Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 55636 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nila Kamala
"Defisiensi zat gizi mikro terutama vitamin A, zat besi dan yodium, masih
tetap menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Di antara berbagai
intervensi yang ditujukan untuk meningkatkan status gizi mikro penduduk adalah
dengan pelaksanaan fortifikasi pangan. Tujuan dari mikroenkapsulasi vitamin A
palmitat dengan menggunakan gelatin-akasia secara koaservasi kompleks adalah
untuk mengubah bentuk vitamin A menjadi serbuk yang dapat melindungi inti
dari pengaruh luar sehingga dapat digunakan sebagai bahan baku fortifikasi
pangan. Mikrokapsul vitamin A dibuat dengan perbedaan konsentrasi inti dan
penyalut 1:1, 1:2, dan 1:3. Mikrokapsul lalu diuji meliputi ukuran partikel, bentuk
dan morfologi, kadar air dan stabilitas mikrokapsul. Hasil uji stabilitas
mikrokapsul vitamin A palmitat setelah penyimpanan selama 4 minggu baik pada
suhu ruang maupun oven 40 °C menunjukkan bahwa mikrokapsul dengan
perbandingan inti-penyalut 1:3 lebih stabil dibandingkan 1:1 dan 1:2. Penurunan
kadar vitamin A dalam mikrokapsul yang disimpan dalam oven suhu 40 °C lebih
besar dibandingkan suhu ruang."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
S33139
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Nurma Hidayati
"Teiah dilakukan penelitian tentang mikroenkapsulasi
furasemida dengan metode koaservasi pemisahan fase Fenyalut
yang diqunakan adaiah campuran gelatin dan gorn - akasia.
Perbandingan antara furosemlda gelatin dan gom akasia
adalah 111 dengan berat masing-masing bahan 1q5 grarn
Fercobaan liii d.ilakukan pada empat kondisi yaltu pH 3..8
40; 4,2 dan 4. Formalin sejumlah 10 mililiter d.igunakan
sebaaai pengeras dinding mikrokapsul.
Secara urnum mikrokapsui yang diperoich berbentLk
mononukleus Mikrokapsul dengan kondisi pembuatan pH 40
mempunyai ben tuk yang lebih baik dibanding mikrokapsui
lainnyaq yutu berhentuk hulat dencjan permukaan dinding
yang licin dan intl (nengumpul di teh qah cnikrokapsul.
Fersentase furosemida yang tersalut antara 89% sampal
95/.. Hasil ter-tinggi diperaleh rnikrokapsul pada pH 4q0,.

Microencapsultion of furosemide with caaservation
separation phase method had been investigated. The coating
material were mixture of gelatin and gummi acaciae The
ratio of furosemide gelatin and gummi acaciae was 1:11
and each of the material weight was 15 gram. There were
four treatment 4 pH 38; 40 42; and 45. A hardening
agent was Used 10 mililiter of forrnalin.
Generally, microcapsules was founded formed spherical
mononucleus. Microca psules pH 4 1 0 has better performance
than the othersq because it has smooth surface wall, spherical
and mononucleus.
The persentations of coated furosemide between 89% -
The lithhest result was achived at microcapsules with
pH 40.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1991
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yudi Srifiana
"Mikrokapsul merupakan partikel kecil mengandung zat aktif yang dikelilingi oleh suatu bahan penyalut. Penelitian ini bertujuan untuk membuat mikrokapsul yang mengandung ketoprofen dengan menggunakan dua metode yaitu koaservasi dan semprot kering kemudian mengkarakterisasi mikrokapsul tersebut. Pragelatinisasi pati singkong (PPS) digunakan sebagai bahan penyalut pada metode koaservasi dan pragelatinisasi pati singkong ftalat (PPSFt) digunakan sebagai bahan penyalut pada metode semprot kering. Mikrokapsul yang diperoleh dari kedua metode tersebut kemudian dikarakterisasi meliputi rendemen proses, bentuk dan morfologi, efisiensi penjerapan, distribusi ukuran partikel, indeks mengembang, analisis gugus fungsi, dan profil pelepasan obat. PPSFt yang digunakan memiliki derajat subsitusi sebesar 0.0541 dan larut dalam medium basa. Mikrokapsul yang dibuat dengan metode koaservasi memiliki bentuk yang tidak sferis dan berongga dengan efisiensi penjerapannya sebesar 20.27% ± 1.82. Sementara itu, mikrokapsul yang dibuat dengan metode semprot kering memiliki bentuk yang hampir sferis dengan permukaan cekung dan memiliki efisiensi penjerapannya sebesar 80.22% ± 9.18.
