Hasil Pencarian

Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 221083 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fitria Jayanti
"Perawatan gigi pada usia 5-6 tahun mempengaruhi kesehatan gigi pada tingkat usia selanjutnya. Kurangnya perawatan gigi seperti menggosok gigi dapat memicu terjadinya kerusakan gigi, salah satu diantaranya karies gigi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara perawatan gigi yaitu menggosok gigi dengan insiden karies gigi pada anak usia 5-6 tahun. Subjek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa TK At- Taubah dan TK Persistri dengan jumlah 65 orang. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif korelatif sedangkan teknik analisis datanya menggunakan uji chi-square. Hasil penelitian menunjukan tidak ada hubungannya antara kurangnya perawatan gigi (menggosok gigi) dengan insiden karies gigi pada anak usia 5-6 tahun.

Tooth care in child 5-6 years old effects tooth health in the next level. Less tooth care like tooth brush with right and regular can cause damage tooth, example tooth caries. Research objective to know related between tooth care like tooth brush with incident tooth caries in child 5-6 years old. Research sample is students TK At- Taubah and TK Persistri with 65 people. Research design is corelatif descriptive with technique data analysis is chi square test. Research result direct not related between tooth care like tooth brush with incident tooth caries in child 5-6 years old."
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2009
TA5833
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Syifa Nur Adlina
"Latar Belakang: Protein merupakan komponen utama yang berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan jaringan tubuh. Protein terdiri dari protein hewani dan nabati. Protein hewani terdapat dalam ikan, daging, dan telur. Defisiensi protein hewani dapat menyebabkan karies akibat menurunnya sistem pertahanan tubuh, atropi kelenjar saliva, serta adanya risiko kelainan struktur email gigi. Gigi molar satu permanen merupakan gigi yang dapat digunakan untuk menilai status kesehatan gigi anak karena memiliki anatomi pit dan fissure yang dalam, dan gigi tersebut erupsi pada usia dimana anak sering mengkonsumsi makanan manis. Usia 8 – 9 tahun dipilih karena pada usia tersebut gigi molar satu permanen telah erupsi dan gigi tersebut telah terpapar selama 2- 3 tahun di dalam rongga mulut, serta pada usia tersebut membutuhkan asupan nutrisi yang baik untuk mendukung pertumbuhan.
Tujuan: Menganalisis hubungan tingkat konsumsi protein hewani dengan karies gigi molar satu permanen pada anak usia 8 – 9 tahun di Jakarta Pusat.
Metode: Desain studi cross sectional. Subjek penelitian berjumlah 109 orang, yang dipilih menggunakan purposive sampling. Variabel yang digunakan bertujuan untuk menganalisis korelasi antara frekuensi konsumsi protein hewani dengan karies gigi molar satu permanen. Kuesioner yang digunakan untuk mengukur frekuensi konsumsi protein hewani yaitu Food Frequency Questionnaire (FFQ) dan pemeriksaan klinis karies gigi molar satu permanen menggunakan skor International Caries Detection and Assesment System (ICDAS).
Hasil: Hasil dari penelitian menunjukkan distribusi frekuensi karies pada gigi molar satu permanen anak usia 8-9 tahun adalah 1,8% bebas karies, 63,3% karies email, dan 34,9% karies dentin-pulpa. Hubungan frekuensi konsumsi protein hewani dengan karies menunjukkan hubungan tidak bermakna secara statistik (p>0,05). Kesimpulan : Terdapat hubungan tidak bermakna antara frekuensi konsumsi protein hewani dengan karies gigi molar satu permanen pada anak usia 8 – 9 tahun di Jakarta Pusat.

