Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 129082 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Abdul Mun`im
"Kontrasepsi selaput IntravagR dengan bahan berkhasiat Alkil fenoksi poli etoksi etanol-10 (Agent 741) telah lama beredar di Indonesia, tetapi belum diketahui dengan pasti tentang efektifi tas dan keamanannya sebagai kontrasepsi. Juga belum diketahui cara kerjanya menyebabkan sperma immotil.
Penelitian terhadap 30 semen manus ia in vitro dengan menggunakan metoda Sander-Kramer menunjukkan bahwa pada dosis 0,15 mgjml larutan PBS pH 7,4 menyebabkan semua sperma mati setelah 20 detik pemberian larutan uji. Dosis yang digunakan pada penelitian ini 0,05; 0,10 dan 0,15 mgjml.
Hasi uji HOS (Hypo Osmotic SweLLine) menyebabkan sperma dengan in.. tegritas membran rusak meningkat setelah pemberian larutan uji. Pada dosis 0,15 mg/ml menyebabkan semua sperma mengalami kerusakan membran.

A film contraceptive agent which contains Alkyl phenoxy polyethoxyethanol-10 (Agent 741), R Intravag , has been available in Indonesia for years. However its effectiveness and safety as a contraceptive agent and also its mechanism of action is still unknown.
An in vitro study of thirty human-semen used Sander-Kramer method showed that at dose of that solution of pH 7,4 caused all of sperms immotil and get demaged after administering for 20 second. Doses used in this study are 0.05; 0.10 and 0.15 mg/ml.
The result of HOS (Hypo Osmotic Swelling) test showed that the testw solution caused the sperms with denaged membrane integrity increased. A dose of 0.15 mg/ml of test solution caused all of sperms membranes demaged."
Depok: Universitas Indonesia, 1990
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hardi Gunawan
"ABSTRAK
Norplant, suatu cara kontrasepsi implant yang hanya mengandung progesteron, telah diperkenalkan di Indonesia dengan nama KB susuk.
Berdasarkan kepustakaan pemberian harmon steroid terbukti dapat menimbulkan perubahan profil lipid dan memperbesar risiko terjadinya penyakit jantung koroner.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan data mengenai perubahan profil lipid serta menilai besarnya risiko terjadinya penyakit jantung koroner pada akseptor Norplant dibandingkan dengan akseptor kontrasepsi oral. Selain itu juga untuk mendapat asupan mengenai perkiraan saat terjadinya perubahan profil lipid akseptor Norplant dan Noriday serta jenis uji laboratorium yang diperlukan untuk memantaunya.
Penelitian dilakukan terhadap 2 kelompok akseptor Norplant, masing-masing 26 orang akseptor Norplant selama 2 tahun dan 19 orang akseptor Norplant selama 4-5 tahun yang berasal dari Klinik Raden Saleh, Jakarta. Akseptor kontrasepsi oral yang diteliti berasal dari Klinik KB Rumah Sakit Angkatan Udara Halim, Jakarta, juga terdiri dari 2 kelompok, masing-masing 13 orang akseptor Noriday selama 2 tahun dan 21 orang akseptor Noriday selama 4-5 tahun. Sebagai kontrol adalah talon akseptor Norplant yang berasal dari Klinik Raden Saleh, Jakarta.
Terhadap masing-masing kelompok dilakukan pemeriksaan kadar kolesterol-total dan trigliserida secara enzimatik serta kolesterol-HDL dan kolesterol-LDL dengan cara presipitasi dan enzimatik. Dilakukan pula penghitungan rasio kolesterol-total/ kolesterol-HDL dan kolesterol-LDL/ kolesterol-HDL. Pemeriksaan dilakukan antara bulan April - Juni 1987 di Bagian Patologi Klinik FRUI-RSCM, Jakarta.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemakaian Norplant sampai dengan 5 tahun lamanya tidak menimbulkan perubahan profil lipid yang bermakna dan tidak didapatkan perbedaan yang bermakna dibandingkan dengan kelompok kontrol. Demikian juga dengan pemakaian Noriday, secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa, keeuali kadar trigliserida, profil lipid akseptor Noriday sampai dengan 5 tahun lamanya tidak mengalami perubahan yang bermakna dan tidak ditemukan adanya perbedaan yang bermakna dibandingkan dengan kelompok kontrol. Profil lipid kelompok akseptor Norplant juga tidak berbeda dibandingkan dengan kelompok akseptor Noriday.
