Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 178310 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Manalu, Donesius
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1970
S16298
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erman Suparno
"PT. PP-TAISEI INDONESIA CONSTRUCTION merupakan salah satu perusahaan Joint-Venture di Indonesia, antara perusahaan dalam negeri dengan perusahaan asing, Jepang, yang telah berusia 25 tahun. Penelitian dilakukan untuk di kaji bagaimana pelaksanaan dalam Manajemen Silang Budaya Organisasinya sehingga tetap dapat meningkat sampai saat ini.
Disadari bahwa didalam perusahaan Joint Venture masalah yang timbul dan sangat mempengaruhi jalannya organisasi adalah perbedaan budaya (culture) dari masing-masing anggota organisasi Joint-Venture tersebut. Oleh karena itu penelitian tentang Manajemen Silang Budaya (Cross Culture Management) pada PT. PP-Taisei Indonesia Construction ini difokuskan pada faktor-faktor yang mempengaruhi maupun faktor-faktor yang dapat dipengaruhi oleh nilai-nilai budaya organisasi antara lain; iklim organisasi, kepuasan kerja karyawan dan kemampuan daya saingnya dalam memasuki era globalisasi atau era persaingan bebas.
Sehingga pokok masaiah dalam tests ini ialah bagaimana pengelolaan silang budaya sehingga organisasi (perusahaan) dapat berkembang dan maju, serta mempunyai daya saing ?
Penelitian ini dengan pendekatan deskriptif analitis dengan menggunakan data kepustakaan serta data primer (in-depth interview) dan studi dilakukan secara kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa manajemen PT. PP-Taisei Indonesia Construction sangat memperhatikan nilai-nilai budaya yang ada dan yang terjadi dan berupaya mengetolanya sehingga tercipta iklim organisasi dan kepuasan kerja karyawan. Temuan penelitian yang paling utama adalah gambaran adanya suatu hubungan empiris antara nilai-nilai budaya yang ditetapkan oleh perusahaan dengan iklim organisasi serta kepuasan kerja pegawai.
Pengalaman kemampuan mengelola silang budaya di PT. PP-Taisei dapat pula dijadikan acuan dalam mengelola Silang Budaya Organisasi lainnya, baik organisasi publik maupun Organisasi Swasta terutama yang bersifat aliansi ; Joint-Venture, Joint Operation, Konsorsium atau Penggabungan (Merger).
Nilai-nilai Budaya Organisasi yang telah mengkristal menjadi Budaya Organisasi baru yang telah disepakati, dihormati, ditaati dan dihargai bersama jika dikelola, disosialisasikan serta dipelihara dengan balk akan menjadi kekuatan organisasi dan meningkatkan daya saing organisasi dalam menghadapi era globalisasi."
2000
T8648
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Pusat Studi Hukum Dagang Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 1975
332.6 UNI b
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Pasaribu, Maria Uliarta
"Pertumbuhan demand terhadap layanan satelit di Indonesia selama satu tauhun terakhir meningkat sebesar 28 persen. Telkom, sebagai operator satelit lokal terbesar di Indonesia, sudah tidak dapat melayani permintaan tersebut akibat keterbatasan kapasitas yang hanya bersumber dari 2 satelit yang dimiliki. Di sisi lain, operator-operator satelit asing mulai masuk dan siap merebut pasar nasional. Dalam 10 tahun terakhir, persentase market share operator-operator asing di Indonesia terus meningkat hingga saat ini telah mencapai 30 persen dari total market. Menghadapi kondisi tersebut, Telkom berupaya untuk meningkatkan value bisnis satelitnya melalui kerjasama joint venture dengan operator asing tersebut. Kerjasama semacam ini akan memungkinkan Telkom memperoleh slot orbit baru sebagai resource utama pembangunan sebuah satelit serta membuka jalan untuk melakukan ekspansi bisnis ke luar negeri. Penelitian ini akan menganalisis bentuk joint venture terbaik dari sisi finansial, market, risiko, time to setup, serta tingkat national pride. Dari hasil penelitian ini disimpulkan bahwa peningkatan value bisnis satelit paling optimal diperoleh melalui joint venture dengan shared assets yang terdiri atas 3 slot orbit.

Since last year, the growth of satellite demand has been increasing 28 percent. Telkom, as the biggest satellite operator in Indonesia, is no longer capable to fulfill such request due to the limited capacity from two satellites of its own. On the other hand, satellite operators from other countries has started to enter and ready to take portion in national market. In the last ten years, the percentage of those foreign operators has been increasing up to 30 percent from the total national market share. Dealing with such condition, Telkom is trying to increase the value of its satellite business through joint venture with foreign operator. This kind of cooperation will give an opportunity for Telkom to get new orbital slot, the main resource for satellite development and, at the same time, will open the way for business expansion. This research will analyze the best form of joint venture from financial, market, risk, time to setup, and national pride aspects. As the result, joint venture with shared-assets consists of 3 orbital slot will give the most optimum value of satellite business."
