Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 83171 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Chris Prihartini Maryanto
"ABSTRAK
Penulis tertarik untuk menganalisis ujaran-ujaran Iago, seorang tokoh di dalam Othello, dari sudut pandang pragmatik karena dua hal, yaitu: pertama, karena belum ada mahasiswa di Jurusan Sastra Inggris yang mengambil ujaran-ujaran yang terdapat di dalam drama untuk dianalisis dari sudut pragmatik, dan kedua, karena ujaran-ujaran yang penulis analisis adalah ujaran-ujaran yang digunakan oleh Iago untuk memperdaya lawan bicaranya, tetapi tidak merusak hubungan sosial antarpenyerta komunikasi. Dikatakan demikian karena Iago melakukan tindakan memperdaya tidak secara langsung, melainkan melalui implikatur. Jadi, secara singkat dapat dikatakan bahwa masalah yang dibahas di dalam skripsi ini adalah masalah makna dan fungsi ujaran: yaitu ujaran yang tidak hanya mengungkapkan makna harfiahnya, melainkan juga menampilkan fungsi ujarannya. Hal ini dapat terjadi karena di dalam ujaran tersebut terdapat daya ilokusi dan yang disertai dengan konteks dapat membawa lawan bicara sampai pada kesimpulan yang diinginkan uleh penutur.
Tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk memerikan (1) bagaimana ujaran-ujaran yang dipakai seseorang, di dalam hal ini Iago di dalam Othello, dapat memperdaya lawan bicaranya, dan (2) maksim apa saja dari prinsip kerja sama Grice yang dilanggar ketika Iago melakukan tindakan memperdaya itu.
Data diambil dari ujaran-ujaran Iago di dalam Othello. Korpus data penulis analisis dengan menggunakan model analisis tujuan (goal analysis) yang dikemukakan oleh Parisi dan Castelfranchi (1981), dilengkapi dengan (1) teori tindak tutur (speech act) yang dikemukakan oleh Austin (1978), (2) teori pragmatik (pragmatics) yang dikemukakan oleh Levinson (1983). (3) teori konteks (context) yang dikemukakan oleh Dascal (1981) dan (4) teori tindakan memperdaya (deceptive action) yang dikemukakan oleh Vincent dan Castelfranchi (1981).
Kesimpulan analisis skripsi ini adalah bahwa Iago selalu berhasil memperdaya lawan bicaranya karena ia memiliki kompetensi komunikatif, yang memungkinkan dia dapat mengenali konteks situasi ujaran dengan baik.

"
1990
S14099
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rudi Ifkar
"Masalah yang dibahas dalam skripsi ini adalah apakah perubahan hubungan sosial antara tokoh Fibbs dan Wills dalam drama Trouble in the Works dapat ditelaah melalui Tindak Ujaran Pengancam Muka (Face Threatening Acts), khususnya yang digunakan oleh Wills. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan statistika, yaitu pendekatan yang didasari atas intuisi terhadap teks yang akan dianalisis, kemudian dikumpulkan data-data kongkret yang mendukung intuisi tersebut. Tujuan skripsi ini adalah membuktikan asumsi (intuisi) penulis bahwa perubahan hubungan sosial antara tokoh Fibbs dan Wills dalam drama Trouble in the Works tersebut dapat ditelaah melalui Ujaran-ujaran Pengancam Muka (FTA) yang digunakan oleh Wills. Teori yang digunakan adalah Analisis Wacana, Teori Tindak Ujaran, Prinsip Kerja Sama, dan Teori Kesantunan Bahasa. Dari hasil analisis ditarik suatu kesimpulan bahwa perubahan hubungan sosial antara tokoh Fibbs dan Wills dalam drama Trouble in the Works dapat ditelaah melalui Ujaran-_ujaran Pengancam Muka, khususnya Ujaran Pengancam Muka Apa Adanya dengan Kesantunan Negatif yang digunakan oleh Wills. Dengan demikian, asumsi penulis terbukti benar."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1994
S14194
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siregar, Asrul
"Ujaran-ujaran pada upacara Mangupa masyarakat Tapanuli Selatan mengandung bentuk-bentuk silih yang sukar menetapkan anteseden atau rujukannya. Ujaran-ujaran itu juga mengandung bentuk-bentuk metaforis yang selalu membutuhkan penafsiran agar sampai kepada apa yang dimaksudkan penuturnya. Konsep referensi dan inferensi dalam analisis wacana dari Brown & Yule (1986) dipakai sebagai landasan berpijak menetapkan rujukan dan mengungkapkan makna-makna yang tersimpan dalam ujaran-ujaran tersebut. Oleh karena ujaran-ujaran ini sangat erat kaitannya dengan adat-istiadat dan pandangan hidup masyarakat Tapanuli Selatan maka untuk memahaminya diperlukan pengetahuan tentang latar belakang masyarakat pemilik upacara ini. Rujukan bentuk-bentuk silih, seperti pronomina dalam ujaran-ujaran ini, penentuan antesedennya bergantung pada konteks pemakaian pronomina itu. Pronomina dermostrativa on 'ini' dapat merujuk pada konteks dan teks, sedangkan i 'itu' hanya merujuk pada teks. Sebagai konsekuensinya sering ditemukan bentuk on mada i 'inilah itu'. Pronomina