Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 90511 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Asim Gunawan
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1997
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Depok Fakultas Sastra Universitas Indonesia 1996/1997
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Andreyna Tiarasari Mahandry
"Penelitian ini mengkaji tindak tutur mengkritik dalam film Willkommen bei den Hartmanns. Fokus penelitian ini adalah 1) bentuk kalimat yang meliputi tindak tutur mengkritik sertastrategi dalam merealisasikannya dan 2) penggunaan strategi kesantunan dalam tindak tutur mengkritik dalam film terkait. Strategi kesantunan dibahas karena memainkan peran penting dalam realisasi kritik. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitiatif deskriptif yang didukung oleh metode kuantitatif. Data didapatkan melalui observasi dan pencatatan. Data kemudian dianalisis menggunakan strategi realisasi kritik yang dikembangkan oleh Nguyen (2005) dan teori strategi kesantunan oleh Brown dan Levinson (1987). Hasil temuan menunjukkan bahwa terdapat berbagai strategi realisasi tindak tutur mengkritik yang digunakan dalam film terkait meliputistrategi tindak tutur mengkritik langsung (37,7%) dan strategi tindak tutur mengkritik tidak langsung (62,3%). Dari total 6 klasifikasi dalam strategi tindak tutur mengkritik langsung, strategi yang paling sering digunakan adalah evaluasi negatif (44,8%). Dari total 9 klasifikasi strategi tindak tutur mengkritik tidak langsung, strategi yang paling sering digunakan adalah bertanya/mengandaikan (27,083%). Hasil temuan juga menunjukkan bahwa dalam konteks strategi kesantunan, jumlah penggunaan strategi samar-samar (42,22%) melebihi tiga strategi lainnya.

This research examines the speech acts of criticism in the film Willkommen bei den Hartmanns. The focus of this research is 1) the sentences form that include criticism speech acts and its realization strategy and 2)the use of politeness strategies during criticism speech acts in the aforementioned movie. The politeness strategy is discussed because it plays an important role in the realization of criticism. The research methods used analysis qualitative which is supported by quantitative methods. The data were obtained through observation and recording. The data were then analyzed using the criticism realization strategy developed by Nguyen (2005) and the politeness strategy theory by Brown and Levinson (1987). The findings showed that there are various strategies of criticism speech acts used in the movieincluding direct criticism (37,7%) and indirect criticism (62,3%). Out of 6 classifications in direct criticism strategy, the most used strategy was negative evaluation (44,8%). Out of 9 classificationsin indirect criticism strategy, the most used strategy was asking/supposing (27.083%). The findings also showed that in the context of politeness strategies, the use of off-record strategies (42.22%) outnumbered the other three strategies."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2021
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Maryono Basuki
"Tesis ini membahas masalah diskrepansi kepuasan yang dicari (Gratifications Sought/GS) dengan kepuasan yang diperoleh (Gratifications Obtained/GO) pemirsa siaran film hiburan TVRI-1, TVRI-2, TPI, dan RCTI, di kalangan remaja daerah elit kelurahan Menteng dan remaja daerah kumuh keluraham Kwitang (Jakarta Pusat).
Sebagai kerangka teori digunakan (replikasi) model Uses and Gratifications dengan fokus bahasan pada diskrepansi antara Gratifications Sought dengan Gratifications Obtained.
Asumsi dasar pendekatan ini adalah bahwa khalayak merupakan individu aktif yang dapat secara bebas memilih media yang disukai dan bersifat kepala batu yang hanya mau menyimak pesan yang dianggap menguntungkan baginya. Selain itu, media massa dianggap bersaing dalam memenuhi kepuasan khalayak, individu khalayak dianggap mampu mengutarakan motiv serta kepentingannya, dan penilaian tentang arti kultural media dilakukan setelah meneliti orientasi khalayak.
Penelitian bertujuan untuk menjelaskan GS (sebelum memirsa TV) dan GO (setelah mengkonsumsi media) remaja daerah elit dan kumuh, mencari deskrepansi GS-GO, mencari perbedaan GS Berta GO remaja elit dengan remaja kumuh, dan membedakan film pilihan khalayak remaja elit dengan remaja kumuh.