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Terbitan ini adalah rekaman seminar I Pusat Studi Hukum Dagang Universitas Indonesia tentang joint venture yang diadakan pada tanggal 8-9 Agustus 1975 di Jakarta. Memuat beberapa masalah dalam rangka joint venture di Indonesia, laporan tentang seminar, dan daftar peserta seminar."
Jakarta: Pusat Studi Hukum Dagang Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 1975
K 332.6 UNI b
Buku Klasik  Universitas Indonesia Library
cover
Jonathan H. Gunawan
"ABSTRAK
Strategic Alliance is becoming more important ¡n the globalization era,
moreover in the rapid changing technology and greater complexity of process and
services in the business world. Two or more companies with their different core
competencies could establish a strategic alliance in order to achieve a synergy and to
position themselves as a Competitive company in the market. A comprehensive
understanding of Strategic Alliance is presented ¡n Chapter 2.
Indonesia as one of the emerging countries ¡n Asia has attracted many
investors from different countries. This includes an attractive investment in the
property industry which experienced booming in 1990 and 1994. The property
market in Indonesia particularly in Jakarta has experienced a tremendous growth
since the last five years. This is due to the rapid increase of foreign direct investment
(FDI) inflow to Indonesia.
A Joint Venture as a form of Strategic Alliance is partnership between two
parties or more. They may establish either fifty-fifty or unequal equity partnership.
This study is to elaborate a 50-50 or an equally equity Joint Venture process between
PT. Z and a foreign investor in property development which is often viewed as a
problem in voting. The purpose of this study is to elaborate a 50-50 Joint Venture
procese between PT. Z, a local property developer and a foreign investor. As a
guidelines a sequence process of joint venture is provided.
PT. Z is a medium sized property developer which prefers focusing on a niche
market. PT. Z has operated a good quality and international standard rental
apartment in South Jakarta. It is performing very well In terms of income and
occupancy level. PT. Z has also acquired a parcel of land in the Jakarta?s CBD area
and keeps it for future development. The shareholders of PT. Z have realized that
they have a limited capital resources to build the office building. Raising a new loan
will not be possible as the company has already a very high leverage. Having
considered all factors by using SWOT analysis, PT. Z will use high value of the
apartment to seek foreign partner who can bring new equity to the company. PT. Z
offers 50% equity partnership to the incoming foreign partner.
The HIC-SEA (Holding Investment Corporation for South East Asia) is a
subsidiary of a large prominent European-based multinational company. The HIC-.SEA is
interested in investing in the property market in the region and will manage property
portfolio in South East Asia countries including in Indonesia. The HIC-SEA is registered in
Bermuda and has chosen Singapore as a regional base operation.
A WIN-WiN negotiation could be implemented in achieving a joint venture
agreement because both parties will work together for a long term period. Building a
foundation for negotiation should be based on similarity of offer/requirements, then
moving up to negotiate differences in order to achieve WiN-WiN situation.
There are several key issues in structuring a 50-50 JoInt Venture such as control
and managent, buy-sell provisions In relating to a deadlock resolution in the Joint
Venture Company. The Joint Venture Company should limit the number of Board of
Commissioners and Board of Directors members in order to speed-up the decision
making process. Business plan for the Joint Venture Company should be prepared
carefully to avoid misunderstanding between the two parties.
A summary of the joint venture process is as follows:
1. Set-up the objective of doing joint venture
2. Do valuation of the subject properties
3. Arrange all legal documents such as land thle, building permit, artides of association.
4. Do feasibility study for a proposed project and/or prepare property report including
investment proposal (e.g. how many percent the shares participation is offered)
5. Set-up criteria for the foreign partner(s)
6. Prepare the agenda for a WiN-WIN negotiation
7. Go through the due diligent process
8. Legally binding agreement
"
1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Rustam Novrianzah
"headquartered in The Hague, Netherland and was formed in 1907 through the merger of the Royal Dutch Petroleum Company of the Netherlands and the Shell Transport and Trading Company of the United Kingdom; As of now, Shell operates in more than 70 countries with various foreign operation strategies. The purpose of this report is to assess the current performance of Shell’s foreign operation strategies according to their situations and performance, to analyze possible issues to their operations, and provide recommendations on their future operations. The report found that although their wholly-owned subsidiary operations in developed countries yielded satisfactory results in revenue and value-creation, their various alliances in developing countries left much to be desired; issues such as ethic violations, human rights violations, and project abandonment still persists. This report concludes that there is an apparent disparity in outcome between Shell’s wholly-owned and alliance-based foreign operations; this report also recommends that Shell continue their current performance in their wholly-owned subsidiaries and improve their alliance entry strategy by being more mindful of what countries the company enter and the partners that they chose to align with.

