Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 111214 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Dalam rentang kehidupan manusia, terdapat periode dewasa menengah yaitu usia 40-
65 tahun. Komposisi penduduk usia ini merupakan yang terbesar jumlahnya di antara
kelompok usia lainnya dan memberikan kontribusi besar bagi kebijakan suatu negara.
Pada masa ini manusia umumnya berada di puncak karir dan kehidupan perkawinan
yang mantap. Namun, jika seseorang kehilangan pasangan hidupnya, ia akan
mengalami stress yang amat berat. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif
korelasi yang bertujuan mengidentifikasi sejauh mana pengaruh kehilangan pasangan
pada dewasa menengah terhadap motivasi bersosialisasi. Penelitian dilakukan
terhadap 30 janda atau duda berusia 40-65 tahun yang kehilangan pasangannya akibat
kematian dan belum menikah lagi di Kelurahan Cipinang Besar Selatan, Jakarta
Timur. Pengambilan data menggunakan kuesioner yang dibuat oleh peneliti
berdasarkan konsep kehilangan Kuehler-Ross dan kisaran respons sosial Laraia &
Stuart. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 73,33% responden tidak berada di tahap
penerimaan pada tahap berdukanya, sedangkan motivasi bersosialisasinya
menunjukkan tingkat sedang 50% dan tinggi 50%. Melalui perhitungan dengan rumus
korelasi Pearson Product Moment menghasilkan angka korelasi yang sangat rendah
yang berarti hubungan antara kehilangan pasangan dan motivasi bersosialisasi sangat
rendah."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2002
TA5077
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Desiyani Nani
"Kehilangan dikarenakan kematian pasangan hidup pada lanjut usia merupakan great destroyer, yaitu penyebab kesedihan yang sangat mendalam dan melemahkan. Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi bagaimana pengaruh kehilangan pasangan hidup terhadap motivasi lansia tersebut untuk merawat diri. Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif perbandingan, yaitu: membandingkan motivasi merawat diri pada lansia yang kehilangan dan yang tidak kehilangan pasangan. Populasi yang diambil adalah lansia pria atau wanjta dengan usia 55 tahun ke atas, mengalami dan tidak mengalami kehilangan pasangan dikarenakan kematian Jumlah sampel yang digunakan adalah 26 responden. Hasil perhitungan dengan uji statistik Fisher Exact didapatkan nilai p = 0.0041 18, dengan demikian p <1 0,05, yang artinya terdapat perbedaan yang bermakna tinggi antara motivasi merawat diri pada lansia yang kehilangan pasangan hidup dengan yang tidak kehilangan pasangan hidup."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2001
TA5027
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sitompul, A. R Adelany
2001
S3041
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
BRM Sarsono
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2003
T58775
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Miniwaty Halim
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemahaman konsep kematian
pada anak Katolik usia 5 sampai 8 tahun. Konsep kematian merupakan salah satu
konsep abstrak yang sukar dipahami karena orang dewasa cenderung menghindari
informasi tentang kematian bagi anak. Konsep kematian sendiri terdiri dari 4
subkonsep, yaitu Irreversibility (kematian merupakan proses yang tidak bisa
dibalik), Inevitability (kematian dapat terjadi pada semua makhluk hidup),
Cessation (semua proses kehidupan berakhir pada saat kematian), dan Causality
(penyebab-penyebab obyektif dari kematian). Dalam pemahaman konsep
kematian, manusia mengidentifikasikan diri dengan sistem religius dan filosofis
yang dianutnya (Feifel, 1959).
Penelitian-penelitian sebelumnya (Nagy dalam Feifel, 1959; Gartley &
Bernasconi dalam Binter & Frey, 1973) menggambarkan keseluruhan ide anak
tentang kematian. Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah perbedaan yang ditunjukkan oleh anak dengan rentang usia yang berbeda merupakan perbedaan
yang bermakna.
Kemampuan pemahaman berkaitan dengan perkembangan kognisi.
Semakin kompleks struktur kognisi seorang anak, semakin tinggi pula tingkatan
pemahamannya. Tingkatan pemahaman bersifat hierarkis, terdiri dari translation,
interpretation, dan yang paling tinggi extrapolcition (Gronlund, 1968).