Dari data yang diperoleh dapat dikatakan bahwa pemakaian Norplant dan Noriday sebagai alat kontrasepsi sampai dengan 5 tahun lamanya tidak memperbesar risiko terjadinya penyakit jantung koroner.
Walaupun demikian nilai-nilai parameter lipid akseptor Norplant dan Noriday terlihat cenderung meningkat bersamaan dengan lamanya pemakaian. Karena itu pada penggunaan Norplant atau Noriday lebih dari 5 tahun disarankan agar pemantauan profil lipid dilakukan secara teratur setiap tahun. Parameter lipid yang dipantau adalah kadar kolesterol-total, trigliserida, kolesterol-HDL dan kolesterol-LDL serta penghitungan rasio kolesterol-total/kolesterol-HDL dan kolesterol-LDL/kolesterol-HDL.
Penggunaan Norplant dan Noriday sebaiknya dihentikan bila profil lipid menunjukkan peningkatan risiko terjadinya penyakit jantung koroner dan dianjurkan untuk dilakukan penilaian status kardiovaskulernya.
Selain itu juga perlu dilakukan dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai profil lipid pada pemakaian Norplant dan Noriday lebih dari 5 tahun lamanya.
Terhadap calon akseptor Norplant atau Noriday sebaiknya terlebih dahulu dilakukan pemantauan profil lipid. Bila profil lipid yang didapat terletak di atas nilai cut off, dianjurkan agar menggunakan cara kontrasepsi yang lain."
1989
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sjamsibar Baras
"Perluasan Pelayanan Keluarga Berencana menyebabkan bertambahnya peserta KB baru. Penambahan peserta KB baru diikuti pula oleh banyaknya peserta KB drop out, sehingga menghambat tercapainya tujuan Program KB yaitu norma keluarga kecil bahagia sejahtera. Berbagai faktor dapat mempengaruhi kelangsungan pemakaian alat kontrasepsi antara lain faktor-faktor yang berhubungan dengan pelayanan KB meliputi sumber pelayanan, jenis petugas dan keterampilan petugas, kepuasan peserta KB terhadap pelayanan. Faktor-faktor tersebut berkaitan dengan kegiatan pembinaan petugas kesehatan/KB terhadap peserta KB.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pembinaan petugas kesehatan/KB terhadap peserta KB dalam meningkatkan kelangsungan pemakaian alat kontrasepsi. Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian analitik dan pengumpulan data dengan teknik Cross Sectional. Pengambilan sample pada peserta KB dengan cara Stratified random sampling, sedangkan pada petugas tidak dilakukan sampling. Analisis yang digunakan yaitu Analisis presentase, Chi Kuadrat, Cramer's V atau Phi, uji korelasi dan Analisis regresi sederhana.
Dari penelitian ini didapatkan bahwa kebanyakan petugas kesehatan/KB adalah petugas pemerintah dari jenis tenaga terbanyak Dokter. Ternyata kegiatan konseling dilaksanakan oleh sebagian besar petugas kesehatan kemudian kunjungan ke Posyandu merupakan kegiatan kedua terbanyak, sedangkan kegiatan pembinaan lainnya hanya di laksanakan oleh kurang dari separuh petugas kesehatan. Didapatkan pula bahwa bidan paling banyak melayani peserta KB dalam pembinaan.
