Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 124476 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Aris Suseno
"Memasuki masa remaja seorang anak akan banyak menghadapi perubahan yang terjadi pada dirinya. Perubahan tersebut merupakan pertumbuhan psikis dan fisik yang secara alamiah dialami oleh semua remaja sebelum memasuki masa dewasa. Seksualitas adalah salah satu aspek pertumbuhan dalam diri remaja. Pengalaman penumbuhan seksualitas pada remaja menimbulkan banyak pertanyaan yang ingin segera terjawab. Untuk itu remaja mencoba mencari tahu apa yang terjadi pada diri mereka dengan berbagai sumber, baik melalui media cetak dan elektronik maupun dengan bertanya pada orang tua, guru, dan teman. Penelitian ini ingin mencoba memahami bagaimana proses pencarian informasi seksualitas pada pelajar SMU X yang sedang memasuki masa remaja. Proses tersebut meliputi sejak munculnya kebutuhan informasi hingga pemanfaatannya dan berbagai konteks yang mempengaruhinya. Dan hasil pembahasan dan analisis dapat diambil kesimpulan yaitu pencarian informasi seksualitas yang dilakukan subyek tidak memiiiki pola yang baku. Maksudnya informasi yang diperoleh ada yang didapat karena mencari (aktif) atau diperoleh dengan sendirinya (pasif). Pencarian yang aktif bisa dengan bertanya pada seseorarag, membaca majalah atau browsing di intemet. Sedangkan pencarian pasif seperti menyimak pelajaran atau mendengarkan cerita teman. Secara keseluruhan proses pencarian informasi seksualitas meliputi tiga hal yaitu adanya kebutuhan, penggunaan sumber informasi dan kegunaan informasi."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2004
S14938
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ulfathny Pertiwi
"Besarnya jumlah populasi remaja yang ada tentunya akan membawa konsekuensi pada berbagai masalah sosial dan kesehatan reproduksi remaja termasuk di dalamnya masalah perilaku seksual remaja. Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui gambaran perilaku seksual pranikah dan faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku seksual pranikah pada siswa SMKN X Tahun 2018. Penelitian ini menggunakan disain studi cross-sectional dengan menggunakan data primer pada 158 remaja di SMKN X Tahun 2018.
Hasil menunjukkan bahwa proporsi perilaku seksual berisiko pada remaja SMKN X adalah 22,8 dengan jenis kelamin responden terbanyak yaitu laki-laki sebanyak 50.6, remaja berpengetahuan rendah sebanyak 76.6, remaja dengan sikap positif 58.2, remaja dengan orangtua bekerja sebanyak 84.2, remaja dengan uang saku cukup 50.6, remaja yang menganggap teman sebaya tidak berperan terhadap perilaku seksual sebanyak 51.3, dan remaja yang terpapar pornografi sebanyak 93.
Berdasarkan analisis bivariat, dapat diketahui dari faktor yang mempunyai hubungan bermakna dengan perilaku seksual remaja adalah jenis kelamin laki-laki p Value= 0.045; PR= 2.36; 95 CI= 11.1-5.14, dan peranan teman sebaya p Value= 0.03; PR=3.62; 95 CI=3.62 1.6-8.1.

The large number of adolescent populations will certainly bring consequences on various social and reproductive health issues of adolescents including adolescent sexual behavior issues. This thesis aims to know the description of premarital sexual behavior and factors related to premarital sexual behavior in students of SMKN X Year 2018. This study used a cross sectional study design using primary data on 158 adolescents in SMKN X Year 2018.
The results show that the proportion of risky sexual behavior in adolescent SMKN X is 22,8 with the most respondent 39 s gender is male 50.6, respondents with low knowledge of 76.6, adolescent with positive attitude 58.2, adolescent with working parents 84.2, adolescent with enough pocket money 50.6, adolescents who consider peers do not contribute to sexual behavior as much as 51.3, and adolescents exposed to pornography as much as 93.
