Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6026 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Purwanto
"Penelitian mengenai stilistika atas tiga belas cerpen Seno Gumira Ajidarma dilakukan dengan tujuan mengungkap kekhasan Seno Gumira Ajidarma menggunakan majas dengan melihatnya dari segi struktur dan fungsinya. Stilistika atau lebih mudahnya disebut kajian gaya bahasa memang sangat penting dalam sebuah teks sastra. Stilistika mengkaji cara sastrawan dalam memanipulasi-dengan arti memanfaatkan-- unsur dan kaidah yang terdapat dalam bahasa dan efek apa yang ditimbulkan oleh penggunaannya itu. Semakin dalam kita menguasai sistem kerja suatu bahasa maka akan semakin mudah mengungkap pesan yang disampaikan teks karya sastra. Dengan menggunakan teori Panuti Sudjiman, Rachmat Djoko Pradopo, Abdul Rozak Zaidan, dan Henry Guntur Tarigan untuk menjelaskan makna majas, dan teori Geoffrey Leeds dikombinasikan dengan teori dari beberapa ahli untuk menjelaskan makna stilistika maka didapat suatu kesimpulan bahwa kecenderungan majas yang digunakan Seno Gumira Ajidarma dalam ketiga belas cerpennya adalah repetisi."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2002
S11001
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Efrizan
"ABSTRAK
Karya sastra, bagaimana pun tetap dianggap sebagai dunia fiktif, rekaan pengarang, atau lebih buruk lagi sering disebut sebagai hasil lamunan kosong seorang. Awal perkembanganya ia merupakan sebuah bentuk cara bertutur (yang kini dikenal dengan sebutan tradisi lisan) yang berfungsi untuk menghibur (pelipur lara), sebagai obat atau jejampian (fungsi mantra) atau sebagai bagian dari suatu upacara adat (sebagai warisan kebudayaan Malaya). Masyarakat yang masih peka dengan cerita-cerita yang mereka akui sebagai bagian dari kehidupan masa lalu nenek moyangnya tetap bersikukuh pada keyakinan bahwa cerita atau cares cam yang terkandung dalam cerita tersebut merupakan sebuah kejadian yang benar-benar pemah terjadi atau dilakukan orang pada masa lalu. Pada masa kini, ia setidaknya dapat disejajarkan dengan perkembangan bentuk puisi, novel, drama, cerber, dan cerpen yang lebih variatif cara penyajiannya. Kehadiran sastra modem tersebut kadang dianggap sebagian orang sebagai sesuatu yang cukup penting. Buktinya, ia kadang dilarang penyebarannya dengan alasan-alasan tertentu atau diagung-agungkan sebagai kitab sakti pada suatu kondisi tertentu. Sesungguhnya, bagian mana yang lebih berpengaruh dalam dunia `khayal' itu. Isi atau cara penyajian? Kedua hal itu akhimya akan bermuara kepada individu yang menyampaikannya. Sebab hukum alam telah menetapkan bahwa hanya mahkluk hiduplah yang dapat disangkutkan pada hukum, sedangkan alat yang dipergunakan oleh sang empunya kerja hanya menjadi bukti dan saksi bisu atas segala hukum dan perbuatan. Skripsi ini mencoba memberikan gambaran bagaimana sebuah alat (karya sastra) dapat memberikan kesan yang cukup menakutkan kepada pembaca melalui sikap individu (pengarang) yang tampak dalam cara penyajiannya. Dengan menggunakan teori yang dikemukakan John Hall dalam The Sociology of Literature bahwa pendekatan yang dapat dilakukan terhadap pengarang, salah satunya, adalah penekanan pada perspektif atau sudut pandang pengarang dalam menyampaiakan realitas dan nada (tone) seperti yang dimaksudkan oleh Wellek dalam Teori Kesusastraan, skripsi ini mencoba mengungkapkan kesaksian seorang Seno Gumira Adjidanna dalam kumpulan cerpen Saksi Mata terhadap realitas yang terjadi di Timor-Timur. Beberapa kesimpulan yang diperoleh dari hasil analisis dalam skripsi ini antara lain adalah bahwa ada usaha pengarang untuk mengajak pembaca bersama-sama `menikmati' kegetiran, penderitan, dan kekejaman yang terjadi di daerah yang bergolak itu. Tentu, ia tetap percaya dengan kedewasaan kita dalam memilah-milah informasi dan sikap yang ia tawarkan. Disamping itu, ia seakan kembali mencoba menggoda kita dengan menggiring khayalan kita pada dunia realitas yang sama absurdnya dengan dunia sastra itu sendiri.