Peserta KB yang menerima kegiatan pembinaan sebagian besar adalah ibu rumah tangga yang kebanyakan berumur 20-40 tahun. Jenis kontrasepsi yang digunakan terbanyak suntikan dan pil, hanya sebagian kecil menggunakan IUD. Peserta KB tersebut sebagian besar masih memanfaatkan pelayanan pemerintah. Alasan terbanyak drop out peserta KB karena adanya keluhan. Didapatkan 44, 1% peserta aktif selama 18 bulan, 42, 4% selama 12 bulan, 7,4% selama 6 bulan dan 6, 1% selama 20 bulan.
Dari Analisa Statistik ternyata tidak ada perbedaan tingkat kelangsungan penggunaan alat kontrasepsi yang bermakna menurut frekuensi kunjungan rumah, frekuensi kunjungan ke Posyandu, frekuensi pembinaan Tokoh Masyarakat, pembinaan organisasi, frekuensi rapat staf dan frekuensi rapat koordinasi, ada/tidak adanya uraian tugas, baik/tidak rencana kerja, motivasi kerja, kerja lama dan penampilan kerja. Terbukti adanya korelasi yang bermakna antara frekuensi konseling dengan kelangsungan pemakaian alat kontrasepsi dan kekuatan korelasi sebesar 18%. Tiap kenaikan kategori frekuensi konseling akan meningkatkan keikutsertaan KB sebesar 0,167. Diharapkan adanya peningkatan pelayanan pembinaan melalui konseling dan pemerataan pelayanan KB terutama meningkatkan peranan Dokter/Bidan Swasta.
Akhirnya disarankan perlunya penelitian lebih lengkap mengenai kegiatan pembinaan peserta KB yang mencakup bukan hanya intensitas kegiatan tapi juga kualitas dan materi pelaksanaan kegiatan."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1989
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Pria merupakan fokus baru untuk program keluarga berencana (KB) yang selama ini belum banyak diperhatikan.
Sampai sekarang kontrasepsi untuk pria yang dianggap mantap adalah kondom dan vasektomi. Namun penggunaan
kondom sebagai alat kontrasepsi menimbulkan keluhan psikologik, sedangkan vasektomi permanen. Alternatif lain
yang dipakai sebagai cara kontrasepsi adalah cara hormonal, selain itu juga perlu dikembangkan obat kontrasepsi yang
berasal dari tumbuhan dan mempunyai efek antifertilitas: salah satunya adalah biji pepaya. Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui pengaruh penyuntikan ekstrak biji pepaya terhadap konsentrasi spermatozoa vas deferen dan keadaan
sel spermatogenik testis tikus jantan (Rattus norvegicus L.) Strain LMR. Metoda penelitian ini menggunakan biji
pepaya varietas Bangka dengan dosis/kilogram berat badan yakni : 0,1 mg; 0,5 mg; 0,9 mg; 1,0 mg; 5,0 mg; 9,0 mg
dengan ulangan 4 ekor tikus untuk tiap perlakuan. Penyuntikan ekstrak biji pepaya dilakukan secara intramuskuler pada
paha tikus selama 20 hari (1,5 siklus epitel seminiferus). Adapun parameter yang diteliti adalah konsentrasi
spermatozoa vas deferen, berat testis, diameter tubulus seminiferus, dan keadaan sel spermatogenik. Dari penelitian ini
didapatkan hasil bahwa penyuntikan ekstrak biji pepaya selama 20 hari : dapat menyebabkan kenaikan konsentrasi
spermatozoa vas deferen secara sangat bermakna (p<0,01); mempengaruhi perkembangan sel spermatogonium A dan
sel spermatosit primer preleptoten secara bermakna (p<0,05); tidak mempengaruhi berat testis, diameter tubulus
seminiferus, perkembangan sel spermatosit primer pakhiten dan spermatid (p>0,05) dibandingkan dengan kontrolnya.