Background : Protein is the main component that have a role in body tissue’s growth and development. Protein consists of animal protein and plant protein. Animal protein can be found in fish, meat and egg. Protein deficiency can increase caries risk because of decreased immune system, salivary gland atrophy, and abnormalities of enamel structure. First permanent molar is a teeth that can be used to assess children’s oral health because it is more susceptible to caries than any other teeth. This tooth is susceptible to caries because it has deep pit & fissure anatomy and erupts at the age where children consume sweet food more often. Children aged 8 – 9 years is chosen because the first permanent is exposed long enough to oral environment and needed good nutrition for growth.
Aim: To analyze the correlation between animal protein consumption frequency and first permanent molar caries on children aged 8 – 9 years in Central Jakarta.
Method: This study design is cross sectional. Total research subject is 109 people that is chosen by purposive sampling method. The variables that are used in this research aim to analyze the correlation between animal protein consumption frequency and first permanent molar caries. Questionnaire that is used to assess the consumption frequency is Food Frequency Questionnaire (FFQ) and clinical examination to assess severity of first permanent molar caries uses International Caries Detection and Assessment System (ICDAS) score.
Result: This research shows first permanent molar caries frequency as follows; 1,8% free caries, 63,3% enamel caries, and 34,9% dentin-pulp caries. The correlation between animal protein consumption frequency and caries does not show any significant correlation (p>0,05).
Conclusion: There is no significant correlation between animal protein consumption frequency and first permanent molar caries in children aged 8 – 9 tahun in Central Jakarta.
"
Lengkap +
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ivana
"Ibu memiliki peran penting dalam keluarga, terutama dalam pembentukan perilaku kesehatan gigi dan mulut anaknya karena ibu merupakan pengasuh utama dalam keluarga. Molar permanen pertama rentan terhadap karies karena gigi ini merupakan gigi permanen yang pertama kali tumbuh dan banyak tidak mengetahui keberadaan gigi ini. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan perilaku kesehatan gigi-mulut ibu dengan angka karies molar permanen pertama pada anak. Disain penelitian adalah analitik deskriptif potong lintang. Variabel yang dihubungkan adalah perilaku kesehatan gigi-mulut ibu dengan angka karies molar permanen pertama. Kuisioner untuk menilai perilaku kesehatan gigi-mulut ibu melalui model Knowledge, Attiude, and Practice (KAP) dan pemeriksaan karies dilakukan secara klinis mengikuti WHO. Perilaku kesehatan gigi-mulut ibu dinilai dari pengetahuan, sikap dan tindakan kesehatan gigi-mulut ibu. Analisa statistic dengan uji komparasi Mann-Whitney dan Kruskal-Wallis, serta uji korelasi menggunakan uji korelasi Spearman. Uji komparasi antara karakteristik ibu dengan angka karies molar permanen pertama pada anak memperlihatkan ada perbedaan tidak bermakna (p ³ 0,05). Uji korelasi antara perilaku kesehatan gigi-mulut ibu dengan angka karies molar permanen pertama menunjukkan korelasi kuat (r ³ 0, 66) dan bermakna (p £ 0,05). Uji korelasi antara perilaku kesehatan gigi-mulut ibu dengan pengetahuan, sikap, dan tindakan kesehatan gigi-mulut anak yang karies dan tidak karies ditemukan korelasi kuat (r ³ 0,66) dan bermakna (p £ 0,05). Kesimpulan tidak ada hubungan antara usia ibu, tingkat pendidikan dan status pekerjaan ibu dengan angka karies molar permanen satu anak. Ada hubungan bermakna antara perilaku kesehatan gigi-mulut ibu dengan angka karies molar permanen pertama pada anak. Ada hubungan antara perilaku kesehatan gigi-mulut ibu dengan pengetahuan, sikap, dan tindakan kesehatan gigi-mulut ibu.

