Ditemukan 50816 dokumen yang sesuai dengan query
Indrawati
"Alasan saya menulis Peranan Ci Xi dalam memperta_hankan Kekaisaran Qing adalah ingin mengungkapkan dan menguraikan peranan seorang wali kaisar sebagai penentu kebijaksanaan Pemerintah Qing dan tindakan-tindakannya dalam mempertahankan kekuasaannya. Ci Xi adalah satu-satunya wali kaisar wanita dinas_ti Qing yang sangat berambisi. Ia melakukan segala macam usaha dan cara untuk memperkokoh kekuasaannya. Walaupun Ci Xi menghadapi rintangan-rintangan dalam pemerintahan-nya, tetapi ia selalu b.erhasil mengembalikan dan mempertahankan kekuasaannya.Dalam skripsi ini saya menbatasi permasalahan de_ngan mengetengahkan persoalan-persoalan dan kejadian-ke_jadian yang dihadapi Ci Xi dalam pemerintahannya, Serta cara-cara Ci Xi mengatasi persoalan-persoalan dan kejadian-kejadian tersebut demi mempertahankan kekuasaannya"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1983
S13051
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Pandjaitan, Christine
"Ci Xi adalah seorang wanita yang ambisius. Ia adalah seorang wanita yang berasal dari kalangan bang_sawan rendah yang bisa mencapai suatu kedudukan ter_tinggi di dalam masa dinasti Qing, dinasti terakhir di Cina. Dalam seluruh kehidupannya, ia berupaya untuk dapat meraih kedudukan yang diinginkannya. Setelah berhasil memperolehnya, ia berusaha mempertahankannya dengan segala cara. Di Cina, bagi suku bangsa Han ju_ga suku bangsa Man, yaitu suku bangsa darimana Ci Xi berasal, seorang wanita tidak mempunyai arti di dalam kehidupan masyarakatnya. Tetapi sebaliknya, Ci Xi ber_hasil menguasai negara yang besar itu. Faktor--faktor inilah yang kemudian menarik minat penulis untuk meng_ambilnya sebagai topik skripsi.Lingkup penelitian Walaupun sebelumnya sudah ada skripsi mengenai Ci Xi5, tetapi skripsi to rse but hanyalah membahas ten-tang peranan Ci Xi di dalam pemerintahan dan politik..."
1986
S12966
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Frederick Martinus
"Bangsa Manchuria (满族 Mǎnzú) adalah bangsa non-Han dari kawasan (东北 Dōngběi) yang menjajah Cina dan mendirikan Dinasti Qing pada tahun 1644. Selama berkuasa di Cina, Dinasti Qing menerapkan kebijakan rambut tocang sebagai alat penunjuk superioritas bangsa Man terhadap bangsa Han. Kebijakan ini mengakibatkan rakyat Han merasa terhina, sehingga ingin membalaskan dendam mereka dengan melancarkan gerakan anti tocang di Cina. Gerakan ini menjadi reaksi berbasis identitas kebangsaan yang mempengaruhi perkembangan nasionalisme Cina, terutama pada akhir abad ke-19. Penelitian ini memaparkan karakteristik dan keterkaitan dari gerakan anti tocang yang dilancarkan oleh Kelompok Teratai Putih, Taiping, Reformis, dan Revolusioner. Hasil penelitian menunjukkan bahwa meskipun para pemimpin gerakan anti-tocang hidup pada dimensi waktu yang berbeda, mereka memiliki tujuan yang sama, yaitu menjunjung tinggi nasionalisme dan patriotisme untuk menyelamatkan dan memperkuat bangsa dan negara Cina. Skripsi ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan menerapkan 4 tahapan metode penelitian sejarah, yaitu heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi.
