Ditemukan 9740 dokumen yang sesuai dengan query
Washington: Government Printing Office, 1944
951.03 EMI
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Li, En
Jakarta: Elex Media Komputindo, 2013
951.03 LIE m
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Indrawati
"Alasan saya menulis Peranan Ci Xi dalam memperta_hankan Kekaisaran Qing adalah ingin mengungkapkan dan menguraikan peranan seorang wali kaisar sebagai penentu kebijaksanaan Pemerintah Qing dan tindakan-tindakannya dalam mempertahankan kekuasaannya. Ci Xi adalah satu-satunya wali kaisar wanita dinas_ti Qing yang sangat berambisi. Ia melakukan segala macam usaha dan cara untuk memperkokoh kekuasaannya. Walaupun Ci Xi menghadapi rintangan-rintangan dalam pemerintahan-nya, tetapi ia selalu b.erhasil mengembalikan dan mempertahankan kekuasaannya.Dalam skripsi ini saya menbatasi permasalahan de_ngan mengetengahkan persoalan-persoalan dan kejadian-ke_jadian yang dihadapi Ci Xi dalam pemerintahannya, Serta cara-cara Ci Xi mengatasi persoalan-persoalan dan kejadian-kejadian tersebut demi mempertahankan kekuasaannya"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1983
S13051
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Hummel, Arthur W.
New York: Paragon Book Gallery, 1970
R SIN 920.51 HUM e I
Buku Referensi Universitas Indonesia Library
Hsu, Immanuel C.Y.
New York: Oxford University Press, 1970
951.03 HSU r
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Spence, Jonathan D.
London: Norton Company, , 1990
951.03 SPE s
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Made Rahayu Saptari Dewi
"Dalam budaya Cina, puisi seringkali dikaitkan dengan lukisan. Lukisan dan puisi menjadi bagian karya seni dan sastra yang banyak dihasilkan oleh seniman Cina, khususnya pada masa kedinastian. Keduanya tidak jarang ditemukan secara bersamaan, karena dalam karya lukis Cina klasik dapat ditemui guratan aksara berbentuk puisi. Pada awal masa Dinasti Qing (1644-1912), salah satu seniman yang menghasilkan karya lukis dengan guratan puisi didalamnya ialah Shi Tao (石涛). Meskipun demikian, tidak banyak referensi lukisan-lukisan klasik Shitao yang dapat ditemukan. Akan tetapi, penelitian ini berhasil memperoleh beberapa referensi lukisannya melalui pencarian pustaka di perpustakaan, bahkan melalui koleksi buku di kelenteng. Dari tiga lukisan karya Shitao yang diperoleh, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui makna puisi yang terdapat dalam beberapa lukisan karya Shi Tao serta bagaimana Shi Tao merepresentasikan karya seni dengan gaya lukis impresionismenya.
In Chinese culture, poetry is often associated with painting. Paintings and poems are part of works of art and literature that are produced by many Chinese artists, especially in the days of certainty. Both are not uncommon to be found simultaneously, because in classical Chinese painting we can find stylized characters in the form of poetry. At the beginning of the Qing Dynasty (1644-1912), one of the artists who produced paintings with poetry strokes in it was Shi Tao (石涛). However, there are not many references to Shitaos classic paintings that can be found. Nevertheless, this study succeeded in obtaining several references to his paintings through library searches in the library, even through book collections in temples. From the three paintings by Shitao obtained, this study aims to determine the meaning of poetry that contained in several paintings by Shi Tao as well as how Shi Tao represented his impressionistic artwork."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2019
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja Universitas Indonesia Library
Alfiani Sarahofia Adji
"Artikel ini membahas tentang perkembangan etnis Han sebagai aspek utama pada integrasi sosial di Taiwan periode Qing (1780-1895). Taiwan yang merupakan wilayah yang dihuni oleh suku Austronesia justru memiliki sejarah yang panjang dan dinamis dengan karakteristik perkembangan masyarakat Han sebagai aspek utama. Hal ini disebabkan oleh aneksasi kekaisaran Qing yang membawa landasan nilai-nilai Tiongkok dalam pemeritahannya di Taiwan. Kebijakan-kebijakan yang dibentuk juga mempengaruhi perkembangan etnis Han di Taiwan seperti kebijakan karantina hingga kebijakan pro-kolonisasi (kaishan fufan). Apabila pada kebijakan karantina etnis Han dipandang berpotensi menjadi pemberontak, pada kebijakan pro-kolonisasi etnis Han dipandang sebagai agen kolonisasi internal yang tidak hanya mampu melawan agresi asing namun juga melakukan upaya sinifikasi terhadap penduduk asli Taiwan. Perkembangan etnis Han di Taiwan juga mempengaruhi kondisi sosial-budaya di Taiwan seperti meningkatnya populasi Han di Taiwan yang menyebabkan meningkatnya konflik sosial dan munculnya kelas sosial baru. Sehingga terbentuklah struktur dan sistem sosial yang condong pada sistem yang dimiliki orang Han, dan etnis Han menjadi etnis dominan di Taiwan.