Pelaksanaan penelitian menggunakan metode survei. Pengumpulan data kancah dilaksanakan secara kuantitatif dengan menggunakan daftar pertanyaan yang sebagian besar tertutup. Responden berjumlah 384, terdiri atas 192 dari daerah elit dan 192 dari daerah kumuh. Mereka adalah remaja berusia antara 17-21 i tahun.
Keterbatasan teoritikal penelitian adalah bahwa asumsi studi Uses and Gratifications (konsep masyarakat Harat) 'khalayak secara individual memiliki kebebasan menentukan media, yang hendak dikonsumsi' serta 'berkepala batu', diragukan berlakunya terutama di kalangan masyarakat daerah kumuh Indonesia. Selain itu, mempersaingkan penyajiah tiap media dalam membedakan kepuasan (gratification obtained) kepada khalayak (heavy-medium-light viewer) dirasakan kurang tepat, karena pemilihan saluran televisi (khususnya di Indonesia) oleh khalayak, dimana tiap saluran tidak mempunyai spesifikasi penyajian yang tajam, pada hakikatnya didasarkan pada usaha memilih film yang disukai.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa : 1) GS remaja daerah elit dan daerah kumuh didominasi oleh hasrat untuk mengurangi ketegangan, mengatasi kesepian, mengisi waktu luang, memperoleh hiburan, mencari kesenangan, dan santai. Remaja daerah kumuh mempunyai tambahan harapan agar dapat mengurangi kegelisahan dan menikmati hal-hal imajinatif yang tidak pernah dialami. 2) Remaja daerah elit dan kumuh memperoleh kepuasan mendapat hiburan dan santai dari TVRI-1, sedang dari RCTI mereka memperoleh kepuasan mengurangi ketegangan, mengatasi kesepian, mengisi waktu luang, medapat hiburan, mendapat kesenangan, dan santai. Selain itu, dari TVRI-2 remaja daerah kumuh memperoleh kepuasan mendapat hiburan, sedang dari TPI memperoleh kepuasan mendapat hiburan dan santai. 3) Deskrepansi GS-GO pada responden daerah elit dan kumuh adalah pada variabel memperoleh hiburan dan santai. Pada responden daerah elit, deskrepansi GS-GO juga terlihat pada variabel mengurangi ketegangan. Sedang pada responden daerah kumuh deskrepansi GS-GO juga terjadi pada variabel mengatasi kesepian dan mencari kesenangan. 4) Perbedaan GS remaja daerah elit dengan remaja daerah kumuh significant pada variabel harapan untuk memperoleh kepuasan dalam mengurangi ketegangan, mengatasi kesepian, mengisi waktu luang, melupakan tugas rutin, mengurangi kegelisahan, dan menikmati hal-hal imajinatif yang tidak pernah dialami. 5) Perbedaan GO remaja daerah elit dengan remaja daerah kumuh significant untuk TVRI-l, TVRI-2, TPI, dan RCTI pada variabel melupakan tugas rutin dan mengurangi kegelisahan. 6) Film pilihan remaja daerah elit sembilan judul film Barat dan dua produksi nasional. Sedang pilihan remaja daerah kumuh tujuh judul film barat dan empat produksi nasional."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aquitannya Irfiandra
"Skripsi ini menganalisis prinsip kerja sama dan kesantunan dalam serial Malam Minggu Miko. Analisis ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menjelaskan pematuhan dan pelanggaran prinsip kerja sama dan kesantunan yang terdapat dalam pertuturan adegan-adegan episode “Nissa” dan “Miranda”. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dan metode studi kasus. Tujuan analisis ini menghasilkan beberapa kesimpulan. Pertama, pertuturan antartokoh sering kali tidak relevan dengan topik yang dibicarakan, sehingga menimbulkan ketidaksepakatan antarpeserta tutur. Namun, penutur berusaha untuk memaksimalkan keuntungan mitra tutur. Kedua, ditemukan maksim yang memenuhi pematuhan dan pelanggaran prinsip kerja sama, yaitu maksim relevansi. Ketiga, ditemukan bentuk atau cara pertuturan yang memenuhi pematuhan dan pelanggaran prinsip kerja sama dan kesantunan. Keempat, serial Malam Minggu Miko bukanlah serial yang menggunakan pelanggaran prinsip kerja sama dan kesantunan sebagai alat untuk menghibur masyarakat.

