Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 59741 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rifanie Komara
"ABSTRAK
Sebagai infrastruktur utama yang menunjang berlangsungnya pergerakan orang dan barang, jalan raya harus senantiasa berada dalam tingkat pelayanan yang memuaskan. Perencanaan yang baik adalah suatu kehamsan, bukan hanya pada saat tahap pembangunannya saJa, tetapi juga dalam hal operasi dan pemeliharaannya.
Telah terbukti bahwa pemeliharaan yang bersifat responsif (condition responsive maintenance) merupakan metode yang lebih effisien dalam hat biaya dan dapat lebih menjaga lapisan perkerasan agar selalu berada dalam kondisi baik, dibandingkan pemeliharaan yang bersifat rutin (scheduled maintenance). Namun demikian, dibutuhkan suatu model yang dapat merepresentasikan suatu sistem penetapan skala prioritas pemeliharaan, agar anggaran biaya yang tersedia dapat dialokasikan secara optimal.
Hubungan kausalitas antara tingkat kerusakan perkerasan yang diwakili oleh nilai IRI dan besamya vohnne lalu-lintas yang diwakili oleh nilai Beban Gandar Ekivalen, merupakan kunci utama dari sistem penetapan skala prioritas pemeliharaan perkerasan pada model yang dibangun.
Suatu pendekatan berbasis Jaringan {network-based approach), digunakan agar model dapat lebih mencerminkan jaringan jalan di daerah perkotaan yang padat dan kompleks. Penggunaan perangkat lunak POWERSIM memungkinkan dilakukannya proses dinamisasi pada sistem yang dimodelkan.
Hasil pemodelan menunjukkan bahwa ruas Jalan dengan volume lalu-lintas yang paling padat akan menjadi prioritas utama dan selalu dijaga agar berada pada tingkat kerusakan serendah-rendahnya. Model yang telah dibuat perlu divalidasi, dikembangkan, dikaji ulang, dan diteliti lebih lanjut, agar dapat lebih mencerminkan keadaan dan karakteristik lalu-lintas yang sebenarnya."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
S35028
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hadinandra
"Program pemeliharaan perkerasan jalan dirancang dengan selalu mempertimbangkan dua hal, yaitu tingkat pelayanan jalan yang diharapkan dan ketersediaan dana. Untuk mendapatkan suatu program pemeliharaan yang baik maka kriteria yang harus dipenuhi adalah dengan mengoptimalkan dua hal tersebut di atas, dimana tingkat pelayanan jalan tidak terabaikan dan biaya pemeliharaan jalan tidak terlalu besar.
Berdasarkan waktu pelaksanaannya maka metode pemeliharaan perkerasan jalan dapat dibedakan atas pemeliharaan terjadwal (scheduled maintenance) dan pemeliharaan berdasarkan kondisi jalan (condition responsive maintenance). Pemeliharaan terjadwal dilakukan setelah waktu kerusakan dapat diperkirakan pada awal tahun perencanaan. Sedangkan pemeliharaan berdasarkan kondisi jalan dilakukan dengan melihat apakah kondisi jalan yang ada sudah melewati tingkat batas kerusakan yang diijinkan.
Untuk bisa memperkirakan waktu dan tingkat kerusakan, maka dilakukan dengan cara membuat suatu model, yang diharapkan dapat mensimulasikan kondisi suatu perkerasan jalan yang dimulai sejak awal pembukaannya sampai waktu beberapa tahun sesudahnya. Di dalam model ini dapat ditunjukkan pengaruh dari metode pemeliharaan yang dilakukan terhadap perkerasan jalan tersebut. Dan selanjutnya dari metode pemeliharaan yang dipilih dapat diperkirakan berapa biaya pemeliharaan yang diperlukan. Model yang dirancang, supaya dapat disimulasikan dengan baik, diterjemahkan ke dalam bahasa komputer dengan menggunakan perangkat lunak (software) POWERSIM. Karena merupakan salah satu program yang bisa mensimulasikan suatu sistem dinamik, POWERSEM dapat memodelkan perkembangan luas kerusakan perkerasanjalan dengan baik dan menggambarkannya secara grafis.