Hasil pelepasan obat menunjukkan bahwa selama 8 jam sebesar 8% ketoprofen dilepaskan dalam pH 1.2 dan sebesar 18% dilepaskan dalam pH 7.4 dari mikrokapsul yang dibuat dengan metode koaservasi. Sementara itu, ketoprofen dilepaskan selama 8 jam sebesar 5% dalam pH 1.2 dan 25% dilepaskan dalam pH 7.4 dari mikrokapsul yang dibuat dengan metode semprot kering. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa mikrokapsul yang dibuat dengan kedua metode tersebut dapat menahan pelepasan obat sehingga berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai sediaan lepas lambat.

Microcapsules are a small particles containing a core material surrounded by a coating or shell. The aim of this study was to prepare microcapsules containing ketoprofen by coacervation and spray drying methods, and then characterize them. Pregelatinized cassava starch (PCS) and pragelatinized cassava starch phthalate (PCSPh) were used as coating materials in coacervation and spray drying microencapsulation, respectively. The obtained microcapsules were then characterized, including its yield, shape and morphology, drug-loading efficiency, particle size distribution, swelling index, functional group analysis, and drug release profile. The used PCSPh had substitution degree of 0.0541 and dissolved in basic aqueous medium. Microcapsules prepared by coacervation method were a irreguler shaped and hollow surface and the entrapment efficiency was 20.27% ± 1.82. Otherwise, the spray dried microcapsules showed a nearly-spherical-shape with biconcave surface and the entrapment efficiency was 80.22% ± 9.18.
The release study results showed that within 8 hours ketoprofen released from the coacervation microcapsules at pH 1.2 and pH 7.4 were 8% and 18%, respectively. Besides, ketoprofen released from spray-dried microcapsules within 8 hours at pH 1.2 and pH 7.4 were 5% and 25%, respectively. In conclusion, the microcapsules prepared by both methods could extent the drug released, thus it may be possible to be used for a sustained release device.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2013
T32610
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadia Zahra Nooraisha
"Ekstrak plasenta dapat digunakan sebagai pengobatan dan kosmetika, seperti produk perawatan kulit dan menghambat penuaan kulit. Ekstrak Plasenta mengandung komponenkomponen seperti asam amino yang dapat meningkatkan produksi kolagen pada fibroblast kulit. Vitamin C merupakan antioksidan yang paling sering dijumpai dan memiliki peran dalam biosintesis kolagen sehingga memiliki fungsi antiaging. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil penetrasi serum ekstrak plasenta dengan keberadaaan Vitamin C. Ekstrak Plasenta diformulasikan ke dalam bentuk sediaan serum untuk kulit dikombinasikan dengan Vitamin C dengan kadar 5% dan 10% (Formula C2 dan C3) dan diamati kemampuan penetrasinya ke dalam kulit dibandingkan dengan serum ekstrak plasenta tanpa Vitamin C (Formula C1) menggunakan Sel Difusi Franz selama 6 (enam) jam. Diperoleh hasil uji penetrasi Serum C1 sebesar 113,69 mg/cm2 dengan fluks sebesar 15,7 mg/cm2.jam, Serum C2 sebesar 97,52 mg/cm2 dengan fluks sebesar 11,6 mg/cm2.jam, dan Serum C3 sebesar 80,26 mg/cm2 dengan fluks sebesar 9,5 mg/cm2.jam. Dalam penelitian ini disimpulkan bahwa keberadaan vitamin C pada formulasi serum ekstrak plasenta dapat menurunkan kemampuan penetrasinya, yang disebabkan oleh sifat hidrofilisitasnya.

Placenta extract can be used as a treatment and cosmetics, such as skin care products, and inhibit skin aging. Placenta extract contains components such as amino acids that can increase collagen production in skin fibroblasts. Vitamin C is the most commonly found antioxidant and has a role in collagen biosynthesis so that it has an antiaging function. This study aims to determine the serum penetration profile of placental extract with the presence of Vitamin C. Placenta extract was formulated into serum dosage form for the skin combined with Vitamin C with levels of 5% and 10% (Formula C2 and C3) and observed its penetration ability into the skin compared to serum of placenta extract without Vitamin C (Formula C1) using Franz Diffusion Cells for 6 (six) hours. The results of penetration test for Serum were 113,69 mg/cm2 with a flux of 15,7 mg/cm2.hr for Serum C1, 97,52 mg/cm2 with a flux of 11,6 mg/cm2.hr for Serum C2, and 80,26 mg/cm2 with a flux of 9,5 mg/cm2.hr for Serum C3. This study concluded that the presence of Vitamin C in the serum formulation of placenta extract can reduce its penetration ability, which is due to its hydrophilicity properties."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ibrahim Koatma
"Telaii dilakukan penentuan kadax' vitamin dalam tablet vitamin
B kompleks dengan cara kolorimetri dan cara spektrofluorometri,
dan penentuan kadar vitamin Bg dalam tablet vitamin B kompleks .
