Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 71177 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Arliza
"ABSTRAK
Skripsi ini berisikan analisis dilema ilmuwan dalam mengembangkan ilmu pengetahuan. Melalui skripsi ini ingin dibuktikan bahwa masalah dilema yang dihadapi oleh para ilmuwan dapat dicegah apabila setiap unsur dalam masya_rakat mau bekerja sama dengan ilmuwan. Setelah membaca uraian seluruh bab dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa drama Die Physiker merupakan gambaran keadaan sosial yang sesungguhnya dan juga merupakan refleksi pandangan Friedrich Durrenmatt terhadap ilmu pengetahuan dan ilmuwan, serta peranannya terhadap kelestarian manusia, nilai-nilai kemanusiaan dan lingkungannya.
Johann Wilhelm Mobius (selanjutnya disebut Mobius) adalah seorang ilmuwan hebat yang telah berhasil menemu_kan 3 buah formula di bidang Gravitasi. Formula-formula tersebut merupakan lanjutan dari penemuan seorang fisika_wan bernama Albert Einstein yang telah berhasil menemukan formula di bidang Gravitasi pula. Namun formula tersebut diterapkan untuk pembuatan bom atom yang pada umumnya bersifat menimbulkan bencana bagi umat manusia.
Mobius merupakan ilmuwan idealis. Sebagai ilmuwan ia sadar akan kewajiban moralnya, yaitu kewajiban untuk menjalankan kode etik ilmuwan, tepatnya untuk mengembang_kan ilmu pengetahuan. Rasa ingin tahunya sangat besar untuk melanjutkan penemuan yang telah didapatkannya. Namun demikian dalam usaha memuaskan rasa ingin tahunya sebagai ilmuwan, ia tidak pernah sekalipun melupakan tanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungannya. Dia selalu berusaha menyelaraskan kedua hal tersebut. Namun pada kenyataannya amat sukar untuk menjalankan kedua hal tersebut secara bersamaan karena keduanya bersifat saling bertolak belakang. Bila ia menjalankan tanggung jawab moralnya, maka ia akan mengorbankan tanggung jawab sosialnya. Sebaliknya bila ia menjalankan tanggung jawab sosialnya, maka ia akan mengorbankan tanggung jawab moralnya. Dalam keadaan seperti ini mau tidak mau ia harus memilih salah satu di antara kedua tanggung jawab tersebut. Akan tetapi bila ia hanya menjalankan salah satu tanggung jawab tersebut maka akan terjadi keadaan buruk seperti di atas. Keadaan ini tidak diinginkannya. Dengan kata lain ia mengalami dilema dalam mengembangkan ilmunya.
Sebagai seorang pengarang yang sering mengamati gejala sosial di sekitarnya Friedrich Durrenmatt melihat bahwa sebenarnya dilema seperti yang dihadapi Mobius bukan untuk pertama kalinya menimpa seorang ilmuwan. Jauh sebelum itu banyak ilmuwan lain yang juga disudutkan oleh keadaan seperti itu. Kita dapat mengamati keadaan tersebut mulai pertama kalinya ilmu pengetahuan ada hingga jaman Gallileo Gallilei, Isaac Newton, Albert Einstein dan sampai sekarang ini.
Oleh karena itu Friedrich Durrenmatt menunjukkan bahwa dilema ini dapat diatasi apabila dalam kehidupan terdapat hal berikut: adanya kesalahan pertimbangan nilai dalam ilmu, kerja sama ilmuwan dengan masyarakat, dan keterlibatan penguasa, pemerintah dan kebijaksanaan politiknya. Ketiga hal ini harus dijalankan secara bersamaan. Dalam drama Die Physiker ditunjukkan bagaimana usaha Mobius untuk memecahkan masalah dilema yang menimpa dirinya, yaitu menyadari perlu adanya pertimbangan nilai nilai dalam mengembangkan ilmu pengetahuan, dan menggalang kerja sama di antara sesama ilmuwan. Namun ternyata kedua hal tersebut tidak dapat memecahkan masalah yang ada.
Dalam kehidupan sekarang ini sering terlihat banyak ilmuwan yang hanya mengutamakan kepentingan pribadinya saja, atau kepentingan kelompok/penguasa/negara tertentu. Dengan kata lain masih banyak ilmuwan yang memandang masalah sosial dengan sebelah mata saja. Mereka hanya memikirkan masalah perkembangan ilmu pengetahuan saja.