The thesis consist of through analysis of the cooperative principle and politeness in the web series Malam Minggu Miko. The purpose of analysis is to describe and explain the compliance and violations of the principle in the sequence of scenes in episodes “Nissa” and “Miranda”. The research conducted using method of study cases and descriptive qualitative. The objective of the analysis is to draw several conclusive statements. First, collision between characters is likely to be irrelevant with the designated topic, resulting in dessences among characters. However, the speaker try to maximize the hearer advantage. Second, the maxim of relation has shown fulfillness of the compliance and violation of the cooperative principle. Third, the research resulted in a way of how the substitutions of the series has shown fulfillness of the compliance and violation of both the cooperative principle and politeness. Fourth, web series Malam Minggu Miko is not classify as a series that uses violation of the cooperative principle and politeness as an arsenal for public entertainment."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2013
S45726
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Larissa Adinda
"ABSTRAK
Skripsi ini menjelaskan penggunaan metafora dalam percakapan pada film Juno. Penelitian ini dilakukan dengan menganalisis metafora untuk menjawab tiga rumusan masalah, yaitu: (1) ciri-ciri yang dimanifestasikan metafora; (2) pengaruh konteks budaya pada penggunaan metafora; dan (3) implikatur penggunaan metafora terhadap makna tuturan. Data diperoleh dari film Juno berupa tuturan yang mengandung metafora. Berdasarkan data, metafora dianalisis menggunakan teori relevansi Sperber dan Wilson yang berfokus kepada tingkat relavansi suatu tuturan. Metafora dan konteks digabung sehingga menghasilkan asumsi kontekstual. Dari asumsi kontekstual, ditarik ciri-ciri relevan metafora yang dimanifestasikan ke dalam suatu konsep, pengaruh konteks budaya terhadap relevansi metafora, dan pengaruh penggunaan metafora terhadap makna tuturan. Penelitian ini diharap memberikan pengetahuan lebih dalam kepada pembaca untuk memahami dan menginterpretasi metafora.

ABSTRACT
This undergraduate thesis decribes the usage of metaphors in the conversation in Juno movie. This research was done by analyzing the metaphors to answer the three problems, which were: (1) the encoded characteristics of the metaphors; (2) the influence of cultural context to the use of metaphors; and (3) the implicature of the usage of metaphors on the speech meaning. Data were obtained from Juno movie in the form of speech containing metaphors. Based on the data, metaphors were analyzed by using Sperber and Wilson relevance theory, focusing on relevance level of speech. Metaphors and the contexts were combined in order to get the contextual asumptions. From contextual asumptions, the relevant encoded characteristics of metaphors, the influence of cultural context, and the implicature of the usage of metaphors on the speech, were identified. This observation hopefully could give extended knowledge of metaphors comprehending and interpretations for the readers."
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2014
S57003
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anida Nurrahmi
"Penelitian ini membahas subtitling dalam Le Marais, film pendek dalam film antologi Paris, Je T’aime, dengan menganalisis strategi dan teknik yang digunakan terkait adanya keterbatasan ruang dan waktu serta bentuk penerjemahannya yang bersifat diasemiotik. Strategi yang dimaksud adalah sepuluh strategi subtitling milik Gottlieb, sedangkan teknik yang dimaksud adalah aturan teknis berupa batasan karakter, durasi, serta keterbacaan teks. Hasil menunjukkan bahwa keterbatasan ruang dan waktu secara umum teratasi dengan adanya perubahan saluran komunikasi dari lisan menjadi tulisan. Penerapan strategi subtitling dapat dikombinasikan untuk mengalihbahasakan pesan dengan baik sekaligus memenuhi aturan teknis yang ada. Strategi yang paling banyak digunakan adalah kondensasi. Ditemukan pula strategi berupa variasi diksi yang tidak disebutkan dalam teori. Sementara itu dalam penerapan aturan teknis, ditemukan bahwa keterbacaan teks tidak dapat diatur karena mengikuti tempo dialog. Oleh karena itu, penerapan strategi menjadi esensial bagi penerjemah untuk menghasilkan subtitle yang baik.