Manchus is a non-Han race from 东 北 region who conquered China and established Qing Dynasty in 1644. During its reign in China, Qing Dynasty implemented queue hairstyle policy as symbol of Manchus superiority toward Hans. This policy caused Hans feel humiliated, thus they tried to seek revenge by launching anti-queue hairstyle movement. This movement becomes nation reaction that influences nationalism development in the end of nineteenth century. This research will explain, analyze, and seek links between White Lotus Society, Taiping, Reformist, and Revolutionary anti-queue hairstyle movement. Result shows that these four movement leaders have one same goal, which is to uphold nationalism and patriotism spirit to save and strengthen China country nation. This thesis uses qualitative research methods with 4 historical stages, such as heuristic, critic, interpretation, and historiography."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2017
S66437
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Made Rahayu Saptari Dewi
"Dalam budaya Cina, puisi seringkali dikaitkan dengan lukisan. Lukisan dan puisi menjadi bagian karya seni dan sastra yang banyak dihasilkan oleh seniman Cina, khususnya pada masa kedinastian. Keduanya tidak jarang ditemukan secara bersamaan, karena dalam karya lukis Cina klasik dapat ditemui guratan aksara berbentuk puisi. Pada awal masa Dinasti Qing (1644-1912), salah satu seniman yang menghasilkan karya lukis dengan guratan puisi didalamnya ialah Shi Tao (石涛). Meskipun demikian, tidak banyak referensi lukisan-lukisan klasik Shitao yang dapat ditemukan. Akan tetapi, penelitian ini berhasil memperoleh beberapa referensi lukisannya melalui pencarian pustaka di perpustakaan, bahkan melalui koleksi buku di kelenteng. Dari tiga lukisan karya Shitao yang diperoleh, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui makna puisi yang terdapat dalam beberapa lukisan karya Shi Tao serta bagaimana Shi Tao merepresentasikan karya seni dengan gaya lukis impresionismenya.
In Chinese culture, poetry is often associated with painting. Paintings and poems are part of works of art and literature that are produced by many Chinese artists, especially in the days of certainty. Both are not uncommon to be found simultaneously, because in classical Chinese painting we can find stylized characters in the form of poetry. At the beginning of the Qing Dynasty (1644-1912), one of the artists who produced paintings with poetry strokes in it was Shi Tao (石涛). However, there are not many references to Shitaos classic paintings that can be found. Nevertheless, this study succeeded in obtaining several references to his paintings through library searches in the library, even through book collections in temples. From the three paintings by Shitao obtained, this study aims to determine the meaning of poetry that contained in several paintings by Shi Tao as well as how Shi Tao represented his impressionistic artwork."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2019
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja Universitas Indonesia Library
Zhang Shanlai
"昭代丛书合刻" (Zhāodài Cóngshū Hékè) adalah sebuah kompilasi besar karya sastra dan ilmiah yang disusun selama Dinasti Qing di Tiongkok, yang berlangsung dari tahun 1644 hingga 1912. Koleksi ini mencakup berbagai genre, termasuk sejarah, filsafat, sains, dan sastra klasik. Disusun dengan tujuan melestarikan dan mendokumentasikan pengetahuan serta budaya Tiongkok pada masa itu, "昭代丛书合刻" menjadi salah satu upaya signifikan untuk mengumpulkan karya-karya penting dari berbagai bidang. Penyusunannya melibatkan banyak sarjana dan menggunakan teknik pencetakan kayu tradisional. Koleksi ini tidak hanya memiliki nilai sejarah yang tinggi tetapi juga berfungsi sebagai sumber berharga bagi para peneliti yang ingin memahami lebih dalam tentang pemikiran, ilmu pengetahuan, dan budaya pada masa Dinasti Qing.
