Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 117751 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Haryo Prasetyo
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1993
S18244
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bambang Soelaksono
"Sejak tahun 1983 :Pemerintah Indonesia telah mengeluarkan serangkaian kebijakan deregulasi dibidang moneter, keuangan dan perbankan. Paket deregulasi Juni 1983 telah membebaskan bank-bank dari ketentuan pagu kredit dan tingkat suku bunga, serta pengurangan kredit likuiditas, sehingga kegiatan perbankan semakin berorientasi kepada mekanisme pasar.
Kebijakan diatas dilanjutkan.dengan Pakto 27, Pakdes 20 tahun 1988, Pakmar 1989, Pakjan 1990 serta Pakfeb 1991 yang membuka barrier to' entry dibidang perbankan serta meningkatkan peranan dari lembaga-lembaga keuangan dengan kegiatan leasing, modal ventura, perdagangan surat berharga, anjak piutang, kartu kredit dan pembiayaan. konsumen. Reserve requirement bank diturunkan dari. 15% menjadi 2% .dan peminjaman offshore loan sekarang tidak lagi dibatasi. Dampak yang segera dirasakan adalah jumlah bank dan kantor bank tumbuh dengan cepat, yang kemudian diimbangi dengan penciptaan produk-produk baru dan pelayanan. Dan ini menyebabkan tingkat persaingan antar bank menjadi semakin tajam.
Dengan adanya deregulasi tersebut maka lingkungan makro dan mikro industri telah berubah. Perkembangan yang nyaris serentak yang dialami oleh lembaga-lembaga keuangan, baik bank maupun non-bank menyebabkan posisi dan kekuatan tawar menawar dari nasabah, pemasok dana, produk atau jasa pengganti semakin kuat, yang memaksa bank untuk mengurangi tingkat margin yang diperoleh serta melakukan efisiensi .Yang ketat. Hal ini menyebabkan perusahaan-perusahaan dalam industri perlu mengevaluasi kembali kebijakan strategis yang telah diambilnya selama ini.
Dari evaluasi terhadap kegiatan perbankan di Indonesia, terlihat bahwa pangsa pasar kredit bank pemerint~h telah mengalami penurunan dari 72,5% pada tahun 1985 menjadi 67,8% pada tahun 1988 dan menurun lagi menjadi 55,2% pada tahun 1990, dan untuk pengerahan dana menurun dari 64,3% menjadi 61,4% pada tahun 1988 dan kemudian turun lebih drastis menjadi 41,4% pada tahun 1990. Ini menunjukkan bahwa dalam hal pengerahan dana, bank-bank pemerintah kalah gesit dibanding bank-bank swasta serta kalah dalam kemampuan menciptakan produk baru yang kompetitif dan memenuhi selera konsumen.
Posisi BRI dalam persaingan relatif lebih baik dibanding bank-bank pemerintah : lainnya. Data usaha BRI menunjukkan perkembangan usaha yang cukup baik, tetapi dilihat dalam pangsa pasarnya mengalami sedikit penurunan. Setelah Pakto 27 tahun 1988 proporsi aktiva BRI terhadap total bank turun dari 13,3% menjadi 12,4%, pen9erahan dana turun dari 15,6% menjadi 13,5% dan laba perusahaan mengecil dari 10,2% menjadi 9,2%. Akan tetapi untuk kredit yang diberikan justru mengalami kenaikan dari 14,2% menjadi 14,7%."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1991
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Heru Adhyanto
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1991
S18052
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harahap, Armand P.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1991
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gina Hendiana
"Menjelang era globalisasi, prospek bisnis hotel di Indonesia terutama di kawasan bisnis sangat baik, karena banyak ekspatriat yang akan bekerja pada perusahaan multinasional. Mereka yang mempunyai kegiatan bisnis di Jakarta cenderung menginap di hotel dan rata-rata memilih tinggal di hotel berbintang tiga. Karena demi value of money yang dikejar, konsumen Iebih suka membayar tarif hotel tiga dengan jaringan hotel intemasional, dimana pelayanannya hampir setaraf bintang empat.
