Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 172387 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Menik Prabandarini
"Proses oksidasi senyawa organik selama proses ozonisasi merupakan faktor utama meningkatnya kadar formaldehid di dalam air minum. Menurut IPCS dan IARC konsentrasi formaldehid di dalam air minum diharapkan kurang dari 100 μg/L. Sedang menurut Keputusan Menteri Kesehatan (Kepmenkes) RI Nomor 907/Menkes/SK/VII/2002 tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum, kadar maksimum yang diperbolehkan adalah sebesar 900 μg/L. Untuk itu perlu dilakukan pemeriksaan adanya formaldehid dalam air minum dalam kemasan. Penetapan kadar dilakukan dengan metode kolorimetri menggunakan pereaksi Nash. Panjang gelombang analisis adalah 412,40 nm dan pengukuran serapan warna yang terbentuk maksimum 20 menit setelah tahap mereaksikan selesai. Dari 5 sampel yang diperiksa, 1 diantaranya positif mengandung formaldehid dengan kadar antara 50 - 67 μg/L Kadar yang terdapat di dalam sampel tidak melebihi batas maksimum yang diperbolehkan.
Formaldehyde in drinking water arises mainly from the oxidation of natural organic matter during ozonation. According to IPCS and IARC concentrations of formaldehyde in drinking-water are expected to be less than 100 μg/L. And according to Republic of Indonesia Minister of Health Regulation Number 907/Menkes/SK/VII/2002 about Drinking Water Quality Observation and Conditions, concentrations of formaldehyde in drinkingwater are expected to be less than 900 μg/L. Therefore, a research for determine formaldehyde in bottled and packaged drinking water is necessary to be done. The level of formaldehyde can be determined with colorimetric method using Nash reagent. The maximum wave length analysis is 412,40 nm and measure the color that was showed maximum 20 minutes after the reaction's step was finished. The result of inspection from 5 samples, 1 sample shows contain formaldehyde on level of 50 μg/L - 67μg/L. In conclusion the level of the content within the sample didn't exceed the maximum in drinking water."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2007
S33002
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sinurat, Apriani Vera Sarjanita
"Metode analisis formaldehida dapat dilakukan dengan spektrokolorimetri dengan menggunakan pereaksi asam kromatropat dan pereaksi Nash. Namun pereaksi ini tidak selektif hanya pada formaldehida. Telah dilaporkan kedua pereaksi berinterferensi dengan bahan kimia lain seperti aldehida, fenol, beberapa logam. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan selektivitas pereaksi asam kromatropat dan pereaksi Nash terhadap bahan tambahan makanan seperti asap cair, kurkumin, dan vanillin dalam sampel tahu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa asap cair atau kurkumin dalam sampel tahu mengganggu analisis formaldehida dengan pereaksi asam kromatropat maupun pereaksi Nash. Vanillin dalam sampel tahu mengganggu analisis formaldehida dengan pereaksi asam kromatropat, tetapi dengan pereaksi Nash hanya pada konsentrasi 0,1% sampai 1%. Pereaksi Nash lebih selektif dibanding pereaksi asam kromatropat untuk analisis formaldehida dalam sampel tahu yang mengandung asap cair, kurkumin, atau vanillin."
Depok: Universitas Indonesia, 2006
S32702
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Universitas Indonesia, 2005
TA1266
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Universitas Indonesia, 2004
TA1249
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Annisrakhma Swastiniar Kuswan
"Pereaksi Schryver merupakan salah satu pereaksi yang biasa digunakan untuk analisis kualitatif formaldehid. Pereaksi ini banyak digunakan karena memiliki sensitivitas dan selektivitas yang baik terhadap formaldehid. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan optimasi pereaksi Schryver agar penggunaannya optimal pada analisis kualitatif dan kuantitatif formaldehid. Optimasi dilakukan dengan cara membuat variasi konsentrasi dari masing-masing komponen secara bertahap. Komposisi yang optimum dipilih berdasarkan intensitas dan stabilitas serapan yang diperoleh. Kemudian komposisi ini digunakan untuk mengidentifikasi dan menentukan kadar formaldehid secara spektrofotometri pada sampel usus dan hati ayam yang dijual di Pasar Minggu dan Pasar Kramat Jati, Jakarta, Indonesia. Hasil validasi metode menunjukkan batas deteksi 0,0464 mg/L dan batas kuantitasi 0,1546 mg/L. Uji presisi dan akurasi metode menunjukkan hasil yang baik dengan koefisien variasi 0,538%, persentase perolehan kembali formaldehid dalam sampel usus ayam berkisar antara 98,64 - 100,08% dan dalam sampel hati ayam 99,86 - 104,34%. Identifikasi formaldehid terhadap 6 sampel usus ayam didapatkan hanya 1 sampel yang menunjukkan hasil yang positif dengan kadar 99,8481 μg/g. Sedangkan identifikasi formaldehid dalam 6 sampel hati ayam menunjukkan hasil yang negatif.

