Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 97552 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fenty Nadia Luwis
"Masalah jenis penelitian skripsi ini adalah jenis KDRT apa saja yang terdapat dalam DFKM dan bagaimana KDRT, sebagai bentuk ketidaksetaraan gender, digambarkan di dalam novel ini"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2008
S10859
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Iwiek Handayani
"Skripsi ini membahas novel The Rainbow yang mengungkapkan berbagai..."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1993
S14094
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
NH. Dini
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2005
899.221 DIN d
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Winda Dwiastuti
"Berbagai bentuk budaya populer telah berusaha menyoroti isu kekerasan dalam rumah tangga untuk meningkatkan kesadaran terhadap isu tersebut dan memberdayakan orang-orang yang pernah menjadi korban kekerasan saat menjalin hubungan. Namun, analisis secara kritis tentang bagaimana produk budaya populer menggambarkan isu tersebut sangat dibutuhkan karena kekerasan dalam rumah tangga merupakan isu yang rumit dan sering direpresentasikan dengan tidak tepat. Artikel ini meneliti tokoh-tokoh periferal novel It Ends with Us (2006) dengan menggunakan metode penelitian kualitatif yakni dengan membaca novel tersebut secara mendalam untuk menganalisis tanggapan tokoh-tokoh tersebut terhadap isu kekerasan dalam novel. Respons tokoh-tokoh tersebut dianalisis dengan menggunakan beberapa konsep, seperti konsep Attitude oleh Flood, Pease, Taylor dan Webster (2009), dan konsep Hegemonic Femininity oleh Schippers (2007).
Hasil mengungkapkan bahwa mayoritas tokoh pendukung masih memiliki pandangan sederhana terhadap isu kekerasan dalam rumah tangga karena mereka memandang kekerasan sebagai hal yang privat dan normal di dalam pernikahan. Respons mereka dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti norma–norma patriarki yang terinternalisasi dan pandangan tentang pernikahan. Dapat disimpulkan bahwa tokoh-tokoh periferal tersebut gagal berfungsi maksimal sebagai sistem pendukung untuk tokoh utama wanita sebagai korban kekerasan rumah tangga. Solusi yang diajukan juga disederhanakan karena isu kekerasan tersebut diselesaikan tanpa melibatkan pihak profesional maupun hukuman untuk pelaku.

Many forms of popular culture have tried to highlight domestic violence to raise awareness on the issue and to empower people having experienced violence in relationships. However, critical analysis on how popular cultures portray the issue is profoundly needed as domestic violence is a complex issue and often misrepresented. This article examines the peripheral characters in the novel It Ends with Us (2006) by using qualitative research method in a form of close reading to analyze their attitude and how they respond to the issue of violence in the novel. Characters’ responses are analyzed by using several concepts, such as Flood, Pease, Taylor, & Webster’s (2009) concept of attitudes and hegemonic femininity by Schippers (2007).
It is found that the majority of the characters still have a simplified perspective of domestic violence as they see violence as a private and normal issue in marriage. Their responses are influenced by several factors, such as internalized patriarchal norms and perspective toward marriage. In conclusion, the peripheral characters fail to function maximally as a support system for the abused main female character. The novel’s proposed solution is also simplified as it does not involve professionals and no punishment for the abuser.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2019
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Lydia Arihta
"Kekerasan terhadap anak di dalam keluarga atau rumah tangga pada saat ini di Indonesia merupakan salah satu masalah yang sedang berkembang dan korbannya terus meningkat jumlahnya. Akan tetapi, kasus tersebut seringkali tidak dilaporkan, sehingga menjadi dark number of crime. Dengan terus meningkatnya jumlah anak yang menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga, maka masalah ini sudah seharusnya penting untuk diperhatikan dan dicari penyelesaiannya. Kekerasan terhadap anak terdiri dari berbagai bentuk, antara lain: kekerasan fisik, kekerasan psikis atau psikologis, kekerasan seksual, dan kekerasan ekonomi. Anak merupakan salah satu subjek hukum, jadi kepentingan anak juga diatur, dijamin, dan dilindungi oleh hukum. Oleh karena itu, produk hukum yang ada di Indonesia, seperti: KUHP, UU No.23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak, dan UU No.23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga, juga mengatur mengenai peranan aparat penegak hukum yang ada dalam melindungi anak yang menjadi korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT). UU 23 Tahun 2004 ini tidak hanya mengatur secara materiil, tetapi juga mengatur secara formil, bagaimana kewenangan aparat penegak hukum. Yang dimaksud dengan aparat penegak hukum adalah kesatuan terpadu dari lembaga yang berwenang dalam menangani tindak pidana, atau yang biasa disebut dengan Sistem Peradilan Pidana. Sistem Peradilan Pidana tersebut terdiri dari kepolisian, kejaksaan, pengadilan, dan lembaga pemasyarakatan. Dalam menjalankan tugasnya, aparat penegak hukum mengalami kendala. Hukum dapat berfungsi dengan baik, apabila dapat digunakan dan sesuai dengan aspek sosiologis dalam masyarakat."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2006