Accor Asia Pasific (AAPC) adalah perusahaan yang bergerak dalam manajemen hotel dengan merek dan semua kategon hotel (bintang dua sampai dengan bintang lima), tetapi berkonsentrasi pada segmen menengah (mid-scale segment). AAPC terkenal karena pengalaman yang banyak pada hotel yang ditanganinya, dari mulal konsep hotel, disain, sampai penempatan orang-orang yang akan menjalankan hotel, dipi!ih yang profesional dan berpengalaman.
Hotel Ibis adalah kategon hotel bintang tiga dari group Accor. Sesuai dengan hotel kelas ekonomi, AAPC Indonesia memberlakukan tarif yang terjangkau bagi konsumen sasarannya yang ditargetkan berasal dari kalangan wisatawan bisnis, namun tetap mementingkan layanan standard intemasional.
Hotel Ibis Tamarin (HIT), adalah salah satu Hotel Ibis yang berlokasi di JI. K,H Wahid Hasyim, harus menghadapi persaingan yang semakin meningkat karena makin Semaraknya bisnis perhotelan khususnya bintang tiga, yang dipandang sebagai magic area yang banyak diminati oleh pengusaha di dunia, Untuk itu, tujuan dan penulisan karya akhlr ini adalah untuk mempelajari strategi pemasaran HIT dalam menentukan posisi yang tepat (positioning) untuk meningkatkan kemampuan bersaingnya, dengan analisis bauran pemasaran; dan memberikan alternatif posisi yang tepat dan bauran pemasaran yang dapat digunakan perusahaan sebagai informasi dan bahan pertimbangan daiam menentukan strategi pemasaran di masa mendatang yang dapat menunjang kemajuan perusahaan.
Dari dalam perusahaan sendiri, terdapat kekuatan-kekuatan yang dapat digunakan untuk memperoleh keuntungan dan peluang yang ada, ataupun untuk menghindari ancaman yang timbul. Kekuatan-kekuatan tersebut antara lain fasilitas yang dimilikì HIT, pelayanan yang diberikan, adanya pelatihan dan pengembangan sumber daya manusia, dan sistem resinter yang dimiliki, juga lokasi yang strategis yang sesuai dengan pasar sasaran yang dituju. Sedangkan kelemahan-kelemahan yang harus diatasi oleh perusahaan adalah sistem desentralisasi yang diterapkan Accor ke HIT menyebabkan terjadinya tumpang tindih antar Hotel Ibis di Jakarta; promosi yang dìIakukan selama ini kurang menonjolkan keberadaan HIT.
HIT telah tepat dalam menentukan pasar sasaran pada para kalangan bisnis yang sangat peduli dengan anggaran hotel, tanpa meninggalkan citra eksklusifnya. Hal ini dilihat dari keberhasilan HIT dalam menarik para pelaku bisnis, dimana sejak dibukanya pada bulan Januani 1996, pada penode Januari-JuIj 1997, dan 82% kamar yang bisa disewakan, HIT berhasil menyewakan 81.6%, dimana persentase dari pelaku bisnis mencapai 65.4%.
Dalam menentukan positioning, atribut yang diperhatikan, adalah penting. Dalam hal ini HIT menempatkan citra dan lokasi, tapi positioning map yang dibuat, tidak menguntungkan HIT. Karena adanya usaha dan hotel-hotel pesaing yang juga memposisi dirinya dalam citra, dengan membuat konsep-konsep tertentu untuk meningkat citranya, hal ini mengancam HIT.
Hal yang penting bagi kalangan bisnis adalah value for money yang tinggi (great value for money). HIT mempunyai kompetensi untuk itu, karena keunggulannya dalam operasional. Atribut ini yang bisa membedakan HIT dengan pesaing Iainnya, disamping lokasi (well located). Tapi bukan berarti HIT tidak memperhatikan citranya, karena meningkatkan citra eksklusif merupakan bagian dari misi perusahaan dan brand image merupakan salah satu faktor kekuatan HIT.
Konsep bauran pemasarari yang dilakukan HIT, terdiri dari produk, harga, Iokasi, promosi, sumber daya manusia, proses, dan pelayanan pada pelanggan, dimana ketujuh vaniabel tersebut saling berpengaruh satu sama lain.