Berdasarkan karakteristik berpikirnya, diperkirakan anak usia 5 tahun berada pada
tingkat pemahaman translation, dan anak usia 8 tahun pada tingkat interprelation.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kuantitatif dan kualitatif. Pendekatan kualitatif tampak dalam metode
pengumpulan data yang menggunakan teknik wawancara. Sedangkan pendekatan
kuantitatif tampak dalam teknik analisis skor hasil wawancara dengan
menggunakan uji signifikansi.
Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa anak usia 5 tahun telah mencapai
tingkat extrapolation untuk subkonsep lrreversibility, tingkat interprelation untuk
subkonsep Inevitabilily dan Causality, serta tingkat translation untuk subkonsep
Cessation. Sedangkan anak usia 8 tahun telah mencapai tingkat extrupolation
untuk subkonsep lrreversibility, lnevitability, dan Causality, serta masih dalam
tingkat translation untuk subkonsep Cessation. Pemahaman anak Katolik akan
konsep kematian merefleksikan ajaran agama Katolik, antara lain adanya
kehidupan setelah mati. Untuk penelitian berikut, peneliti menyarankan
penggunaan jumlah subyek yang lebih besar, instrumen yang lebih komprehensif
serta situasi pengumpulan data yang lebih konstan."
2001
S3027
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Sayadi
"Indonesia merupakan salah satu negara yang masih mempertahankan pidana mati, sebagaimana yang diatur dalam pasal 10 KUHP lama. Pidana mati merupakan salah satu pidana pokok sekaligus hukuman terberat bagi pelaku tindak pidana. Dalam pembaharuannya berdasarkan Undang-Undang No.1 tahun 2023 tentang KUHP baru. Pidana mati tidak lagi masuk dalam kategori pidana pokok, melainkan pidana khusus yang selalu diancamkan secara alternatif dan dijatuhkan dengan masa percobaan 10 (sepuluh) tahun. Pasal 100 KUHP 2023 merupakan salah satu pasal yang lahir dari pembaharuan KUHP baru yang menjadi polemik di tengah masyarakat. Pasalnya ketentuan ini menyebutkan bahwa hakim dapat menjatuhkan pidana mati dengan masa percobaan 10 (sepuluh) tahun dengan memperhatikan ketentuan adanya perilaku terpuji dan harapan untuk diperbaiki. Jika dalam menjalani masa percobaan terpidana menunjukkan sikap perilaku terpuji, maka pidana mati dapat diubah menjadi penjara seumur hidup. Namun sebaliknya jika dalam masa percobaan tersebut terpidana tidak menunjukkan sikap perilaku terpuji dan harapan untuk diperbaiki maka pidana mati dapat dijatuhkan atas perintah jaksa agung berdasarkan Keputusan presiden dengan memperyimbangkan putusan Mahkamah Agung. Dengan adanya ketentuan penilaian tersebut, demikian timbul pertanyaan bagaimanakah kriteria perilaku terpuji dan harapan untuk diperbaiki yang dimaksud? Sebagai suatu dasar pertimbanagan hakim dalam memutus layak atau tidaknya terpidana memperoleh perubahan hukuman.

Indonesia is one of the countries that still maintains the death penalty, as stipulated in article 10 of the old Criminal Code. Death penalty is one of the main punishments as well as the heaviest punishment for criminal offenders. Meanwhile, based on its renewal based on Law No.1 of 2023 concerning the new Criminal Code. Death penalty is no longer included in the category of main punishment, but a special punishment that is always threatened alternatively and imposed with a probation period of 10 (ten) years. Article 100 of the new Criminal Code is one of the articles born from the reformation of the new Criminal Code which has become pros and cons in the community. The reason is that this provision states that the judge can impose the death penalty with a probation period of 10 (ten) years by taking into account the provisions of commendable behavior and hope for improvement. If during the probation period the convict shows commendable behavior, then the death penalty can be changed into life imprisonment. On the other hand, if during the probation period the convict does not show commendable behavior and hope for reparation, then death penalty can be imposed by order of the attorney general based on presidential decree by considering the decision of the Supreme Court. Thus, the question arises as to what are the criteria for commendable behavior and hope for improvement. As a basis for the judge's consideration in deciding whether or not the convict deserves a change in sentence."
