Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 1749 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Natsume, Soseki
Tokyo: University of Tokyo Press, 1978
895.63 NAT st
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Latifah
"Setiap manusia hidup di dalam ruang. Di dalam karya sastra, latar ruang juga menjadi salah satu unsur intrinsik. Latar ruang dalam karya sastra dapat diwujudkan dengan sebuah kamar, rumah, desa, kota, atau negara. Pada pertengahan zaman Meiji, karya sastra bertemakan kampung halaman muncul di Jepang. Karya sastra kampung halaman menggambarkan masalah yang ada di kota dan kebahagiaan yang terdapat di desa. Novel Botchan yang terbit pada 1906 memiliki dua latar ruang, yaitu Kota Tokyo dan "daerah di sekitar Shikoku". Penelitian ini akan menggambarkan latar ruang novel Botchan tersebut. Penelitian ini akan meminjam metode penelitian yang dilakukan oleh Tsuyoshi Kato. Melalui penggambaran itu, didapatkan bahwa tokoh Botchan memandang rendah "daerah di sekitar Shikoku" dan membangga-banggakan Kota Tokyo. Berdasarkan hal itu, penelitian ini bertujuan untuk membuktikan bahwa novel Botchan merupakan antitesis dari sastra kampung halaman.

Humans live in a space. Space is also one of intrinsic elements of fiction. In fiction, space setting can be room, house, city, countryside, or state. In the mid-Meiji era, literary phenomenon called native place literature that discuss problematic city and peace of countryside emerged. Botchan is a novel that published in 1906. The novel has space setting in Tokyo and "an area around Shikoku". This study will describe Botchan’s space setting. This study will use method study which was conducted by Tsuyoshi Kato to describe both space settings. Through the depiction of them, we will get that the main character called Botchan have an underestimate opinion about "an area around Shikoku" and a pride of Tokyo. As the opinion from Botchan, this study is going to verify the hypothesis that Botchan novel is an antithesis of native place literature."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2013
S47704
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zalfa Dhia
"Penerjemahan merupakan suatu proses reproduksi teks dari bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran dengan padanan yang terdekat. Kegiatan penerjemahan seringkali mengalami kendala, seperti ketika menerjemahkan konsep budaya bahasa sumber yang tidak dikenal dalam budaya bahasa sasaran. Penelitian ini membahas perbedaan prosedur penerjemahan kata budaya material novel Botchan dalam terjemahan bahasa Inggris dan bahasa Indonesia beserta penyebabnya. Penelitian ini menggunakan metode analisis terjemahan dengan konsep kata budaya dan prosedur penerjemahan oleh Newmark sebagai dasar teorinya. Penelitian dilakukan dengan mengumpulkan kata budaya material berdasarkan kategori kata budaya Newmark dalam novel Botchan bahasa Jepang, terjemahan bahasa Inggris, dan terjemahan bahasa Indonesia, kemudian menganalisis prosedur penerjemahan dari kedua terjemahan tersebut dengan menggunakan teori prosedur penerjemahan oleh Newmark. Hasil analisis menunjukkan bahwa terjemahan bahasa Inggris dan bahasa Indonesia dari Botchan memiliki kecenderungan menerjemahkan kata budaya material dengan berorientasi terhadap bahasa sasaran. Meski demikian, terjemahan bahasa Indonesia masih menyisakan sedikit unsur budaya bahasa sumber. Perbedaan ini disebabkan oleh waktu penerjemahan antara terjemahan bahasa Inggris dan bahasa Indonesia yang terpaut cukup jauh, juga andil Cool Japan yang masuk ke Indonesia ketika Botchan diterjemahkan.