"
1996
S10841
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Nuryatin
"Seno Gumira Ajidarma (selanjutnya disingkat SGA) adalah salah seorang cerpenis yang "dilahirkan" oleh media massa, khususnya surat kabar dan majalah, yang terbit di Indonesia pada kurun waktu sejak tahun 1980-an. Hampir semua cerpennya yang sampai pada awal tahun 2001 telah terhimpun di dalam sembilan kumpulan cerpen pernah dimuat dalam surat kabar maupun majalah. Selain sebagai cerpenis, SGA berprofesi sebagai wartawan. Sebagai seorang wartawan, ternyata dia mengalami kendala dalam menuliskan berita. Banyak fakta yang ditemuinya tidak dapat dijadikan berita karena dilarang oleh pemerintahan Orde Baru. Untuk mengatasi hal itu, dia kemudian "mengolah" fakta yang ditemuinya ke dalam cerpen, sehingga fakta dimaksud dapat "terabadikan" dan terpublikasikan. Dalam konteks inilah cerpen-cerpennya menarik untuk diteliti.
Penelitian terhadap cerpen-cerpen SGA dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama berupa penelitian pendahuluan, yakni penelitian terhadap seluruh cerpen yang terdapat di dalam sembilan kumpulan cerpen. Tahap kedua berupa penelitian inti, yakni pengkajian terhadap enam buah cerpen di antara cerpen-cerpen yang terdapat di dalam sembilan kumpulan cerpen dimaksud.
Permasalahan yang muncul pada penelitian tahap pertama adalah (1) bagaimanakah hubungan antara cerpen-cerpen SGA dan fakta, serta (2) teknik penceritaan apa saja yang terdapat di dalam cerpen-cerpen SGA. Permasalahan yang muncul pada penelitian kedua adalah (1) bagaimanakah fakta diolah melalui tumpuan pada pola kaba, tumpuan pada lakon wayang kulit Jawa, teknik hiperbola, teknik catatan kaki, teknik solilokui, dan teknik pencerita ganda (dan teknik penceritaan langsung) dalam enam cerpen SGA; serta (2) efek apakah yang muncul darinya.
Tujuan yang hendak dicapai melalui dua tahapan penelitian tersebut adalah sebagai berikut. Penelitian tahap pertama bertujuan untuk mendeskripsikan (1) pola hubungan antara cerpen-cerpen SGA dan fakta, serta (2) teknik penceritaan yang terdapat di dalam cerpen-cerpen SGA. Penelitian tahap kedua bertujuan untuk mengetahui (1) pengolahan fakta melalui tumpuan pada pola kaba, tumpuan pada lakon wayang kulit Jawa, teknik hiperbola, teknik catatan kaki, teknik solilokui, dan teknik pencerita ganda (dan teknik penceritaan langsung) di dalam enam cerpen SGA, serta (2) efek yang muncul setelah fakta diolah dengan teknik-teknik tersebut.
Sasaran dalam penelitian tahap pertama adalah seluruh cerpen SGA yang terdapat di dalam sembilan kumpulan cerpennya, yakni sebanyak 129 buah cerpen. Sasaran dalam penelitian tahap kedua adalah enam buah cerpen SGA, yakni cerpen (1) "Bunyi Hujan di Atas Genting", (2) "Segitiga Emas", (3) "Saksi Mata", (4) "Listrik", (5) " Rembulan Terapung di Kolam Renang", dan (6) "Clara".