Demi value for money, HIT memberikan konsumen fasilitas-lasilitas lain tanpa biaya tambahan. Begitu pula dengan kebijakan harga, HIT menetapkan perbedaan tarif berdasarkan segmen pasamya. Hal ini dilakukan untuk mendukung positioning yang dilakukannya, mengingat great value for money akan berbeda menurut segmen yang berbeda.
Lokasi HIT yang strategis menempatkan hotel ¡ni unggul dalam mempositionírig dirinya dengan bintang tiga Iainnya. Kegiatan promosi yang dilakukan HIT, mengarah pada pasar sasaran yang ditujunya, dan diutamakan untuk meningkatkan occupancy rate sebagai anggaran hotel sehingga bisa meningkatkan fasilitas bagi konsumen sebagai pelayanan tambahan yang membedakan dari bintang sekelasnya, sehingga great value for money bisa terasa.
Dalam kebijakan sumber daya manusa (SDM), keunggulan HIT dalam operasi di bidang ¡ni adalah standarisasi SDM. Hal ini balk untuk efisiensi perusahaan, dan menciptakan pelayanan yang baik bagi para tamu.
Begitu pula dengan proses dan pelayanan pada pelanggan yang dilakukan oleh HIT, mengarah pada penciptaan great value for money. Yaitu adanya kepraktisan dan kemudahan dalam bertransaksi, ataupun adanya program-program untuk meningkatkan kepuasan pelayanan, Seperti program ?bunga Ibis?, dan program ?kepuasan dalam 15 menit?.
Setiap usaha yang dilakukan HIT harus mengarah pada penciptaan efisiensi yang tinggi, agar semakin tercipta value for money bagi konsumennya. MisaInya dengan membuat fasilitas-fasilitas yang benar-benar diperlukan bagi tamu; kebijakan harga yang tidak terlalu menyolok untuk segmen pasar yang berbeda, yang penting sesuai dengan anggaran operasionalnya promosi yang tepat sasaran, artinya untuk segmen yang penting, promosi Iebih ditingkatkan, sehìngga tidak membuang biaya promosi pada segmen yang memang kurang potensial; meskipun pelatihan pegawai penting, hendaknya anggaran diperhatikan, jangan sampai membengkak sehingga bisa merugikan konsumen; semua proses dan program yang dilakukan untuk meningkatkan pelayanan pada tamu, hendaknya konsisten dan berkualitas.
Sebagai perusahaan jasa, HIT tidak boleh melupakan faktor penentu keberhasilan usahanya, yaitu mutu pelayanan yang harus dievaluasi dan ditingkatkan secara terus-menerus. Selain mutu pelayanan, HIT juga harus mengevaluasi positioning yang dilakukannya secara berkala karena seialu ada kecenderungan perubahan selera konsumen, sehingga HIT harus bisa memperkirakan apa yang ditawarkan pada konsumen, adalah tepat sehingga HIT bisa meningkatkan daya saingnya."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Didit Budiraharjo
"Karena semakin banyaknya hotel (berbintang lima) yang ada di Bali serta perbedaan dalam kepuasan setiap konsumen, maka pihak manajemen hotel dituntut untuk bersaing lebih ketat agar dapat meningkatkan persentase tingkat penghunian kamarnya. Karena lokasi hotel yang dimiliki adalah "unik" dan tidak dimiliki oleh pesaing, maka pihak manajemen perlu melakukan langkah-langkah terbaik dalam kegiatan pemasarannya. Salah satu pendekatan yang dapat digunakan adalah Strategic Marketing Planning (SMP). SMP ini dapat memberikan langkah-langkah yang harus ditempuh bagi pihak manajemen untuk melakukan kegiatan pemasaran, sehingga dapat membantu dalam menetapkan kebijaksanaan promosi yang terbaik. Hasil analisa dari skripsi ini adalah untuk mengidentifikasi serta mengevaluasi faktor-faktor yang dapat mempengaruhi strategi promosi hotel "Bali Cliff Resort" yang beroperasi sebagai hotel berbintang lima yang berada di daerah Ungasan, Bali. Dengan demikian maka pihak manajemen dapat mengetahui faktor-faktor yang dapat menghambat maupun meningkatkan dalam kenaikan tingkat penghunian kamarnya. Kemudian pihak manajemen dapat melakukan tindakan antisipasi untuk mengatasi hambatan tersebut serta dapat membuat kebijaksanaan promosi yang terbaik. Kesimpulan dari hasil analisa menunjukkan bahwa Strategic Marketing Planning dapat membantu pihak manajemen pemasaran dalam menetapkan strategi serta kebijaksanaan promosi yang dilakukan. Program-program promosi dari Bali Cliff Resort masih harus ditambah lagi frekuensinya, serta anggaran biaya promosi lebih ditingkatkan lagi. Dalam usaha untuk lebih meningkatkan tingkat penghunian kamar di masa yang akan datang, maka Bali Cliff Resort harus lebih memperhatikan "Total Consumer's Satisfaction" agar dapat memenangkan persaingan dalam industri perhotelan berbintang lima di Bali."