Jakarta: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fathiya
"Santunan kematian merupakan salah satu bentuk kebijakan sosial yang diterapkan berdasarkan prespektif jaminan sosial yang sudah dilaksanakan di Kota Depok sejak tahun 2007 hingga sekarang ini. Implementasi merupakan salah satu unsur pokok dalam pencapaian tujuan organisasi Sering kali apa yang sudah ditetapkan akan berbeda pada saat pelaksanaan. Atas dasar hal tersebut, Implementasi merupakan suatu wujud untuk megambarkan kondisi yang ada di lapangan.
Pendekatan penelitian yang digunakan adalah Post positivist dan teori yang digunakan dalam melihat implementasi mengacu pada teori Edward III. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, diketahui bahwa pada pelaksanaan program santunan kematian kerap menghadapi kendala, salah satunya ialah masalah waktu dan belum meratanya sasaran dari program tersebut. Selain itu adanya beberapa oknum yang melakukan penyimpangan dengan memotong uang santunan kematian yang diterima oleh warga, sehingga pelaksanaan Program Santunan Kematian dirasa belum optimal.

Compensation for death is a form of social policy that are applied based on the perspective. That social security was implemented in the city of Depok since 2007 until now. Implementation is one of the principal elements in the achievement of the objectives of the Organization are often what has been set will be different at the time of implementation. On the basis of this, Implementation is a form to describe the existing conditions in the field.
The research approach used is Post positivist and theories used in view of implementation refers to the theories of Edward III. Based on the results of the research carried out, note that on implementation of the programme of compensation for death is often face obstacles, one of which is a matter of time and has not been the target of the program. In addition the existence of some persons who commit irregularities by cutting the money compensation for death received by the citizens, so that the implementation of the programme of compensation for Death is felt not.
"
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ardhini Nur Izzati
"Taman Pemakaman Yayasan Lembaga Cornelis Chastelein (YLCC) merupakan salah satu dari banyaknya bidang tanah yang dihibahkan Cornelis Chastelein dan dibangun pada tahun 1851 dimana terdapat banyak nisan kubur yang menampilkan simbol-simbol kematian yang beragam. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bentuk dan variasi simbol kematian yang ada di Taman Pemakaman YLCC. Penelitian ini metode dengan tahapan pengumpulan data, pengolahan data, analisis, dan interpretasi. Terdapat lima simbol kematian pada nisan kubur di Taman Pemakaman YLCC, yaitu simbol salib, simbol bintang, simbol cherub, simbol daun palma, dan simbol jangkar, hati, dan salib. Simbol-simbol tersebut kemudian memiliki perbedaan yang signifikan menyebabkan terbentuknya variasi. Setiap variasi, terutama pada simbol salib dan bintang memiliki makna khusus di masing-masing variannya. Perbedaan makna pada variasi simbol kematian pada nisan kubur di Taman Pemakaman YLCC tidak luput dari nilai-nilai keagamaan dan spiritualitas yang diyakini oleh orang yang dimakamkan maupun keluarga dari si pemilik makam. Simbol selain merepresentasikan keyakinan, juga sebagai bentuk pesan atau harapan dari keluarga yang dimakamkan.

Cornelis Chastelein Institute Foundation (YLCC) Cemetery is one of the many plots of land donated by Cornelis Chastelein and built in 1851 where there are many grave headstones displaying various death symbols. This research aims to analyze the forms and variations of death symbols in YLCC Cemetery. This research method involves stages of data collection, data processing, analysis and interpretation. There are five death symbols on the graves at YLCC Cemetery, namely the cross symbol, star symbol, cherub symbol, palm leaf symbol, and anchor, heart and cross symbols. These symbols then have significant differences causing variations to form. Each variation, especially the cross and star symbols, has a special meaning in each variant. The differences in meaning in the variations of death symbols on grave headstones at YLCC Cemetery cannot be separated from the religious and spiritual values believed by the person being buried and the family of the grave owner. The symbol, apart from representing belief, is also a form of message or hope from the buried family."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Erna Puspita Sari
"Intra Uterine Fetal Death (IUFD) merupakan peristiwa kehilangan yang dapat memengaruhi kondisi emosional ibu secara signifikan, yang berpengaruh terhadap status kesehatan secara keseluruhan, sehingga dibutuhan asuhan keperawatan untuk mencapai kesehatan dan kesejahteraan ibu baik fisik, psikologis, sosiokultural dan spiritualnya. Karya ilmiah akhir spesialis ini membahas penerapan teori Health Care System dan Loss and Grieving pada ibu yang mengalami Intra Uterine Fetal Death (IUFD) pada kehamilan yang diharapkan, serta penerapan Evidence Based Nursing Practice yaitu Mindfulness-Based Spiritual Therapy sebagai salah satu alternatif intervensi yang dapat digunakan untuk meningkatkan garis pertahan ibu dan memfasilitasi pemulihan emosional dan spiritual ibu.