The effect of injection with papaya (Carica Papaya L.) seed extract on sperm concentration and spermatogenic
cells of male rats (Rattus norvegicus L.) Strain LMR. So far men as a subject in family planning program had no
priority, however recently men become a focus. Established mothodes for male contraception are through condom and
vasectomy. Using condoms create psychological complaints, whereas vasectomy although very effective has often
permanent effect. An other method of contraception is hormonal; besides that it is important to develop contraception
using plants with antifertility effect such as papaya seed. Therefore, the aim of this research is to know the effect of
extract papaya seeds on concentration and viability of sperms in vas deferens of male rat Strain LMR. This research was
done using papaya seed extract, Bangka variety with 7 treatments, doses/kg/body weight, including 0 mg; 0.1 mg; 0.5
mg; 0.9 mg; 1.0 mg; 5.0 mg; 9.0 mg for times each treatment. Administration of papaya seed extract was performed by
intramusculary injection for 20 days (1,5 seminiferous epithelium cycles). Investigation were done on 1) sperms
concentration of vas deferens, 2) weight of testis, 3) seminiferous tubules diametric, 4) condition of spermatogenic
cells. Injection with papaya seed extract for 20 days increased sperm concentration of vas deferens significantly
(P<0,01), decreased population of spermatogonium A and primary spermatocytes preleptoten significantly (p<0,05), did
not give any significant effect on weight of testis, seminiferous tubules diametric, primary spermatocytes pachyten and
spermatid (P>0,05)."
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2001
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Diana Wijayaningrum
"Pendahuluan. Pemakaian kontrasepsi pada wanita tidak kawin mampu mencegah terjadinya kehamilan tidak diharapkan yang dapat mendorong aborsi tidak aman. Pada wanita bekerja, tuntutan dunia kerja dan keinginan mengembangkan karir, mendorong untuk memakai kontrasepsi agar tidak hamil.
Tujuan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara status pekerjaan dengan pemakaian kontrasepsi pada wanita tidak kawin di Indonesia tahun 2012.
Metodologi. Analisis multivariabel regresi logistik dilakukan pada subsampel 13.124 wanita tidak kawin umur 15-49 tahun dari Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012.
Hasil. Hasil penelitian menunjukkan hanya 1,1% wanita tidak tidak kawin yang mengaku memakai kontrasepsi pada saat survei. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa wanita tidak kawin yang bekerja memiliki odds 1,7 kali lebih tinggi untuk memakai kontraspesi dibandingkan yang tidak bekerja (OR adjusted = 1,7, 95% CI: 1,1 - 2,8).
Simpulan. Akses pelayanan kontrasepsi untuk wanita yang dalam usia reproduksi tidak ditinggalkan oleh Program Keluarga Berencana. Program Keluarga Berencana di Indonesia harus memberikan akses universal kepada setiap wanita dalam usia subur tanpa memandang status perkawinannya.

Introduction. Contraceptive use by unmarried women are able to prevent unintended pregnancy that can lead to unsafe abortion. Women who work, the demands of the working world and desire to develop their career, increase the use of contraceptive to avoid pregnancy.
Objective. The purpose of this study is to find out the influence of employment status on contraceptive use among unmarried women in Indonesia.
Method. Multivariable logistic regression analysis conducted on the subsample 13.124 of unmarried women aged 15-49 years from Indonesian Demographic and Health Survey (IDHS) 2012.
Result. The results showed only 1.1% of unmarried women who are using contraception at the time of the survey. The results also showed that unmarried women who work have a 1.7 times higher odds to use contraception than those who do not work (OR adjusted = 1.7, 95% CI: 1.1 to 2.8).
Conclusion. Access to contraceptive services for women of reproductive age should not left behind by the Family Planning Program. We should provide universal access to every woman of childbearing age regardless of marital status.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S55054
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bagyo Witjaksono
"ABSTRAK
Untuk menekan laju pertambahan penduduk Indonesia yang cepat yaitu 2,32 pertahun diperlukan usaha menurunkan angka kelahiran melalui Program Nasional Keluarga Berencana (PHKB). Dalam pelaksanaannya PHKB mengalami banyak hambatan karena belum ditemukannya kontrasepsi ideal yang bebas dari efek samping dan kegagalan. Beberapa peneliti melaporkan adanya perubahan-perubahan faktor pembekuan darah karena efek estrogen yang ada dalam kontrasepsi pil. Sedangkan efek progesteron lebih sedikit dibandingkan estrogen.
