Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 158342 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nurlitasari
"Piper cf. fragile, Benth dan Centella asiatica, (L.) Urb telah diketahui berpotensi menyembuhkan luka. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efek penyembuhan luka diabetes dari kombinasi infusa daun Piper cf. fragile, Benth dan herba Centella asiatica, (L.) Urb pada luka tikus yang diabetes. Hewan uji dibagi menjadi 7 kelompok dan dilukai menggunakan metode Morton. Semua kelompok diinduksi aloksan secara intraperitoneal dengan dosis 32 mg/200 g BB tikus kecuali kelompok 1. Kelompok I sebagai kontrol normal menerima akuades dan kelompok II sebagai kontrol induksi. Kelompok III diberi glibenklamid dengan dosis 0,9 mg/200 g BB tikus, kelompok IV diberi infusa dosis tunggal daun Piper cf. fragile, Benth dan kelompok V, VI dan VII diberi kombinasi infusa daun Piper cf. fragile, Benth dan herba Centella asiatica, (L.) Urb. Persentase penyembuhan luka dianalisis secara statistik dengan uji ANAVA satu arah. Hasilnya menunjukkan tidak ada perbedaan bermakna antar kelompok perlakuan selama 8 hari perlakuan.

Piper cf.fragile, Benth. and Centella asiatica, (L.) Urb were evaluated for their wound healing potential. The aim of this study was to assess the wound healing effect of a combination of Piper cf. fragile leaves and Centella asiatica, (L.) Urb herbs infusions on diabetic male rats. Rats divided into 7 groups and experimentally wounded by Morton methode. All groups received intraperitoneally 32 mg/ 200 g bw of alloxan except group I. Group I was normal control received aquadest and group II was induced control. Group III received 0.9 mg/200 bw of glibenclamide, group IV had been treat with a single dose of Piper cf.fragile, Benth leaves infusions and group V, VI and VII had been given a combination of Piper cf. fragile leaves and Centella asiatica, (L.) Urb herbs infusions. The percentage of wound healing analized statistically by one way ANOVA. The result showed no significant different between groups for 8 days treatment."
Depok: Universitas Indonesia, 2011
S346
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Reni Agustina
"Sirih merah (Piper cf. fragile, Benth.) mempunyai aktivitas antibakteri terhadap bakteri Gram positif dan negatif, aktifitas antiinflamasi yang lebih baik daripada sirih hijau (Piper betle, Linn) dan telah diteliti aktivitasnya terhadap luka Diabetes Melitus (DM). Pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) telah diteliti mempunyai aktivitas penyembuhan luka yang baik pada luka normal maupun luka DM dengan menstimulasi sintesis kolagen, meningkatkan sekresi kolagen, merangsang proliferasi fibroblast, aktivitas antibakteri dan antioksidan. Kombinasi antara sirih merah dan pegagan berpotensi menimbulkan efek sinergis berdasarkan bioaktifitasnya.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efek kombinasi dari rebusan daun sirih merah dan rebusan herba pegagan yang diberikan secara topikal terhadap penyembuhan luka tikus diabetes yang diinduksi aloksan. Hewan coba dibagi dalam 7 kelompok yaitu kelompok 1 merupakan kontrol normal, kelompok 2 kontrol induksi, kelompok 3 kontrol positif, kelompok 4 diberi dosis tunggal sirih merah, kelompok 5, 6 dan 7 diberi kombinasi rebusan daun sirih merah dan rebusan herba pegagan. Pengamatan dilakukan terhadap persentase penyembuhan luka selama 7 hari.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kombinasi rebusan sirih merah 40% dan rebusan pegagan 20% mempunyai efek penyembuhan luka terbaik.

Sirih merah (Piper cf. fragile, Benth.) is known to have antibacterial activity against positive and negative Gram bacteria, anti inflammatory effect greater than sirih hijau (Piper betle, Linn) and had been proven to have healing activity towards diabetes wound. Pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) has been examined to have a good wound healing in normal and diabetes wound by stimulating collagen synthesis and fibroblast proliferation, increasing collagen secretion, and also having antibacterial and antioxidant activites. The combination of sirih merah and pegagan is expected to have potential synergic effect based on their bioactivity.