S26311
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Citra Diah Utami
"ABSTRAK
Permasalahan KDRT dengan segala dinamika dan dampaknya yang terjadi di dalam kehidupan sehari-hari seolah dianggap sebagai topik yang menarik untuk diangkat ke dalam berbagai medium, salah satunya adalah karya sastra. Salah satu karya sastra yang menampilkan permasalahan kekerasan terhadap perempuan dalam ranah rumah tangga adalah novel Tea For Two karya Clara Ng. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan telaah terhadap dampak psikologis berupa Battered Woman Syndrome atau BWS yang dialami perempuan korban kekerasan dalam rumah tangga KDRT dalam novel Tea for Two. Selain menganalisis dampak psikologis akibat KDRT, penelitian ini juga akan melihat pemicu terjadinya KDRT yang dilakukan pelaku dan dinamika psikologis yang dialami korban hingga akhirnya ia mampu keluar dari lingkaran kekerasan dan bercerai dari pelaku KDRT. Setelah melakukan analisis, diketahui bahwa KDRT yang dilakukan oleh pelaku dilatarbelakangi oleh internalisasi budaya patriarki pada pelaku. Pada akhirnya melalui tahapan resiliensi dan sumber-sumber resiliensi, korban mampu mengatasi sindrom BWS serta keluar dari lingkaran kekerasan dan bercerai dari pelaku KDRT.

ABSTRACT
The problem of domestic violence with all the dynamics and impacts that occur in everyday life seems to be considered as an interesting topic to be raised into various mediums, one of which is a literary work. One of the literary works that presents the problem of violence against women in the domestic sphere is Clara Ng 39 s novel titled Tea For Two. This research aims to examine the psychological impact of Battered Woman Syndrome or BWS experienced by women victims of domestic violence KDRT in the novel Tea for Two. In addition to analyzing the psychological impact of domestic violence victim, this study will also see the trigger of domestic violence perpetrated by the perpetrator and the psychological dynamics experienced by the victim until finally she was able to get out of the cycle of violence and divorced from the perpetrator of domestic violence. After conducting the analysis, it is known that domestic violence perpetrated by the perpetrators is motivated by the internalization of patriarchal culture on the perpetrators. In the end through the stages of resilience and resilience sources, the victim was able to overcome the syndrome BWS and out of the cycle of violence and divorced from domestic violence perpetrators. "
2017
S69532
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zaken Azizi
"Iklan merupakan salah satu hal yang biasa dikonsumsi masyarakat pada media masa. Sosok perempuan kerap ditampilkan di dalam iklan selama ini. Representasi perempuan dalam iklan masih sering menggunakan stereotip-stereotip mengenai perempuan yang telah mengakar dalam masyarakat. Stereotip inilah yang menjadi isi dalam iklan, padahal stereotip tersebut berlawanan dengan realitas kehidupan perempuan yang sudah mengalami banyak perubahan positif. Hal tersebut menimbulkan adanya misrepresentasi perempuan pada masyarakat di kehidupan nyata.
Jurnal ini bermaksud untuk menemukan bagaimana representasi perempuan di dalam iklan tv dari suatu produk yang diposisikan untuk perempuan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, terbukti bahwa masih ada beberapa iklan yang menggunakan stereotip-stereotip negatif terhadap perempuan. Hal tersebut bisa dibuktikan bahwa beberapa iklan masih menampilkan perempuan sebagai sosok yang tidak lebih penting dibandingkan dengan laki-laki, perempuan yang hanya mengurusi urusan rumah tangga, atau bahkan perempuan yang hanya berperan sebagai penghias dalam iklan. Ketimpangan gender masih sangat terlihat dalam beberapa iklan.

Advertisement is kind of thing that commonly consumed by people in the media. Female figures often appear in the ad as a talent. Representation of women in advertisements mostly still use stereotypes about women which deeply rooted in society. The stereotype become the content of the ad, whereas the stereotype is opposite with the reality of the woman lives who had a lot of positive changes. This mistakes made misrepresentation of women in real life.
This study intends to find out how the representation of women in the tv ad for a product that is positioned for women. Based on the research conducted, it is evident that there are still some ads that use negative stereotypes of women. It can be proved that some ads still show woman as someone who is not more important than men, women are just taking care of household affairs, or even women who only act as an ornamental in the ad. Gender misrepresentation is still very visible in some ads.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Gisella Tani Pratiwi
"Keptihatinan peneliti akan kasus anak yang menyaksikan KDRT karena adanya jumlah kasus yang memprihatinkan dan kurangnya perhatian terhadap anak-anak tersebut. Faktor lain yang mendukung kasus tersebut adalah adanya krisis sosial ekonomi yang melanda Indonesia.
