Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 122539 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nursi Julastri
"Berkembangnya pasar modal di Indonesia menyebabkan banyaknya perusahaan yang menjual sahamnya di Bursa Efek Jakarta. Sejalan dengan itu, semakin banyak perusahaan yang membagikan dividen dalam bentuk saham.
Tulisan mi memberikan gambaran tentang pembagian dividen saham yang dilakukan perusahaan-perusahaan dalam tahun 1990 - 1991, dan melihat pengaruh kejadian tersebut terhadap harga saham perusahaan yang bersangkutan.
Penelitian pengaruh pembagian dividen saham terhadap harga saham dilakukan dengan menggunakan pengujian statistik terhadap datadata harga sejak 4 (empat) minggu sebelum pengumuman pembagian dividen saham (tanggal RUP ) hingga 4 (empat ) minggu setelabRUPS.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi penurunan harga saham akibat pembagian dividen saham, adanya korelasi antara ranking besarnya dividen saham yang dibagikan (% saha ) dengan % penurunan harga saham.
Pembagian dividen dalam bentuk saham dapat dilakukan apabila
kesempatan investasi baik, menjaga agar dividen dapat dipertahankan stabil meskipun perusahaan tidak memiliki kas, atau pembagian dividen saham juga dapat dilakukan untuk mengaktifkan jual beli saham perusahaan yang sudah lama pasif ( tidak terjadi transaksi jual beli saham ).
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1993
S18670
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Tujuan penelitian ini untuk mengatasi kebijakan deviden dan pengaruhnya pada perusahaan otomotif."
657 MANDIRI 9:1 (2006)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Joko Sukendro
"ABSTRAK
Perkembangan pasar modal yang semakin meningkat mendarang semakin pentingnya peranan informasi keuangan perusahaan-perusahaan yang telah go public di pasar modal. Informasi mengenai besarnya dividen dan besarnya earning merupakan salah satu informasi yang dapat diperoleh dari laporan keuangan perusahaan. Dari laporan keuangan tersebut para investor dapat menilai prospek perusahaan di waktu yang akan datang dan sangat berguna dalam rangka menginvestasikan dananya.
Investor yang menginvestasikan dana pada perusahaan yang mempunyai prospek yang baik akan memperoleh capital gain dalam bentuk perubahan harga yang positif dan dividen yang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan yang relatif kurang menguntungkan.
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui reaksi return saham disekitar waktu pengumuman dividen dan pengumuman earning dan bila pengumuman tersebut mempunyai kandungan informasi yang relevan maka akan terjadi reaksi harga saham. Apabila reaksi harga saham terjadi pada saat pengumuman dividen dan pengumuman earning dengan poly yang lama dari pengumuman tersebut, dan setelah pengumuman harga menyesuaikan kembali dan tidak berfluktuasi maka hal ini bisa mencerminkan kondisi pasar modal tersebut termasuk pasar modal yang efisien dalam bentuk setengah kuat
Penelitian yang berkaitan dengan pengumuman dividen dan pengumuman earning di Luar Negeri dilakukan oleh Pattel, JM dan MA Walfson (1984), Friend & Puckett (1964), Watts (1978) dan Aharony dan Swary (1980), yang hasil penelitiannya menunjukkan bahwa perubahan besarnya dividen dan pengumuman earning mempunyai pengaruh terhadap harga saham.