Royal Dutch Shell, atau lebih dikenal dengan Shell, adalah perusahaan minyak dan gas multinasional Inggris-Belanda yang berkantor pusat di Den Haag, Belanda dan dibentuk pada tahun 1907 melalui merger Royal Dutch Petroleum Company dari Netherlands dan Shell Transport and Trading Company dari Inggris; Hingga saat ini, Shell beroperasi di lebih dari 70 negara dengan berbagai strategi operasi asing. Tujuan dari laporan ini adalah untuk menilai kinerja strategi operasi luar negeri Shell saat ini sesuai dengan situasi dan kinerja mereka, untuk menganalisis kemungkinan masalah pada operasi mereka, dan memberikan rekomendasi tentang operasi mereka di masa depan. Laporan ini menemukan bahwa meskipun operasi anak perusahaan mereka yang sepenuhnya dimiliki di negara-negara maju memberikan hasil yang memuaskan dalam pendapatan dan penciptaan nilai, berbagai aliansi mereka di negara-negara berkembang meninggalkan banyak hal yang diinginkan; masalah seperti pelanggaran etika, pelanggaran hak asasi manusia, dan pengabaian proyek masih berlanjut. Laporan ini menyimpulkan bahwa ada perbedaan nyata dalam hasil antara operasi asing yang dimiliki sepenuhnya oleh Shell dan berbasis aliansi; laporan ini juga merekomendasikan agar Shell melanjutkan kinerja mereka saat ini di anak perusahaan yang dimiliki sepenuhnya dan meningkatkan strategi masuk aliansi mereka dengan lebih memperhatikan negara mana yang dimasuki perusahaan dan mitra yang mereka pilih untuk diajak bekerja sama."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Puti Najlahana Wahyudi
"Modal ventura merupakan bentuk pembiayaan yang diberikan dalam bentuk investasi jangka panjang terhadap perusahaan rintisan yang memiliki potensi berkembang tinggi. Di Indonesia, praktik usaha modal ventura telah dikenal sejak tahun 1973 dan diakui sebagai salah satu pembentuk kegiataan yang dapat dilakukan oleh lembaga pembiayaan sejak diterbitkannya Keputusan Presiden No. 61 Tahun 1988 tentang Lembaga Pembiayaan. Adapun pada tahun 2015 lalu, Otoritas Jasa Keuangan melakukan pembaharuan peraturan dengan menerbitkan 4 (empat) peraturan terkait penyelenggaraan usaha modal ventura, salah satunya adalah Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No.
34/POJK.05/2015. Dalam peraturan tersebut, diperkenalkan suatu konsep baru yaitu Dana Ventura. Dana ventura merupakan kontrak investasi bersama yang dibuat antara perusahaan modal ventura dan bank kustodian untuk mengelola dana yang diberikan para
investor untuk melakukan kegiatan usaha modal ventura. Singkatnya, dana ventura merupakan salah satu sumber pendanaan yang dapat dibentuk suatu perusahaan modal ventura dengan cara mengumpulkan modal dari pihak ketiga yaitu investor dana ventura.
Mengingat dana ventura merupakan konsep yang baru diserap dalam peraturan perundang-undangan di Indonesia, hingga saat ini masih terdapat beberapa hal yang belum diatur secara komprehensif, di antaranya mengenai kedudukan dan kewenangan dana ventura sebagai subjek hukum serta kedudukan hukum investor dalam dana ventura. Pada pokoknya, konsep dana ventura di Indonesia sekilas memiliki kemiripan dengan konsep venture capital fund yang digunakan di berbagai negara di dunia, termasuk di Amerika Serikat dan Singapura. Baik dana ventura maupun venture capital fund memiliki fungsi yang sama yaitu menjadi wadah untuk menampung dan mengelola dana dari investor guna penyelenggaraan usaha modal ventura. Akan tetapi, terdapat beberapa perbedaan yang cukup signifikan di antara keduanya, termasuk mengenai struktur, pihak yang terlibat, model kerja, serta kedudukannya sebagai subjek hukum.