Sasaran penelitian didekati melalui dua pendekatan, yakni pendekatan objektif dan pendekatan mimesis. Kedua pendekatan itu diterapkan dengan teori Formalisme Rusia dan sosiologi sastra. Adapun dalam analisis atau kajian digunakan teknik deskriptif analitis. Hasil penelitiannya adalah sebagai berikut dan penelitian tahap pertama dapat diketahui bahwa (1) terdapat dua pola umum hubungan antara cerpen-cerpen SGA dan fakta, yakni sebagian besar isi cerpen SGA memiliki rujukan yang jelas dengan fakta sedangkan sebagaian kecil lagi isinya tidak secara jelas memiliki rujukan dengan fakta; dan (2) terdapat sembilan macam teknik penceritaan di dalam cerpen-cerpen SGA, dan yang paling dominan adalah (a) penggunaan sarana retorika, terutama hiperbola, (b) teknik tumpuan pads pola kaba dan lakon wayang kulit Jawa, (c) teknik catatan kaki, (d) teknik cakapan batin, khususnya solilokui, serta (e) teknik pencerita ganda (dan teknik penceritaan langsung). Dan hasil penelitian tahap kedua dapat diketahui hal-hal sebagai berikut. Panama, pola kaba yang dijadikan pijakan cerpen "Bunyi Hujan di Atas Genting" telah difungsikan sebagai sarana defamiliarisasi terhadap pola kaba dan pola cerpen sekaligus untuk mengolah fakta. Efek yang muncul darinya adalah kritik terselubung. Kedua, di dalam cerpen "Segitiga Emas" fakta diolah melalui proses defamiliarisasi atas lakon wayang kulit Jawa. Efek yang muncul darinya adalah kritik terselubung. Ketiga, di dalam cerpen "Saksi Mata" fakta diolah melalui teknik hiperbola. Efek yang muncul darinya adalah kritik terselubung. Keempat, teknik catatan kaki dalam cerpen "Listrik" berfungsi memperjelas fakta sekaligus mendefamiliarisasi pola karya fiksi. Efek yang muncul darinya adalah adanya percampuran antara karya fiktif dan karya faktual. Kelima, di dalam cerpen "Rembulan Terapung di Kolam Renang" fakta didefamiliarisasi melalui teknik solilokui. Efek yang muncul darinya adalah kritik terselubung. Keenam, melalui teknik pencerita ganda di dalam cerpen "Clara" fakta didefamiliarisasi. Efek yang muncul darinya adalah kritik terselubung dan sarkasme.
Akhirnya, dapat diberi catatan bahwa melalui cerpen-cerpennya SGA mengolah fakta melalui proses defamiliarisasi baik terhadap fakta itu sendiri maupun terhadap pola karya sastra lainnya, sehingga kesan mengenai fakta bersangkutan semakin kuat, mendalam, dan kukuh. Melalui proses pengolahan fakta itu pula SGA mengekspresikan sikapnya terhadap situasi dan kondisi yang dihadapinya, yakni dengan cara mengritik secara terselubung maupun mencemooh dengan ungkapan kasar (sarkasme).

Sena Gumira Adjidarma (from now on will be abbreviated SGA) is a short story author who has been born by mass media particularly news papers and magazines circulated in Indonesia since 1980s. Nearly all his short stories, which up until 2001 have been incorporated into nine groups of short stories, have ever been published by various news papers and magazines. SGA is not only a short story author, but also a journalist. As a journalist, he often had to face some obstacles when writing about factual news. He found so many facts that could not be expressed freely as factual news for they were barred by the "Rode Bra" government. To overcome such obstacles, he "reprocessed" the facts into short stories that the facts can be conserved and published. It is in this context that his short stories become interesting to be examined.
This study on SGA's short stories was done in two phases. The first phase was a preliminary study which examined all of his short stories which were in the nine groups mentioned above. The second phase was a core study which reviewed deeply six of the existing short stories.