A mother has a very important role in the family, especially in shaping the oral health behavior of the child because mother is the main caregiver in the family. First permanent molar is susceptible to caries because these teeth were the first permanent teeth that erupt and many people not knowing the location of these teeth. The objective of the study is to analyze the relation between mother?s oral behaviors with the caries rate of child?s first permanent molar. The study design was analytic descriptive cross-sectional. The variables to correlate were the mother?s oral health behaviors with the caries rate of child?s first permanent molar. The questioner to assess the oral health behavior of the mother was through Knowledge, Attiude, and Practice (KAP) survey and the caries assessment was done according to WHO. Oral health behavior of the mother was asses from oral health knowledge, attitude and practice of the mother. Statistic analysis with Mann-Whitney dan Kruskal-Walliscomparison test, as well as Spearman correlation test was used. Comparison test between the mother?s and child?s characteristic with caries rate of first permanent molars showed there was no significant difference (p ³ 0,05). Correlation test between oral health behavior with caries rate of first permanent molar showed strong (r ³ 0, 66) and significant(p £ 0,05) correlation. Correlation test between mother?s oral health behavior and oral health knowledge, attitude and practice of the mother showed strong (r ³ 0,66) and significant (p £ 0,05) correlation.It can be concluded that there was a significant correlation between oral health behavior of the mother and caries rate of child?s first permanent molar. It also concluded that there was no correlation between mother?s age, educational level, and employment status of the mother with first permanent molar caries rate of the children. There is a significant correlation between the mother?s behavior and the first permanent molar caries rate of the child. There is a correlation between oral health behavior of the mother and the oral health knowledge, attitude, and practice of the mother."
Lengkap +
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2016
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Bayu Farhan Suhada
"Latar Belakang: Asupan makanan merupakan salah satu faktor penyebab karies gigi dengan prevalensi yang sangat tinggi di Indonesia terutama pada anak usia sekolah. Tingkat konsumsi sayur dan buah pada anak di Indonesia masih cukup rendah, padahal jenis makanan ini dikenal dapat merangsang aliran dan meningkatkan kemampuan makan anak. self-cleansing saliva yang penting dalam pencegahan karies. Tujuan: Menganalisis hubungan antara frekuensi konsumsi sayur dan buah dengan kejadian karies pada gigi geraham pertama permanen pada anak usia 8 sampai 9 tahun di Jakarta Pusat. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian potong lintang dengan menggunakan kuesioner frekuensi makanan dan pemeriksaan klinis anak usia 8 sampai 9 tahun di Jakarta Pusat. 109 anak di Jakarta Pusat diperiksa karies dengan klasifikasi ICDAS. Hasil: Penelitian ini menemukan nilai median frekuensi konsumsi sayur per hari pada anak adalah 1,6 (0-8,14) dan 1,4 (0-5). Sebanyak 98,2% anak mengalami karies gigi dan 63,3% anak mengalami karies terbatas pada email. Hubungan antara frekuensi konsumsi sayur dan buah dengan karies ditemukan sangat lemah dan tidak signifikan. Kesimpulan: Tingkat frekuensi konsumsi sayur dan buah pada anak di Jakarta Pusat masih rendah, dan prevalensi karies cukup tinggi. Hubungan yang lemah dan tidak signifikan antara frekuensi konsumsi sayur dan buah dengan karies menunjukkan bahwa ada faktor lain penyebab karies yang harus dikendalikan.

Background: Food intake is one of the factors causing dental caries with a very high prevalence in Indonesia, especially in school-age children. The level of consumption of vegetables and fruit in children in Indonesia is still quite low, even though this type of food is known to stimulate flow and improve children's eating abilities. self-cleansing saliva which is important in caries prevention. Objective: To analyze the relationship between the frequency of consumption of vegetables and fruit with the incidence of caries in the permanent first molars in children aged 8 to 9 years in Central Jakarta. Methods: This study was a cross-sectional study using a food frequency questionnaire and clinical examination of children aged 8 to 9 years in Central Jakarta. 109 children in Central Jakarta were examined for caries with the ICDAS classification. Results: This study found the median frequency of vegetable consumption per day in children was 1.6 (0-8.14) and 1.4 (0-5). A total of 98.2% of children had dental caries and 63.3% of children had caries limited to enamel. The relationship between the frequency of consumption of vegetables and fruits with caries was found to be very weak and insignificant. Conclusion: The frequency of consumption of vegetables and fruit in children in Central Jakarta is still low, and the prevalence of caries is quite high. The weak and insignificant relationship between the frequency of consumption of vegetables and fruits with caries indicates that there are other factors that cause caries that must be controlled."
Lengkap +
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hariani Rafitha
"Karies gigi merupakan penyakit infeksi yang ditandai dengan kerusakan jaringan permukaan gigi yang disebabkan oleh mikroorganisme dalam suatu fermentasi karbohidrat. Karies gigi dan obesitas keduanya merupakan penyakit multifaktorial yang terkait dengan kebiasaan diet makan dan beberapa faktor gaya hidup yang umum pada anak. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara obesitas dengan karies gigi pada anak usia 7-12 tahun di Kabupaten Badung Provinsi Bali 2018. Penelitian ini menggunakan desain pendekatan crossectional dengan jumlah sampel sebanyak 426 anak beserta ibu yang diambil dari seluruh murid kelas 1-5 SD di 3 SDN yang terpilih secara acak sederhana. Hasil regresi logistic dengan analisis mutivariat menunjukan bahwa adanya hubungan yang bermakna antara obesitas dan karies gigi setelah mengkontrol variabel ketiga, yang terbukti secara statistik dengan p value 0,003 dan OR 1,830. Sehingga dapat disimpulkan bahwa anak dengan obesitas memiliki resiko 2 kali untuk mengalami karies gigi dibandingkan anak yang tidak obesitas. Berdasarkan hasil tersebut diharapkan sekolah dapat mengembangkan program UKS/UKGS yang sudah ada seperi membentuk dokter kecil atau kader kesehatan di sekolah untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan sebagai upaya pemberdayaan siswa-siswi di sekolah.

