence rate of CVI C5 C6 patients who obtain definitive operative therapy was lower than non operative therapy group in the evaluation for 1 2 years.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yemima Lazurit Abigael
"Latar Belakang: Hipospadia mengenai 18,6 dari 10.000 angka kelahiran di Eropa pada tahun 2001 sampai dengan 2010. Pasien hipospadia ditatalaksana dengan pembedahan. Terjadinya pandemi menurunkan lama rawat inap pada pasien hipospadia, sehingga dapat berpengaruh terhadap terjadinya komplikasi. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan lama rawat inap dan komplikasi pasca pembedahan hipospadia sebelum dan saat pandemi COVID-19. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan desain potong-lintang menggunakan dari data rekam medis pasien rawat inap pasca pembedahan hipospadia di RSCM yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Sebanyak 152 subjek sebelum pandemi (1 Januari 2017 hingga 31 Desember 2018) dan 152 subjek saat pandemi (11 Maret 2020 hingga tanggal 31 Desember 2021). Uji statistik yang digunakan adalah uji T tidak berpasangan untuk lama rawat inap dan uji fishcer untuk komplikasi. Hasil: Rerata lama rawat inap pasca pembedahan pada sebelum pandemi Covid-19 adalah sebesar 4,611 hari dan rerata lama rawat inap pasca pembedahan pada saat pandemi Covid-19 sebesar 3,269 hari (p < 0,001) signifikan. Terdapat perbedaan rerata lama rawat inap sebelum dan saat pandemi Covid- 19. Hubungan antara pandemi Covid-19 dengan komplikasi secara keseluruhan (p = 1,000) tidak signifikan. Kesimpulan: Terdapat hubungan bermakna sebelum dan saat pandemi Covid-19 dengan lama rawat inap pasca tatalaksana pembedahan dan tidak terdapat hubungan bermakna antara sebelum dan saat pandemi Covid-19 dengan komplikasi.

Background: Hypospadias affected 18.6 out of 10,000 births in Europe from 2001 to 2010. Hypospadias patients are treated with disease. The occurrence of a pandemic reduces the length of stay in hypospadias patients, so it can influence the occurrence of complications. Objective: This study aims to analyze differences in length of stay and complications after stopping hypospadias before and during the COVID-19 pandemic. Method: This research is an analytical observational study with a cross-sectional design using medical record data from inpatients after hypospadias stenosis at RSCM who meet the inclusion and exclusion criteria. includes 152 subjects before the pandemic (1 January 2017 to 31 December 2018) and 152 subjects during the pandemic (11 March 2020 to 31 December 2021). The statistical tests used were the unpaired T test for length of stay and the Fishcer test for complications. Results: The average length of stay after surgery before the Covid-19 pandemic was 4,611 days and the average length of stay after surgery during the Covid-19 pandemic was 3,269 days (p < 0.001), which is significant. There is a difference in the average length of stay before and during the Covid-19 pandemic. The relationship between the Covid-19 pandemic and overall complications (p = 1,000) was not significant. Conclusion: There is a significant relationship before and during the Covid-19 pandemic with length of stay after surgical treatment and there is no significant relationship between before and during the Covid-19 pandemic and complications."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Niswatus Sholihah
"ABSTRACT
Bed Occupancy Rate BOR merupakan salah satu outputkoordinasi perawatan untuk mencapai outcome efisiensi dalam rumah sakit.Bed Occupancy Rate BOR di Instalasi Rawat Inap Kelas 3 RS Kanker Dharmais mengalami penurunan setelah terjadi penambahan tempat tidur di kelas 1 pada tahun 2016. Namn penurunan tersebut tidak diikuti dengan penurunan jumlah pasien rawat inap dan jumlah hari perawatan. Tujuan dari penelitian ini adalah diketahuinya variabel- variabel input kerangka kinerja rumah sakit yang menyebabkan Bed Occupancy Rate BOR di Instalasi Rawat Inap Kelas 3 RS Kanker Dharmais dibawah standar 60-85 . Penelitian ini dilakukan selama bulan Mei ndash; Juli 2017, menggunakan penelitian kualitatif dengan metode analisis depkriptif yang melibatkan wawancara mendalam terhadap 6 informan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel- variabel input kinerja rumah sakit yang berpengaruh signifikan dalam pencapaian Bed Occupancy Rate BOR adalah varaibel kepemimpinan dan sumber daya. Variabel kepemimpinan yang menyebabkan penurunan Bed Occupancy Rate BOR karenaketidakefektifan pembagian struktur organisasi Instalasi Rawat Inap menjadi 2 bagian, kualifikasi kepala Instalasi tidak sesuai dengan Pedoman Pelayanan Instalasi Rawat Inap, dan Pemimpin kurang melakukan komunikasi efektif, Variabel input kinerja rumah sakit lainnya tidak berpengaruh signifikan terhadap penurunan Bed Occupancy Rate BOR di Instalasi Rawat Inap Kelas 3 RS Kanker Dharmais. Diharapkan dengan diketahuinya faktor- faktor tersebut, bisa menjadi evaluasi untuk mencapai efisiensi dalam rumah sakit.