Berdasarkan analisis hasil penelitian dengan menggunakan analisis regresi terhadap variabel besarnya dividen dan besarnya perubahan retained earning terhadap harga saham menunjukkan hasil yang tidak signifikan. Kemudian dengan menggunakan uji beda terhadap rata-rata return saham dan rata rata abnormal return saham di sekitar pengumuman dividen dan pengumuman earning juga menunjukkan bahwa variabel pengumuman dividen dan pengumuman earning ternyata tidak berpengaruh secara signifikan terhadap return saham, hal ini terlihat dari nilai rata - rata return harian maupun rata rata abnormal return sebelum, pada saat dan sesudah pengumuman dividen dan pengumuman earning naik, turun maupun tetap, meskipun mengalami perubahan tetapi tidak ada yang menunjukkan nilai yang signifikan. Dengan demikian berarti ada ketidak konsistenan mengenai kandungan informasi dari pengumuman dividen dan pengumuman earning naik, turun dan tetap, dan hal ini merupakan cermin mengenai kondisi pasar modal di Indonesia, khususnya Bursa Efek Jakarta ternyata belum elision dalam bentuk setengah kuat. Oleh karena itu kedua informasi ini tidak dapat sepenuhnya digunakan oleh investor untuk menilai prospek perusahaan di waktu yang akan datang dalam rangka menginvestasikan dananya dengan membeli saham di pasar modal. "
1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nahdi Purnomo
"Index harga saham gabungan (IHSG) yang merupakan indikator bursa di Bursa Efek Jakarta telah menunjukkan penurunan terus menerus sampai minggu kedua bulan Juni 1996 sebesar 14,570 point. Keadaan ini menyebabkan para Investor melakukan aksi penjualan secara besar-besaran sehingga terjadi over supply di Bursa Efek Jakarta.
Disisi lain investor menunggu adanya initial Public Offering (IPO) dari 8 (delapan) Perusahaan Publik dengan harapan dengan membeli saham -saham baru pada harga perdana dapat menjualnya di pasar sekunder dengan selisih harga yang cukup memadai.
Investor hanya akan membeli saham jika harga saham adalah lebih rendah daripada nilai intrinsiknya yaitu nilai sekarang dari seluruh penerimaan investor yaitu dividen yang diharapkan dan selisih harga saham yang terjadi pada waktu saham tersebut dijual dengan harga saham pada waktu saham tersebut dibeli sebagai capital gain yang didiskontokan pada tingkat bunga dengan risiko tertentu.
Tesis ini meneliti untuk melihat sejauh mana harga saham di Bursa Efek Jakarta telah mencerminkan nilai intrinsiknya. Dengan menggunakan dividen discount model (DDM) dari model Gordon pada pertumbuhan dividen perusahaan konstan yang dirumuskan sebagai :
Do (I+g) Dl
P6 = vQ = = dengan syarat k8 > g.
ks -g ks ?g
Berdasarkan asumsi bahwa faktor-faktor lainnya dianggap tetap, maka hipotesa kerja untuk penelitian tesis ini adalah:
Semakin besar dividen tunai yang diberikan emiten semakin tinggi harga saham di Bursa Efek Jakarta.
Semakin besar return yang diharapkan investor yang dicerminkan dengan beta sebagai risiko pasar semakin rendah harga saham di Bursa Efek Jakarta.
Semakin tinggi tingkat pertumbuhan dividen emiten yang di ukur dengan dividen per share (DPS) semakin tinggi harga saham di Bursa Efek Jakarta.
Hasil penelitian yang diperoleh dengan paket Statistical Analysis system 65A 5) menunjukkan bahwa :
Harga saham di Bursa Efek Jakarta belum sepenuhnya mencerminkan nilai intrinsiknya karena hanya terdapat 2 (dua) variabel yang memenuhi hipotesa hipotesa kerjanya yaitu dividen dan tingkat pertumbuhan dividen saja. dimana kedua independen variabel ini mempunyai hubungan positif dengan harga saham. Untuk variabel independen beta yang mewakili risiko pasar yang diharapkan mempunyai hubungan negatif ternyata mempunyai hubungan positif dengan harga saham.