persona jamak pertama hami 'kami' dan jamak ke dua hamu 'kamu' dapat dipakai dengan acuan individu tunggal sesuai dengan konteks pemakaiannya. Pronomina persona pertama tunggal iba 'aku' sering merujuk pada pronomina persona jamak orang ke dua. Penggunaan sampiran dalam ujaran-ujaran ini tidak referensial bila dipandang sebagai satu kesatuan dengan isi, tetapi bila dipandang terpisah, maka sampiran itu bersifat referensial. Oleh karena "bunyi" pada masa lampau sangat besar artinya bagi kehidupan manusia, maka sampiran itu bersifat referensial yang referennya sama dengan referen yang ada pada isi. Daya ilokusi ujaran-ujaran sangat erat kaitannya dengan peran apa yang sedang diemban penutur dalam upacara itu. Berbagai penginferensian dapat dijalankan dalam mengungkapkan makna-makna yang tersimpan dalam ujaran-ujaran. Inferensi fonologis dan pragmatis efektif mengungkapkan makna-makna yang tersimpan tersebut."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Nurliasari
"Eufemisme adalah penggunaan kata atau beberapa kata yang diperlembut, disamarkan dan terselubung untuk menggantikan kata atau kata-kata yang tidak pada tempatnya, kasar dan menyinggung (Van Dale, 2005: 970); contohnya: penggantian penggunaan kata bejaarden manula, jompo_ dengan kata ouderen _orang-orang tua_ atau senioren orang-orang senior. Skripsi ini akan membahas tentang penggunaan eufemisme dalam konteks politik dengan menggunakan korpus berupa 20 ujaran-ujaran langsung politikus Belanda yang dimuat dalam artikel politik majalah Vrij Nederland. Eufemisme akan dianalisis dari tujuan penggunaannya, proses pembentukannya, dan makna eufemisme tersebut dalam konteks politik. Untuk menganalisis data, antara lain digunakan teori dari De Coster (2001: 14-16) serta Reinsma (1992: 32-35) mengenai tujuan penggunaan eufemisme dan proses pembentukannya. Dari hasil analisis data ditemukan bahwa bentuk eufemisme yang paling banyak digunakan adalah eufemisme dalam bentuk kata. Proses pembentukan yang paling banyak digunakan adalah proses yang menggunakan bentuk yang samar dengan pendeskripsian minimal. Tujuan penggunaan eufemisme terbanyak yang ditemukan dalam korpus adalah untuk menjaga perasaan orang yang dimaksud agar tidak tersinggung. Selain itu, eufemisme dapat mengalami perubahan makna dari waktu ke waktu. Kata yang dahulu dianggap sebagai eufemisme, kini atau di masa yang akan datang, dapat bermakna biasa apabila terdapat istilah-istilah baru yang dianggap lebih baik untuk menggantikan kata tersebut."
Depok: Universitas Indonesia, 2006
S15969
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shakespeare, William, 1564-1616
Hertfordshire: Wordsworth Classics, 2001
822.33 SHA o
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Achdiyati Sumi Permatasari
"Skripsi ini membahas tentang metafora dalam bebasan. Data penelitian berupa bebasan dan objek penelitian berupa metafora. Bebasan merupakan salah satu peribahasa dalam Bahasa Jawa yang berdasarkan perumpamaan/kias. Metafora adalah pemakaian kata-kata kias. Metafora terkait dengan komponen makna sehingga didapat relevansi makna antara source dan target metafora. Analisis mempergunakan teori metafora Lakoff 1980, teori komponen makna Widowson 1996, dan teori relevansi Sperber dan Wilson 1986. Kesimpulan penelitian yakni relevansi makna yang membentuk metafora dalam bebasan memperlihatkan tingkatan relevansi bersifat transparan dan semi tidak transparan.
This minithesis talk about metaphor of bebasan. The research data is bebasan and the object of this research is metaphor. Bebasan is one kind of proverb with Javanese language which is base on parable. Metaphor is figure of speech. Metaphor attach to componential meaning therefore the meaning will be relevance. Metaphor theory from Lakoff 1980, componential meaning theory from Widowson, and relevance theory from Sperber and Wilson 1986 are used in this analysis. The conclusion of this research is in metaphor of bebasan indicate the degrees of opacity in their relevance."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2009
S11624
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Junaidi
"Partikel pragmatik bahasa Inggris 'well' menjadi menarik untuk diteliti karena beberapa hal. Pertama, dari sudut pandang struktur gramatikal kata ini tidak berperan dalam pengalihan informasi. Namun demikian, bentuk yang tampaknya tidak berguna dan tidak berrnakna ini ternyata mewarnai bahasa sehari-hari penutur bahasa Inggris. Kedua, fenomena ini sulit dijelaskan baik oleh sintaksis maupun semantik. Pemunculannya dalam struktur sintaksis tidak dapat diduga. Semantik sulit menjelaskan makna 'well' apabila kata ini digunakan di awal ujaran.
Tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk memerikan penggunaan 'well' dalam beberapa konteks yang berbeda. Serara khusus skripsi ini bertujuan untuk membahas 'well' sebagai salah satu fenomena bahasa untuk menjaga hubungan sosial di antara peserta komunikasi. Dengan melengkapi pendekatan fungsi wacana seperti yang diutarakan Ostman (1981) dengan teori tindak ujar (Austin dan Searle), teori implikatur percakapan (trice), prinsip kesopanan (Lakoff), dan beberapa model penelitian 'well' terdahulu saya berusaha untuk memperlihatkan bahwa dengan menggabungkan teori-teori di atas kita dapat menjelaskan fenomena 'well' dengan lebih komprehensif. Data yang dipergunakan dalam penulisan skripsi ini berjumlah 91, buah, dan yang selanjutnya dikelompokkan menjadi 4 kelompok berdasarkan pemunculan _well' dalam sebuah ujaran.
Dari hasil analisis saya sampai pada kesimpulan bahwa 'well' mempunyai sejumlah fungsi percakapan yang hanya dapat dipahami dengan mengaitkannya kepada konteks, faktor kesopanan dan pelindung muka, dan perannya dalam membentuk koherensi wacana. Meskipun ada kecenderungan di antara beberapa linguis untuk meragukan peran prosodi dalam menentukan fungsi 'well', saya melihat bahwa prosodi turut melengkapi pemahaman kita terhadap fenomena 'well'."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1992
S14125
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ida Bagus Putrayasa
Yogyakarta: Graha Ilmu, 2014
306.44 IDA p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Mardianus
"Dalam melakukan tindak tutor, seorang penutur tidak hanya bermaksud menyampaikan suatu ha!, tetapi dapat juga bermaksud untuk mempengaruhi pendengar. Maksud penutur terwujud dalam ujaran yang memiliki fungsi beragam, baik itu sebagai permintaan, perintah, pujian, penghinaan, dan sebagainya, tergantung dari konteks dan koteks ujaran. Ujaran yang dibahas pada skripsi ini adalah ujaran yang berfungsi sebagai perintah, atau ujaran dengan daya ilokusioner direktif, yang mempunyai tujuan untuk membuat lawan bicara melakukan sesuatu.
Tujuan penulisan skripsi ini adalah mencari penyebab kegagalan ujaran direktif dalam memperoleh tujuannya. Sebagai bahan perbandingan untuk mencari penyebab kegagalan, disertakan ujaran direktif yang berhasil memperoleh tujuannya.
Dari hasil analisis ditemukan bahwa penyebab utama kegagalan pemerolehan tujuan ilokusioner direktif adalah tidak setujunya pendengar dengan apa yang diperintahkan penutur. Sebab-sebab lainnya adalah sikap penutur yang kurang simpatik di mata pendengar, seperti egois, tidak mau menghargai orang lain, dan selalu memaksakan kehendak."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1995
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cholidah
"Tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk memerinei jenis-jenis tanggapan yang dapat diberikan atas suatu pertanyaan serta alasannya mengapa jenis tanggapan tersebut yang dipilih dilihat dari konteks situasi pada saat tersebut. Teori yang digunakan untuk menganalisis data adalah teori mengenai jenis-jenis tanggapan yang dapat diberikan atas suatu pertanyaan yang dikemukakan oleh Poggi, Casteifranchi dan Parisi (1981) dalam Answers, Replies dan Reactions. Teori tersebut dipadukan dengan teori implikatur percakapan (conversational implicatures) untuk membahas pelanggaran terhadap maksim prinsip kerja sama (cooperative principle) yang dikemukakan oleh Grice (1975) dalam artikelnya yang berjudul Logic and Conversation. Hasil analisis disajikan dalam bentuk tabel yang menghasilkan kesimpulan bahwa dalam menanggapi suatu pertanyaan penjawab umumnya memilih tanggapan yang paling efektif pada situasi tersebut. Tanggapan dapat berupa jawaban (answer) bila penjawab memberikan infonnasi yang dikehendaki penanya, atau sahutan (reply) bila penjawab menanggapi pertanyaan tersebut tanpa memberikan informasi yang dikehendaki. Sahutan dapat dilakukan dengan cara, di antaranya, memberikan alasan mengapa penjawab tidak dapat meberikan informasi yang diinginkan atau pun dengan cara mengalihkan pembicaraan. Tanggapan dapat pula diberikan dalam bentuk reaksi (reaction). Ada reaksi yang sekaligus memberikan jawaban, ada pula reaksi yang tidak memberikan jawaban yang diinginkan oleh penanya. Kadang-kadang tanggapan yang diberikan melanggar maksim prinsip kerjasama. Akan tetapi hat tersebut memang diperlukan pada situasi tersebut untuk membuat tanggapan menjadi lebih efektif atau untuk menjaga hubungan sosial di antara mereka."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1992
S14016
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>