Dari hasil analisa model meunjukkan bahwa metode pemeliharaan yang dilakukan dengan melihat tingkat kerusakan jalan lebih baik dari pada pemeliharaan terjadwal, karena pada metode yang disebut pertama kondisi perkerasan jalan dapat selalu terjaga dan perbaikan hanya dilakukan pada waktu tertentu saja."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
S34965
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Herman Hidayat
"1.1 Latar Belakang
Undang- Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah membuka Peluang bagi Daerah untuk mengembangkan wilayahnya sesuai dengan kondisi yang dimiliki Daerah masing-masing. Hal tersebut memberikan konsekuensi terhadap meningkatnya tuntutan kebutuhan masyarakat. Kondisi ini menuntut kesiapan Pemerintah Daerah guna menyikapi kompleksitas permasalahan yang dihadapi, khususnya dalam penyediaan infrastruktur secara lebih baik.
Sebagaimana terlihat pada gambar 1.1 (file pdf), Kota Depok dengan posisi geografis yang berada pada centre (pusat) diantara kota-kota metropolitan Jabodetabek, memiliki posisi dan peran yang cukup strategis dalam hal perkembangan wilayah maupun dalam konteks pertumbuhan ekonomi, baik secara lokal maupun regional. Peran strategis tersebut hanya dapat terwujud apabila Pemerintah Daerah Kota Depok dapat menyediakan infrastruktur transportasi yang handal, yang dapat menjamin lancarnya arus barang dan orang.
Depok, yang dibentuk pada tanggal 27 April 1999 berdasarkan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kotamadya Daerah Tingkat II Depok dan Kotamadya Daerah Tingkat II Cilegon, semula merupakan Kota Adrninistratif (Kotif) yang merupakan bagian dari wilayah Kabupaten Bogor. Pada saat Depok masih berstatus sebagai Kotif, perkembangan infrastruktur transportasi, khususnya Jalan relatif lamban, sehingga pada saat adanya peningkatan status menjadi Kota, Depok memiliki infrastruktur Jalan yang sangat terbatas, baik dalam hal jaringannya yang belum menjangkau seluruh wilayah kota, maupun kondisi ruas Jalan yang relatif banyak memerlukan perbaikan. Dengan demikian Pemerintah Daerah Kota Depok harus bekerja keras dalam upaya perbaikan infrastruktur jalan tersebut, baik dalam pembangunan Jalan baru maupun perbaikan kondisi Jalan yang sudah ada.
1.2 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi variabel-variabel yang paling berpengaruh dalam proses penentuan prioritas proyek, khususnya Proyek Pemeliharaan Jalan, serta hubungannya dengan pertumbuhan ekonomi daerah.
1.3 Ruang Lingkup
Wilayah kajian yang dipilih untuk studi kasus penelitian ini adalah wilayah Kota Depok Propinsi Jawa Barat. Adapun alasan dipilihnya Kota Depok adalah mengingat Depok merupakan kota baru yang berkembang dengan cukup pesat yang ditandai dengan perkembangan jumlah penduduk serta perkembangan wilayahnya disamping itu Kota Depok meskipun wilayahnya termasuk dalam Propinsi Jawa Barat, namun posisinya berbatasan dengan Kota Metropolitan DKI Jakarta sehingga perkembangannya cenderung mengikuti Kota Metropolitan disekitarnya (Botabek)."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
T15394
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alvinsyah
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, [Date of publication not identified]
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Kania
"Kegiatan pemeliharaan di dalam penelitian ini diartikan secara umum yaitu suatu kegiatan untuk perbaikan fasilitas umum agar dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Penelitian dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui lebih jauh mengenai pelaksanaan pemeliharaan jalan di Kota Tangerang dengan melalui :