This study examined the wound healing effect of the combination of sirih merah leaves and pegagan herbs extract on diabetic rats that induced by alloxan. The experimental animals were divided into seven groups: group one as the normal control, group two as the induced control, group three as the positive control, group four which was given a single dose of sirih merah, group five, six, and seven which were given the combination of sirih merah leaves and pegagan herbs extract. The percentage of wound healing has been observed daily for seven days.
The results showed that the combination of sirih merah 40% and pegagan 20% have the best wound healing effect."
Depok: Universitas Indonesia, 2002
S928
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Yuni Tri Astuti
"Tanaman sirih merah (Piper cf. fragile, Benth) merupakan obat herbal tradisional yang sudah lama digunakan oleh masyarakat Indonesia sebagai penyembuh luka diabetes. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan khasiat infusa daun sirih merah dalam menyembuhkan luka diabetik pada tikus putih jantan galur Sprague Dawley yang diinduksi aloksan. Hewan coba dibagi atas enam kelompok, yaitu kelompok I yang merupakan kontrol normal diberi akuades, kelompok II diinduksi aloksan 32 mg/ 200 g bb secara intraperitoneal tanpa pemberian obat, kelompok III diinduksi aloksan dengan pemberian glibenklamid, IV, V, dan VI diinduksi aloksan dengan pemberian bahan uji dosis berturut-turut 216 mg/200 g bb, 432 mg/ 200 g bb, dan 864 mg/ 200 g bb, selama 8 hari. Pengukuran penyembuhan luka dilakukan berdasarkan luas luka dan persentase penyembuhan luka. Persentase penyembuhan pada kelompok I sebesar 79.12%, kelompok II 38.83%, kelompok III 69.07%, kelompok IV 58.19%, kelompok V 68,22%, dan kelompok VI 62,43%. Berdasarkan hasil pengolahan secara statistik, terdapat perbedaan bermakna antara kelompok yang diberi bahan uji dengan kelompok kontrol aloksan. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa hingga hari ke-8 infusa daun sirih merah terbukti dapat membantu menyembuhkan luka diabetik pada tikus putih.

Sirih merah (Piper cf. fragile, Benth) is a traditional herbal medicine, has been very long used by Indonesia society as diabetic ulcer healing. The aim of this study was to confirm the wound healing effect of Piper cf. fragile leaves extract on male Sprague Dawley rats previously induced by alloxan. The animals were divided into six groups. Group I which was the normal control group received aquadest. Group II which was the alloxan control group received intraperitoneal alloxan of 32 mg/ 200 g bw. Group III received intraperitoneal alloxan and then glibenclamide 0,9 mg/ 200 g bw, IV , V, and VI were induced with alloxan and treated with the extract 216 mg/ 200 g bw, 432 mg/ 200 g bw and 864 mg/ 200 g bw, respectively, for 8 days. The measurement of wound healing effect was evaluated by percentage of wound healing. The percentage of healing was 79.12% for group I, 38.83% for group II, 69.07% for group III, 58.19% for group IV, 68.22% for group V, and 62.43% for group VI. Based on the statistical analysis, there was significant difference between the treated groups and alloxan control group. This study confirmed the traditional uses of sirih merah leaves on diabetic ulcer healing."
Depok: Universitas Indonesia, 2010
S33177
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ayu Fimani
"Sirih merah (Piper cf.fragile, Benth) merupakan salah satu tanaman Indonesia yang dimanfaatkan secara tradisional untuk pengobatan luka pada penderita diabetes melitus. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efek penyembuhan luka dari sediaan infusa daun sirih merah pada tikus yang dibuat diabetes menggunakan metode Morton yang dimodifikasi. Kondisi diabetes pada tikus diciptakan dengan cara penginduksian aloksan. Hewan uji dibagi menjadi 6 kelompok (n = 4), dimana 3 kelompok kontrol dan 3 kelompok bahan uji. Kelompok I, II, dan III merupakan kelompok kontrol normal (NaCl 0,9%), kontrol perlakuan (NaCl 0,9%), dan kontrol pembanding (povidone-iodine 10%). Kelompok IV, V, VI merupakan kelompok bahan uji 1, 2, dan 3. Bahan uji diberikan secara topikal dengan konsentrasi 10%, 20%, dan 40% selama 12 hari. Luas daerah luka dan persentase penyembuhan luka diukur setiap hari selama 12 hari pengamatan.