Oleh karena itu tidak berlebihan kiranya apabila kita sebagai pembaca mau menarik pengalaman dan merenung_kan perjalanan hidup para pelaku dalam drama ini, terutama Mobius, agar kita tidak mengulangi kesalahan yang sama. Selain itu dengan memahami masalah yang menimpa Mobius dalam mengembangkan ilmunya, maka kita akan memahami bagaimana beratnya tanggung jawab seorang ilmuwan terhadap dirinya sendiri, keluarga, masyarakat, dan juga terhadap Tuhan Yang Maha Esa karena Tuhan menciptakan ilmu pengetahuan bukan untuk kemaslahatan, tetapi untuk kesejahteraan seluruh manusia di dunia.

"
1990
S14585
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diah Widiati Kusumawardani
"Pengarang adalah pendukung gerakan moralisme. Pengamatannya terhadap perkembangan dunia sangat tajam. la sangat peka terhadap hal - hal yang berkembang di dunia, terutama terhadap timbu1nya keseahteraan dan kepuasan materi yang begitu saja tanpa pemikiran terlebih dahulu. Sebagai contoh penemuan bom atom pada tahun 1945 ; Pada masa itu terjadi perang. Manusia merasa perlu untuk mencip_takan senjata tersebut demi terlaksananya perdamaian. Sete_lah bom atom tercipta dan berhasil menegakkan perdamaian, ma_nusia pada masa itu merasa puas tanpa memikirkan akibat-akibatnya yang semakin berkembang. Mula-mulaakibat _ akibat yang ada yaitu korban manusia yang jumlahnya sangat banyak,secara terus menerus berjatuhan di Hiroshima danNagasaki 4karena terkena radiasi Thin Boy dan Fat Boy. Kemudian senjata tersebut dikembangkan kekuatannya menjadi teknologi nuklir, teknologi yang dapat menghasilkan suatu jenistenaga yang sangat kuat. Tenaga nuklir membawa dampak positif dan negatif. Untuk keperluan damai tenaga nuklir dapat"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1986
S14613
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tobing, Rimny Rohana
"Konflik batin akibat dua peran yang saling bertentangan menarik perhatian untuk mengupasnya lebih lanjut dalam skripsi. Saya melihat adanya kecenderungan manusia, yang hidup di jaman modern seperti dewasa ini, mempunyai peran lebih dari satu dan manusia dituntut untuk dapat menyelaraskan peran-peran tersebut secara harmonis, karena jika tidak akan timbul konflik dalam dirinya. Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa yang dituntut dari pemilikan banyak peran ini bukan saja kecakapan manusia dalam menjalankan peran tersebut, namun sekaligus manusia harus mampu menjalankan kehidupannya sebagai makhluk sosial, yang juga terikat oleh peraturan-peraturan yang berlaku dalam masyarakat di mana ia hidup. Seandainya gagal, manusia akan mengalami nasib tragis yang membawanya ke kehancuran. Sehubungan dengan tujuan di atas, digunakan dua pendekatan, yakni pendekatan intrinsik dan ekstrinsik. Kedua pendekatan ini berkaitan erat, karena aspek yang akan dibahas dalam drama adalah cerminan kehidupan pengarang dan masyarakat pada jaman Realisme. Hasil penelitian menunjukkan adanya keterkaitan antara peran-peran yang ada pada diri seseorang. Seorang penguasa tidak mungkin melepaskan statusnya sebagai individu karena sekali pun ia menjalankan statusnya sebagai seorang penguasa, karakter-karakter yang dimilikinya sebagai seorang individu akan selalu menyertainya."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1991
S14823
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aminarti
"ABSTRAK
Telaah terhadap sebuah drama karya Bertolt Brecht yang dilakukan melalui penelitian kepustakaan dengan pendekatan intrinsik dan ekstrinsik. Tujuan dari telaah ini adalah memperlihatkan secara kongkrit pengaruh negatif kekuasaan totaliter terhadap ilmuwan dan dunia ilmu pengetahuan.
Sesuai dengan tujuannya, pembahasan drama ini dititikberatkan pada aspek sosial politik yang melatarbelakangi kon_flik antara ilmuwan dengan pemerintahan totaliter.
Kesimpulan yang dapat diambil menunjukkan bahwa sistem pemerintahan totaliter (totaliterisme) menghalangi keberha_silan ilmuwan dalam melaksanakan tanggung jawabnya terhadap masyarakat dan ilmu pengetahuan. Kegagalan ilmuwan ini ter_utama disebabkan oleh kuatnya tekanan dan penindasan yang dilakukan oleh pemerintah totaliter terhadap masyarakatnya, termasuk para ilmuwannya. Padahal secara mutlak, ilmuwan mem_butuhkan kebebasan ilmiah untuk dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya.