Melihat hasil penelitian tersebut kemungkinan besar telah terjadi; kesalahan pengukuran dari variabel beta dan tingkat pertumbuhan dividen, atau asumsi penggunaan model tingkat pertumbuhan konstan dalam penelitian dengan model Gordon ini belum tentu dapat diterapkan untuk 100 Perusahaan publik yang diambil sebagai sampel. cemungkinan lain jika melihat pada adjusted R2 yang bernilai kecil sekitar 24,25% ` 39,30% terdapatnya faktor-faktor yang berpengaruh terhadap harga saham yang tidak dapat dikendalikan seperti : risiko politik, isu-isu politik, fluktuasi nilai tukar mata uang rupiah terhadap U.S. dollar, peraturan Pemerintah mengenai perpajakan, Adanya penjualan saham-saham emiten pada Perusahaan asing yang dianggap sebagai capital flight."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aswin Surja
"Skripsi ml bertujuan untuk memberikan gambaran pengaruh dari pembagian saham bonus dan dividen saham terhadap harga
dan i saham tersebut. Dengan demikian analisa ini dapat merupakah pertimbangan bagi pihak-pihak yang memiliki
kepentingan dalam pembagian saham bonus/dividen saham.
Metode penelitian yang digunakan berupa studi literatur dan berdasarkan data empiris yang diperoleh dan berbagai sumber
seperti Bapepam, surat kabar dan lainnya. Hasil penelitian menunjukkan àdanya korelasi kuat antara rasio pembagian
saham bonus ataupun dividen saham dengan harga saham.
Semakin besar rasio pembagian saham bonus akan menyebabkan turunnya harga saham sebanding secara proporsional. Faktor
utama untuk menentukan rasio pembagian saham bonus atau dividen saham adalah PER (Price Earning Ratio) dar saham
itu. Kesimpulan utama dari analisa ini adalah pentingnya perusahaan yang sahamnya dimiliki oieh publik ini
memperhitungksn secara seksama efek ernbagian saham. bonus dan deviden saham terhadap harga saham agar jangan sampai
merugikan investor selaku pemegang saham dengan akibat dan turunnya harga saham yang mereka miliki."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1993
S18753
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ramel Yanuarta R.E.
"Dalam penelitian ini, penulis menguji kinerja return jangka panjang dari 39 perusahaan yang melakukan lnitiai Public Offering (IPO) dari tahun 1999-2001. Pengujian bettujuan untuk melihat apakah kinmja saham-saham IPO tersebut Iebih rendah dibandingkan dengan kinerja pasar (imderperform) seperti yang ditemukan peneliti lain di mancanegara scbagai "new issues puzzle". Penulis juga menguji konsistensi beberapa metode pengukuran kinerja terhadap hipotesa underperform, serta melihat teori mana yang dapat menjelaskan fenomena underperform tersebut diantara tiga teori ; the divergence of opinion, the impresario dan the windows of oppotunity hypothesis.
Pengujian dilakukan Secara event study dan cross section. Event study digunakan untuk melihat pergerakan harga saham-saham IPO dengan parameter abnormal rerun: secara kumulatif dan stratcgi buy-and-hold dengan pembobotan seimbang dan berdasarkan value. Sedangkan analisa cross section digunakan untuk melihat teori yang mempengaruhi return dengan strategi buy-and-hold.
Dalam analisa ini digunakan model regresi berganda dengan variabel bebas initial return hari pertama saham-saham IPO, size perusahaan dan return pasar enarn (6) bulan sebelum IPO juga dimasukan variabel variabel dummy selector keuangan. Secara keseluruhan diperoleh kesimpulan bahwa kinerja yang underperjorm hanya terjadi pada emiten non keuangan dalam penode satu, dua maupun tiga tahun.
Dari metode pengukuran yang digunakan, diperoleh hasil dan kekuatan pengujian yang berbeda Penulis juga menemukan dalam analisa cross section bahwa hanya variabel initial return hari pertama saham-saham IPO dan dummy sektor keuangan yang mempunyai pengaruh signifikan dengan I1 5-10% terhadap kinerja jangka panjang saham-saham IPO.
Hasil ini sesuai dengan teori The impressario hypothesis dari Shiller (1990) dan Debont &. Thaler (l985,I98'?) yang menjelaskan bahwa IPO merupakan subyek yang bisa diatur untuk menciptakan excess demand. Penulis melihat dipacunya perkembangan BEJ dengan pesat melalui proses IPO yang relatif mudah dan orientasi trading investor yang jangka pendek, membuka peluang pengaturan dalam IPO. Sehingga dalam jangka panjang kinerja return saham-saham IPO tersebut akan jelek. Namun hal ini sulit teljadi pada emiten-emiten hesar yang mempunyai fundamental yang kuat. "
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2005
T15825
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Sibarani, Basar D.P.