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1994
S18791
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Astri Diana Intansari
"There was a declining of pacto Convex's performance during crisis was caused by payable debt and involving prolong economic growth. All this points was the main obstacle to implement marketing strategies.
As the biggest MICE player in Indonesia, Pacto Convex must have high alertness towards the coming International MICE players which might cause to Facto Convex MICE market segment.
The purpose of this research is to acquire effectiveness of Facto Convex's marketing strategies to anticipate International MICE competition. Research Methodology used was descriptive and explanative by company strategic marketing done by Pacto and using competition strategy (by the means of generic strategy with five competition strength) and Mixed Marketing.
The research result indicates that to produce Facto Convex's MICE industry competitiveness towards International MICE industry with the coming AFTA, marketing strategy has to be implemented consistency with support of competitive strategy and marketing mix for Pacto Convex.
It has to be noted that efforts needed to handle MICE in Indonesia professionally, so that number of events handled will increase year by year especially for Pacto Convex as an ale marketer in Indonesian culture industry."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T14234
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adi Priyanto
"PT. Jaya Real Property,tbk adalah perusahaan pengembang property yang didirikan pada tahun 1992, dibawah induk perusahaan PT. Pembangtrnan Jaya sebelumnya perusahaan property tersebut bemama PT. Bintaro Jaya yang didirikan pada tahun 1979. Perubahan nama tersebut diikuti dengan tugas dan kewajiban yang lebih luas, yaitu mengelola Plaza Slipi Jaya, Kompleks pertokoan clan perdagangan Pasar Senin Blok IV dan V dan beberapa proyek lainnya.
Pada bulan Juni 1994, PT Jaya Real Property go publik dengan menjual saham pertamanya sebanyak 35 juta lembar saham, dengan penjualan saham tersebut maka struktur kepemilikan PT.Jaya Real Property berubah menjadi 85,11% milik PT.Pembangunan Jaya dan sisanya sebesar 14,89% milik masyarakat, yang kemudian berubah lagi pada tahun 1995 menjadi PT Pembangunan Jaya 72,61% dan 27,39% milik masyarakat.
Pengembangan usaha yang terlalu ekspansif pada saat itu menyebabkan kondisi keuangan perusahaan mengalami rugi secara finansial karena ekspansi tersebut dibiayai melalui pinjaman dengan tingkat suku bunga yang tinggi, kurs rupiah yang semakin melemah terhadap mata uang asing lainnya,melonjaknya harga bahan baku untuk pembangunan proyek - peroyek yang sedang dibangun, menurunnya daya beli masyarakat, pinjaman yang diterima dalam bentuk mata uang USD dollar tanpa melakukan Hedging dan terjadinya over supply di pasar pada beberapa produk properti.
Hal tersebut diatas adalah merupakan dampak krisis yang dialami oleh sektor property pada umumnya tidak terkecuali juga terjadi pada PT Jaya Real property tbk. Langkah manajemen melalui penghematan operasional dan penjualan aset dari sektor real estate dan gedung perkantoran cukup dapat membantu keuangan perusahaan. Subsidi antar divisi dan perubahan strategi bisnis yang obyektive perlu dilakukan berdasarkan pertimbangan dan kondisi yang ada saat ini.