Penelitian ini merupakan clinical case report pada 5 orang ibu yang mengalami IUFD di dua rumah sakit yang berbeda. Hasil studi didapatkan bahwa teori Health Care System dan Loss and Grieving dapat diintegrasikan untuk membantu memahami pengalaman ibu dan memberikan perawatan yang sesuai. Melalui terapi psikologis dan dukungan emosional yang adekuat, ibu dapat mengatasi kesedihan dan trauma yang terkait dengan kehilangan, dan melalui proses berduka dengan adaptif.

Intra Uterine Fetal Death (IUFD) is a loss event that can significantly affect the mother's emotional well-being, which in turn influences her overall health status. Therefore, nursing care is needed to achieve the physical, psychological, sociocultural, and spiritual health and well-being of the mother. This paper discusses the application of the Health Care System and Loss and Grieving theories in mothers experiencing Intra Uterine Fetal Death (IUFD) during expected pregnancies, as well as the implementation of Evidence- Based Nursing Practice, namely Mindfulness-Based Spiritual Therapy, as one of the alternative interventions that can be used to enhance maternal coping and facilitate emotional and spiritual recovery.
This study is a clinical case report of five mothers who experienced IUFD in two different hospitals. The study's findings revealed that the Health Care System and Loss and Grieving theories can be integrated to help understand mothers' experiences and provide appropriate care. Through psychological therapy and adequate emotional support, mothers can cope with the grief and trauma related to the loss and proceed with adaptive grieving.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Achmad Reza Mardian
"Suku Batak telah mempraktikan upacara Kematian yang salah satu tradisinya adalah menggunakan musik dan bernyanyi di depan almarhum ketika berduka. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan bagaimana koping berduka suku batak yang menggunakan musik dalam upacara kematian. Studi deskriptif ini dilakukan pada 96 responden bersuku batak yang pernah berduka dan menghadiri upacara kematian. Responden yang bermukim di Jakarta dipilih dengan metode non-randomized consecutive sampling. Peneliti melihat bagaimana koping berduka suku batak yang menggunakan musik dalam upacara kematian dengan menggunakan modifikasi dari Coping Strategy Inventory (CSI). Hasil dari penelitian ini membuktikan bahwa 91,7% responden memiliki koping berduka adaptif dan hanya 8,3% suku batak yang berkoping maladaptif. Dapat disimpulkan bahwa suku Batak di Jakarta yang menggunakan musik dalam upacara kematian cenderung berkoping adaptif. Penelitian selanjutnya dapat dilakukan di tanah Batak dengan teknik kualitatif agar dapat menganalsis kedalaman dan signifikasi musik dan budaya pada responden secara subjektif.

Batak has been commemorating death by organizing death ceremony within which family members grieve by hearing music and singing along in front of the deceased. The aim of this research is to describe how Batak cope using with grief by using music within the death ceremony. This descriptive study was undergone towards 96 respondents who had experienced grief of the loved ones. The respondents living across Jakarta were collected by non-randomized consecutive sampling method. This research used modified Coping Strategy Inventory (CSI) in measuring coping. The result showed that 91,7% of respondents cope adaptively whilst the other 8,3% cope in maladaptive circumstance. The conclusion is Batak living in Jakarta who uses music within the death ceremony tend to cope adaptively. The future research should be done in their homeland and use qualitative method to measure the depth of the grief and the significance of the music and the culture subjectively."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
S56262
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>