Translation is a process of reproducing text from the source language into the target language with the closest equivalent. Translation activities often encounter obstacles, such as when translating cultural concepts of the source language that are not recognized in the target language culture. This study discusses the differences in translation procedures of material cultural words of Botchan novel in English and Indonesian translation and their causes. This research uses translation analysis method with Newmark's concept of cultural words and translation procedure as the theoretical basis. The research was conducted by collecting material cultural words based on Newmark's cultural categories in Botchan's Japanese novel, English translation, and Indonesian translation, then analyzing the translation procedures of the two translations using Newmark's theory of translation procedures. The analysis shows that the English and Indonesian translations of Botchan have a tendency to translate material cultural words using procedures that oriented towards the target language. However, the Indonesian translation still leaves some cultural elements of the source language. This difference is due to the time difference between the English and Indonesian translations, which is quite far apart, as well as Cool Japan's contribution to Indonesia when Botchan was translated."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Joyce Anastasia Setyawan
"Setelah terjadinya reformasi Meiji yang meruntuhkan 300 tahun pemerintahan Tokugawa, Jepang untuk pertama kalinya membuka diri terhadap budaya dan pemikiran-pemikiran asing, dan salah satu pemikiran yang masuk ke Jepang adalah pemikiran dari seorang filsuf Jerman, Friedrich Nietzsche. Pemikiran Nietzsche secara garis besardapat dibagi ke dalam tiga konsep utama, yakni Nihilisme, Adimanusia, dan Siklus Abadi. Salah satu sastra wanyang terpapar oleh pemikiran Nietzsche tersebut adalah Natsume Soseki. Soseki melakukan pembacaan terhadap buku Nietzsche yang berjudul Sabda Zarathustra ketika ia menulis Wagahai Wa Neko de Aru, sehingga di dalam novel tersebut terlihat banyak gambaran pemikiran Nietzsche yang bersumber pada buku Sabda Zarathustra tersebut.
Dengan membedah novel Wagahai wa Neko de Aru, penulis ingin melihat penggambaran pemikiran Nietzsche serta sikap Soseki terhadap pemikiran tersebut. Metode yang akan digunakan adalah metode deskriptif analitis dengan menggunakan pendekatan sejarah pemikiran terhadap karya sastra yang diajukan oleh R. S.Crane. Hasil dari penelitian ini adalah melalui gambaran pemikiran Nietzsche dalam novel, terlihat bahwa Soseki menelaah pemikiran Nietzsche secara kritis. Soseki juga tidak bersikap secara pasif terhadap paparan pemikiran Nietzsche, namun secara aktif dan sadar melibatkan pemikiran Nietzsche sebagai dasar moral dan intelektual serta bahan dalam penulisan karya sastranya.

After Meiji Restoration shut down 300 years of Tokugawa Shogunate, for the first time Japan had contacts withforeign countries, along with their cultures, knowledge, and ideas. One of many philosophical ideas that entered Japan was Friedrich Nietzsches ideas. Generally, Nietzsche ideas can be understood by its three major concepts Nihilism, Superman, and Eternal Recurrence. When it entered Japan, Japanese scholars also come into contactwith the ideas, and one of the scholars is a Japanese literary figure called Natsume Soseki. It is indicated that some of Nietzsche ideas originated from Thus Spake Zarathustra is reflected in Sosekis novel, Wagahai waNeko de aru.
This research focused upon how Nietzsches ideas are represented on this novel and how Sosekidealt with Nietzsches ideas using his novel, using an approach proposed by R. S. Crane, an approach of history of ideas on literature. This research found that from the representations of Nietzsches ideas in the novel, it appears that Soseki approached Nietzschean ideas critically and Soseki also didnt act passively toward Nietzsches ideas. Instead, he actively and consciously involved Nietzsches ideas as moral and intellectual basis and as material in his own writing.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuanita Pranoto