dengan cara spektrofluorometri, cara kolorimetri untuk penentu
an kadar vitamin ternyata tidak dapat dilakukan, karena Nicotinaraid
akan ikut diendapkan bersama-sama vitamin B^ oleh am
monium reineckat. Penentuan kadar denj^?an cara spektrolluorometri
untuk vitamin dan vitamin fl^., ternyata mernberikan basil yang
cukup memuaskan, tetapi pacia penentuan kadar vitamin Bp dengan
cara spektrofluorometri konsuntrasi vitarnlii Bg bai'us dinaikkan
10 kali lebih besar dari prosedur semula»

A determination of vitamin cdncentratioxi in vitamin B eoraplex
tablets had been carried out with the Colorimetrio method
and the Spectrofluorometric method, and a determination of vi
tamin B2 concentration in vitamin B complex tablets v/ith the'~ ^
Spectrofluorometric method. The Goloriraetric method for the
determination of vitamin concentration could not be put in
to practice becauce the Kicotinarnide would also be precipitated
together with vitamin by Ammonium Reineckat. A determination
of concentration with the Spectrofluorometric method of vitamin
B^ and vitamin Bg give evidence of a isatisfying result, but in
the' determination of vitamin Bg concentration with the Spectro
fluorometric method, the vitamin concentration had to be
raised ten times from the original procedure.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1981
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Natrium diklofenak yang berkhasiat sebagai antiinflamasi dibuat dalam
sediaan mikroemulsi yang berfungsi sebagai pembawa karena ukuran
partikelnya yang kecil dan adanya fase air dan minyak yang membantu
menembus barrier kulit. Mikroemulsi adalah sistem dispersi yang terdiri dari
fase air, minyak, surfaktan, dan kosurfaktan. Penelitian ini bertujuan untuk
membuat sediaan mikroemulsi yang jernih dan stabil menggunakan minyak
kelapa sawit yang dibandingkan terhadap isopropil palmitat dengan natrium
diklofenak sebagai model obat. Hasilnya menunjukkan formula dengan
minyak kelapa sawit lebih stabil secara fisik selama 2 bulan penyimpanan
pada suhu kamar dibandingkan formula dengan isopropil palmitat. Pengujian
penetrasi melalui kulit tikus dengan alat franz difussion cell selama 8 jam
menunjukkan bahwa formula dengan isopropil palmitat memberikan hasil
penetrasi natrium diklofenak sebesar 706,63 ± 32,73 μg/cm2 dan minyak
kelapa sawit sebesar 1058,67 ± 73,12 μg/cm2 ."
Universitas Indonesia, 2007
S32608
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Melia Kurniati
"ABSTRAK
Dalam Penelitian sebelumnya tanin banyak digunakan sebagai pengompleks ion-ion logam. Pembentukan kompleks asam Iemah tannin dipengaruhi kondisi Iingkungan seperti pH larutan. Pada penelitian ini dipelajari karakteristik tanin, kompleksnya clan kestabilannya pada beberapa pH secara spektrofotometri.
Karakteristik kompleks tanin dipelajari dengan titrasi spektrofotometri. Untuk mempelajari karakter kompleks tanin sebelumnya dilakukan karakterisasi gugus fungsi tanin dengan spektroskopi IR, uv, clan mereaksikan tanin dengan ion Fe 2+ . Ligan makromolekul tanin dititrasi penambahan ion Fe2 . Ligan makromolekul tanin dititrasi dengan ion logam Cu(II) dan Co(II) pada pH yang sama dan secara kontinyu diukur serapannya..
Tetapan kestabilan kondisional kompleks dipelajari dengan persamaan Scatchard dengan parameter v dan v/M yang telah digunakan dalam penentuan tetapan kestabilan kondisional kompleks makromolekul asam humat dan protein.