Penelitian ini bertujuan menyelidiki pengaruh pemakaian kontrasepsi Norplant yang berisi hormon progesteron terhadap parameter pembekuan darah, disamping itu untuk bahan perbandingan dilakukan penelitian pada kelompok pemakai kontrasepsi pil kombinasi.
Penelitian dilakukan pada 6 kelompok individu. Kelompok 1 (kontrol) terdiri dari 25 orang diambil dari donor darah PHI dan paramedis RSCH. Kelompok 2 sampai dengan 5 adalah pemakai kontrasepsi Horplant 2th,3th,4th dan 5 th dari Klinik Raden Saleh. Kelompok 2 dan 3 masing-masing 25 orang sedangkan kelompok 4 dan 5 masing-musing 20 orang. Kelompok 6 terdiri dari 25 orang pemakai kontrasepsi pil kombinasi Noriday 5 th dari Rumah Sakit AURI Halim. Terhadap masing-masing kelompok diperiksa masa protrombin plasma, masa tromboplastin parsial teraktivasi, kadar fibrinogen, aktivitas AT III, aktivitas F VII dan X. Perbandingan antara masing-masing kelompok dilakukan dengan uji statistik anova dan Scheffe 5 test. Pemeriksaan dilakukan antara bulan Februari sampai dengan bulan Oktober 1987 di Bagian Patologi Klinik FKUI-RSCH Jakarta.
Penelitian ini mengungkapkan bahwa pada pemakaian Norplant selama 5 tahun semua parameter pembekuan darah yang diperiksa tidak berbeda bermakna dengan kontrol walaupun ada kecenderungan pemendekan masa protrombin plasma dan masa tromboplastin parsial teraktivasi, peningkatan kadar fibrinogen dan penurunan aktivitas AT III. Selain itu pada pemakaian kontrasepsi pil kombinasi semua parameter pembekuan darah yang diperiksa berbeda bermakna bila dibandingkan kelompok kontrol.
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa pemakaian Horplant aman sampai dengan 5 tahun. Setelah 5 tahun dianjurkan pemeriksaan masa protrombin plasma, masa tromboplastin parsial teraktivasi, kadar fibrinogen dan aktivitas AT III secara berkala tiap tahun sekali.
Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa Norplant lebih aman daripada kontrasepsi pil kombinasi.
"
1988
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dheva Oktaverina
"Pemilihan metode kontrasepsi yang akan digunakan istri tidak terlepas dari peran suami. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap suami terhadap pemilihan kontrasepsi istri di Kecamatan Tarub. Desain penelitian menggunakan cross sectional dan 110 responden yang diambil secara cluster sampling dilibatkan dalam penelitian ini. kuisioner yang digunakan dalam penelitian telah dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Hasil analisa menunjukan mayoritas responden memiiki pengetahuan kontrasepsi yang rendah (64,54%) dan sikap kontrasepsi yang negatif (63,36%). Sebagian besar istri responden menggunakan metode kontrasepsi jangka pendek (64,54%). Penelitian ini mengungkapkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan (p = 0,304) dan sikap (p = 0,318) suami terhadap pemilihan kontrasepsi istri di Kecamatan Tarub. Konseling kontrasepsi dibutuhkan oleh suami dan istri mengenai jenis kontrasepsi agar kontrasepsi yang digunakan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi pasangan.

