Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4749 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Randall, Geoffrey
New Delhi: Crest, 2001
658.8 Ran t
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Jessycarania Jaxentia
"Korean Wave atau Hallyu telah memasuki era 2.0 di mana fans global dari seluruh penjuru dunia dapat menikmati budaya populer Korea melalui pengalaman transmedia di media sosial. Fenomena ini kemudian mendorong meningkatnya penggunaan konsep transmedia dalam strategi branding grup K-pop sebagai aktor budaya dalam Hallyu 2.0, salah satunya adalah penerapan transmedia branding. Menggunakan metode analisis konten, penelitian ini menganalisis bagaimana AESPA membangun brand persona melalui implementasi transmedia branding pada strategi branding mereka sebagai girl group K-pop representatif di era Hallyu 2.0. Penelitian ini menemukan bahwa AESPA menerapkan konsep transmedia branding dengan menggunakan tiga elemen desain, yaitu: narasi, partisipasi, dan brand. Penerapan elemen desain ini diperkuat dengan penciptaan worldview yang secara eksklusif mewadahi narasi AESPA serta inkorporasi teknologi mutakhir yang mendorong perluasan penyampaian pesan brand secara berkelanjutan ke cakupan audiens baik di ruang virtual dan juga dunia nyata. Melalui citra, identitas, nilai, dan keunggulan dari brand AESPA yang terdefinisi melalui penerapan ketiga elemen transmedia branding tersebut, AESPA dapat memperkuat brand persona-nya sebagai “Metaverse girl group” yang membuat nilai kompetitif AESPA di lanskap industri K-pop menjadi lebih tinggi.

Korean Wave or Hallyu has entered its 2.0 era where global fans from around the world can enjoy Korean pop culture through transmedia experience in social media. This phemomenon then has led onto the increasing of transmedia concept usage on K-pop groups’ branding strategies as one of the cultural actors in Hallyu 2.0, which one of them is transmedia branding implementation. Using content analysis method, this study analyses how AESPA build their brand persona through transmedia branding implementation in their branding strategy as one of the representative K-pop girl groups in Hallyu 2.0 era. Findings found that AESPA has implemented transmedia branding concept using its three design elements, which are: narratives, participation, and brands. This three element designs impelementation is amplified by worldview building that exclusively accomodated AESPA’s narration and also advent technology incorporation that has driven expansive message dissemination continuously to audiences in virtual and also real world. Thus, through image, identity, value, and competitive values of AESPA as a brand that have been defined through transmedia branding’s elemen designs, AESPA are able to strengthen their brand persona as a “Metaverse girl group” that has significantly elevated AESPA’s competitive value in K-pop industry landscape."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Chairunnisya
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa pengaplikasian city branding Kota Bukittinggi menggunakan model pengukuran yang menghubungkan brand equity dengan pendahulunya attitude toward the brand dan brand image dan konsekuensinya brand preference , brand equity di bentuk oleh tiga dimensi yaitu brand awareness, brand loyalty, dan perceived quality. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif melalui online survey terhadap sampel 250 wisatawan yang pernah berkunjung ke Kota Bukittinggi dalam kurun waktu 1 tahun terakhir. Pengujian hipotesi mengunakan analisis SEM. Pada penelitian ini ditemukan bahwa attitude toward the brand mempengaruhi brand equity, brand equity berpengaruh pada brand preference secara positif dan signifikan, dan brand equity terdiri dari brand loyalty dan perceived quality.