This article discusses the development of the Han ethnicity as a major aspect of social integration in Taiwan in the Qing period (1780-1895). Taiwan, which is an area inhabited by Austronesian tribes, actually has a long and dynamic history with the characteristics of the development of Han society as the main aspect. This was due to the annexation of the Qing empire which brought the foundation of Chinese values in its rule in Taiwan. The policies formed also influenced the development of Han Chinese in Taiwan, such as quarantine policies to pro-colonization policies (kaishan fufan). If the Han quarantine policy is seen as a potential rebel, the pro-colonization policy of Han ethnicity is seen as an internal colonization agent who is not only able to fight foreign aggression but also to make efforts to cynicize native Taiwanese. The development of the Han ethnicity in Taiwan also affects the socio-cultural conditions in Taiwan, such as the increasing Han population in Taiwan which causes increased social conflict and the emergence of a new social class. So that a social structure and system was formed that was leaning towards the system owned by the Han people, and the Han ethnicity became the dominant ethnicity in Taiwan."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2020
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja Universitas Indonesia Library
Frederick Martinus
"Bangsa Manchuria (满族 Mǎnzú) adalah bangsa non-Han dari kawasan (东北 Dōngběi) yang menjajah Cina dan mendirikan Dinasti Qing pada tahun 1644. Selama berkuasa di Cina, Dinasti Qing menerapkan kebijakan rambut tocang sebagai alat penunjuk superioritas bangsa Man terhadap bangsa Han. Kebijakan ini mengakibatkan rakyat Han merasa terhina, sehingga ingin membalaskan dendam mereka dengan melancarkan gerakan anti tocang di Cina. Gerakan ini menjadi reaksi berbasis identitas kebangsaan yang mempengaruhi perkembangan nasionalisme Cina, terutama pada akhir abad ke-19. Penelitian ini memaparkan karakteristik dan keterkaitan dari gerakan anti tocang yang dilancarkan oleh Kelompok Teratai Putih, Taiping, Reformis, dan Revolusioner. Hasil penelitian menunjukkan bahwa meskipun para pemimpin gerakan anti-tocang hidup pada dimensi waktu yang berbeda, mereka memiliki tujuan yang sama, yaitu menjunjung tinggi nasionalisme dan patriotisme untuk menyelamatkan dan memperkuat bangsa dan negara Cina. Skripsi ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan menerapkan 4 tahapan metode penelitian sejarah, yaitu heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi.
Manchus is a non-Han race from 东 北 region who conquered China and established Qing Dynasty in 1644. During its reign in China, Qing Dynasty implemented queue hairstyle policy as symbol of Manchus superiority toward Hans. This policy caused Hans feel humiliated, thus they tried to seek revenge by launching anti-queue hairstyle movement. This movement becomes nation reaction that influences nationalism development in the end of nineteenth century. This research will explain, analyze, and seek links between White Lotus Society, Taiping, Reformist, and Revolutionary anti-queue hairstyle movement. Result shows that these four movement leaders have one same goal, which is to uphold nationalism and patriotism spirit to save and strengthen China country nation. This thesis uses qualitative research methods with 4 historical stages, such as heuristic, critic, interpretation, and historiography."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2017
S66437
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Zhang, Xiping
Beijing: Wu zhou chuan bo chu ban she, 2006
SIN 951.03 ZHA g
Buku Teks Universitas Indonesia Library