Venture capital is a form of financing provided in the form of long-term investment to startups that have high growth potential. In Indonesia, the practice of venture capital has been known since 1973 and is recognized as one of the forms of activities that can be carried out by financial institutions since the issuance of Presidential Decree No. 61 of 1988 concerning Financing Institutions. As for 2015, the Indonesia Financial Services Authority updated the regulations by issuing 4 (four) regulations related to the conduct of venture capital businesses, one of which was the Financial Services Authority Regulation No. 34/POJK.05/2015. This regulation introduced a new concept, namely the Dana Ventura. Dana Ventura is a joint investment contract made between venture capital companies and custodian banks to manage funds provided by investors to carry out venture capital business activities. In short, Dana Ventura is a source of funding that a venture capital company can form by raising capital from third parties, namely venture fund investors. Considering that Dana Ventura is a concept that has just been absorbed into laws and regulations in Indonesia, until now, there are still a number of things that
have not been comprehensively regulated, including the position and authority of Dana Ventura as a legal subject and the legal position of investors in the funds. In essence, the concept of venture funds in Indonesia at a glance has similarities with the concept of venture capital funds used in various countries around the world, including in the United
States and Singapore. Dana Ventura and venture capital funds have the same function: to become a forum for collecting and managing funds from investors to implement venture capital businesses. However, the two have several significant differences, including regarding the structure, the parties involved, the working model, and their position as legal subjects.
"
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amirizal
"Semenjak diperkenankannya modal asing masuk kembali ke Indonesia, yakni antara lain dengan berlakunya UU No. 1 Th. 1967, maka terbentuklah embrio ekonomi Indonesia yang tumbuh berkembang ke arah sistem perekonomian yang terbuka dengan membentuk ekonomi pasar, serta kegiatan bisnis yang cenderung liberal. Perkembangan ini, lebih dimungkinkan dengan diterbitkannya berbagai tindakan deregulasi di bidang perekonomian yang sudah dilakukan sejak dasa warsa tahun 1960-an, walaupun istilah deregulasi sendiri baru mulai dikenal secara populer sejak tahun 1983. Dan ternyata bahwa kebijaksanaan deregulasi mempunyai dampak terhadap perkembangan hukum bisnis, yaitu misalnya dengan berubahnya ketentuan-ketentuan tentang joint venture ke arah yang lebih menguntungkan bagi PMA, seperti hapusnya diskriminasi kepemilikan modal antara PMA dan PMDN. Namun demikian, kebijaksanaan-kebijaksanaan tersebut, khususnya perubahan ketentuan joint venture tadi, banyak mendapat kritikan dari para pakar hukum dan ekonomi berkenaan dengan segi-segi hukumnya, antara lain karena dianggap inkonsisten, dan karena kebijaksanaan tingkat bawahan dapat pula merevisi suatu UU yang lebih tinggi hirarkinya, sehingga kurang menjamin adanya kepastian hukum."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hanif Adinugroho Widyanto
"Tesis ini membahas mengenai kriteria evaluasi investasi yang diterapkan oleh Perusahaan Modal Ventura (PMV) dalam mengambil keputusan investasi atas Perusahaan Pasangan Usaha (PPU) atau investee. Pada tesis ini, peneliti menggunakan benchmarking pada kriteria evaluasi investasi (investment evaluation criteria) yang digunakan oleh PMV dalam menganalisa dan menetapkan PPU mereka. Secara keseluruhan, terhimpun 12 kriteria. Dari literatur diperoleh untuk berinvestasi di AS disyaratkan 10 dari 12 kriteria. Hal ini menunjukkan bahwa PMV di Amerika Serikat memiliki persyaratan kriteria evaluasi investasi yang lebih banyak dan ketat dibandingkan negara lain. Di bawahnya terdapat Singapura yang memiliki 8 kriteria, Eropa 6 kriteria, Kanada 5 kriteria dan wilayah Asia Pasifik 4 kriteria. Dari hasil penelitian ditunjukkan bahwa Indonesia memiliki 8 kriteria dari 12 kriteria. Penelitian ini didukung oleh analisis terhadap data dokumen, observasi dan wawancara.

This thesis discusses about the investment evaluation criteria employed by Venture Capital Firms (VCF) in deciding to invest on potential investee companies. For this thesis, the researcher utilized investment evaluation criteria used by VCFs in analyzing and determining their investee portfolio as a benchmark. In total, 12 investment evaluation criteria are observed. From literature, it was discovered that VCFs in the US considered 10 out of the 12 criteria to be significant. This shows that VCFs in the US stricter and more rigorous when it comes to investment criteria compared to their counterparts in the study. Singapore comes second with 8 criteria, followed by Europe with 6 criteria, Canada with 5 criteria, and the Asia Pacific region with only 4 criteria that they consider to be significant. Based on the findings of this study, VCFs in Indonesia considers 8 criteria to be significant. This research is supported with analysis of the data, comprehensive observation, and in-depth interview."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2014
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>