ABSTRACT
The purpose of this study is to analyze the application of city branding in Bukittinggi city using a measurement model to link brand equity to its antecedents attitude toward the brand and brand image and consequences brabd preference , brand equity consists of 3 dimensions brand awareness, brand loyalty and perceived quality . The design research is quantitative with online survey as a tool to collect data from 250 tourists who travelled to Bukittinggi City in the past year. As for hypothesis testing, SEM analysis was used. The findings show that attitude toward the brand positively and significantly contributes to brand equity, brand equity positively and significantly contributes to brand preferences, and brand equity consists of brand loyalty and perceived quality."
Fakultas Eknonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2017
T51666
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Denpasar: Pemerintah Kota Denpasar, 2012
351 MEM
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Worm, Stefan
"In the quest for better differentiation of their products, many firms in B2B markets have started to systematically invest in brand building. Stefan Worm analyzes how component supplier brand strength among original equipment manufacturers’ (OEMs’) customers affects component suppliers’ market performance in their relationships with these OEMs. Further, the author determines which management instruments are effective in building, sustaining, and leveraging component supplier brand strength. The analysis relies on data collected from multiple manufacturing industries."
Wiesbaden: Gabler Verlag, 2012
e20396490
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Aufa Rozy Sabila
"Kejenuhan iklan di pasar yang kompetitif membuat brand harus melibatkan respon emosional audiens agar dapat membedakan dirinya dengan brand lain. Salah satu caranya adalah melalui indra pendengaran dengan strategi sonic branding menggunakan jingle.
Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengetahui apa saja karakteristik jingle yang beririsan dengan sonic branding sehingga dapat memaksimalkan implementasi sonic branding pada jingle. Jingle Shopee COD dipilih sebagai studi kasusnya. Konsep yang dibahas pada penelitian ini adalah sonic branding dan jingle.
Metode yang digunakan adalah studi literatur kualitatif eksplorasi pada teks-teks sonic branding dan jingle lalu analisis konten pada jingle Shopee COD.
Hasil yang ditemukan menunjukkan bahwa jingle beririsan dengan sonic branding dalam karakteristik; menggunakan suara yang dapat didengar, menyampaikan pesan emosional dan memadukan musik yang harmonis. Jingle juga dapat membuat brand mudah diingat karena tempo musiknya yang cepat, penggunaan nada familiar, hingga pemutarannya pada berbagai media yang repetitif dan konsisten.

The saturation of advertisements in a competitive market pushes brands to engage the audience's emotional response in order to differentiate themselves from others. One of the ways is through hearing sensory with a sonic branding strategy using a jingle.
his study aims to determine the characteristics of jingles that intersect with sonic branding so as to maximize the implementation of sonic branding on jingles. Jingle Shopee COD was chosen as the case study. The concepts discussed in this study are sonic branding and jingles.
The method used is an exploratory qualitative literature study on sonic branding and jingles texts and then content analysis on Shopee COD jingles.
Results showing that jingles intersect with sonic branding in characteristics; using an audible voice, conveying an emotional message and blending harmonious music. Jingles can also make brands memorable because of their fast music tempo, use of familiar tones & repeated and consistent playback on various media.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Hartika Syifa Khaerani
"Riset ini bertujuan menganalisis penerapan strategi branding dan bauran komunikasi pemasaran yang digunakan oleh Mie Instan Lemonilo dalam membangun awareness. Dalam melihat penerapan tersebut, analisis ini menggunakan 5 (lima) jenis strategi branding dari Mann & Kaur (2013) dan 9 (sembilan) model bauran komunikasi pemasaran dari Kotler & Keller (2008) dan Mukherjee & Das (2016). Metode yang digunakan dalam riset ini adalah observasi konten periode September 2021-September 2022 dari media sosial, website, dan portal pemberitaan Lemonilo. Berdasarkan hasil temuan dalam riset ini, dapat disimpulkan bahwa mie instan Lemonilo menggunakan strategi company branding dengan menekankan pada penguatan identitas dan diferensiasi produk. Lemonilo juga secara aktif menggunakan sembilan model bauran komunikasi media untuk memperluas jangkauan publikasinya dengan tiga model utama yaitu hubungan masyarakat dan publisitas, acara dan pengalaman, serta pemasaran interaktif.