This research studies the subtitling in Le Marais a short film within Paris Je T rsquo aime an anthology film by analyzing the strategies and techniques used due to spatial temporal constraints and its nature as diasemiotic translation Strategies we used here refer to Gottlieb rsquo s ten strategies of subtitling while techniques refer to technical rules including numbers of characters duration and legibility of texts The result shows that the spatial temporal constraints are generally solved by the change of communication channel from spoken into written The application of subtitling strategies could be combined in order to deliver the message from source language to target language and to fulfill the technical rules as well The most common strategy is condensation It is also found that there is variation a strategy which is not mentioned in theory Meanwhile from the technical rules we find that the legibility of the text could hardly be set since it is based on the tempo of the dialog itself Therefore the use of those strategies becomes essential for subtitlers to make good subtitles."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2013
S46098
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rachmawati
"Skripsi ini membahas peran kiai dan jawara Banten yeng terdapat dalam novel Jawara Angkara di Bumi Krakatau. Kiai dan jawara merupakan dua entitas yang penting dalam kebudayaan Banten. Peran kiai dan jawara Banten merupakan suatu topik yang menarik untuk dibahas karena keduanya merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat Banten. Hal tersebut pula yang menjadi benang merah dari novel Jawara Angkara di Bumi Krakatau. Untuk menganalisis peran kiai dan jawara dalam novel Jawara Angkara di Bumi Krakatau, penulis menggunakan teori sosiologi sastra.
Melalui pendekatan sosiologi sastra, penulis akan membandingkan peran kiai dan jawara dalam masyarakat Banten dengan peran jawara dan kiai yang terdapat di dalam novel Jawara Angkara di Bumi Krakatau. Selain itu penulis juga akan menganalisis bentuk pertentangan yang terjadi antara kiai dan jawara dalam novel Jawara Angkara di Bumi Krakatau. Hasilnya, penulis menemukan adanya kesamaan peran kiai dan jawara dalam masyarakat Banten dengan yang ada di dalam novel Jawara Angkara di Bumi Krakatau.

This under graduate thesis discusses the role of kiai and jawara in Banten society based on Jawara Angkara di Bumi Krakatau’s novel. Kiai and jawara are two important entities in Banten culture. The role of kiai and jawara in Banten society is an interesting topic todiscuss because they are an inseparable part of Bantenese people. It also became the common thread of the Jawara Angkara di Bumi Krakatau’s novel. To analyze the role of kiai and jawara in Jawara Angkara di Bumi Krakatau’s novel, the author uses the theory of literary sociology.
Authors will compare the role of kiai and jawara in the Banten society with kiai and jawara’s role which are present in the novel through approaching of sociology of literature. As the result, the authors found a common role of kiai and jawara in Banten society with existing in the Jawara Angkara di Bumi Karakatau’s novel.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2013
S53433
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Isna Siskawati
"Belakangan ini muncul tren baru dalam dunia persinetronan Indonesia, yaitu sinetron yang dikemas religius dengan cerita habis sekali tayang. Tidak hanya di bulan Ramadhan, sinetron yang dikemas religius digemari pemirsa dan membawa berkah bagi stasiun televisi. Awalnya, memang tidak pernah diperhitungkan. Namun, ketika TPI meraih sukses menyajikan sinetron Rahasia Ilahi, dan Takdir llahi, sejumlah stasiun televisi pun beriomba-lomba menyajikan sinetron yang dikemas serupa tapi tak sama. Jika diamati memang benar tayangan demikian dapat memberi kesadaran religius. Sepintas terlihat sinergi yang sangat ideal antara pilihan stasiun televisi mengedepankan program religius dengan kebutuhan pemirsa akan siraman rohani, yang tujuannya adalah meneguhkan keimanan hingga membuat pelaksanaan ibadah berlangsung optimal. Namun yang juga mulai dikhawatirkan, adanya visualisasi hantu, setan, jin, arwah penasaran dan macam-macam lagi yang cukup banyak di sinetron yang dikemas religius tersebut.
Masalah mulai muncul tatkala perubahan orientasi nilai-nilai agama menjadi bisnis mengandung sejumlah konsekuensi. Bisnis bagaimanapun akan berurusan dengan pangsa pasar tertentu. Bisnis juga berurusan dengan komoditas yang dijual untuk dikonsumsi. Dalam kaitannya dengan permasalahan komersialisasi agama, agama di sini menjadi komoditas yang dijual dengan membidik target pangsa pasar tertentu melalui sinetron religius. Nilai-nilai agama dengan demikian dikomodifikasi ke dalam wilayah-wilayah bisnis.