The selection of contraceptive methods to be used by the wife is inseparable from the husband's role. This research have a purpose to know relationship between  husband's knowledge and attitudes to the selection of wife contraception in Tarub Sub-District. The research design used cross sectional, as many as 110 respondents taken by cluster sampling were involved in this research. The questionnaire used in the study was tested for validity and reliability. The analysis shows that the majority of respondents have low contraceptive knowledge (64.54%) and negative contraceptive attitudes (63.36%). Most of the respondent's wife use short-term contraceptive method (64.54%). This research revealed that there was no significant relationship between knowledge (p = 0.304) and attitude (p = 0.318) of the husband to the selection of wife contraception in Tarub Sub-District. Husband and wife counseling is needed by husband and wife regarding the type of contraception so that the contraception used is appropriate to the needs and conditions of the partner."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2015
618.182 BUK
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Eska Riyanti Kariman
"Tingkat pemakaian kontrasepsi pil di kalangan wanita PUS cukup tinggi, hal itu terlihat dari data pemakaian kontrasepsi pil hasil SDKI 2002103 sebesar 13,2 % . Tingginya prevalensi pemakaian kontrasepsi pil tersebut tidak dibarengi dengan tingginya tingkat kelangsungan pemakaian, hasil SDKI 1997 tercatat 34 % pemakai pit tidak menggunakan lagi setelah sate tahun_ Angka putus pakai (drop out) pil ini merupakan yang kedua tertinggi setelah kondom. Tingkat kelangsungan pemakaian kontrasepsi pil arnat dipengaruhi oleh kedisiplinan dan kepatuhan akseptor dalam memakainya. Hal tersebut dimungkinkan bila akseptor memiliki pengetahuan dan informasi yang cukup yang dapat diperoleh melalui konseling yang dilakukan oleh petugas.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan konseling kontrasepsi dengan tingkat kelangsungan pemakaian kontrasepsi pil. Data yang digunakan adalah data sekunder SDKI 2002103. Disain penelitian adalah crossectional dengan kajian statistik analisis survival.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata tingkat kelangsungan pemakaian kontrasepsi pil adalah 31 bulan dengan median survivalnya 37 bulan. Probabilitas kelangsungan pemakaian kontrasepsi pil setelah bulan ke-12 adalah 62 % dan probabilitas kelangsungan setelah bulan ke-60 adalah 31 %. Probabilitas kelangsungan pernakaian kontrasepsi pil setelah bulan ke-12 pads kelompok yang mendapat konseling kontrasepsi adalah 66%, sedangkan pada kelompok yang tidak mendapatkan konseling kontrasepsi 56 %. Risiko untuk putus pada akseptor pil yang tidak mendapatkan konseling adalah 1.6 kali bila bertempat tinggal dikota dan 1.5 kali bila tinggal didesa. Risiko untuk putus pada akseptor pil yang tidak konseling adalah 1.6 kali bila tidak ada efek camping dan menjadi 2 kali bila ada efek samping.
Tingginya risiko putus pemakaian kontrasepsi pil di wilayah perkotaan perlu mendapatkan perhatian dari pengelola program Keluarga Berencana. Dugaan sementara hal ini dijumpai didaerah kota pinggiran atau daerah kumuh, untuk itu kegiatan konseling kontrasepsi yang lebih intensif terkait dengan akseptor di daerah tersebut hares ditingkatkan misalnya melalui kunjungan petugas yang lebih sering ke rumah diharapkan dapat menurunkan risiko putus pakai. Kegiatan konseling pada prinsipnya dilakukan untuk mengurangi kekhawatiran akseptor akan efek sarnping yang ditimbulkan kontrasepsi selama pemakaiannya.

Prevalence of pill contraception used among reproductive woman are high, it can seen at SDKI 2002/03 which is about 13,2 %. This height prevalence is not followed with the-continuity rate, only 34 % of women still used pill contraception within 12th month recorded in SDKI 1997. This rate as highest secondly after condom. The pill contraception continuity rate is influenced by discipline and compliance of acceptor in using it.That things is possible when acceptor have enough knowledge and information about contraception usage which they can get it from councelling by family planning officer.
This study is aimed to gain information on relationship of contraception counselling with the period of time pills uses. This study uses secondary data SDKI 2002/03. Study design used is crossectional with statistical survival analysis.