1. Pengamatan kondisi jalan di Kota Tangerang pada umumnya.
2. Mempelajari strategi pemeliharaan jalan di Kota Tangerang, mulai dari perencanaan sampai dengan pelaksanaannya.
3. Menganalisis manajemen pemeliharaan jalan di Kota Tangerang berdasarkan persepsi pengguna jalan.
Metodologi yang dipergunakan adalah analisis deskriptif, dengan tujuan untuk mendapatkan gambaran mengenai sesuatu obyek yang diteliti. Kemudian pendekatan analisis gap dipergunakan untuk memperoleh keputusan yang tepat berdasarkan ketentuan yang berlaku, selain itu dipergunakan pula analisis diagram kartesius untuk mengetahui letak atribut yang menyangkut pemeliharaan jalan berdasarkan skor penelitian yang dihasilkan dari nilai rata-rata jawaban responden terhadap kuesioner yang disebarkan. Untuk perolehan data dilakukan penelitian kepustakaan dan lapangan (wawancara dengan pihak yang terlibat dalam obyek penelitian).
Dengan melihat kondisi jalan, jumlah dan jenis kendaraan yang ada, dapat disimpulkan, untuk manajemen pemeliharaan jalan yang dilakukan oleh Dinas Pekerjaan Umum Kota Tangerang, sudah sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Namun demikian di dalam pelaksanaannya para pengguna jalan masih menganggap kinerja DPU Tangerang masih kurang. Hal, ini disebabkan karena kekurangan-kekurangan yang terdapat di dalam pelaksanaan pemeliharaan jalan, yaitu : a) sarana/prasarana pemeliharaan jalan, b) keahlian dan pengalaman petugas, c) kerjasama dan tanggungjawab petugas, d)pengawasan pimpinan pada saat pelaksanaan kegiatan, dan e)waktu pelaksanaa yang tidak tepat.
Dari keadaan tersebut dapat diajukan beberapa saran untuk pelaksanaan kegiatan pemeliharaan jalan di Kota Tangerang, yaitu : a) dengan dana terbatas, diupayakan prioritas pelaksanaan kegiatan, b) meningkatkan keahlian dan kerjasama petugas, c) meningkatkan pengawasan yang dilakukan pimpinan, dan d) dilakukan klasifikasi dan pendataan terhadap kegiatan pemeliharaan jalan, sehingga dapat diketahui dengan tepat daerah mana yang memerlukan pemeliharaan, perbaikan atau peningkatan jalan."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
T3828
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nababan, Mangapul L.
"Pertumbuhan Kota Jakarta yang sangat pesat sebagai akibat urbanisasi menimbulkan permasalahan dalam penyediaan infrastruktur kota Maraknya kawasan-kawasan permukiman di hinterland Kota Jakarta semakin menambah beban pemerintah kota dalam menyediakan prasarana permukiman sehingga penanganan prasarana menjadi lambat dan tidak jelas skala prioritasnya. Jalan lingkungan permukiman, yang menjadi kewenangan pemerintah kota, merupakan salah satu prasarana yang sering dikeluhkan warga penanganannya. Sebagai respon atas kurang optimalnya kinerja pemerintah dalam menangani jalan lingkungan permukiman, muncullah pola-pola pembiayaan dengan prinsip fee for service di beberapa daerah dengan menarik dana dari masyarakat pengguna jalan. Hal ini memicu bentuk partisipasi masyarakat di Kompleks Perumahan Bali View, Ciputat Kab. Tangerang (yang dibangun oleh pengembang) dengan membentuk pengelolaan lingkungan terpadu dan tidak tergantung lagi kepada Pemerintah.
Melihat karakteristik permukiman yang berbeda, dicoba untuk meneliti kemungkinan pemeliharaan jalan lingkungan permukiman di Kelurahan Tebet Timur Jakarta Selatan dengan berbasis partisipasi masyarakat. Hasil peneiitian menunjukkan, bahwa pemeliharaan jalan lingkungan permukiman dapat diterapkan di Kelurahan Tebet Timur berdasarkan pertimbangan kemauan dan motivasi masyarakat berpartisipasi, willingness to pay, kemampuan pendanaan dan dukungan perangkat masyarakat seperti Dewan Kelurahan. Selain itu penelitian ini juga menghasilkan simulasi biaya yang harus ditanggung masyarakat setiap bulan jika pengelolaan tersebut diterapkan.