Hasil pengujian menunjukkan bahwa infusa daun sirih merah memiliki pengaruh secara signifikan terhadap penyembuhan luka pada tikus yang dibuat diabetes (α = 0,05). Persentase penyembuhan luka meningkat secara signifikan setiap hari pada kelompok bahan uji ketika dibandingkan dengan kontrol perlakuan. Sedangkan luas daerah luka berkurang secara signifikan ketika dibandingkan dengan kontrol perlakuan."
Depok: Universitas Indonesia, 2010
S33182
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
RR. Ajeng Arumsari Yayi Pramesti
"ABSTRAK
Prevalensi Diabetes Mellitus di Provinsi DKI Jakarta mengalami peningkatan dan
Kepulauan Seribu menempati peringkat ke 3 tertinggi setelah Jakarta Selatan dan
Jakarta Timur dengan proporsi 2,7% dengan jumlah kasus yang meningkat dari
tahun 2012 - 2015 di Kecamatan Kepulauan Seribu Utara. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui hubungan antara faktor pengetahuan, riwayat diabetes mellitus
keluarga, pola kebiasaan makan, aktivitas fisik dan perilaku merokok dengan
kejadian diabetes mellitus tipe 2 dan faktor mana yang paling dominan yang
berhubungan dengan kejadian diabetes mellitus tipe 2. Penelitian dilaksanakan pada
bulan Februari 2016. Desain penelitian menggunakan case control dengan jumlah
sampel penelitian sebanyak 80 kasus dan 80 kontrol. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa riwayat diabetes mellitus keluarga, faktor pengetahuan tentang diabetes
mellitus, pola kebiasaan makan berisiko dan pola kebiasaan makan serat
berhubungan signifikan dengan kejadian diabetes mellitus tipe 2. Hasil multivariat
menunjukkan bahwa penduduk dengan riwayat diabetes keluarga berisiko 6,2 kali
lebih besar menderita diabetes mellitus dibandingkan dengan penduduk yang tidak
memiliki riwayat diabetes mellitus keluarga setelah dikontrol variabel pengetahuan,
pola kebiasaan makan berisiko dan pola kebiasaan makan serat, aktifitas fisik, dan
perilaku merokok (95% CI: 2,810 ? 13,553). Dari penelitian ini disarankan untuk
melakukan upaya preventif dan promotif yaitu dengan upaya perubahan perilaku
untuk menjadi lebih sehat dengan meningkatkan asupan serat, mengurangi
kebiasaan makan berisiko, dan meningkatkan pengetahuan tentang DM.

ABSTRACT
Prevalence of Diabetes Mellitus in Jakarta increased and prevalence in Thousand
Islands District Administration was ranked the third highest after South Jakarta and
East Jakarta with a proportion of 2.7%. The number of cases increased from year
2012 to 2015 in the SubDistrict of Kepulauan Seribu Utara. This study aims to
determine the relationship between knowledge, family history of diabetes mellitus,
the pattern of eating habits, physical activity and smoking behavior with diabetes
mellitus type 2 and the most dominant factors that associated with the occurrence
of diabetes mellitus type 2. The research was conducted in February 2016. The
study design using the case control study with a sample size of 80 cases and 80
controls. Results showed that a family history of diabetes mellitus, diabetes mellitus
knowledge, the pattern of risky eating habits and patterns of fiber eating habits
significantly associated with diabetes mellitus type 2. Multivariate results showed
that the population with a family history of diabetes 6.2 times greater risk of
suffering from diabetes mellitus compared with people who do not have a family
history of diabetes mellitus after controlled variable of knowledge, the pattern of
risky eating habits and patterns of fiber eating habits (95% CI: 2.810 ? 13.553).