Based on bivariate analysis, it can be seen from factors that have significant relationship with teen sexual behavior is gender p Value 0.045, PR 2.36, 95 CI 11.1 5.14, and peer role p Value 0.03 PR 3.62 95 CI 3.62 1.6 8.1.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Akbarina Fitriani
"Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju masa dewasa. Individu pada tahap remaja mengalami perkembangan dan proses kematangan seksual maupun perilaku seksualnya. Proses ini selanjutnya akan mempengaruhi pengetahuan kesehatan reproduksi remaja itu sendiri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi di SMA 32 Jakarta Selatan.
Metode yang digunakan adalah metode deskriptif sederhana dengan menggunakan tehnik simple random sampling dengan melibatkan responden sebanyak 74 orang, responder; berusia antara 15-20 tahun. Kuisioner yang digunakan bertujuan untuk memperoleh data mengenai tingkat pengetahuan rernaja tentang kesehatan reproduksi. Pertanyaan yang diajukan mengulas mengenai ciri-ciri pubertas, deiinisi dan hak-hak reproduksi, seksualitas, kehamilan, aborsi, alat kontrasepsi dan fungsinya, dan IMS-HIV/AIDS. Data yang diperoleh dianalisa dengan menggunakan tehnik distribusi frekuensi. Berdasarkan perhitungan statistik didapatkan bahwa pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi di SMA 32 Jakarta Selatan pada umumnya sedang.
Sumber informasi yang paling banyak diperoleh responden mengenai kesehatan reproduksi yaitu dari media cetak dan elektronik. Disarankan pengembangan kurikulum pendidikan kesehatan reproduksi dan peran serta seluruh lapisan masyarakat dalam memberikan informasi tentang kesehatan reproduksi kepada anak didik remaja."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2006
TA5528
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rizky Setiadi
"[ABSTRAK
Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju dewasa, ditandai dengan percepatan perkembangan fisik, mental, emosional dan sosial. Semakin muda umur remaja melakukan hubungan seksual, semakin besar resiko terjadinya penularan penyakit-penyakit infeksi menular seksual, kehamilan tak diinginkan, dan aborsi. Data SDKI 2012 menyatakan umur remaja Indonesia yang telah melakukan hubungan seksual pranikah berkisar antara 9 – 24 tahun. Prevalensi remaja yang belum menikah yang telah melakukan hubungan seksual sebesar 8,3 % laki-laki dan remaja perempuan sebesar 1%. Suwarni (2009) menyatakan bahwa 14,7% remaja SMA di Pontianak telah melakukan intercourse (hubungan seks) pranikah dan proporsi remaja yang melakukan hubungan seksual di Semarang sebesar 12,1% (Azinar, 2013). Penelitian ini bertujuan mengetahui determinan ketahanan remaja untuk tidak melakukan hubungan seksual pranikah. Proporsi kumulatif ketahanan remaja sebesar 92,6% dengan rata-rata usia pertama kali melakukan hubungan seksual pranikah 15,8 tahun. Determinan ketahanan remaja meliputi perilaku rangsang seksual (AHR: 7,7; 95% CI: 5,2 – 11,3), perilaku mabuk karena alkohol (AHR: 1,5; 95% CI: 1,1 – 2) dan perilaku berciuman. Hubungan antara perilaku berciuman dengan ketahanan remaja berbeda tiap satuan waktu. Diperlukan upaya penyuluhan kesehatan reproduksi yang lebih dini bukan hanya di lingkungan sekolah, namun juga di lingkungan keluarga dan komunitas remaja agar perilaku hubungan seksual pranikah dapat dicegah.