The result study shows that mean of pill contraception continuity rate are 31 month with median survival are 37 month. The Probabilities of pills continuity rate after 12th month are 62 percent and probabilities of pills continuity rate after 60th month are 31 percents. Probabilities of pills continuity rate after 12'h month in whom that receive counsellings are 66 percents, men while the group whom that not receive counselling only 56 percent. The risk of drop out among the pills acceptbr whom that not receive counsellings are 1,6 times if they lives at the city and 1,5 times if they lives at the village. The risk of drop out pills among acceptor whom that not receive counsellings are 1,6 times if they not have side effect and it can be 2 times if they have side effects.
The height risk of drop out pills among acceptors in urban region need to get more attentions from the organizer of family planning program. Momentary, assumption whereas this matter is met in marginal town area or slum region, for that more intensive program of counselling contraception related to acceptor in the are, for example more regular follow up to the acceptors whom lives at this area and had side effect. The principle of counseling is to lessen the worried feeling of the acceptor with the side effects generated by contraception during its usage.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2006
T19128
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Patricia Vanda Trigno
"Hubungan antara lama amenore dan jarak kehamilan telah dipelajari di banyak negara. Di Indonesia, lama amenore panjang, tapi banyak wanita menyusui yang menggunakan kontrasepsi pil pada saat yang bersamaan. Bila wanita postpartum mulai menggunakan pil, dia akan segera mendapatkan kembali siklus menstruasinya, dan menjadi fertil. Bila banyak diantara mereka berhenti menggunakan pil, maka kita akan kehilangan banyak masa amenore yang dapat menyebabkan jarak kehamilan yang lebih pendek. Agar dapat diperpanjang ada dua faktor penting yaitu laktasi (menjaga wanita tetap amenore) dan kontrasepsi.
Penelitian ini merupakan analisis data sekunder dari IFLS-2 yang diadakan pada tahun 1997-1998. Saat penggunaan piI berhubungan negatif dengan lama amenore. Tidak ada hubungan antara saat penggunaan pil dan jarak kehamilan, namun kehamilan dalam ≤ 18 bulan hanya terjadi pada ibu yang mulai menggunakan pil sejak amenore. Juga tidak ada hubungan antara lama amenore dan jarak kehamilan, tapi kemungkinan ibu yang lama amenore ≤ 8 bulan hamil dalam ≤ 18 bulan dua kali ibu yang lama amenorenya > 8 bulan. Untuk mendapat manfaat ASI sepenuhnya terhadap jarak kehamilan, sebaiknya penggunaan pil ditunda hingga amenore berakhir, dan sebaiknya ibu menggunakan metode amenore laktasi.

Analysis of Sociodemography Factors, Time to Start Pill Contraception, Duration of Amenorrhea, and Pregnancy Interval among Women in Childbearing Ages in Indonesia (A Secondary Data Analysis of IFLS-2 1997)The association between the amenorrhea period and birth intervals has been studied in many countries. In Indonesia, the mean duration of amenorrhea is long, but many lactating women using the pill at the same time. When postpartum women start using pill, she will soon get her menstrual cycle return, and become fertile. If many of these women stop taking the pill, then we will lose a lot of the amenorrhea period which will lead to a shorter birth interval. To extend the interval there are two important factors: lactation (keep women in amenorrhea state) and contraception.
This study presents a secondary data analysis from the IFLS-2 that was carried out in 1997-1998. The time to start pill has negative association with duration of amenorrhea. There is no association between time to start pill and pregnancy interval, but pregnancy within ≤ 18 months only occurs in women who start the pill while amenorrhea. There is also no association between duration of amenorrhea and pregnancy interval, but women with duration of amenorrhea ≤ 8 months are twice likely to have pregnancy interval ≤ 18 months then the women with > 8 months amenorrhea. To get the full advantages of lactation on the pregnancy interval, women should cancel using the pill until the amenorrhea has stop, and mother use the lactation amenorrhea method for best.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2001
T9349
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>