Dari hasil penelitian, besar biaya yang harus ditanggung masyarakat sangat terjangkau dan masih dibawah rata-rata pengeluaran perbulan dan ability to pay masyarakat. Di akhir studi, penelitian ini merekomendasikan suatu mekanisme pemeliharaan jalan permukiman yang melibatkan pemerintah, dewan kelurahan dan partisipasi masyarakat. Dengan mekanisme ini, diharapkan beban Pemerintah Kota Jakarta untuk penanganan jalan lingkungan permukiman dapat dikurangi.

The rapid growth of Jakarta as the result of urbanization had caused some problems in providing urban infrastructures. The thriving settlement areas in hinterland Jakarta brought more burdens to the City Government in providing settlement facilities so as the infrastructure provision ran slowly and not clearly prioritized. The settlement road that is under the authority of the city government is one example of infrastructure that is often being complained by the citizen. As the response to the failure of the government in dealing with settlement roads, some funding patterns emerged with the principle of fee for service in some areas by attracting fund from the road users. This triggered the community participation in Bali View Complex, Ciputat, Tangerang Regency (constructed by developer) by founding an integrated area maintenance and not depended on the government.
Viewing the different characteristics of settlements, it is tried to research the possibility of settlement road maintenance in Kelurahan Tebet Timur, Jakarta Selatan based on community participation. The result of the research revealed that the settlement road maintenance can be applied in Kelurahan Tebet Timur, Jakarta Selatan based on willingness and motivation of the community to participate or willingness to pay with community based participation, the financial capacity and support of community apparatus such as Kelurahan Council. Besides, this research also provides cost simulation that should be paid by the people every month during the implementation of the maintenance.
From the research, the amount of money should be paid by the citizen is affordable and still under average monthly expenditure and the community's ability to pay. At the end of the study, this research recommends a mechanism of settlement road maintenance that involving the Government, Kelurahan Council, and community participation. With this mechanism, it is expected that the burden of Jakarta City Government to deal with settlement road could be reduced.
"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2007
T 17724
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Penelitian ini membahas perencanaan kegiatan maintenance dengan metode RCM II untuk menilai risiko kerusakan fungsi pada compresor screw. Perhitungan waktu maintenance optimal dilakukan dengan memperhatikan biaya maintenance dan biaya perbaikan. Hasil penilaian risiko dengan RPN menunjukkan bahwa komponen kritis yang perlu mendapatkan prioritas utama dalam memberikan maintenance pada compresor screw adalah kerusakan fungsi pada piston yang aus, dan pada spon filter udara keluar rusak yang mendapatkan RPN 45. Penentuan waktu maintenance optimal diberikan pada komponen yang mengalami scheduled restoration dan scheduled discard task agar tindakan tersebut menjadi technically feasible untuk menurunkan konsekuensi kerusakan. Nilai waktu maintenance optimal yang
diperoleh untuk mencegah kerusakan pada compresor screw lebih kecil dari nilai MTTF-nya yang menunjukkan bahwa waktu maintenance optimal akan berusaha untuk menghindari terjadinya kerusakan fungsi komponen sebelum kerusakan terjadi.