The questions being investigated during the preliminary study were: (1) how did SGA's short stories relate to the facts he encountered in the real world, and (2) what techniques had SGA used in his writing. While the questions investigated in the core study were : (I) how had the facts been reprocessed based on `kaba', on Javanese puppets story, on hyperbolic technique, on soliloquy technique, on technique of multiple storing (and technique of direct storing), and (2) what effects had been brought by these techniques.
The goals of this two-phased study were as follow. The first phase of the study was intended to describe: (1) the patterns of relationships between GSA's short stories and the facts he encountered in the real world, and (2) the storing techniques used by SGA in his writing. The second phase of this study was intended to understand: (I) the act of reprocessing the facts, by SGA in his six short stories, which was based on `kaba', Javanese puppets stories, hyperbolic technique, soliloquy technique, multiple and direct storing techniques and (2) the effects that rose out from the facts after being reprocessed by these techniques.
In the first phase of this study, the study objects were 129 short stories composed by SGA. While in the second phase of this study the study object were six short stories composes also by SGA, namely (1) "Bunyi Hujan di Atas Genting", (2) "Segitiga Emas", (3) "Saksi Mata", (4) "Listrik", (5) "Rembulan Terapung di Kolam Renang", and (6) Clara.
From the first phase of this study, it was found that: (1) there were two general patterns of relationships between SGA's short stories and the facts he encountered in the real world; first, most of GSA's short stories have clear references to the facts in the real word; second, only a little of the contents of GSA's short stories have no clear reference to the facts in the real world, and (2) the were nine techniques of storing witting GSA's short stories, in which the most dominant ones are (a) the use of rhetoric, particularly hyperbolic, (b) the use of `kaba' pattern and Javanese puppets story as the based for the writing, (c) the use of footnotes, (d) the use of mental discourse, particularly solulokui technique, (e) the use of multiple storying and direct storying.
From the second phase of this study several findings had been founds. First, the `kaba' pattern used as the basis for "Bunyi Hujan di Atas Genting" serves as a defamiliarization tool for the `kaba' and the short story patterns as well as for reprocessing the facts expressed in the story ; the effect which arised from this technique is a foreshadowed critique. Second, in the "Segitiga Emas", the facts were reprocessed through defamiliarization of Javanese puppets story; the effect which arised was a foreshadowed critique. Third, in the "Saksi Mata", the facts were reprocessed though hyperbolic; the effect which rose was a foreshadowed critique. Fourth, the technique of footnotes in "Listrik" serves to make the facts more obvious and to defamiliarize the fictions work ; the effect which arised was the resultant mix between fictions and factual work Fifth, in the "Rembulan Terapung di Kolam Renang", the facts are defamiliarized through solilokui technique; the effect which arised was a foreshadowed critique. Sixth, in the "Clara" the facts are defamiliarized through the technique of multiple storyng; the effects which raised are a foreshadowed critique and sarcasm.
Finally, it can be noted that by means of his short stories, SGA reprocessed the facts, he found in the real world, through defamiliarization of the facts themselves and of the patterns of his literal works, that the facts become stronger, deeper and more solid. By reprocessing the facts found in the real world, SGA expresses his attitudes, toward the situations and conditions he encountered, which are manifested as foreshadowed critiques and sarcasm."
2001
T5286
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Seno Gumira Ajidarma, 1958-
"Kumpulan cerita Iblis Tidak Pernah Mati pertama kali terbit pada 1999. Isinya ditulis dari tahun 1994 sampai 1999. Artinya, kronologi penulisan cerita-cerita dalam buku ini melalui momen historis Reformasi 1998, rangkaian peristiwa yang menjadi penanda peralihan zaman. Susastra menjadi dunia alternatif dari realitas faktual, tetapi realitas faktual tak terhindarkan keberadaanya dalam ruang imajinasi. Jika hubungan susastra, politik, dan sejarah perlu diperiksa, Iblis Tidak Pernah Mati menawarkan perbincangan yang selalu kontekstual."