Analisis tanin dengan IR dan reaksinya dengan ion Fe21 menunjukkan bahwa tanin aldrich yang digunakan dalam percobaan termasuk golongan pirogallol atau tanin terhidrolisis yang mempunyai gugus aktif fenol dan karboksilat. Spektra uv tanin menunjukkan serapan yang meningkat dengan naiknya pH. Spektra komplekS tidak berbeda secara signifikan dengan
spektra ligan bebasnya. Penurunan serapan karena penambahan ion logam setelah koreksi pengenceran sangat kecil clan kurva titrasi yang diperoleh sangat landai.
Secara keseluruhan nilai tetapan kestabilan kondisional kompleks (K') tanin turun pada pH yang lebih tinggi. Berdasarkan teori dan penelitian sebelumnya dengan metoda lain maka hasil ini bertolak belakang sehingga penggunaan metoda spektrofotometri uv untuk menentukan tetapan kestabilan kondisional kompleks harus dipertimbangkan kembali."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1998
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Rihlah Farhati
"Penelitian ini bertujuan untuk mensintesis ester melalui reaksi esterfikasi antara sukrosa dengan asam palmitat menggunakan lipase Candida rugosa terimobilisasi pada nanopartikel Fe3O4-kitosan dengan menggunakan pelarut tbutanol dan metil isobutil keton. Nanopartikel Fe3O4 disintesis dengan metode kopresipitasi. Imobilisasi lipase Candida rugosa pada nanopartikel Fe3O4-kitosan dilakukan menggunakan glutaraldehida sebagai agen pengikat silang. Kemudian dilakukan karakterisasi mengggunakan FTIR , FESEM, TEM dan VSM. Terhadap lipase terimobilisasi dilakukan uji aktivitas dan persen loading. Persen loading hasil imobilisasi yang diperoleh sebesar 68,15% dan aktivitas hidrolisis lipase terimobilisasi diperoleh sebesar 4,88 U/mL dengan aktivitas spesifiknya sebesar 1,39 U/mg, serta efisiensi hasil imobilisasi sebesar 3,53%. Pada penelitian ini dilakukan optimasi perbandingan rasio mmol asam palmitat : sukrosa dengan perbandingan 30:1, 60:1, dan 90;1. Kondisi optimum diperoleh pada perbandingan rasio 30:1 dengan persen konversi sebesar 29,71 % pada pelarut tbutanol dan 21,42% pada pelarut metil isobutil keton. Selain itu dilakukan pula variasi waktu inkubasi reaksi selama 8,12, dan 16 jam dan persen konversi terbesar diperoleh dalam waktu inkubasi selama 16 jam dengan persen konversi sebesar 28,45% pada pelarut t-butanol dan 22,31 % pada pelarut metil isobutil keton. Berdasarkan persen konversi yang diperoleh, t-butanol merupakan pelarut yang lebih baik dari metil isobutil keton. Hasil uji surfaktan sederhana terhadap hasil ester yang terbentuk memperoleh hasil positi.

The aim of this study is to synthesize esters by esterification reaction between sucrose and palmitic acid using immobilized Candida rugosa lipase on Fe3O4-chitosan nanoparticles by using t-butanol and methyl isobutyl ketone as solvents. Fe3O4 nanoparticles were synthesized by coprecipitation method. The immobilization of Candida rugosa lipase on Fe3O4-chitosan nanoparticles was conducted by using glutaraldehyde as crosslinker agent. Then Fe3O4 nanoparticles, Fe3O4-chitosan nanoparticles, and immobilized enzymes were characterized using FTIR, FESEM, TEM, and VSM. The iimobilized lipase were then tested for its activity and its loading percentage. Loading percentage of the immobilized lipase was 68.15% and its hydrolytic activity was 4.88 U/mL, with its specific activity of 1.39 U/mg and immobilization efficiency of 3.53%. In this study, the mmol ratio palmitic acid : sucrose was variate, ie. 30 : 1, 60 : 1, and 90 : 1. The optimum conditions obtained at the mol ratio30: 1 with the percent conversion of 29.71% using t-butanol and 21.42% in methyl isobutyl ketone as solvent. The incubation time for esterification were also variated (8, 12, and 16 hours) and the best conditions obtained was at 16 hours with the percent conversion value of 28.45% in t-butanol and 22.31% in methyl isobuthyl ketone. The ester product was then examined by simple emulsion test and was proved to be an emulsifier.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
S57930
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>