Abstract
This research discuss maintenance activity by using RCM II method to determine failure function risk at compresor screw. Calculation is
given to magnitude optimum time maintenance interval by considering the cost maintenance and the cost reparation. From the research results with RPN points out that critical component that needs to get main priority in give maintenance on compresor screw are bust logistic on timeworn piston, and on filter's sponge airs to come out damage that gets RPN 45. Optimum maintenance interval point one that acquired to prevent failure on compresor screw smaller than appreciative MTTF which indicate optimum maintenance interval in avoiding its bust happening logistic component before happening damage. "
[Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat Universitas Indonesia, Universitas Trunojoyo, Madura. Fakultas Teknik], 2010
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Nazmi Thaher
"Bangunan atau fasilitas yang telah dibangun, dalam operasionalnya memerlukan pemeliharaan (maintenance) yang terencana dengan baik, agar kondisinya tetap terjaga dan laik pakai. Terkait dengan keselamatan penerbangan dan persaingan bisnis Bandar Udara yang semakin tajam, maka program kegiatan pemeliharaan terhadap fasilitas perlu perhatian yang sungguh-sungguh agar misi perusahaan bisa tercapai.
Keberhasilan melaksanakan pemeliharaan fasilitas, sangat terkait dengan pola dan jenis kontrak yang dipakai. Penelitian ini dilakukan 2 (dua) bagian atau tahap dengan responden karyawan PT AP II. Tahap I untuk mengetahui sejauh mana pengaruh variabel-variabel yang diteliti pada penanganan kegiatan pemeliharaan dengan kontrak tahunan terhadap fasilitas (peralatan dan bangunan) ditinjau dari aspek kinerja biaya. Dan pada tahap II dilakukan untuk mengetahui pandangan responden terhadap bentuk kontrak lainnya sebagai alternatif dalam menangani kegiatan pemeliharaan yaitu kontrak multi years dan performance based contract.
Data penelitian yang diperoleh dari kuesioner yang disebarkan, dianalisis dengan program SPSS 10.0. Didapatkan hasil bahwa variabel-variabel pada penanganan kegiatan pemeliharaan dengan kontrak tahunan (tahap I), yang memberikan konstribusi dominan adalah tingkat kelengkapan isi dokumen kontrak, tingkat ketersediaan jumlah alat pelaksanaan pekerjaan, dan tingkat kualitas pengawasan pekerjaan. Sedangkan untuk kontrak multi years yang dominan adalah proses tender. Dan untuk performance based contract adalah kontraktor lebih profesional. Hubungan variabel penanganan kegiatan pemeliharaan dengan kontrak tahunan terhadap peningkatan kinerja biaya adalah regresi non-linier. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
T9310
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abel Yacob
"Perusahaan manufaktur tentu saja sangat menggantungkan kegiatan produksi pada mesin-mesinnya tetapi belum memiliki sistem pemeliharaan mesin yang menunjang. Target produk ak yang tinggi dan keterbatasan kapasitas produksi mesin menyebabkan penjagaan mesin produksi supaya tetap bekerja menjadi sangat penting. Daerah pemasaran yang Iuas menambah arti pentingnya kelangsungan produksi. Mesin-mesin berkapasitas dan berteknologi tinggi telah banyak tersedia, masalahnya ialah bagaimana memeliharanya supaya tetap bekerja.
PT Ciptakemas Abadi adalah perusahaan yang memproduksi kemasan untuk makanan. Salah satu kelompok mesin yang penting dalam proses produksinya ialah mesin printing. Kemasan mesin ini (pada komponen printing bearing ) diatasi secara sementara dengan cara menurunkan kecepatan putaran.Penurunan kecepatan ini adalah penundaan penggantian komponen bearing yang rusak. Tindakan pemeliharaan secara kelompok atau group maintenance berupa servis dan penggantian sudah dilakukan. Yang menjadi pertanyaan ialah berapa jumlah penundaan dan berupa perioda group maintenance yang sebaiknya dilakukan.
Pola pemeliharaan yang tidak teratur menyebabkan pengeluaran ongkos yang tidak optimal, sehingga dapat menimbulkan anggapan bahwa tindakan pemeliharaan hanyalah merupakan pemborosan. Keadaan ini menimbulkan kebutuhan pengaturan jadual pemeliharaan yang baik. Selain itu karena menyangkut sekelompok mesin maka harus diperhatikan bila memang penundaan perbaikan masih ekonomis sampai berapa jumlah penundaan penggantian komponen masih dapat dibiarkan. Hasilnya ialah pengadaan kegiatan pemeliharaan berdasarkan perioda T atau bila telah terjadi sejumlah m penundaan penggantian komponen Iertentu pada mesin tersebut.