PT.Jaya Real Property Tbk, perlu melakukan pengkajian dan pemahaman yang mendalam atas kondisi tersebut untuk dapat membuat beberapa strategi yang tepat dan dapat dilakukan yaitu dengan memposisikan strategi pengembangan usaha pada sektor real estate dan bangunan komersial sehingga tidak terjadi kegagalan dalam menentukan langkah pada lingkungan masa depan yang tidak pasti tersebut.
Analisa kuantitaif dan kualitatif baik disektor internal maupun eksternal yang ada dilingkungan perusahaan dapat digunakan untuk melihat peluang, ancaman, serta kekuatan dan keterbatasan yang dimiliki.
Berdasarkan hasil analisa dan faktor - faktor eksternal dan internal yang ada posisi PT. Jaya Real Property tbk, adalah tumbuh dan berkembang yaitu mengindikasikan potensi usaha bagi perusahaan untuk tetap mempertahankan bisnis ini dan berusaha mengembangkannya pada kondisi saat ini.
Keputusan perusahaan sebelum krísis dengan mengintensifkan pembangunan produk bangunan komersial adalah karena potensi pasar yang besar, hal tersebut terlihat dari tingkat hunian yang tinggi, dengan memanfaatkan pinjaman ìnstitusi keuangan yang memberikan piajaman dalam bentuk mata uang USD. Dollar karena sumber dananya juga berasal dari dana mata uang asing yang memang relatif murah dibandingkan sumber dana mata uang rupiah.
Kesalahan perusahaan adalah membuat prediksi bahwa harga jual/sewa kepada konsumen juga dalam bentuk mata uang USD dollar yang tidak akan terdepresiasi sebesar 60-70% berdarkan data histori nilai tukar, sehingga perusahaan tidak mengambil posisi penyelamatan atau pengamanan nilai tukar.
Dari hasil analisa tugas akhir ini dapat ditarik kesimpulan bahwa pengembangan usaha yang berimbang antara bangunan komersial dan real estat, yang maksudnya bahwa pertimbangan ini hanya dalam bentuk jumlah dana yang didapat dan digunakan dan hasil penjualan real estate untuk pembangunan bangunan komersial atau sebaliknya.
Meskipun keputusan strategis tersebut tidak mudah dan sederhana untuk dilaksanakan tetapi konsep tersebut dapat menjadi acuan didalam mengembangkan pola investasi pengembangan usaha."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2002
T5898
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ferry Bernardus P. W.
"Hotel Borobudur merupakan hotel bintang lima bertaraf internasional yang berlokasi di Jakarta. Untuk menjaga kestabilan tingkat hunian kamarnya, hotel Borobudur menggunakan bauran promosi untuk kegiatan promosinya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui strategi dari pelaksanaan bauran promosi di hotel Borobudur Jakarta. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian survai dengan jenis penelitian deskriptif analisis. Untuk mengetahui kelebihan, kekurangan, kesempatan dan ancarnan yang dihadapi hotel Borobudur, penulis menggunakan analisis SWOT.
Produk yang ditawarkan oleh hotel Borobudur kepada konsumen mencakup membership hotel yang bernama discovery club yaitu di mana konsumen ditawarkan untuk menjadi anggota atau konsumen tetap dari hotel Borobudur dengan berbagai fasilitas dan kemudahan yang akan diperoleh seperti discount untuk kamar, adanya pemakaian fasilitas hotel tak terbatas,adanya undangan bila hotel Borobudur mengadakan suatu acara dan banyak lagi.Hotel Borobudur pun cukup sering untuk mengadakan acara-acara yang sifatnya aural atau charity dengan bekerjasama dengan kedutaan-kedutaan asing maupun para artis ibukota. Klub Borobudur menawarkan menu-menu makanan yang khas dan merupakan ciri khas hotel Borobudur dengan harga khusus,seperti buy one get one free, all you can eat dan sebagainya.