"Judul skripsi di atas merupakan ekspresi penulis dalam kajian telaah karya sastra pujangga Jepang termashur Natsume Soseki. Sanshiro merupakan karya Sasaki yang ditulis pada tahun 1903 . Soseki sendiri dikenal sebagai sastrawan Jaman Meiji, Jaman dimana Jepang sedang melakukan pembaharuan-pembaharuan dalam segala bidang. Keadaan masyarakat Jepang menuju kekehidupan moderen. Dalam penulisan skripsi ini penulis mengarahkan pembaca pada Kesusastraan Jaman Moderen yang menjurus pada aliran-aliran kesusastraan seperti Romantisme - Realisme - Naturalisme. Sanshiro ditulis dengan anutan aliran di luar ke-tiga aliran di atas. Dalam menulis Sanshiro, Soseki dapat dikata_kan menjurus pada aliran anti naturalisme, dalam bahasa Jepangnya Hanshizenshugi. Sanshiro ditulis dengan melihat manu sia itu secara keseluruhan dan penuh berisikan keindahan dan juga keburukannya. Dengan membaca Sanshiro, penulis melihat bahwa karya tersebut Menceritakan kehidupan seorang pemuda bernama Sanshiro yang Berasal dari suatu daerah terpencil Kumamoto, kemudian pergi menuntut ilmu ke Tokyo. Dalam perjalanannya ia mengalami berbagaikejadian yang cukup membuatnya heran dan terkejut. Beberapa kejadian diantaranya adalah ekibat dari ketidaktahuannya akan keadaan lingkungannya yang baru. Di daerah asalnya ini yang terjadi sehari-hari tidak serupa dengan yang dialami di Tokyo. Keadaan di Tokyo sudah sangat moderen dan itu adalah akibat dari masuknya kebudayaan Barat ke Jepang."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1987
S13908
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ermah Mandah
"Dewasa ini karya sastra asing sudah banyak diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Disamping karya sastra barat, juga terdapat terjemahan dari karya sastra negara lain seperti Jepang. Karya sastra Jepang yang banyak diterjemahkan adalah novel-novel dari pengarang Akutagawa Ryunosuke, Kawabata Yasunari, Tanizaki Junichiro, Natsume Soseki dan beberapa pengarang lainnya. Melalui karya-karya sastra terjemahan, selain menambah khasanah kebudayaan Indonesia, khususnya kesusasteraan Indonesia, juga untuk mengetahui perkembangan kesusasteraan dari negara-negara asing. Terutama mengenai sastra Jepang; yang sampai saat ini masih dirasakan kurang perkembangannya di Indonesia. Atas dasar tersebut penulisan skripsi ini mencoba untuk me_neliti novel Kokoro karya Natsume Soseki. Soseki adalah seorang pengarang besar dalam sastra Jepang moderen yang terkenal sering mengetengahkan tema cerita yang berpangkal pada moral. Namanya mulai dikenal dalam sastra Jepang ketika novel pertamanya wagahai wa Neko de Aru (1905) terbit. Novel ini.."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1981
S13594
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Matsui, Sakuko
Tokyo: Centre for East Asian Cultural Studies for Unesco, 1975
895.63 MAT n
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Natsume, Soseki
London: Peter Owen, 1972
895.634 NAT m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
McClellan, Edwin
Chicago: University of Chicago Press, 1969
895.63 MCC t
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
"Setsuzokujoshi merupakan partikel yang menunjukkan hubungan kalimat dengan kalimat, serta mempunyai peran yang pening di dalam kalimat. Yang menjadi ciri khas setsuzokujoshi adalah posisinya yang selalu terletak di antara dua kalimat. Setsuzokujoshi yang merupakan bagian dari partikel, dalam bahasa jepang, memiliki banyak jenis. Pada penelitian ini, peneliti akan membatasi penelitian pada penggunaan 'sorekara' ; 'soshite' ; 'soreni' yang terdapat di artikel-artikel website surat kabar asahi com. Adapun metode penelian yang digunakan adalah metode kepustakaan. Penelitian ini bermaksud untuk mengetahui fungsi dari setsuzokujoshi 'sorekara' ; 'soshite' ; 'soreni' dan apakah dapat saling menggantikan dalam sebuah kalimat dan bertujuan agar para pembelajar bahasa Jepang dapat mengetahui persamaan dan perbedaan yang jelas antara sorekara, soshite, dan soreni, sehingga pembelajar bahasa Jepang dapat menggunakannya dengan baik dan benar. Setelah menganalisis data, penulis menemukan beberapa simpulan yaitu 'soshite' dalah penguatan masalah dari sebuah topik pembicaraan karena ada kesadaran pembicara. Sering digunakan ketika menggabungkan sebuah topik pembicaraan. Sedangkan 'sorekara' adalah tindakan menguatkan jenis secara berurutan. Artinya, akan ada kegiatan kedua yang akan dilakukan atau terjadi setelah kegiatan pertama selesai dilakukan. 'soreni' memiliki fungsi menambahkan hal lain kepada sebuah hal. Karena 'sorekara' memiliki fungi yang hampir sama dengan 'soshite', ada kemungkinan 'soshite' dapat digantikan oleh 'sorekara' atau sebaliknya "
LINCUL 7:1 (2013)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>