"昭代丛书合刻"是一部清朝时期编纂的大型文献和科学作品集。该合集涵盖了多种体裁,包括历史、哲学、科学和经典文学。编纂此书的目的是为了保存和记录当时的中国知识与文化,是清朝时期收集各领域重要作品的重要努力之一。编纂过程涉及许多学者,并使用了传统的木刻印刷技术。这部合集不仅具有极高的历史价值,而且作为研究人员深入了解清朝时期思想、科学和文化的重要资源"
Yang zhou: Guang ling shu she, 1700-1912
Naskah Universitas Indonesia Library
Delvin Emilio
"Kebijakan Baru Akhir Dinasti Qing 清末新政Qīngmò Xīnzhèng atau disingkat sebagai Kebijakan Baru adalah serangkaian pembaharuan yang dilakukan oleh Dinasti Qing. Sebelumnya, pembaharuan serupa, yakni Reformasi Seratus Hari, pernah hampir dilaksanakan oleh Qing, tetapi harus dihentikan akibat terlibat konspirasi dengan Janda Permaisuri Cixi dan kelompok penentang pembaharuan lainnya. Cixi baru menyadari akan perlunya pembaharuan setelah gagalnya upaya Qing dalam upaya mendukung Gerakan Boxer melawan bangsa asing pada tahun 1901. Di tahun yang sama, Kebijakan Baru pertama kali diusulkan oleh Cixi melalui dekret atas nama Kaisar Guangxu pada Januari 1901 dan baru mulai dilaksanakan pada tahun 1902. Dalam penerapan Kebijakan Baru, peran Cixi sebagai wali Kaisar Guangxu dan pemegang otoritas tertinggi dalam istana sangat penting. Saat itu, Cixi tidak hanya sebagai pemberi persetujuan terhadap penerapan pembaharuan, tetapi juga sebagai pemikir langsung dari sejumlah pembaharuan dalam Kebijakan Baru. Tugas akhir ini menggunakan pendekatan historis untuk menjelaskan dan menganalisis apa dan bagaimana Kebijakan Baru dilaksanakan, apa peran Janda Permaisuri Cixi di dalamnya, dan apa dampak serta hasil dari Kebijakan Baru terhadap Dinasti Qing.
The New Policy of the Late Qing Dynasty 清末新政 Qīngmò Xīnzhèng or simply referred to as the New Policy is a series of reforms carried out by the Qing Dynasty. Previously, a similar reform, namely the Hundred Days Reform, was almost carried out by the Qing, but had to be stopped due to a conspiracy with Empress Dowager Cixi and other groups opposed to the reform. Cixi only realized the need for reform after the failed Qing attempt to support the Boxer Rebellion against foreign nations in 1901. In the same year, the New Policy was first proposed by Cixi by decree on behalf of Emperor Guangxu in January 1901 and was not implemented until 1902. In the implementation of the New Policy, Cixi's role as Guangxu Emperor's regent and supreme authority in the court was very important. At that time, the role of Cixi was not only a giver of approval for the implementation of reforms, but also as the direct thinker of a number of reforms in the New Policy. The research of this final project carried out through the historical approach to explain and analyze what and how the New Policy was implemented, what was Empress Dowager Cixi's role in it, and what was the impact and outcome of the New Policy on the Qing Dynasty."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja Universitas Indonesia Library
Washington: Government Printing Office, 1944
951.03 EMI
Buku Teks Universitas Indonesia Library
"This book was written between 1981 and 1986, was first published in 1987, and has been out of print since. The Chinese version of it by Yan Bao et al., Zhongguo chuantong xiaoshuo zai yazhou, which also published in 1989, is also out of print. Since then more works especially in Chinese, Japanese, Korean, and Western languages have appeared which are mainly concerned with cultural exchanges between China and the countries of East Asia. Moreover a new interest has arisen among scholars from various countries on what has been termed “Asian translation traditions” and conferences are regularly organized on this topic."
Singapore: Institute of South East Asia Studies, 2013
e20442248
eBooks Universitas Indonesia Library
Li, En
Jakarta: Elex Media Komputindo, 2013
951.03 LIE m
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Hsu, Immanuel C.Y.
New York: Oxford University Press, 1970
951.03 HSU r
Buku Teks Universitas Indonesia Library