Schryver's Reagent is one of many reagent that often used for formaldehyde qualitative analysis. For most purposes Schryver's method using phenylhydrazine hydrochloride and potassium ferricyanide is the method of choice because this reagent have a good sensitivity and selectivity against formaldehyde. In this research, the Schryver's reagent will be optimized and so it can be used optimally in qualitative and quantitative analysis of formaldehyde. Optimization was done by varying the concentration of each component step by step. The optimum composition was selected based on the absorption intensity and stability obtained. Then the optimized composition will be used to identify and determine the value of formaldehyde using spectrophotometry in chicken intestine and liver samples that sold in Pasar Minggu and Pasar Kramat Jati, Jakarta, Indonesia. The validation method showed that the detection limit was 0.0464 mg/L and the quantification limit 0.1546 mg/L. Precision and accuracy test showed a good result that variation coeficient 0.538%, recovery test of formaldehyde in chicken intestine sample is about between 98.64% and 100.08%, and about between 99.86% and 104.34% in chicken liver. The formaldehyde identification in chicken intestine sample showed from six samples have been tested, only one sample that gave a positive result which contain 99.8481 μg/g. Whereas the formaldehyde identification in chicken liver sample showed a negative result."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2011
S1078
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Muhimatun Nisa
"Ion fluorida dibatasi jumlahnya karena mempunyai efek buruk pada gigi yang berupa fluorosis gigi yang tidak dapat diobati. Namun disamping pengaruh buruk tersebut, ion fluorida mempunyai manfaat dalam menurunkan angka caries pada gigi bila digunakan dalam konsentrasi tertentu. Oleh karenanya, konsentrasi ion fluorida dalam air minum yang optimum adalah yang dapat memberikan manfaat menurunkan caries gigi tetapi tidak menimbulkan fluorosis pada gigi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan mengukur kadar ion fluorida pada sampel air minum dalam kemasan. Analisis kuantitatif kadar ion fluorida dilakukan secara spektrofotometri visible pada panjang gelombang maksimum 576 nm menggunakan pereaksi sodium 2-parasulfofenylazo 20-1,8-dihidroksi-3,6- naftalen disulfonat (SPADNS)-asam zirkonil.
Hasil validasi metode menunjukkan batas deteksi 0,0550 mg/L, batas kuantitasi 0,1833 mg/L, dan koefisien variasi 0,34%. Perolehan kembali ion fluorida pada sampel air minum dalam kemasan berada dalam rentang 80-110%. Hasil penelitian menunjukkan kadar ion fluorida pada air minum dalam kemasan masih dalam batas kadar yang diizinkan. Berdasarkan Standar Nasional Indonesia, batas maksimum kadar fluorida yang diperbolehkan sebesar 1,0 mg/L dan berdasarkan FDA (Food and Drug Administration), kadar maksimum ion fluorida adalah 1,5 mg/L. Rata-rata kadar ion fluorida pada sampel air minum dalam kemasan yang diuji masih dalam batas normal yakni antara 0,1 mg/L sampai 0,46 mg/L.

Fluoride ion was restricted due to its health effects on dental fluorosis that could not be repaired. But in addition to adverse effects, fluoride ion has benefits in reducing dental caries when used in certain concentration. Therefore, the concentration of fluoride ion in drinking water is the optimum that can provide the benefits of reducing dental caries, but did not cause dental fluorosis.
The aim of this research was to identify and measure the levels of fluoride ion in bottled drinking water samples. Quantitative analysis of fluoride ion concentration visible spectrophotometry with maximum wavelength 576 nm using acid zirconylsodium 2-parasulfofenylazo 20-1,8-dihidroksi-3,6-naftalen disulfonat (SPADNS) reagent. The limit of detection, limit of quantitation, and coefficient of variation for fluoride ion were 0,0550 mg/L, 0,1833 mg/L, and 0,34%, respectively. Recovery of fluoride ion in samples of bottled drinking water were in the range of 80-110%.