"Pada bulan November 1996, PT Bank Negara Indonesia, Tbk. (Bank BNI) sebagai bank BUMN menawarkan 25% dari jumlah modal sahamnya (1,085,032,000 lembar saham) ke publik dan ini merupakan privatisasi perbankan yang pertama di Indonesia. Upaya ini dilakukan untuk meningkatkan permodalan guna mendukung kegiatan operasional dan menjamin kinerja yang sehat dari Bank BNI dalam memasuki abad mendatang.
Seperti diketahui Bank Indonesia selaku Otoritas Moneter telah mengeluarkan beberapa regulasi seperti ketentuan Giro Wajib Minimum dari 2 persen menjadi 3 persen dan kemudian menjadi 5 persen, persyaratan rasio kecukupan modal (CAR), dan Iain-Iain mendorong bank-bank untuk semakin memperkuat daya saingnya.
Pasar modal merupakan salah satu aiternatif sumber dana bagi perusahaan untuk meningkatkan permodalannya, demikian juga halnya di Indonesia. Hai ini tidak terlepas dari kondisi pasar modal Indonesia yang dari tahun ke tahun semakin menarik dan 'menggairahkan' baik bagi perusahaan pencari modal maupun bagi pihak penanam modal (investor).
Seperti pengalaman sebelumnya, going public dari perusahaan BUMN yang selalu menarik minat para investor di pasar modal, demikian juga dengan penawaran umum dari saham Bank BNI, dimana hal ini tidak terlepas dari faktor harga perdana saham yang dilepas, yaitu Rp 850 saja.
Beberapa pendekatan teoritis dalam penentuan harga saham perdana dibahas daam Karya Akhir ini, seperti: Dividend Discount Model dan Earnings Approach dengan beberapa model. HasiInya, ternyata terdapat 'diskon harga perdana' apabila hasil perhitungan (teoritis) tersebut dibandingkan dengan model Present Value of Earnings yang digunakan oleh pihak penjamin emisi.
Terlepas dari terlalu rendah atau tidaknya harga perdana saham Bank BNI, ada beberapa pertimbangan non-teknis yang mungkin mendasari ditetapkan harga perdana tersebut, seperti: pertimbangan kesuksesan kinerja harga saham di pasar sekunder, pemerataan bagi investor kecil, dan Iain-lain. Akan tetapi, esensi tujuan dari suatu go public khususnya bagi kepentingan stakeholders harus ditempatkan pada prioritas utama.
Dalam Karya Akhir ini juga dilakukan sedikit analisa pergerakan harga saham Bank BNI di pasar sekunder untuk kurun waktu 6 (enam) bulan pertama seterah dicatatkan. Diharapkan, ulasan dalam Karya Akhir ini dapat memberikan acuan dan masukan bagi penentuan kebijakan-kebijakan go public di masa mendatang."
1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sally Nurllisa
"Informasi yang relevan dengan kondisi pasar modal merupakan sesuatu yang selalu dicari para pelaku pasar modal dalam upaya melakukan pengambilan keputusan investasi. namun tidak semua informasi merupakan informasi yang berharga, bahkan sebagan besar dari informasi yang ada adalah informasi yang tidak relevan dengan aktivitas pasar modal. akibatnya, para pelaku pasar modal harus secara tepat memilah informasi-informasi yang tidak (relevan) dijadikan pertimbangan pengambilan keputusannya.