Peristiwa Galilei menunjukkan bahwa totaliterisme tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan keadilan serta tidak akan pernah memberikan masa depan yang baik bagi umat manusia. Oleh sebab itu satu-satunya usaha untuk menanggulangi hal ini adalah menghapuskan segala bentuk totaliterisme dan menghindari segala hak yang menjurus ke arah totaliterisme.

"
1990
S14564
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sipahutar, Yudith G.N.H.
"ABSTRAK
Lukacs mengatakan bahwa sastrawan terpengaruh oleh kenyataan sosial di sekelilingnva. Kenyataan tentang kehidupan yang penuh penderitaan mendorong pengarang untuk mengekspresikan pendapat dan perasaannya dalam karya sastra. Jadi karya itu merupakan sarana pengarang untuk mengkritik masyarakat. Karya yang berhasil mempengaruhi dan mengubah masyarakat berarti mempunyai sifat emansipatoris dan daya transformasi.
Dalam masyarakat Jerman abad kedelapan belas, rakyat tertindas akibat pemerintahan feodal absolut yang bertindak sewenang-wenang. Sastrawan di Taman itu, terutama zaman Sturm and Drang (1767-1785) sangat mementingkan faktor perasaan dalam penulisan karya mereka. Mereka menuliskan perasaan tidak puas mereka akan keadaan sosial yang buruk itu ke dalam karya mereka. Schiller, salah satu sastrawan Sturm and Drang yang turut mengalami penderitaan akibat pemerintahan di abad 18 juga menuangkan perasaannya ke dalam karya pertamanya, Die Raurber.
Die Rauber memuat berbagai masalah yang juga terdapat di dalam keadaan sosial masyarakat Jerman abad kedelapan belas, yaitu masalah pemerintahan yang sewenang-wenang dan tirani, pemberontakan yang dilakukan sebagian masyarakat, keberadaan selir di kalangan bangsawan dan juga kolusi yang terdapat antara bangsawan dan gereja,
Berdasarkan hasil analisis dapat disimpulkan bahwa dalam Die Rauber terdapat banyak kritik terhadap keadaan sosial masyarakat Jerman abad kedelapan belas. Penciptaan karya ini juga dipengaruhi oleh kesadaran Schiller akan lingkungan sosialnya. Walaupun karya ini tidak berhasil mengubah masyarakat, namun hal ini tidak menggugurkan kesimpulan bahwa Die Rauber mempunyai hubungan dengan keadaan sosial masyarakat Jerman abad kedelapan belas.

"
1999
S14798
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elah Amatillah
"ABSTRAK
Tesis ini membahas pemikiran Schiller mengenai makna kebebasan melalui karya drama perdananya berjudul Die Räuber. Melalui pendekatan sosiologi sastra berdasarkan strukturalisme genetik milik Lucian Goldman, ditemukan bahwa ide kebebasan dalam drama ini dipengaruhi oleh dua semangat zaman kesusastraan Jerman yaitu: aliran kesusastraan Aufklärung (1700-1780) dan aliran kesusastraan Sturm und Drang (1770-1830).

ABSTRACT
This thesis analyzes the thoughts of Schiller regarding the meaning of freedom through his first drama, Die Rauber. By using sociological approach based on Genetic Structuralism by Lucian Goldman, the researcher found that concept of freedom in this drama was influenced by the spirit of two German Literary Periods, Aufklarung (1700-1780) and Sturm und Drang (1770-1830)."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2016
T50126
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Silaban, Erwin
"Bahasa yang dipergunakan oleh Wolfgang Borchert dalam drama DrauBen vor der Tur sangat khas. Penggunaan bahasa yang demikian itu melahirkan gaya yang khas pula. Dalam skripsi ini akan diteliti jenis-_jenis pola gaya yang dipergunakan oleh Wolfgang Borchert. Mula-mula diinventarisir jenis-jenis pola gaya yang terdapat dalam drama ini. Kemudian pola gaya yang ada dikelompokkan menjadi kelompok yang lebih kecil menurut sifat-sifatnya. Dalam skripsi ini pola gaya yang terdapat dalam drama DrauBen vor der Tur dideskripsikan dan sekaligus dianalisis. Pola gaya yang ada tidak hanya diteliti kuantitasnya, tetapi juga diteliti kualitasnya. Arti_nya, di samping menghitung berapa jumlah kemunculan suatu pola gaya, juga diteliti peranan pola gaya tersebut dalam keseluruhan drama DrauBen vor der Tur. Berdasarkan hasil penelitian, pola gaya yang terdapat dalam DrauBen vor der Tur meliputi tataran grafologis, tataran fonologis, tataran sintaktis dan tataran semantis. Dari hasil penelitian itu juga diperoleh gambaran pola gaya yang menonjol dan dominan secara keseluruhan dalam drama DrauBen vor der Tur ini."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1991
S14748
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nancy Duma H. S.