ABSTRACT
Adolescent is a transition period from childhood to adulthood, signed by rapid development in physical, mental, emotional and social. Earlier sexual initiation by adolescent, increasing risk to get sexual transmitted diseases, unmeet need, teen’s pregnancies, and unsafe abortion. According to data DHS 2012, adolescent in Indonesia had have premarital sexual on 9 – 24 years old. Prevalence of unmarried boys who had have sex are 8,3 % and girls are 1%. Suwarni (2009) announced that 14,7% of high school students in Pontianak had have premarital sex. Meanwhile, based on Azinar (2013) study in Semarang, about 12,1% adolescents had it. This study aim to know determinants of adolescent’s survival not to have premarital sex. The results show that adolescent’s survival cumulative proportion is about 92,6% and age mean of sexual debut is 15,8 years old. Factors associated with adolescent’s survival not to have premarital sex are sexual arrousal behavior (AHR: 7,7; 95% CI: 5,2 – 11,3), ever drunk by alkohol (AHR: 1,5; 95% CI: 1,1 – 2) and kissing. The association between kissing and adolescent’s survival rate is difference in each time unit (year). Need enforcements to give earlier education about adolescent’s health reproduction, not just as formal education in high school, but also in the family and adolescent’s community to prevent premarital sex among adolescents., Adolescent is a transition period from childhood to adulthood, signed by rapid development in physical, mental, emotional and social. Earlier sexual initiation by adolescent, increasing risk to get sexual transmitted diseases, unmeet need, teen’s pregnancies, and unsafe abortion. According to data DHS 2012, adolescent in Indonesia had have premarital sexual on 9 – 24 years old. Prevalence of unmarried boys who had have sex are 8,3 % and girls are 1%. Suwarni (2009) announced that 14,7% of high school students in Pontianak had have premarital sex. Meanwhile, based on Azinar (2013) study in Semarang, about 12,1% adolescents had it. This study aim to know determinants of adolescent’s survival not to have premarital sex. The results show that adolescent’s survival cumulative proportion is about 92,6% and age mean of sexual debut is 15,8 years old. Factors associated with adolescent’s survival not to have premarital sex are sexual arrousal behavior (AHR: 7,7; 95% CI: 5,2 – 11,3), ever drunk by alkohol (AHR: 1,5; 95% CI: 1,1 – 2) and kissing. The association between kissing and adolescent’s survival rate is difference in each time unit (year). Need enforcements to give earlier education about adolescent’s health reproduction, not just as formal education in high school, but also in the family and adolescent’s community to prevent premarital sex among adolescents.]"
2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ina Saleha
"Perilaku seks remaja mungkin dipengaruhi banyak faktor yang salah satunya adalah tingkat pengetahuan tentang perilaku seks. Pengetahuan tentang dampak buruk perilaku seks yang dilakukan sebelum menikah akan membuat remaja menghindari perilaku tersebut.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan perilaku seks dengan perilaku seks pra nikah yang dilakukan oleh remaja. Sampel penelitian ini sebanyak 108 responden merupakan siswa-siswi kelas VII dan VIII SMPN 5 Depok yang dipilih dengan random cluster. Alat peugumpulan data adalah dengan lembar kuesioner.
Hasil penelitian di SMPN 5 Depok menunjukkan dari 108 responden terdapat 54% remaja mempunyai tingkat pengetahuan perilaku seks tinggi dan sisanya mempunyai tingkat pengetahuan rendah 46%. Dali seluruh responden 85% responden tidak melakukan perilaku seks pra nikah dan 15% sisanya melakukan seks pra nikah.
Pada penelitian ini dihasilkan p-value 0,96 dengan <1 0,05 (p-value > α). Berdasarkan penelitian dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan tentang perilaku seks dengan perilaku seks pra nikah pada siswa SMPN 5 Depok.

Teenager's sexual behavior could be affected by some factors. One of these factors is teenager’s knowledge of sexual behavior. Knowing bad effect of pre-marital sex will prevent teenager to do pre-marital sex.
This research was aimed at identifying the correlation between teenagers’ knowledge of sexual behavior and then pre-marital sexual behavior. This research involved 108 respondents who were chosen by random cluster sampling technique. The respondents were the students from the 7th and 8th grade of SMPN 5 Depok. The instrument used was a questionnaire that consisted of 32 statements that inquired the knowledge of teenager about sexual behavior and 9 statements about their pre-marital sexual behavior.