From this research, it is advisable to carry out preventive and promotive efforts to
attempt behavioral changes become healthier by increasing fiber intake, reducing
the risk of eating habits, and increase knowledge about diabetes.
"
2016
T46002
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diandra Andina Ratimanjari
"Penderita diabetes banyak mengkombinasi antidiabetes herbal dan sintetis untuk mendapatkan efek sinergis atau aditif tanpa menginformasikan terlebih dahulu kepada praktisi kesehatan, seperti penggunaan sambiloto dan glibenklamid. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh pemberian infusa herba sambiloto terhadap glibenklamid dalam menurunkan kadar glukosa darah tikus putih jantan yang dibuat diabetes. Penelitian ini menggunakan 24 ekor tikus putih jantan Sparague-Dawley yang dibagi menjadi 6 kelompok, yaitu kontrol normal dan kontrol diabetes diberi larutan CMC 0,5% 1 ml/200 g bb tikus, kontrol glibenklamid diberikan suspensi glibenklamid 0,9 mg/200 g bb tikus, kontrol sambiloto diberikan infusa herba sambiloto 50 mg/200 g bb tikus, dan 2 kelompok interaksi diberikan infusa herba sambiloto dengan 2 variasi dosis (50 mg dan 100 mg/200 g bb tikus) dan suspensi glibenklamid 0,9 mg/200 g bb tikus, masing - masing diberikan secara per oral. Semua kelompok diinduksi aloksan 32 mg/200 g bb tikus, kecuali kontrol normal. Pengukuran kadar glukosa darah dilakukan 2 jam dan 4 jam setelah pemberian dengan metode o-toluidin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa infusa herba sambiloto 100 mg/200 g bb tikus memberikan pengaruh signifikan terhadap glibenklamid dalam menurunkan kadar glukosa darah setelah satu minggu pemberian.

Many diabetics perform self-medication with antidiabetic herbs and synthetic drugs with the aim to obtain a synergistic or additive effects without informing their primary physician, such as the use of creat and glibenclamide. This research was carried out to know the impact of creat herb infusion on glibenclamide in lowering blood glucose levels on diabetic male albino rats. This study used 24 male Sparague-Dawley rats, which are divided into 6 groups, normal control and diabetic control were given 0,5% CMC solution 1 ml/200 g bw of rat, glibenclamide control were given glibenclamide suspension 0,9 mg/200 g bw of rat, creat control were given creat herb infusion 50 mg/200 g bw of rat, and 2 interaction groups were given creat herb infusion in 2 variant doses (50 and 100 mg/200 g bw of rat) and glibenclamide suspension 0,9 mg/200 g bw of rat, each of them were administrated orally. All of groups were induced with alloxan 32 mg/200 g bw of rat except normal control. Blood glucose was measured by o-toluidine method at 2 hours and 4 hours after administration. The result showed that the creat herb infusion at 100 mg/200 g bw gave significant impact on glibenclamide in lowering blood glucose levels a week after administration."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2011
S56
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Hasan
"ABSTRAK
Latar Belakang : Pasien diabetes melitus tipe 2 dengan penyakit arteri perifer (terutama critical limb ischemia) memiliki tingkat amputasi yang masih tinggi. Perkembangan teknik endovaskular memungkinkan tindakan revaskularisasi dengan tingkat keberhasilan yang tinggi dan komplikasi yang rendah dibandingkan operasi bypass.
Tujuan : Penelitian ini bertujuan mengetahui tingkat keberhasilan klinis 1 tahun setelah tindakan Percutaneus Transluminal Angioplasty dan distribusi faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan klinis.