"ABSTRAK
Penelitian mengenai penegakan keadilan dalam cerita detektif Das Versprechen karya Friedrich Duerrenmatt dilakukan dari aspek cerita bertujuan mengetahui penyebab timbulnya ketidakadilan dalam usaha menegakkan keadilan sedangkan analisa dari aspek bentuk bertujuan untuk mengetahui kaitan antara penyimpangan struktural dalam Das Versprechen dari struktur cerita detektif konvensional dengan tema penegakan keadilan
Hasil penelitian aspek cerita dan aspek bentuk Das Versprechen kemudian dihubungkan dengan pandangan Friedrich Duerrenmatt mengenai penegakan keadilan dalam bukunya Monstervortrag ueber Gerechtigkeit und Recht. Penelitian aspek bentuk cerita detektif ini menggunakan teori cerita detektif dari buku Der Kriminalroman II: Zur Theorie and Geschichte einer Gattung (Editor: Jochen Vogt) dan buku Aspekte der erzaehlender Prosa: eine Einfuehrung in Erzaehltechnik and Romantheorie karangan Jochen Vogt.
Hasil penelitian menunjukkan hal-hal berikut ini. Penegakan keadilan yang dilakukan dalam sistem hukum juga dapat menyebabkan ketidakadilan apabila dalam usaha tersebut kepentingan pribadi lebih diutamakan dari pada keadilan itu sendiri. Di sisi lain, usaha penegakan keadilan secara absolut juga menimbulkan ketidakadilan karena dilakukan di luar sistem hukum. Masalah yang bersifat filosofis ini ditampilkan di dalam Das Versprechen melalui penyimpangan struktural dari struktur cerita detektif konvensional, yang berfungsi sebagai kritik terhadap penegakan keadilan dalam cerita detektif konvensional.

"
1999
S16204
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siahaan, Maya B. M.
"Banyak karya sastra berbahasa Jerman yang ditulis oleh para sastrawan yang bukan berkebangsaan Jerman sesudah Perang Dania II men adi terkenal baik dinegeri karya tersebut pertama kali diterbitkan atau dipentaskan maupun di luar negeri tersebut, seperti Biedermann und die Brand stifter, Andorra, Die Physiker dan Der Besuch der alters Dame. Karya yang terakhir disebutkan merupakan karya Fried-rich Duerrenmatt yang berkebangsaan Swis. Drama ini adalah karya Duerrenmatt dalam bentuk tragikomedi dan terbit sete_lah penerbitan karangannya yang berjudul Theaterprobleme (1955). Meskipun ia belum dapat digolongkan ke dalam perumus teori teater, dengan karangan-karangannya tentang teater antara lain Anmerkung zur Komo edi e (1952) dan Theateroro blame (1955) ia sudah dapat digolongkan ke dalam sastrawan berbahasa Jerman yang patut mendapat perhatian karena ia memiliki teori teater sendiri setelah Bertolt Brecht dengan teori teater epik. Drama Der Besuch der alien Dame ditulis oleh Duerren_matt pada tahun 1955 dan untuk pertama kalinya dipentaskan di Zuerich pada tanggal 29 Januari 1956 dengan sutradaranya Oskar Waelterlin. Selain di Swis drama ini juga pernah dipertunjukan di Republik Federal Jarman, Republik Demokrasi Jerman, Itali, Inggris dan Amerika. Seringnya drama ini di pentaskan membuktikan bahwa Duerrenmatt telah meraih keberhasilan. Menurut G.P. Knapp (Mayer 1983:20) setelah keberhasilan drama ini Duerrenmatt lebih sering menulis karya-karyanya dalam bentuk komedi, misalnya Frank der Fuenfte, DiePhysiker, Herkules and der Stahl des Augias dan Der Meteor sedangkan pada periode sebelumnya yaitu 1951-1956 Duerrenmatt lebih suka menulis sandiwara radio..."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1986
S16209
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Felicitas Trimulyani
"ABSTRAK