Fokus tesis ini adalah mengungkap bagaimana proses komodifikasi nilai-nilai agama melalui sinetron Takdir Ilahi yang ditayangkan TPI dan melihat bagaimana kapitalisme mewujudkan nilai guna ke nilai tukar dalam sinetron Takdir llahi dengan teknis analisis Fairclough. Teori yang mendasari penelitian ini adalah ekonomi politik yang mengkhususkan pada praktek komodifikasi. Dan teori ekonomi politik tersebut, penulis juga mengaitkannya dengan teori media sebagai industri budaya dan industri ekonomi. Dalam level teks, penulis memfokuskan analisa pada teks-teks yang memiliki tanda hipersemiotika, karena penulis mencurigai tanda-tanda tersebutlah yang menjadi nilai tukar. Pada level produksi teks, penulis mewawancarai produser pelaksana dan penulis naskah, sutradara, ustad, dan pihak TPI yang diwakili oleh Programme Acquisition Dept. Head. Untuk konsumsi teks, penulis mewawancari dua orang wanita yang merupakan target audience dari TPI sendiri yaitu masyarakat menengah ke bawah dan seorang tokoh ulama yang memahami hadist, sebagai pembanding. Sedangkan untuk level sosial budaya, data diperoleh melalui studi literatur balk dari buku, intemet, dan media massa audio visual lainnya.
Penelitian ini menyimpulkan hasil-hasil sebagai berikut : (1) Pada level teks, terlihatnya adanya penekanan pada visualisasi wujud-wujud gaib sebagai daya tank sinetron sekaligus dengan memasukkan unsur humor, agar penonton terhibur. Tema-tema yang diangkat menjadi sinetron kemudian didramatisir agar menarik khalayak untuk menyentuh mereka secara emosional dan individual. (2) Pada level produksi teks, pengaruh ektemal media, berupa rating dan share, dan kepentingan stasiun televisi menentukan performa dari sinetron tersebut. Bukti yang menunjukkan bahwa (3) Pada level konsumsi teks, berdasarkan wawancara mendalam, adanya multi plot membingungkan informan mengenai jaian cerita episode tersebut. Penulis juga pada level ini menunjukkan dengan membanjirnya iklan yang mendukung sinetron ini sehingga mendorong pihak TPI untuk memperpanjang durasi menjadi 90 menit. (4) Pada level sosial kultural, penulis mengamati pada level situasional, bagaimana program-program pada televisi Indonesia saat ini. Sehingga terjadi perubahan selera pemirsa terhadap program-program televisi yang selama ini dipenuhi tentang kekerasan, seks, dan mistik. Pada level institusi, penulis memaparkan tentang profit TPI yang mengganti imej yang lekat dengan kata pendidikan, berubah dengan lebih mementingkan unsur hiburan layaknya televisi-televisi swasta lainnya. Sedangkan pada level sosial, penulis melihat faktor-faktor sosial apa saja yang menyebabkan masyarakat menyukai sinetron yang dikemas religi.
Pada kesimpulan, penulis melihat praktek komodifikasi nilai-nilai agama menjadi sebuah sinetron yang di kemas religius, sesungguhnya merupakan refleksi dari fenomena industri media televisi sebagai sebuah institusi bisnis yang berorientasi pada keuntungan. Hasil penelitian ini memperlihatkan implikasi akademis komodifikasi program televisi yang bertema religius dengan menggunakan tanda-tanda hipersemiotika, dimana industri lebih mengutamakan keuntungan sebagai tujuan utamanya. Dari segi subjek penelitian, studi ini relatif memberikan ruang dan kesempatan kepada peneliti lainnya untuk mengeksplorasi dua entry point ekonomi politik komunikasi di luar komodifikasi, yakni spesialisasi dan strukturasi yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Dengan demikian, penemuan-penemuan berikutnya akan lebih memperkaya studi terhadap ketiga entry point tersebut, khususnya kajian ekonomi-politik media televisi.
Dalam rekomendasi penulis mengungkapkan, diantara industri dalam mengembangkan kesamaan onentasi media, haruslah berfihak kepada masyarakat dalam program-program religiusnya, tidak hanya memperhatikan tinggi rendahnya rating agar tidak menyesatkan."
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T22039
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>