The result showed levels of fluoride ion in bottled drinking water is still within the limits permitted. In the Indonesian national standard, the maximum permitted concentration of fluoride ion 1.0 mg/L and according to the FDA (Food and Drug Administration), the maximum levels of fluoride ion is 1,5 mg/L. The average level of fluoride ion in bottled drinking water samples tested within normal range between 0,1 mg/L until 0,46 mg/L.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2010
S33167
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Kurniati
"Masih besarnya potensi industri AMDK di Indonesia menjadi daya tarik bagi perusahaan baru (incumbent) untuk memasuki industri ini. Tidak hanya perusahaan dalam negeri bahkan perusahaan luar negeri pun ikut bergabung, yaitu dengan masuknya Danone mengakuisisi AQUA dan The Coca Cola Company mengakuisisi AdeS. Untuk melihat dampak akuisisi, dilakukan analisis kinerja menggunakan kerangka kerja Structure-Conduct-Performance dan rasio keuangan; analisa kekuatan perusahaan melalui rasio pertumbuhan, rasio keuangan, dan rasio usaha; dan hambatan masuk melalui iklan yang diterapkan dua perusahaan tersebut.
Metodologi yang digunakan adalah metode ekonometri dengan menggunakan panel karena terbatasnya data. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan pengumpulan data sekunder dari perusahaan AQUA dan AdeS, ASPADIN (Asosiasi Pengusaha Air Minum Dalam Kemasan Indonesia), BPS (biro Pusat Statistik), dan Departemen Perindustrian dari tahun 1991 sampai 2005. Pengolahan data menggunakan metode dummy variabel untuk membandingkan kondisi perusahaan sebelum dan sesudah akuisisi. Sedangkan analisa kualitatif menggunakan metode Structure-Conduct-Performance (SCP) untuk menganalisa pengaruh akuisisi perusahaan terhadap industri.
Sesuai dengan teori ekonomi industri, hasil estimasi akuisisi yang diukur dengan kerangka kerja SCP berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja perusahaan. Sedangkan hasil estimasi akuisisi yang diukur dengan tingkat keuntungan (ROA) tidak selalu menambah kinerja perusahaan. Besarnya nilai intersep yang negatif dan dampak akuisisi yang rendah menunjukkan bahwa pengambilalihan tidak selalu menambah kinerja perusahaan yang diukur oleh rasio keuangan. Sesuai dengan penelitian Andrew P. Dickerson; Heather D. Gibson, dan Euclid Tsakalotos, bahwa pengambilalihan tidak selalu menambah kinerja perusahaan. Hal tersebut bergantung pada kondisi kesehatan perusahaan yang diukur dengan rasio keuangan.
Menurut teori SCP, kinerja tidak hanya diukur dari rasio keuangan saja. Faktor lain seperti teknologi, kondisi persaingan dengan perusahaan lain, hambatan masuk merupakan faktor yang cukup signifikan mempengaruhi kinerja perusahaan. Dan hubungan antara pengeluaran iklan dengan keuntungan perusahaan yang diukur dengan tingkat pengembalian investasi (ROI) berhubungan negatif. Diduga pengukuran tingkat pengembalian investasi berasal dari investasi dalam teknologi untuk meningkatkan kapasitas produksi dan penjualannya."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2007
S26378
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arga Hananto
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2003
S19356
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Panjaitan, Regina Christella
"Penjualan produk AMDK di e-commerce melibatkan visibilitas dengan adanya promosi. Keberhasilan ini dapat terukur dengan gross merchandise value (GMV). Diperlukan analisis prediksi GMV terhadap variabel-variabel eksternal sebagai parameter kuantitatif dari promosi, yaitu lalu lintas pengunjung (traffic) dan tingkat konversi (conversion rate). Hal ini dilakukan untuk melihat apakah strategi visibilitas yang dilakukan telah berhasil untuk meningkatkan penjualan. Prediksi dilakukan dengan membandingkan ketiga model, yaitu ARIMA, ARIMAX, dan XGBoost. Hasil prediksi menunjukkan bahwa model ARIMAX memberikan performa yang lebih baik dalam melakukan prediksi. Model juga menyebutkan bahwa kedua variabel memiliki pengaruh signifikan dalam prediksi model GMV, dibuktikan.

Selling AMDK products in e-commerce involves visibility through promotions. This success can be measured by gross merchandise value (GMV). GMV prediction analysis is needed on external variables as quantitative parameters of the promotion, namely traffic and conversion rate. This is done to see whether the visibility strategy implemented has been successful in increasing sales. Predictions are made by comparing the three models, namely ARIMA, ARIMAX, and XGBoost. The prediction results show that the ARIMAX model provides better performance in making predictions. The model also states that the two variables have a significant influence in the GMV prediction model, as evidenced by the p-value of each variable being below 0.05 and feature importance being positive."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>