The result showed that 54% of the respondents have a high level of knowledge about sexual behavior, while 46% of the respondents have a low level of knowledge about sexual behavior. Furthermore, 85% of the respondents reported that they never engage in pre-marital sex.
This result also showed that the p-value of 0.96 by the α of 0.05 (p-value > α). Therefore, it is concluded that there was no correlation between teenager's sexual knowledge of sexual behavior and their pre-marital sexual behavior on SMPN 5 Depok student.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2010
TA5927
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ulfa Mahmudah
"Salah satu tugas orang tua dalam mempersiapkan anak menghadapi masa pubertas adalah menjawab pertanyaan anak mengenai seks secara tepat (Ridha, 2006). Orang tua merupakan pendidik seksualitas terbaik bagi anaknya Oleh karena itu orang tua disebut sebagai pendidik primer dari anak-anaknya untuk terlibat dalam pendidikan seksualitas (Feldman & Rosenthal, 2002). Dalam hal pendidikan seksualitas, anak-anak lebih baik rnendapatkannya di rumah dan mereka pun memang menginginkan pendidikan seks dari keluarga (AC Nielsen, 2005).
Pendidikan seksualitas adalah proses pengubahan sikap dan perilaku mengenai cara mengaktualisasikan diri dan berelasi dengan orang lain terkait dengan keberadaan individu sebagai seorang laki-laki atau perempuan yang meliputi aspek perkembangan fisik, emosi, kognitif perilaku, moral dan etika, nilai keluarga, masyarakat dan agama. Berdasarkan tahapan perkembangan seksual Kriswanto (2006), anak usia 8-12 tahun berada pada tahap anak dan pra remaja, dimana pada tahap ini anak belajar bersosialisasi dan menyongsong masa puber. Menurut Koch & Freeman (1992), anak usia 8-10 tahun dibeli kesempatan untuk berbicara mengenai seks, mengkaitkan seks dengan nilai yang dianut, serta menghubungkan seks dengan pria dan wanita. Sementara pada usia 11-12 tahun, anak dijelaskan mengenai perubahan-perubahan yang terjadi, perasaan normal atau menarik bagi orang lain, serta bagaimana membuat anak dapat bercerita kepada orang tuanya. Program pelatihan ini disusun berdasarkan analisa kebutuhan yang dilakukan penulis kepada 87 orang tua yang memiliki anak usia 8-12 tahun di DKI Jakarta. Data dikumpulkan melalui pembagian kuesioner yang terdiri dari tiga bagian. Pada bagian pertama, orang tua diminta untuk meranking 13 kebutuhan yang disajikan. Pada bagian kedua, orang tua menetapkan pendekatan yang dilakukan dalam pendidikan seksualitas, serta pada bagian ketiga orang tua diminta untuk menuliskan materi-materi yang dibutuhkan dalam pelatihan pendidikan seksualitas. setelah mendapatkan data hasil analisa kebutuhan, penulis mulai menyusun tujuan dan sasaran program serta isi modul setiap sesi pelatihan untuk mencapai tujuan pelatihan. Selain itu, selama penyusunan modul, penulis juga berkonsultasi dengan dosen Psikologi UI bagian pendidikan guna mendapatkan isi modul yang relevan dengan kondisi dan kebutuhan orang tua saat ini.