Model (m, T) Group Maintenance merupakan penyelesaian yang bisa mengatasi masalah di atas. Dengan memanfaatkan sifat universal dari model untuk menangani berbagai fungsi distribusi kerusakan dan fungsi ongkos, akan dicari nilai m dan T yang memberikan perkiraan ongkos rata-rata per unit waktu yang minimal.
Dalam model ini perkiraan ongkos rata-rata per unit waktu, dirumuskan:
E(Kd) adalah pedoman ongkos downtime karena penundaan penggantian. E(K) adalah perkiraan ongkos servis, E(Kr) adalah perkiraan ongkos penggantian komponen, dan E(r) adalah perkiraan waktu antara successive renewals.
Hasil akhir yang diperoleh ialah T = 7 han dan m = 2, artinya perusahaan direkomendasikan untuk melakukan group maintenance bila telah tercapai perioda 7 hari atau telah ditemukan 2 mesin yang mengalami penundaan panggantian kerusakan."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1996
S36679
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Azzahra Salsabila
"Infrastruktur transportasi di Indonesia saat ini mengalami perkembangan yang pesat. Hingga saat ini, terdapat 18.990 unit jembatan nasional di Indonesia. Namun, hanya 1.2% dari total keseluruhan tersebut yang berada dalam kondisi baik. Sehingga diperlukan adanya pemeliharaan dan perawatan untuk menjaga kualitas agar tetap optimal untuk digunakan. Pedoman menjadi salah satu acuan yang digunakan dalam pekerjaan pemeliharaan dan perawatan. Saat ini, sudah terdapat pedoman yang digunakan, tetapi tidak membahas secara detail. Maka dari itu, diperlukan adanya pengembangan pedoman pemeliharaan dan perawatan yang berbasis WBS untuk memudahkan proses pemeriksaan, pemeliharaan, dan juga perawatan pada komponen struktur bawah jembatan beton. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan pedoman pemeliharaan dan perawatan pada pekerjaan struktur bawah jembatan beton yang berbasis work breakdown structure (WBS) untuk meningkatkan kinerja pemeliharaan dan perawatan. Hasil dari penelitian ini adalah pedoman pelaksanaan pemeliharaan dan perawatan komponen struktur bawah jembatan beton yang berbasis work breakdown structure (WBS) untuk 44 klaster elemen serta model hubungan antara work breakdown structure (WBS) dan pedoman pemeliharaan dan perawatan dengan kinerja pemeliharaan dan perawatan. Dengan adanya pengembangan pedoman akan memengaruhi peningkatan kinerja struktur bawah jembatan, terutama pada aspek durabilitas dan kondisi umum jembatan.

Indonesia's transportation infrastructure is currently undergoing rapid development. Presently, there are 18,990 national bridges across the country, but only 1.2% of these are in good condition. Consequently, maintenance and repair are essential to ensure their quality remains optimal. Guidelines play a crucial role in directing maintenance and repair activities. Although existing guidelines are available, they lack detailed coverage. Therefore, there is a need to develop maintenance and repair guidelines based on a Work breakdown structure (WBS) to streamline the inspection, maintenance, and care processes for the substructure components of concrete bridges. This research aims to develop maintenance and upkeep guidelines for the substructure work of concrete bridges based on the Work breakdown structure (WBS) to improve maintenance and repair performance. The outcome of this research is the implementation guidelines for the maintenance and repair of the substructure components of concrete bridges based on WBS for 44 element clusters, as well as a model showing the relationship between the Work breakdown structure (WBS) and the maintenance and repair guidelines with their performance. The development of these guidelines will impact the improvement of the substructure performance of bridges, particularly in terms of durability and overall condition."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>