ABSTRACT
Bed Occupancy Rate BOR is one of the outputs of coordination of care to achieve the outcome of hospital efficiency. Bed Occupancy Rate BOR at the Inpatient Installation Class 3 Dharmais Cancer Hospital decreased after the addition of a first class bed in 2016. Decrease of Bed Occupancy Rate BOR number was not equally means the drop of patients number and inpatient day. So the purpose of this research is to know the variable of input of hospital performance framework causing Bed Occupancy Rate BOR at Inpatient Installation Class 3 Dharmais Cancer Hospital under 60 85 standard. This research was conducted in May to July 2017, using qualitative method with depth interview of 6 informants. The results showed that the variable of hospital performance input which have significant effect on the achievement of Bed Occupancy Rate BOR is the leadership and resource variables Leadership variable causing the decrease of Bed Occupancy Rate BOR due to the ineffective division of organizational structure Inpatient Installation into 2 parts , The qualification of the head of the Installation is not in accordance with the Inpatient Installation Service Guideline, and the Leader lacks effective communication. Other hospital performance input variables have no significant effect on the decrease of Bed Occupancy Rate BOR in the Inpatient Installation Class 3 Dharmais Cancer Hospital. Expected by knowing these factors, it could be an evaluation to achieve hospital efficiency. "
2017
S70020
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Retna Mustika Indah
"ABSTRAK
Penyakit infeksi masih merupakan masalah kesehatan di Indonesia. Kemampuan rumah sakit dalam menegakkan diagnosis untuk penyakit menular masih terbatas sehingga seringkali memperpanjang lama hari rawat pasien di rumah sakit. Keterbatasan ini seringkali menyebabkan beberapa penyakit infeksi tidak terdiagnosis atau didiagnosis sebagai penyakit lain. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan ketidaksesuaian diagnosis pada 5 penyakit infeksi terpilih dengan lama rawat inap. Menggunakan data sekunder, penelitian kuantitatif ini mengamati pasien dengan demam rawat inap di 7 RS Kelas A, dimana diagnosis etiologisnya adalah dengue, salmonella, rickettsia, leptopsira, dan chikunguya. Hasil penelitian menunjukkan adanya ketidaksesuaian diagnosis, terutama pada penyakit seperti riketsiosis, chikungunya, dan leptospirosis. Rata-rata hari rawat inap untuk masing-masing penyakit berkisar 5-8 hari. Pada dengue, ketidaksesuaian diagnosis dan lama rawat inap tidak berhubungan, sedangkan pada tifoid dan leptospirosis pasien dengan diagnosis tidak sesuai, dapat dirawat lebih singkat.

ABSTRACT
Infectious diseases are still become the main health problem in Indonesia. Capabilities of hospitals in determining diagnosis of infectious diseases are still limited, and in many cases create prolong days of hospital inpatient care. This limitation may cause several infectious diseases undetected or often misdiagnosed with other diseases. The result of this study demonstrated the correlation between discrepancies in diagnosis and hospitalization days in 5 infectious diseases dengue fever, chikungunya, typhoid, rickettsiosis, and leptospirosis. Using a secondary data, this quantitative method specifically examines hospital patients with fever in seven class A hospital. The study results found that there is inconsistency of diagnosis, especially for disease of riketsiosis, chikungunya, dan leptospirosis. The average length of stay in hospital was ranging from 5 to 8 days. In dengue, diagnosis discrepancies were found to be unrelated to the hospitalization days, while in typhoid and leptospirosis, patients who had been misdiagnosed had shorter hospitalization days. "
2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Egydhia Zalfa Salsabila
"Severe Acute Respiratory Infection (SARI) merupakan salah satu tantangan kesehatan masyarakat karena dapat memicu epidemi, mulai dari H1N1 hingga pandemi Covid-19. Oleh sebab itu, diperlukan informasi yang dapat membantu perencanaan layanan kesehatan, terutama untuk mengantisipasi beban penyakit SARI. Namun, studi mengenai karakteristik pasien dan lama rawat inap pasien SARI masih terbatas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui lama rawat inap dan faktor-faktor yang berhubungan dengan lama rawat inap pasien SARI di rumah sakit sentinel di Indonesia. Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional, menganalisis data sekunder dari surveilans sentinel SARI selama Januari 2020 hingga Desember 2023. Analisis dilakukan terhadap seluruh kasus yang tercatat dalam sistem surveilans SARI dan memenuhi definisi kasus SARI, serta memiliki informasi tanggal masuk dan keluar rumah sakit, kecuali pasien pulang paksa, dirujuk, atau masih dirawat. Terdapat 2.127 kasus SARI yang diikutsertakan dalam penelitian. Median lama rawat pasien SARI adalah 5 hari. Faktor-faktor yang berhubungan dengan lama rawat inap lebih dari median (>5 hari) dan bermakna secara statistik adalah adanya komorbiditas (POR untuk satu jenis komorbiditas: 2,34; CI 95%: 1,85—2,98; dan POR untuk lebih dari satu komorbiditas: 1,93; CI 95%: 1,51—2,46), memiliki gejala sakit tenggorokan (POR: 1,30 ; CI 95%: 1,063—1,58), sesak napas (POR: 1,48; CI 95%: 1,24—1,76), perawatan di ruang intensif (POR = 2,28; CI 95%: 1,63—3,20), penggunaan ventilator (POR: 1,56; CI 95%: 1,09—2,22), dan intubasi (POR: 3,62; CI 95%: 1,76—7,42). Kelompok umur <1 tahun (POR: 0,55; CI 95%: 0,43—0,70), 1—4 tahun (POR: 0,33; CI 95%: 0,25—0,45), dan 5—14 tahun (POR: 0,35; CI 95%: 0,26—0,47), serta gejala mual/muntah (POR: 0,80; CI 95%: 0,66—0,96) menunjukkan rawat inap lebih singkat. Penelitian ini menyoroti pentingnya melakukan pemantauan lebih ketat, terutama untuk kasus-kasus yang berpotensi mengalami hari rawat lebih panjang sehingga dapat mengurangi beban perawatan di rumah sakit. Selain itu, memastikan pemenuhan sarana dan prasarana kesehatan, termasuk dengan alat ventilator di setiap rumah sakit sentinel, serta meningkatan kesadaran pasien, seperti mematuhi anjuran dari tenaga kesehatan untuk mencegah lama rawat inap yang lebih panjang.

Severe Acute Respiratory Infection (SARI) is one of the public health challenges as it can trigger epidemics, ranging from H1N1 to the Covid-19 pandemic. Therefore, there is a need for information that can assist with health care planning, specifically in the anticipation of the disease burden associated with SARI. However, studies on the characteristics of patients and the length of hospitalization for SARI patients remain scarce. This research aims to identify length of stay and factors associated with the length of stay for SARI patients in sentinel hospitals in Indonesia. This research utilizes a cross-sectional design and analyzes secondary data from sentinel SARI surveillance from January 2020 to December 2023. The analysis was conducted on all cases recorded in the SARI surveillance system and meeting the SARI case definition, as well as having information on admission and discharge dates, except for patients who were discharged against medical advice or referred elsewhere.  There were 2.127 SARI cases included in the study. The median length of hospitalization for SARI patients was 5 days. Factors associated with a hospitalization duration that exceeded the median (>5 days) included the presence of comorbidity (POR of single comorbidity: 2.34; 95% CI: 1.85-2.98; and POR of multiple comorbidities: 1.93; CI 95%: 1.51—2.46), symptoms of sore throat (POR: 1.30; CI 95%: 1.063—1.58), shortness of breath (POR: 1.48; CI 95%: 1.24—1.76), intensive care treatment (POR = 2.28; CI 95%: 1.63—3.20), ventilator use (POR: 1.56; CI 95%: 1.09—2.22), and intubation (POR: 3.62; CI 95%: 1.76—7.42).  The age group (<1 year (POR: 0.55; CI 95%: 0.43—0.70); 1—4 years (POR: 0.33; CI 95%: 0.25—0.45); and 5—14 years (POR: 0.35; CI 95%: 0.26—0.47), as well as symptoms of nausea/vomiting (POR: 0.80; CI 95%: 0.66—0.96) showed shorter hospitalization periods. This research highlights the importance of closer monitoring, particularly for cases that are likely to experience a longer hospitalization period, which can reduce the burden of treatment in hospitals. In addition, it is crucial to ensure adequate health facilities and infrastructure, including ventilators at each sentinel hospital, as well as to increase patients' awareness, such as complying wirh healthcare provider recommendations to prevent prolonged hospitalization."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nandita Melati Putri
"ABSTRACT
Latar belakang. Kadar laktat dalam plasma darah merupakan indicator adanya hipoksia seluler. Sementara pada pasien luka bakar proses inflamasi tidak hanya mempengaruhi bagian tubuh yang terkena luka bakar tetapi mengubah respon sistemik tubuh. Pasien dengan luka bakar derajat sedang akan memiliki kadar laktat yang melebihi kadar noermal, pengukuran kadar laktat yang berulang akan embantu dalam menilai respon terhadap terapi yang diberikan. Penelitian ini dilakukan untuk mengukur kadar lakat di masa awal cedera dan hubungannya dengan komplikasi sepsis dan angka mortaitas.