Kekurangan dari program ini adalah belum pernah diujicobakan pada orang tua yang memiliki anak usia 8-12 tahun di DKI Jakarta. Oleh karena itu jika program ini akan dilaksanakan, ada baiknya dilakukan uji coba terlebih dahulu. Hal ini bertujuan untuk melihat sejauh mana program yang telah dirancang ini efektif."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2006
T18572
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fatimah
"ABSTRAK
Tugas akhir ini membahas perilaku pencarian informasi pada remaja awal mengenai Covid-19 pada studi kasus remaja awal di Perumahan Patung Kuda Bekasi. Remaja awal ini mempunyai rasa keingintahuan yang tinggi untuk mencari tahu informasi terlebih mengenai isu kesehatan saat ini. Tujuan dari penelitian ini untuk mengidentifikasi perilaku pencarian informasi remaja awal Perumahan Patung Kuda dalam memenuhi pengetahuan akan informasi Covid-19 dalam kehidupan di tengah merebaknya wabah tersebut dengan menggunakan model perilaku pencarian informasi Ellis. Penelitian ini juga bertujuan untuk mengidentifikasi sumber informasi yang digunakan dan hambatan apa saja yang mereka alami selama melakukan pencarian informasi. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus. Pengumpulan data penelitian menggunakan observasi dan wawancara yang dilakukan dari bulan Maret 2020 sampai dengan bulan Mei 2020. Hasil penelitian menunjukkan bahwa remaja awal Perumahan Patung Kuda melakukan perilaku pencarian informasi model Ellis, yang secara umum dilakukan oleh remaja awal adalah starting, browsing, differentiating, monitoring, extracting, dan ending. Dalam penelusuran informasi adapun sumber yang digunakan mulai dari media internet seperti Google, Twitter, Instagram dan Youtube. Kemudian aplikasi iPusnas, dan terakhir berita di televisi. Hambatan yang dialami oeh informan mulai dari rasa malas dalam melakukan pencarian informasi. Mengenai karakteristik informasi yaitu bahasa. Selain itu minimnya kemampuan dalam strategi pencarian dan penelusuran informasi.
"
2020
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Valen Fridolin Simak
"Masalah kesehatan remaja saat ini sangat berkaitan erat dengan perilaku menyimpang, salah satu diantaranya yaitu perilaku seksual. Faktor yang berperan untuk dapat mencegah perilaku seksual berisiko adalah kecerdasan spiritual remaja. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan antara kecerdasan spiritual dengan perilaku seksual berisiko pada remaja di SMP kelurahan Curug kota Depok Indonesia.
Metode penelitian yang digunakan adalah kuantitatif observasional analitik dengan pendekatan crossectional. Instrumen yang digunakan untuk mengukur variabel kecerdasan spiritual the spiritual intelligence self-report inventory sedangkan variabel perilaku seksual berisiko menggunakan Sexual Risk Survey SRS. Sampel pada penelitian ini melibatkan 302 remaja yang berasal dari 3 sekolah menengah pertama SMP yang pilih berdasarkan metode stratified random sampling. Data dianalisis menggunakan uji Pearson dengan hasil penelitian membuktikan terdapat hubungan negatif yang signifikan antara kecerdasan spiritual dengan perilaku seksual berisiko p = 0,019; r = - 0,135.
Hasil analisis multivariat menggunakan regresi linear berganda menunjukkan jenis kelamin merupakan variabel yang paling berpengaruh terhadap perilaku seksual berisiko. Berdasarkan hasil temuan pada penelitian, perlu adanya pemantauan secara berkesinambungan terhadap tahap tumbuh kembang remaja khususnya dengan meningkatkan status kecerdasan spiritual. Sehingga remaja yang cerdas secara spiritual dapat menekan angka kejadian perilaku seksual berisiko.

Adolescent health problems are closely related to risky behavior, one of which is sexual behavior. A factor that is important prevent risky sexual behavior is the spiritual intelligence of the adolescents. The purpose of this study was to analyze the relationships between spiritual intelligence and risky sexual behavior in adolescents junior high school at Curug city of Depok Indonesia.
The research method used was quantitative observational analytic with crossectional approach. The instrument used to measure the variables of spiritual intelligence the spiritual intelligence self report inventory while the sexual behavior variable is at risk of using Sexual Risk Survey SRS. Sample this study involved 302 adolescents who came from 3 junior high schools SMP selected by stratified random sampling. The data were analyzed using Pearson test with the result of the research proving there was a significant negative correlation between spiritual intelligence with risky sexual behavior p 0,019 r 0,135.