Segmen pasar dari hotel Borobudur adalah orang-orang asing yang tinggal di Indonesia maupun yang berasal dari luar negeri. Produk yang ditawarkan kepada mereka adalah adanya jaminan keamanan bagi mereka, voucher menginap dan menggunakan fasilitas hotel dengan rate khusus, pemberian discount bagi penggunaan function room, meeting room dan wedding packet, serta adanya kims yaitu kartu discount khusus bagi orang-orang asing yang ingin menginap dan menggunakan fasilitas hotel Borobudur. Tetapi hotel Borobudur tidak mengabaikan konsumen dalam negeri, dan strategi pemasaran yang dilakukan kepada mereka dengan menetapkan kurs rupiah dengan harga khusus terutama pada masa-masa low seasons.
Pesaing/kompetitor utama hotel Borobudur adalah hotel-hotel bintang lima berlian terutama hotel-hotel yang memiliki terobosan-terobosan dalam bidang pemasaran atau promosi, seperti bila ada suatu hotel yang berhasil mernbawa tamu panting untuk menginap di hotel tersebut (tamu negara atau artis terkenal) dapat dikatakan sebagai pesaing utama hotel Borobudur dan bila hal itu terjadi hotel Borobudur akan mempelajari secara sungguh-sungguh terhadap promosi hotel tersebut.
Hasil analisis SWOT menunjukkan pelaksanaan bauran promosi di Hotel Borobudur Jakarta sudah cukup baik, karena promosi yang dilakukan hotel Borobudur lebih menekankan pada segi kearnanan bagi konsumen, hal ini sangatlah penting mengingat situasi politik dan keamanan Indonesia yang tidak menentu saat ini dan banyaknya kemudahan-kemudahan yang ditawarkan kepada konsumen lewat discount dan harga khusus, baik bagi konsumen asing maupun kunsumen lokal. Dan kepada media-pun hotel Borobudur telah menjaga dan membina hubungan secara baik, seperti cukup seringnya hotel Borobudur mengundang mereka bila akan mengeluarkan produk-produk baru, begitu pula dengan pelanggannya, hotel Borbudur selalu aktif menghubungi dan mengontak para pelanggannya baik lewat telephon, fax atau e-mail sehingga diharapkan dapat meningkatkan citra positif hotel Borobudur.
Namun masih terdapat beberapa penyimpangan / kekurangan, seperti kurang aktif atau kurang gencarnya hotel Borobudur melakukan promosi terhadap produknya, hal ini dapat dilihat dari jarangnya hotel Borobudur memasang iklan bila hotel Borobudur telah melakukan suatu kegiatan, belum dapat melakukan suatu terobosan besar dengan mengundang tamu-tamu panting untuk menginap, meskipun hal tersebut telah dicoba dilakukan tetapi belum rnembuahkan hasil yang maksimal, dan adanya tumpang tindih dalam pelaksanaan public relations dan advertising. Atas dasar kenyataan tersebut maka penulis menyarankan agar melakukan promosi secara gencar (hard selling) terutama yang berhubungan dengan event-event besar, lakukan secara terus menerus terobosan-terobosan baru dengan menawarkan produk-produk yang kompetitif bagi konsumen ,sehingga target pasar dapat dicapai secara maksimal. "
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2001
T1117
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agustin Martarina
"Skripsi ini meneliti strategi pemasaran yang dilakukan oleh Hotel Kartika Chandra selama kurun waktu 1989-1991 dalam meningkatkan tingkat hunian kamar hotel. Metode penelitian yang dipakai adalah studi lapangan dan studi kepustakaan. Untuk data-data primer penulis dapatkan dari studi lapangan sedangkan teori sebagai peralatan analisa penulis dapatkan dari hasil studi kepustakaan. Hasil penelitian ini mendapati bahwa strategi yang diterapkan oleh Hotel Kartika Chandra mempunyai kelemahan. Skripsi ini mengusulkan agar manajemen hotel Kartika Chandra mempertajam implementasi strategi pemasaran yang dibuat juga perlu ditingkatkan kualitas sumber daya manusia yang dimiliki."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1995
S18980
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>