Metode : Penelitian ini merupakan studi kohort retrospektif pada pasien diabetes melitus tipe 2 dengan penyakit arteri perifer yang menjalani tindakan PTA pada tahun 2008-2012 di Pelayanan Jantung Terpadu Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta. Pasien diikuti selama 1 tahun setelah tindakan PTA. Luaran yang dinilai pada penelitian ini adalah keberhasilan klinis dan limb salvage. Definisi keberhasilan klinis adalah tidak mengalami amputasi mayor, tidak terjadi restenosis, dan tidak mengalami nyeri berulang. Sedangkan tingkat limb salvage adalah proporsi pasien dengan plantar stand yang utuh setelah tindakan PTA.
Hasil : Tindakan PTA dilakukan pada 43 pasien dengan diabetes tipe 2. Manifestasi paling sering adalah gangren (30.2%) dan luka iskemik (30.2%). Sedangkan 8(18.2%) pasien datang dengan nyeri pada istirahat dan 9(20.2%) pasien datang dengan klaudikasio. Selama 1 tahun, 3 pasien mengalami amputasi mayor, 3 pasien mengalami restenosis, dan 4 pasien mengalami nyeri berulang. Keberhasilan klinis untuk 1 tahun adalah 75% dan tingkat limb salvage selama 1 tahun adalah 90%. Pasien dengan diabetes terkendali dan CTO memiliki proporsi keberhasilan klinis yang lebih tinggi.
Simpulan : Tindakan PTA pada pasien diabetes melitus tipe 2 dengan PAD memiliki keberhasilan klinis dan tingkat limb salvage yang cukup baik.
Kata Kunci : Angioplasti; diabetes; critical limb ischemia; penyakit arteri perifer; PTA; limb Salvage
ABSTRACT
Background : Diabetic patient with PAD (especially critical limb ischemia) still have a high rate of limb amputation. The development in endovascular technique allows revascularization with high level of success and low complication compare to surgical (bypass).
Objectives :The aim of this study is to evaluate the clinical outcome 1 year after PTA in type 2 diabetic patient with PAD.
Methods : This was a retrospective cohort study, with 1 year follow up, to evaluate the clinical outcome of diabetic patients with PAD that has undergone PTA procedure in 2008-2012 in Cipto Mangunkusumo Hospital. The main outcome measured were clinical success and limb salvage rate. Clinical success defined as no major amputation, no restenosis, and no reccurence pain after PTA. Limb salvage rate defined as proportion of patient with intact plantar stand after PTA.
Results : PTA was performed in 43 patient with diabetes. In this study most frequent manifestation were gangren (30.2%) and ischemic wounds (30.2%), while 8 patients (18.2%) came with resting pain, and 9 patients (20.2%) have claudication. During one year follow up 3 patients (6.9%) had major amputation, 3 patients (6.9%) had restenosis, and 4 patients had resting pain reccurence. The clinical succes rate for one year is 75%, with limb salvage rate for 1 year is 90%. Patients with controlled diabetes and chronic total occlusion had a higher proportion of clinical success.
Conclusion : PTA procedure for diabetic patient with PAD has good clinical outcome with high level of limb salvage rate.
Keyword : Angioplasty; critical limb ischemia; diabetes; peripheral arterial disease; PTA; limb salvage"
2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Frida Soesanti
"ABSTRAK
Latar belakang: Vitamin D dianggap berperan dalam patogenesis diabetes melitus tipe 1 (DMT1), memperbaiki kontrol metabolik dan menurunkan risiko terjadinya komplikasi mikrovaskuler.
Tujuan: Mengetahui profil kadar vitamin D remaja DMT1 dan hubungan kadar vitamin D dengan retinopati dan nefropati diabetik.
Metode: Penelitian potong lintang pada remaja DMT1 usia 11-21 tahun dengan lama sakit minimal satu tahun. Semua subjek dilakukan wawancara menggunakan kuesioner, pemeriksaan fisis lengkap, kadar 25(OH)D, HbA1c, rasio albumin/kreatinin urin, dan fotografi fundus.