Yogyakarta: New Merah Putih, 2018
899.232 SEN i
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Evlin
"Skripsi ini membahas berbagai kritik sosial yang terdapat dalam novel Kalatidha karya Seno Gumira Ajidarma beserta cara pengungkapan kritik tersebut. Penelitian ini menggunakan pendekatan sosiologi sastra. Tujuan penelitian ini adalah mengungkapkan berbagai kritik sosial dan cara penyampaian kritik yang terdapat dalam Kalatidha. Dalam Kalatidha, terdapat delapan kritik yang ditujukan kepada pemerintahan Orde Baru dan lima kritik yang ditujukan kepada masyarakat Indonesia. Selain itu, Seno Gumira Ajidarma menggunakan enam cara yang khas untuk mengungkapkan kritik dalam novelnya kali ini.

This thesis discuss about the social criticism and the novelist's method of criticizing in Kalatidha. This research is using the literature sociology approaching. The aim of this research is to mention all of the critiques and the novelist?s method. There are eight critiques for Orde Baru government and five critiques for Indonesian people that had founded in the novel. From this research, we also know that novelist had his six own style which was the unique way of criticizing."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2009
S10836
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Seno Gumira Ajidarma, 1958-
Denpasar: Pusat Penerbitan LPPM Institut Seni Indonesia Denpasar, 2017
300 MUDRA 32:3 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Nurcholish
"ABSTRAK
Tesis ini membahas diskursus kegilaan dalam novel Kalatidha karya Seno Gumira
Ajidarma dengan menggunakan konsep analisis diskursus. Penelitian difokuskan
untuk melihat bagaimana konstruksi diskursus kegilaan dalam teks novel
Kalatidha dan bagaimana konstruksi diskursus kegilaan tersebut mendestabilisasi
diskursus kegilaan dominan pada masa Orde Baru. Hasil analisis menunjukkan
bahwa konstruksi diskursus kegilaan dalam novel Kalatidha tidak didasarkan
secara total pada struktur paradigma tertentu, baik itu pada kerangka paradigma
modern maupun paradigma pasca-struktural. Kecenderungan tersebut
direfleksikan secara kritis melalui pernyataan-pernyataan metaforis dan kisahkisah
alegori satir tentang kegilaan para tokoh utama dalam memaknai praktik
diskursif anti-komunis 1965-1966. Diskursus kegilaan dalam novel Kalatidha
mengungkap sejumlah ironi dan kontradiksi dalam diskursus kegilaan dominan
sehingga setiap konstruksi pemaknaan dalam teks tampak tidak utuh dan stabil

ABSTRACT
This thesis discusses the discourse of madness in the novel Kalatidha Seno
Gumira Ajidarna using discourse analysis concept. This research focused on how
the construction of the discourse of madness in the text of the novel Kalatidha and
how the discourse of madness in the novel destabilize the dominant thinking about
the madness in the New Order. The analysis showed that the construction of the
discourse of madness in the novel Kalatidha not based totally on the structure of a
particular paradigm, be it in the framework of the modern paradigm and poststructural
paradigm. That tendency was critically reflected through metaphorical
statements and satirical allegory stories about the madness of the main character
in apprehending the anti-communist discursive practice in 1965 to 1966.
Discourse of madness in the novel Kalatidha reveals a number of ironies and
contradictions within the dominant discourse of madness, so that any construction
of meaning in the text looked intact and stable."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2014
T41953
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aldi Aditya
"Definisi klasik mengenai mitos adalah suatu cerita tentang asal-usul kosmos atau semesta yang kemudian mengiringi upacara dan ritual yang ada dalam budaya di seluruh dunia. Dalam perkembangan selanjutnya, mitos dipandang sebagai sebuah pemaknaan tingkat dua dari suatu sistem tanda. Sebagai suatu tipe wicara, mitos dapat pula ditemukan dalam karya-karya sastra. Dalam hubungannya dengan teks lain, mitos dapat dikukuhkan (myth of concern) atau dirombak (myth of freedom). Untuk menelaah bagaimana mengukuhkan atau merombak mitos dalam cerpen-cerpen Eka Kurniawan yang terangkum dalam Gelak Sedih, dibutuhkan suatu kerangka kerja intertekstualitas. Intertekstualitas adalah pelintasan suatu sistem tanda kepada sistem tanda lainnya. Dengan intertekstualitas, pembaca dapat menemukan makna sesungguhnya dari pembacaan cerpen-cerpen Eka Kurniawan, berkaitan dengan mitos yang telah dibicarakan.