Istilah umum yang biasa dipakai mengacu pada kekerasan fisik, penelantaran (neglect), kekerasan seksual, dan kekerasan emosional adalah salah asuh pada anak (child maltreatment) (Mash & Wolfe, 1999). Anak yang menyaksikan kekerasan dalam rumah tangga dalam penelitian ini merupakan salah satu bentuk penelantaran emosional.
Anak-anak yang menyaksikan KDRT seperti T, mengalami distorsi kognitif serta dampak lain yang membuat perkembangannya tidak optimal. Distorsi kognitif rnerupakan fokus masalah bagi Cognitive Behavior Therapy (CBT). CBT merupakan intervensi yang paling banyak memiliki evaluasi empiris dibandingkan intervensi lain yang menangani simptom yang berksjtan dengan trauma pada anak.Hasil penelitian juga menunjukkan adanya bukti yang cukup kuat bahwa intervensi kognitif memiliki peranan dalam memulihkan simptom yang berhubungan dengan peristiwa traumatik akibat pengalaman anak dari bermacam-macam sumber tekanan.
Berdasarkan pemaparan tersebut, maka peneliti ingin menerapkan penanganan dengan pendekatan CBT terhadap anak yang menyaksikan kekerasan dalam rumah tangga dengan tiga tahapan, yaitu : Identifikasi distorsi kognitif Mencari fakta-fakta yang melawan distorsi kognitif yang telah teridentifikasi dan membentuk pemikiran yang positif; serta mengajarkan subjek kemampuan kognisi baru.
Hasil penanganan dengan pendekatan CBT terhadap T, anak yang menyaksikan kekerasan dalam rumah tangga adalah adanya pembentukan awal cara pandang altematif pada T mengenai peristiwa tersebut. Hasil tersebut belum mencapai tujuan yang direncanakan. Beberapa hal yang menghambat proses terapi adalah dari faktor metode terapi dan peneliti serta karakteristik T sendiri."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2006
T17818
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Michelle Maureen
"Aplikasi Bumble sebagai aplikasi kencan feminis dilengkapi dengan beberapa fitur perlindungan, namun normalisasi KBGO, manipulasi identitas, dan perbedaan motivasi pengguna masih menyuburkan KBGO pada perempuan. Studi-studi sebelumnya hanya memberikan pembahasan sampai pada topik mengenai bentuk- bentuk tindakan kekerasan yang mungkin terjadi di aplikasi kencan, namun penelitian ini turut membahas agensi perempuan dalam meresponi KBGO yang dialami. Peneliti berargumen bahwa subjektivitas agensi, diwujudkan dalam tindakan- tindakan yang dilakukan perempuan sebagai bentuk meresponi KBGO yang dialami. Pengumpulan data dilakukan menggunakan metode wawancara mendalam dan observasi digital. Informan dalam penelitian ini sejumlah 6 orang perempuan yang sedang dan/atau pernah menggunakan aplikasi Bumble; berusia 22 hingga 27 tahun; dan pernah mengalami KBGO yang terjadi di Bumble maupun aplikasi lain yang difasilitasi oleh Bumble. Temuan dalam penelitian memperlihatkan bahwa perempuan menunjukkan agensi dalam berbagai tindakan untuk merespon KBGO yang terjadi, baik yang dilakukan secara publik maupun privat. Sherry Ortner mengungkap bahwa agensi perempuan didasari oleh subjektivitas yang berada dalam konteks formasi sosial dan budaya. Agensi perempuan tidak hanya berfokus pada perlawanan yang dilakukan, namun juga tentang bagaimana perempuan membuat dan mencari makna. Tentang apa yang dirasakan, dipikirkan, dan bagaimana perempuan meresponi kondisi KBGO yang menimpanya.

The Bumble application as a feminist dating application is equipped with several protective features, but the normalization of KBGO, identity manipulation, and differences in user motivation still feed KBGO among women. Previous studies only provide discussion on the topic of forms of violent acts that may occur on dating applications, but this research also discusses women's agency in responding to the KBGO they experience. Researchers argue that agency subjectivity is manifested in the actions carried out by women as a form of responding to the KBGO they experience. Data collection was carried out using an in-depth interview process and direct observation on the Bumble application. The informants in this study were 6 women who currently and/or have used the Bumble application; aged 22 to 27 years; and have experienced KBGO that occurs on Bumble or other applications facilitated by Bumble. The findings in the research show that women show agency in various actions to respond to KBGO that occurs, whether carried out publicly or privately. Sherry Ortner reveals that women's agency is based on subjectivity which is in the context of social and cultural formations. Women's agency does not only focus on the resistance carried out, but also on how women make and search for meaning. About what women feel, think, and how they respond to the KBGO conditions that befall them."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>