Dental caries is an infectious disease characterised by dental tissue damage caused by microorganisms in a carbohydrate fermentation. Dental caries and obesity are both multifactorial illnesses associated with eating habits and some lifestyle factors in children. This study aims to see the relationship between obesity with dental caries in children aged 7-12 years in Badung district of Bali province in 2018. This study used a crossectional design with a total sample of 426 children and mothers taken from all students of class 1-5 elementary school in 3 schools selected by random sampling method. Logistic regression results with multivariate analysis showed that there was a significant relationship between obesity and dental caries after controlling the third variable, which statistically proven with p-value 0,003 and OR 1,830. Thus, it concluded that children with obesity have two times greater risk of dental caries than children who are not obese. Based on these results, schools are expected to develop UKS / UKGS programs such as establishing health cadres in schools to convey health information as an effort to empower students in schools."
Lengkap +
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lamya
"

ABSTRAK

Kualitas sumber daya manusia di suatu negara dapat dilihat dari derajat kesehatan masyarakatnya. Hal ini meliputi kesehatan tubuh secara menyeluruh ataupun kesehatan gigi dan mulut secara khusus. Kesadaran akan pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut di negara berkembang termasuk Indonesia tergolong masih sangat rendah. Masalah terbesar yang dihadapi penduduk Indonesia seperti juga di negara-negara berkembang lainnya dibidang kesehatan gigi dan mulut  adalah karies gigi.Salah satu tujuan oral health2020 yang telah disepakati World Health Organization (WHO), Federation Dentaire Internationale(FDI) dan International Association for Dental Research(IADR) untuk penyakit gigi di Indonesia adalah mengurangi komponendecaypada usia 12 tahun. Namun, pada survey nasional Riskesdas tahun 2007 sampai dengan tahun 2018 jumlah penderita karies terus mengalami peningkatan, oleh karena itu pada penelitian kali ini difokuskan untuk melihat hubungan antara konsumsi kariogenik dan menyikat gigi terhadap pengalaman karies gigi tetap pada kelompok usia 12 tahun karena pada usia ini hampir seluruh gigi tetap telah erupsi, kecuali gigi geraham dua dan tiga. Metode:Penelitian cross-sectional pada 540 anak berusia 12 tahun melalui pemeriksaan klinis dan wawancara yang didapatkan dari data Riskesdas 2018. Hasil: Prevalensi karies gigi untuk anak usia 12 tahun adalah 65,1%. Karies memiliki perbedaan bermakna yang siginfikan (p<0,05) dengan self reported of oral health, sosial ekonomi, dan domisili. Namun, tidak memiliki perbedaan bermakna secara signifikan (p>0,05) dengan konsumsi makanan kariogenik dan menyikat gigi. Kesimpulan:tidak ada hubungan antara anak yang memiliki kebiasaan mengkonsumsi makanan kariogenik dan memiliki frekuensi menyikat gigi yang baik dengan jumlah karies gigi.