A classic definition of myths is a story about the beginning of cosmos or universe which later accompanying rituals contained in cultures and customs in the whole world. In the next stage, myths regarded as a secondness meaning of a sign system. As a type of speech, myths could be found in literary texts. In its relation with other texts, myths could be confirmed (myth of concern) or untied (myth of freedom). For the sake of regarding the way to confirm or untie myths in Eka Kurniawan?s short stories collected in Gelak Sedih, it needs an intertextuality work concept. Intertextuality is an intersect of a sign system to another. With intertextuality, reader can find the true meaning in Eka Kurniawan?s short stories, related to myths formerly discussed."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2009
S10748
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ratih Ika Wijayanti
"ABSTRAK
Tesis ini membahas rekonstruksi sosok Drupadi sebagai strategi untukmenampilkan subjektivitas perempuan dalam novel Drupadi karya Seno GumiraAdjidarma. Drupadi bukanlah wacana kosong melainkan penceritaan ulang kisahMahabharata yang difokuskan pada penceritaan tokoh Drupadi. Sebagairepresentasi perempuan, Drupadi dalam novel Drupadi dihadirkan dengankonstruksi baru yang berbeda dengan konstruksi lamanya dalam ceritaMahabharata baik versi India maupun versi Jawa Serat Baratajuda . Olehkarena itu, penelitian ini akan difokuskan pada bagaimana rekonstruksi Drupadiditampilkan melalui struktur naratif novel dan bagaimana rekonstruksi tersebutkemudian menghadirkan konstruksi subjektivitas perempuan dalam novel.Penelitian ini menggunakan metode penelitian analisis tekstual yang berfokuspada analisis gender. Pemaknaan teks akan dilakukan menggunakan pembacaanberperspektif feminis dengan pendekatan kritik sastra feminis reading as awoman. Dalam operasionalnya, teori struktural digunakan untuk membantumembaca isu gender dalam struktur naratif novel. Hasil penelitian menunjukkanbahwa novel ini merekonstruksi Drupadi dalam Serat Baratajuda danmengembalikannya kepada asalnya Mahabharata versi India . Rekonstruksi inisekaligus memperlihatkan adanya penolakan pelemahan perempuan dalam ceritaMahabharata baik versi India maupun versi Jawa dengan menghadirkankonstruksi subjektivitas perempuan melalui tokoh Drupadi dalam novel.

ABSTRACT
The focus of this study is to discuss the reconstruction of Drupadi figure asa strategy to show women subjectivity in Drupadi novel by Seno GumiraAdjidarma. Drupadi is not an empty discourse but it is a retelling of Mahabharatastory focused on the narrative of Drupadi. As a representation of women, Drupadiin Drupadi novel is represented with a new construction which is different fromits old construction in Mahabharata, both India and Javanese versions SeratBaratajuda . Therefore, this research focuses on how the reconstruction ofDrupadi is potrayed through the narrative structure of the novel and how thereconstruction then presents the construction of women subjectivity in the novel.This research uses a textual analysis research method which focuses on genderanalysis. The meaning of the text was scrutinized by using feminist perspectiveespecially ldquo reading as a woman rdquo , an approach of feminist literary criticism. In itsoperation, structural theory is used to read the gender issues in the narrativestructures of novel. The results show that this novel reconstructs Drupadi in SeratBaratajuda and returns it to its origin Mahabharata in India version . Thisreconstruction also shows a rejection of women disempowering in Mahabharatastory, both in India and Javanese versions, by presenting the construction ofwomen subjectivity through Drupadi figure in the novel."
2018
T50476
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>