Dalam penelitiannya, Marston (1996) menemukan dua sebab utama penyebab buruknya informasi, yaitu pertama karena kualitas informasi itu sendiri yang kurang berharga (quality of information), Kedua, karena distribusi informasi kepada investor yang kurang lancar. Kualitas informasi terkait erat dengan muatan yang terkandung dalam formasi tersebut (information content). Dan muatan informasi tersebut dapat dilihat relevan tidaknya suatu informasi terhadap aktivitas pasar modal. Sedangkan distribusi informasi mengandung aspek kemudahan mendapatkan (accessibility) informasi dan bìaya yang murah untuk memperoleh informasi tersebut.
Kecepatan reaksi harga saham tethadap suatu kejadian menggambarkan tingkat efisiensi suatu pasar. Semakin efisien suatu pasar, maka semakin cepat pada informasi tersebut terefleksi dalam harga saham. Dalam konsep Eficient Market Hypothesis (EMH), lalu pasar dikatakan efisien (dalam bentuk setengah kuat) jika harga saham secara cepat menggambarkan sepenuhnya seluruh informasi baru dan relevan yang tersedia (Fama, 1991). Berdasarkan pengertian tersebut, dua unsur pokok yang merupakan ciri utama pasar modal yang efisien dalam bentuk setengah kuat adalah:
1.Tersedianya informasi yang relevan, dan
2.Harga menyesuaikan secara cepat terhadap informasi baru.
Untuk menguji EMI-1 pada bentuk setengah kuat tersebut, berbagai peneliti pada pasar modal lainnya menggunakan suatu metodologi penelitian yang disebut dengan event Pada karya akhir ini akan dilakukan penelitian mengenai event study atas pengumuman dividen kas final (kenaikan maupun penurunan dividen) untuk menguji efisiensi BEJ (dengan melihat kinerja beberapa emiten di BEJ) pada periode tahun 1997, 1998 dan 1999. Dimana metodologi yang digunakan terdiri dari 2 tahap yaitu time-series dan event Study. Hal tersebut dikarenakan dengan menggunakan time-series maka dapat mengidentifikasikan data-data keuangan yang beresiko mengandung autokorelasi , yang dimana akan membuat suatu model menjadi tidak efektif untuk tujuan peramalan. Oleh karena fokus dalam penelitian event study adalah pembentukan model peramalan sebagai dasar pengukur abnormal return, maka tahapan penelitian time-series menjadi proses yang penting sebelum masuk ke dalam penelitian event study. Penelitian event study sendiri digunakan untuk mempero!eh informasi mengenai keberadaan dan besarnya abnormal return selama periode penelitian.
Saham yang dipllih dalam penelitian ini adalah saham dan para emiten yang secara konsisten termasuk dalam LQ45 dan tahun 1997 hingga 1999. Pemilihan saham LQ45 karenakan dalam penelitian event study, terutama untuk periode harian, memerlukan saham-saham yang bersifat likuid atau saham-saham tersebut banyak ditransaksikan karena untuk menghindari kemungkinan tidak adanya reaksi barga pada saat event terjadi, yang disebabkan karena tidak terjadi transaksi pada saat event, sehingga dengan demikian pengaruh suatu event dapat diukur dengan segera dan relatif akurat.
Penode studi dibagi 2 periode, yaltu periode estimasi (estimation window) dan metode event (event window), dimana penulis menetapkan untuk masing-masing periode adalah 250 hari perdagangan (trading days) yang mendahului periode even untuk ke estimasi dari 21 hari perdagangan untuk periode event, dimana 10 hari perdagangan mendahului event dari 10 hari mengikuti event maka hal tersebut dianggap sebagai periode pre dan post event, sedangkan untuk hari even, t=0.
Hasil dari pemodelan dengan menggunakan metodologi time series dengan program menghasilkan 2 bentuk penggolongan model untuk periode tahun 1997, yaitu yang sesuai Single Index Market Model (SiMM) dan model yang tidak sesuai SIMM, yaitu Multifactor Market Model (MNIM), sedangkan untuk periode tahun 1999 hanya menghasilkan 1 bentuk model yaitu MMM.