Di Indonesia pada umumnya kebutuhan akan terjemahan semakin terasa, terutama di masa pembangunan ini seiring pesatnya Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang kita serap dari negara-negara maju. Oleh karena itulah kegiatan penerjemahan banyak dilakukan baik oleh penerjemah yang telah mapan ilmunya maupun penerjemah yang hanya mengan_dalkan pengalaman saja. Namun sayang, justru penerjemah lulusan sekolah pengalaman lebih banyak daripada pe-nerjemah yang telah menguasai teori terjemahan dengan baik. Akibatnya adalah sebagian besar hasil terjemahan merupakan hasil terjemahan interlinear. Melihat kenyataan tersebut, saya akan menunjukkan dan membuktikan melalui penulisan skripsi ini bahwa teori terjemahan amat berguna bagi penerjemah. Dengan menguasai teori terjemahan pe_nerjemah akan mendapatkan gambaran dan pegangan yang lebih pasti mengenai cara menerjemahkan yang baik. Namun, masih ada pendapat yang mengatakan bahwa dalam proses terjemahan tidaklah diperlukan teori karena kegiatan menerjemahkan itu lebih merupakan kegiatan artistik dan secara intuitif. Pekerjaan menerjemahkan melibatkan bahasa sepenuhnya karena melalui bahasa, pengarang, khususnya pengarang karya sastra, menyampaikan pesan/isi karyanya melalui permainan kata. Pada umumnya permainan kata sering terdapat pada karya sastra bahkan merupakan ciri khas pengarang karya sastra berbobot sehingga penerjemah acapkali sulit mencari padanan kata yang tepat dalam memperta-hankan ciri khas tersebut. Untuk itulah menurut saya penerjemah harus memiliki penguasaan bahasa (bahasa sasar_an maupun bahasa sumber) yang baik. Hal ini dikemukakan oleh Simatupang sebagai berikut: a. penguasaan bahasa sasaran yang baik, b. penguasaan bahasa sumber yang baik c. Penguasaan materi teks yang akan diterjemahkan, dan d. pengetahuan teori terjemahan dengan baik. (Simatupang,1979: 31-32). Perlunya penguasaan bahasa sumber dan bahasa sasaran serta penguasaan materi teks yang akan diterjemahkan dengan baik karena teks adalah rangkaian kalimat yang dibentuk berdasarkan sistim bahasa tertentu, sedangkan sistim bahasa tersebut mencerminkan kebudayaan suatu bangsa. Oleh karena itulah, kita tidak dapat begitu saja menerjemahkan suatu karya hanya dengan menukarkan kata. Menerjemahkan haruslah menerjemahkan suatu teks, dengan melihat konteksnya karena suatu teks mengandung latar budaya tersendiri. Honig, pakar teori terje-mahan, juga mengeluarkan pendapat yang menegaskan bahwa menerjemahkan adalah menerjemahkan suatu teks yang mengan_dung latar budaya. Tiap bahasa mempunyai struktur yang berbeda, terutama bahasa yang tidak serumpun. Seorang penerjemah yang telah mempelajari teori terjemahan tidak akan menerjemahkan kalimat lch habe Durst ke bahasa sasaran saya mempunyai kehausan. Namun dalam menerjemahkan bahasa yang serumpun juga sering terjadi masalah, seperti pada saat Pasta Penutupan Olimpiade Musim Dingin pada tahun 1976 di Inns_bruck. Pada papan raksasa tertera kalimat GOOD BYE IN LAKE PLACID (selamat tinggal di LAKE PLACID) yang di_terjemahkan dari kalimat AUF WIEDERSEHEN IN LAKE PLACID (sampai jumpa di LAKE PLACID) (Ibid., hlm. 9). Penerjemah kalimat Good Bye in Lake Placid hanya berorientasi pada frase Auf Wiedersehen dan tidak mengetahui dalam situasi bagaimana semestinya Good Bye digunakan. Hal ini perlu diperhatikan, sebab ada perbedaan antara bahasa Inggris dan bahasa Jerman mengenai perihal Abschied (meminta diri; berpisah). Pada sistem bahasa Inggris Abschied ditandai oleh penggunaan frase yang berbeda misalnya antara lain : See you, Good bye, Till Thursday dan We'll meet you again in. Ucapan-ucapan perpisahan ini sesuai dengan situasinya, yaitu apabila akan bertemu kembali pada suatu tempat dan waktu tertentu (See you) ataukah tidak jelas akan bertemu kembali (Good bye). Jadi, padanan yang tepat untuk kalimat Auf Wiedersehen in Lake Placid adalah We'll meet again in Lake Placid. Kalau Good bye tidak jelas apakah berjumpa kembali atau tidak. Dengan latar belakang inilah, saya akan menerapkan teori kritik terjemahan menurut Reid dalam menganalisis teks sumber dan teks sasarannya.

"
1989
S14635
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>