Metodologi. Studi dilakukan secara retrospektif di Unit Luka Bakar Ciptomangunkusumo. Pasien dengan luka bakar derajat sedang akibat api atau air panas yang datang dalam rentang waktu 24 jam pertama dari bulan jauari 2012 hingga januari 2013 dimasukkan dalam studi ini. Kriteria inklusi adalah pasien dilakukan pemeriksaan lakatat saat 24 jam pertama dan setidaknya 2 kali selama rawat inap. Nilai laktat normal didefinisikan sebagai 1 ± 0.5 mmol/l.
Hasil. Dalam 12 bulan studi ini terdapat 20 pasien yang masuk dalam kriteria inklusi. Perbandingan antara pria dan wanita adalah 16 :4. Usia rata-rata pasien adalah 30.55 tahun. Rerata luas luka bakar adalah 25.38 persen. Dalam 24 jam pertama kadar laktat meningkat dalam 75% pasien, dan pasien-pasien tersebut memiliki angka morbiditas sepsis yang lebih tinggi.
Kesimpulan. Lactate value is a good predictor outcome for sepsis and mortality in burn patients.

ABSTRACT
Background: Lactate is a marker for cellular hypoxia. In burn patients the inflammation process not only affect the local wound but also affects the systemic response.,thus the increased value of lactate. Patients with moderate burn can have a higher level of lactate than normal value. Serial lactate measures can also help assess response to therapy that has been given. This study was made to assess whether the early plasma lactate (PL) level is a useful biomarker to predict septic complications and outcome in burn patients, Material and methods.
The study is done retrospectively in a burn center in ciptomangunkusumo hospital. Moderate burn patients due to thermal injury admitted within 24 hours post burn injury, from january 2012 to january 2013, were included. The inclusion criteria is the plasma lactate was measured early in the first 24 hours and controlled more than twice during the patients stay in the hospital. The normal lactate value was defined as 1 ± 0.5 mmol/l.
Results. During the 12?month period of study, 20 patients were enrolled. Seixteen of them were male and four were female. The mean age was 30.55 years old. The average burn surface area was 25.38 percent. During the first 24 hour in burn patients the plasma lactate value more than normal was 75 percent. In those patients the results of sepsis and mortality rate is higher.
Conclusion. Lactate value is a good predictor outcome for sepsis and mortality in
burn patients.
"
2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sitanggang, Parulian Thomas Habuktian
"Latar Belakang : Pelayanan di Instalasi Gawat Darurat (IGD) adalah jantung dari sebuah pelayanan rumah sakit dan memainkan peran penting dalam menyelamatkan pasien nyawa pasien. Emergency Departement Length of Stay (ED LOS) atau yang lebih dikenal dengan waktu tunggu merupakan waktu yang diukur saat pasien diputuskan oleh dokter atau tenaga kesehatan lainnya untuk masuk ke IGD hingga pasien pulang atau pindah ke ruangan.
Tujuan : Tesis ini menganalisis dan melakukan intervensi terhadap lamanya length of stay pasien IGD ke rawat inap di RSUD Kembangan dengan metode lean six sigma.
Metode Penelitian : Desain penelitian yang digunakan adalah Explanatory Sequential Mixed Methods. Desain penelitian ini menggabungkan metode penelitian kuantitatif dengan penelitian kualitatif (mixed methods).
Hasil Penelitian : Hasil penelitian menemukan bahwa akar masalah lamanya length of stay pasien IGD ke rawat inap adalah menunggu konsul DPJP, menunggu obat di apotik, dan menunggu hasil laboratorium. Peneliti melakukan perbaikan dengan metode lean six sigma dan didapatkan penurunan lead time aktivitas non-value added sebesar 60% dan penurunan lead time dari length of stay pasien IGD ke rawat inap sebesar 38,3%.

Background: Emergency Department (ED) services are at the heart of hospital services and play an important role in saving patients' lives. Emergency Department Length of Stay (ED LOS) or better known as waiting time is the time measured when the patient is decided by a doctor or other health worker to enter the emergency room until the patient goes home or moves to the room.
Objective: This thesis analyzes and intervenes in the length of stay of ED patients to inpatients at Kembangan Hospital using the lean six sigma method.
Research Methods: The research design used is Explanatory Sequential Mixed Methods. This research design combines quantitative research methods with qualitative research (mixed methods).
Research Results: The results of the study found that the root cause of the length of stay of emergency room patients to hospitalization was waiting for DPJP consul, waiting for drugs at the pharmacy, and waiting for laboratory results. Researchers made improvements using the lean six sigma method and obtained a decrease in non-value added activity lead time by 60% and a decrease in lead time from the length of stay of emergency room patients to hospitalization by 38.3%.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>