Sedangkan dari hasil empiris event study diketahui bahwa tidak ada perbedaan efisiensi pada kondisi pasar di BEl untuk setiap periode yang berbeda karena ketiga periode tersebut menunjukkan bentuk efisiensi setengah kuat yang tidak efisien. Dikatakan mempunyai bentuk efisiensi setengah kuat karena kedua golongan model yang dihasilkan sama-sama mengandung informasi publik yang dicerminkan melalui return IHSG serta data historis yang merupakan data yang signiflkan pada golongan model II. Dan bentuk tersebut belum efisien karena golongan model II mengandung unsur lain berupa return kurs dollar terhadap rupiah sebagai regresor selain unsur return pasar (return lHSG), Hal ini tidak sesuai dengan teori efisiensi pasar setengah kuat dimana faktor informasi yang Tersedia di publik telah tercermin seluruhnya dalam vaniabel return pasar, bukan variabel lain. Selain itu juga dikatakan belum efisien, karena seperti yang sudah dijelaskan yaitu adanya kebocoran informasi, informasi asimetris, penundaan reaksi serta overreaction (pada beberapa emiten)."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2001
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Udjian Wahjusuprapto
"Pengaktifan kembali pasar modal di Indonesia dilakukan dengan deregulasi. Di tengah masyarakat yang umumnya masih awam terhadap saham, masalah yang segera muncul adalah seberapa jauh pasar modal Indonesia mampu melakukan koreksi terhadap harga perdana saham yang ditetapkan terlalu tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan tersebut.
Koreksi pasar adalah perubahan harga perdana sampai mencapai harga ekuilibrium, yang hanya dapat memberikan imbalan normal. Maka konsep-konsep yang relevan adalah efisiensi pasar dan nilai intrinsik saham. Berdasarkan hasil penelitian terhadap emisi-emisi pertama di pasar modal Amerika Serikat oleh Ibbotson [1975] dan Ritter [1984], koreksi pasar berlangsung dalam waktu kurang dari satu bulan dan berakhir setelah pemodal tidak lagi memperoleh imbalan abnormal. Latar belakangnya adalah kesengajaan emiten dan penjamin emisi melakukan under pricing.
Di pasar modal Indonesia gejala koreksi harga perdana tidak dapat dilihat pada perkembangan imbalan abnormal, karena tidak adanya indeks pasar untuk mengukur imbalan normal. Dalam penelitian ini gejala koreksi pasar terhadap harga perdana akan dilihat pada perkembangan imbalan saham perdana, yaitu imbalan bagi pemodal yang membeli saham di pasar perdana dan menjualnya lagi di pasar sekunder dengan premi saham perdana terhadap peluang-peluang investasi yang tersedia bagi pemodal yaitu saham-saham pendahuluan valuta asing, logam mulia dan deposito berjangka.
Hasil analisis data terhadap 50 saham perdana di Bursa Efek Jakarta mulai Juni 1989 sampai Agustus 1990 menunjukkan bahwa semakin lama saham baru dimiliki pemodal semakin berkurang rata-rata imbalan dan premi saham perdana yang dapat diharapkan pemodal. Namun penurunan rata-rata imbalan dan premi saham perdana itu tidak dapat ditafsirkan sebagai gejala koreksi pasar, karena di samping tidak menimbulkan perbedaan rata-rata yang signifikan, besarnya imbalan saham perdana ternyata tidak berkaitan dengan informasi yang relevan seperti bidang usaha emiten, agio saham dan peningkatan modal saham sebelum emisi, tetapi hanya berkaitan dengan tingkat kegiatan pasar yang diukur dengan perubahan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) selama jangka waktu pemilikan (holding period) saham perdana.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa masyarakat pemodal masih sangat awam terhadap saham. Diharapkan peran para pengamat, penulis, komentator, dan para pembentuk opini publik lainnya untuk ikut membina pemahaman masyarakat. Dengan deregulasi pasar modal, bentuk perlindungan terhadap pemodal yang didambakan adalah efisiensi pasar. Dan untuk mencapai efisiensi pasar modal salah satu syarat utamanya adalah kemampuan masyarakat pemodal mencernakan informasi relevan yang tersedia bagi mereka."
1990
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>