The results of multivariate analysis using multiple linear regression showed gender is the most influential variable on risky sexual behavior. Based on the findings of the research, there is a need to be continuously monitor the stage of adolescent growth especially by improving the spiritual intelligence status. So that spiritually intelligent adolescents can suppress the incidence of risky sexual behavior.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
T50755
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syihabumilla
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat dan menganalisa perilaku Pengajar STAIN Surakarta dalam mencari informasi yang dibutuhkan untuk menulis disertasi dalam rangka menyelesaikan studi program Doktor. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitati£ Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis deskriptif kulitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan internet oleh para informan didasarkan kepada kemudahan akses dan kuantitas informasi yang besar. Model yang digunakan dalam pencarian informasi adalah model Ellis-Wilson. Dalam Pencarian terdapat hambatan yang berasal dari individu maupun sistem internet itu sendiri. Dalann penelitian ini disarankan pentingnya literasi informasi pads civitas akademika dan membenahi unjuk kerja internet.

The aim of this study is view and analyze the behaviour of Lectures STAIN Surakarta in finding the information necessary to write a dissertation in order to complete of the doctoral program. This research is descriptive research with a qualitative approach. Data analysis is done by using descriptive analysis qualitative. Results of research indicate that the use of internet by the informants based on the ease of access and a large quantity of information. Model used in the search information is Ellis-Wilson models. There are obstacles in the search that comes from individuals and the internet system itself. In this study suggested the information literacy on academic community and improve the Internet performance."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2009
T37500
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Alyah Fauziah Ramadhanti
"Inovasi merupakan hal yang penting untuk dilakukan oleh perusahaan pada era globalisasi saat ini dan tentunya tidak terlepas dari peran karyawan yang bekerja secara inovatif pula. Namun, perilaku kerja inovatif ini perlu dipersiapkan ketika berada di perguruan tinggi sebelum memasuki dunia kerja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara perilaku pencarian informasi dan perilaku kerja inovatif pada mahasiswa Universitas Indonesia yang berjumlah 539 mahasiswa. Penelitian ini merupakan perilaku korelasional dengan menggunakan alat ukur perilaku pencarian informasi yang dikonstruksi oleh peneliti dan tim, serta menggunakan Innovative Work Behavior Scale yang dikembangkan oleh Janssen (2000) dan telah diadaptasi oleh Etikariena & Muluk (2014). Data partisipan pada penelitian dianalisis menggunakan Pearson's Correlation, Independent Sample T-Test, dan One-way ANOVA. Hasil penelitian menunjukkan terdapat korelasi yang signifikan antara perilaku pencarian informasi dan perilaku kerja inovatif. Keenam dimensi perilaku pencarian informasi juga berkorelasi secara signifikan dengan perilaku kerja inovatif, yaitu kebutuhan informasi, sumber informasi, pengevaluasian informasi, pengambilan informasi, penggunaan informasi, dan etika informasi. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan pertimbangan oleh tenaga pendidik atau universitas untuk mengembangkan perilaku pencarian informasi yang dapat memunculkan perilaku kerja inovatif pada mahasiswa.

Innovation is important for organization in this globalization era and surely it cannot be separated from employee's innovative work behavior. However, innovative work behavior needs to be prepared when in college before entering the world of employment. This study was conducted to examine the relationship between information-seeking behavior and innovative work behavior on University of Indonesia students involved 539 students. This research was quantitative research that using an information-seeking behavior instrument constructed by researcher and team, also using Innovative Work Behavior Scale from Janssen (2000) and has been adapted by Etikariena & Muluk (2014). Data were analyzed using the Pearson's Correlation, Independent Sample T-Test, and One-way ANOVA. Results from this research indicates that there is significant relationship between information-seeking behavior and innovative work behavior. The six dimensions of information-seeking behavior also correlate significantly with innovative work behavior, that are information need, information source, information evaluation, information retrieval, information utilization, and information ethics. This research hopefully can be considered by educators to develop student's information-seeking behavior that can lead to innovative work behavior."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>