This research aims to analyze the implementation of the branding strategy and marketing communication mix used by Lemonilo Instant Noodles in building awareness. In looking at the application, this analysis uses 5 (five) types of branding strategies from Mann & Kaur (2013) and 9 (nine) marketing communication mix models from Kotler & Keller (2008) and Mukherjee & Das (2016). The method used in this research is observing content for the period September 2021-September 2022 from social media, websites, and the news portal Lemonilo. Based on the findings in this research, it can be concluded that Lemonilo Instant Noodles uses a company branding strategy by emphasizing strengthening identity and product differentiation. Lemonilo also actively uses the communication mix model to expand its publications with three main models: public relations and publicity, events and experiences, and interactive marketing."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Riska Inki Fitria
"Suatu tujuan wisata, terutama di negara-negara berkembang menghadapi tantangan untuk membuat posisi tertentu yang berbeda dari tujuan lain. Sebuah cara yang potensial untuk membangun adalah dengan melihat ke dalam item yang benar-benar melekat dengan tujuan khusus pada budaya dan kearifan lokal, salah satunya adalah ikon kuliner sebagai bagian dari budaya tujuan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengamati pemahaman tentang alasan kuliner ikon dapat digunakan sebagai ikon tujuan wisata dan untuk menganalisis bagaimana ia dapat mengambil bagian dalam proses branding tujuan melalui metode kualitatif. Dengan menyelidiki pada dimensi simbolis dan fungsional kuliner ikonik dan menganalisis proses branding tujuan wisata, penelitian ini menemukan bahwa ikon kuliner memiliki hubungan erat dengan tujuan. Selain itu, juga melakukan sebagai peran utama untuk mewakili pariwisata identitas tujuan dalam destination branding. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengamati pemahaman tentang alasan kuliner ikon dapat digunakan sebagai ikon tujuan wisata ini. Penelitian ini menggambarkan analisis mendalam pada dimensi simbolis dan fungsional kuliner ikonik. Hal ini juga untuk memahami dan menganalisis tentang bagaimana kuliner ikon sebagai ikon tujuan ini mengambil bagian dalam proses branding tujuan wisata ini.
A tourism destination, especially in developing countries faced a challenge to create a specific positioning that is different from other destinations. A potential way to establish is by looking into item that really attached with the destination specifically on culture and local wisdom, one of them is iconic culinary as part of the destinations culture. The objective of this research is to observe an understanding on the reason of iconic culinary could be used as tourism destination?s icon and to analyze how it can take a part in destination branding process through qualitative methods. By investigating on symbolic and functional dimensions of iconic culinary and analyzing tourism destination branding process, this study found that iconic culinary has a tight association with destination. Moreover, it also performs as a primary role to represent tourism destination identity in destination branding. The purpose of this research is to observe an understanding on the reason of iconic culinary could be used as a tourism destination?s icon. This study describes a thoughtful analysis on symbolic and functional dimensions of iconic culinary. It is also to understand and analyze on how the iconic culinary as a destination?s icon takes part in tourism destination?s branding process."
[Place of publication not identified]: [Publisher not identified], 2016
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Gregory, James R.
Chicago: McGraw-Hill, 2001
658.827 GRE b
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Tiara Marchelina
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis jenis strategi co-branding yang efektif digunakan untuk kategori produk smartphone di Indonesia dan mengetahui apakah faktor perceived fit mempengaruhi kesuksesan strategi co-branding. Penelitian ini menggunakan 192 sampel dengan menggunakan metode convenience sampling. Responden pada penelitian ini adalah orang-orang yang merupakan pengambil keputusan atas merek smartphone yang mereka gunakan saat ini. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan independent sample t-test.
Penelitian ini menemukan hasil bahwa ternyata tidak terdapat perbedaan attitude toward co-branded product dan purchase intention yang signifikan antara konsumen yang dihadapkan pada kondisi co-branding ingredient dan konsumen yang dihadapkan pada kondisi co-branding simbolik. Selain itu, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan attitude toward co-branded product dan purchase intention yang signifikan ketika konsumen dihadapkan pada kondisi perceived fit tinggi dibandingkan kondisi perceived fit rendah.

This research aims to analyze which of the two types of co-branding strategies that is more effective to implement for smartphone category in Indonesia and to know whether perceived fit affects the success of co-branding strategy. This research uses 192 samples by using convenience sampling method. The respondents in this research are the ones who make their own decisions for the smartphone brands which they are currently using. The data is analyzed by using independent sample t-test.
This research found that there is no significant difference in attitude toward co-branded product and purchase intention between those who are given the ingredient co-branding treatment and those who are given the symbolic co-branding treatment. This research also found that there is a significant difference in attitude toward co-branded product and purchase intention due to the different level of perceived fit (high perceived fit and low perceived fit).
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2015
S59049
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>