ABSTRACT


The quality of human resources in a country can be assessed from the degree of public health includes bodily health in general as well as oral health specifically. Awareness of the importance of maintaining oral health in developing countries, including Indonesia, is still very low. The biggest oral health problem in Indonesia as well as in other developing countries is dental caries. One of the 2020 oral health goals that has been approved by the World Health Organization (WHO), the Federation of Dentaire Internationale (FDI) and the International Association for Dental Research (IADR) for dental disease in Indonesia is to reduce the tooth decay component of 12 year-old children. However, based on the Riskesdas data from 2007 to 2018, the number of caries experiences continued to increase, therefore this study aims to determinethe relationship between cariogenic consumption and tooth brushing behavior on dental caries experience in the 12-year age group because at this age almost all permanent teeth had erupted, except for two and three molars. Methods:A cross-sectional study of 540 children aged 12 years old through clinical examinations and interviews using Riskesdas 2018 data. Results: The prevalence of dental caries in children aged 12 years was 65.1%. There was a statistically significant difference (p <0.05) between dental caries and self reported of oral health, socioeconomic, and domicile, but there was no significant difference (p>0,05) between dental caries and cariogenic food consumption and tooth brushing. Conclusion:there is no correlation between children who have the habit of consuming cariogenic food and have a good frequency of tooth brushing with the number of dental caries.

"
Lengkap +
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia , 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hudzaifah Muhammad
"Latar Belakang: ECC merupakan penyakit multifactorial pada anak.
Tujuan: menganalisis korelasi antara viskositas saliva, frekuensi menyikat gigi dan asupan karbohidrat dengan skor dmft pada anak ECC usia 3 – 5 tahun.
Metode: viskositas saliva, frekuensi menyikat gigi, dan asupan karbohidrat dari 21 subjek dianalisis korelasinya dengan skor dmft menggunakan regresi linier.
Hasil: koefisien korelasi (r): antara asupan karbohidrat dengan skor dmft adalah 0,569; viskosita saliva dengan skor dmft adalah 0,389; dan frekuensi menyikat gigi dengan skor dmft adalah – 0,179. Korelasi dari ketiga faktor diperoleh F-hitung = 3,19 > F-tabel (0,05) = 2,43743.
Kesimpulan: ketiga faktor berkorelasi terhadap skor dmft dengan asupan karbohidrat menunjukkan korelasi yang kuat untuk terjadinya ECC.

Background: ECC is a multifactorial desease in children.
Aim: analyzed the correlation between the viscosity of saliva, tooth brushing frequency and carbohydrate intake with dmft score in ECC aged 3 – 5 years.
Methods: the correlation from 21 data viscosity of saliva, tooth brushing frequency, and carbohydrate intake were analyzed with dmft score using linear regression
Results: the correlation coefficient (r): between carbohydrate intake with dmft score was 0.569; the viscosity of saliva with dmft score was 0.389; and the frequency of tooth brushing with dmft score was – 0.179. Correlation of three factors obtained F-count = 3.19 > F-table (0,05) = 2.43743.
Conclusion: The three factors correlate to dmft score with carbohydrate intake showed a strong relationship to the ECC.
"
Lengkap +
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2016
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pahrur Razi
"Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan karies gigi pada murid SD di Kota Jambi Tahun 2014. Penelitian menggunakan desain cross sectional. Hasil penelitian diperoleh 59,3% responden karies gigi. Susunan gigi dan derajat keasaman saliva merupakan faktor yang berhubungan dengan karies gigi, dimana responden dengan derajat keasaman saliva yang tidak normal berisiko terjadi karies gigi 2,6 kali dibanding yang normal setelah dikontrol oleh susunan gigi dan kebersihan gigi dan mulut. Susunan gigi tidak teratur berisiko terjadi karies gigi 2,6 kali dibanding yang teratur, setelah dikontrol oleh derajat keasaman saliva dan kebersihan gigi dan mulut. Disarankan untuk meningkatkan upaya promotif dan preventif pada murid SD di Kota Jambi.

The purpose of this study to determine the factors associated with dental caries in primary school students in the city of Jambi 2014. The study used a cross-sectional design. The results were obtained 59.3 % of respondents dental caries. Arrangement of the teeth and saliva acidity is a factor associated with dental caries, where respondents with the degree of acidity abnormal salivary caries risk occurs 2.6 times compared to normal after controlled by the arrangement of teeth and oral hygiene. The composition of irregular teeth caries risk occurs 2.6 times compared to regular, once controlled by the acidity of saliva and oral hygiene. It is recommended to increase the promotive and preventive primary school students in the city of Jambi."
Lengkap +
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T43389
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahayu Setiyawati
"Tingginya angka karies gigi pada anak usia sekolah seiring kebiasaan masyarakat Indonesia yang belum menerapkan kebiasaan baik dalam menggosok gigi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kebiasaan menggosok gigi sebelum tidur malam dengan karies pada siswa sekolah dasar. Desain penelitian adalah deskriptif korelatif pada 108 responden yang dipilih secara stratified random sampling di Madrasah Ibtidaiyah Al-Istiqomah Tangerang. Ada hubungan bermakna antara kebiasaan menggosok gigi sebelum tidur malam dengan karies dengan Pvalue 0,039 menggunakan uji chi-square. Rekomendasi dari penelitian ini adalah orangtua dan guru perlu membiasakan anak untuk menggosok gigi sebelum tidur malam sejak usia sekolah.

The high prevalence of dental caries among school-age children as Indonesian people have not implemented good habit of tooth brushing. This research was aimed to explore the correlation between habit of tooth brushing before going to the bed at night with dental caries among elementary school students. The research used a descriptive correlation. Samples, 108 respondents were recruited using stratified random sampling at Madrasah Ibtidaiyah Al-Istiqomah in Tangerang. Habit of tooth brushing before going to the bed at night were significantly correlated with dental caries among students with Pvalues 0,039 used chi-square. Based on findings, parents and teachers have to teach good habit of tooth brushing before going to bed at night."
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2012
S42020
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ulfah Utami
"Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menguji reliabilitas kuesioner frekuensi konsumsi makanan kariogenik, mengetahui status karies gigi, dan hubungan frekuensi konsumsi makanan kariogenik dengan status karies gigi pada anak usia 15-16 tahun di DKI Jakarta. Metode: Survei epidemiologi dilakukan dengan desain penelitian cross sectional. Pemeriksaan karies gigi dilakukan oleh satu pemeriksa, menggunakan indeks DMFT. Indeks DMFT digunakan untuk mencatat prevalensi karies gigi berdasarkan kriteria WHO. Selain itu juga memberikan FFQ/ Food Frequency Quetionare yang dijawab oleh subjek untuk mendapatkan informasi mengenai frekuensi konsumsi makanan kariogenik, karakteristik anak, dan keadaan sosiodemografi. Data kemudian dianalisis dengan analitik komparatif. Hasil: Total sampel sebanyak 471 anak, dengan prevalensi yang mengalami karies gigi sebesar 75,4% dengan rata-rata 2,72. Kesimpulan: Status karies gigi pada anak usia 15-16 tahun di DKI Jakarta tergolong moderate, dengan rata-rata 2,72. Kedua kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah reliabel. Karies gigi berhubungan signifikan dengan jenis kelamin, pendidikan ibu dan item makanan yogurt, perment mint, kripik, dan minuman bersoda.

Objective: This study aimed to examine the reliability of the questionnaire frequency of cariogenic food consumption, determine the dental caries status, and the relationship between the frequency of cariogenic food consumption and dental caries status in children aged 15-16 years in DKI Jakarta. Method: Epidemiology surveys were conducted with cross sectional study design. Dental caries was examined by one examiner, using DMFT index. DMFT index is used to record the prevalence of dental caries based on WHO criteria. FFQ / Food Frequency Quetionare answered by the subject to get information about the frequency of consumption of cariogenic foods, children's characteristics, and sociodemographic conditions. Data were analyzed with comparative analytic. Results: A total sample of 471 children, with a prevalence of dental caries of 75.4% with an average of 2.72. Conclusion: Dental caries status in children aged 15-16 years in DKI Jakarta is classified as moderate, with an average of 2.72. Both of questionnaires used in this study are reliable. Dental caries is significantly associated with gender, maternal education and food items such as yogurt, mint, mint, and carbonated drinks."
Lengkap +
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2019
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>