Hasil: Terdapat 49 subjek, 34 (69,4%) perempuan dan 15 (30,6%) lelaki dengan median lama sakit lima tahun (1-16 tahun). Sebanyak 96% subjek menggunakan insulin basal bolus. Median HbA1c adalah 9,5% (6,3% - 18%). Tidak ada subjek dengan kadar 25(OH)D ≥ 30 ng/mL, 6 subjek (12,2%) dengan kadar 25(OH)D 21-19 ng/mL dan 87,8% memiliki kadar 25(OH)D ≤ 20 ng/mL. Rerata kadar 25(OH)D adalah 12,6 ng/mL (SD ±5,4 ng/mL). Faktor yang berhubungan dengan kadar vitamin D adalah lama pajanan matahari (RP 13,3; 95%IK = 1,8-96, p= 0,019). Jenis pakaian, penggunaan sunblock, IMT, lama sakit, konsumsi susu tidak berhubungan dengan kadar vitamin D. Prevalens retinopati pada penelitian ini adalah 8,2%, mikroalbuminuria 28,5%, dan nefropati 16,3%. Tidak terdapat hubungan bermakna antara kadar vitamin D dengan retinopati, mikroalbuminuria, dan nefropati diabetik.
Kesimpulan: Tidak ada remaja DMT1 dengan kadar vitamin D yang cukup dan tidak ada hubungan antara kadar vitamin D dengan retinopati, mikroalbuminuria, dan nefropati diabetik.;Background: Many studies showed that vitamin D involved in the pathogenesis of type 1 diabetes mellitus (T1DM), metabolic control and decreased the risk of microvascular complication.

ABSTRACT
Objective: To find out the vitamin D profile in adolescence with T1DM and its association with retinopathy and nephropathy diabetic.
Methods: This was a cross sectional study performed during April to May 2015 involving T1DM adolescence aged 11-21 years old with duration of illness ≥ 1 year. We used questionnaire to know factors associated with vitamin D level. We performed physical examinations, tests for level of 25(OH)D serum, HbA1c, urine albumin/creatinine ratio and fundal photographic.
Results: There were 49 subjects, 34 female (69.4%) and 15 male (30.6%) with median duration of illness was five years (1-16 years). Most of the subjects (96%) were on basal bolus regimen. Median of HbA1c level was 9.5% (range 6.3%-18%). None of the subject had 25(OH)D level ≥ 30 ng/mL, 12.2% with 25(OH)D level of 21-19 ng/mL and 87,8% was ≤ 20 ng/mL. Mean of 25(OH)D level was 12.6 ng/mL (SD ±5.4 ng/mL). Duration of sun exposure was associated with 25(OH)D level (prevalent ratio of 13.3; 95%CI = 1.8-96, p= 0.019); While type of clothing, sunblock, body mass index, milk and juice intake were not associated with 25(OH)D level. Diabetic retinopathy was found in 4 subjects (8.2%), microalbuminuria in 14 subjects (28.5%), and nephropathy in 8 subjects (16.3%). All the subjects who suffered from microvascular complication had 25(OH)D level ≤ 20 ng/mL. None of the subjects with 25 (OH)D > 20 ng/mL suffered had microvascular complication. There was no significant association between vitamin D level with diabetic retinopathy, microalbuminuria, or diabetic nephropathy.
Conclusion: None of the adolescent with type 1 DM had sufficient vitamin D level, and 87.8% had vitamin D deficiency. There was no association between vitamin D level with diabetic retinopathy, microalbuminuria, or diabetic nephropathy.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Irene Raflesia
"ABSTRAK
Kompleksitas penanganan diabetes terlihat dari interaksi faktor yang bekerja
berlawanan. Pasien menjadi bingung dan merasa kesulitan untuk mencapai
penanganan yang optimal. Fokus penelitian ini terletak pada pasien dari kelompok
sosek rendah yang mengalami stres terkait diabetes. Penerapan teknik pemecahan
masalah dapat memberikan kemampuan mengendalikan diabetes pada pasien
dengan cara mengurangi stres. Teknik yang digunakan adalah relaksasi,
identifikasi pikiran negatif (ABC), dan pengelolaan emosi (SSTA). Penelitian ini
dilakukan terhadap 3 pasien menggunakan desain kuasi-eksperimental. Ketiga
partisipan mengalami penurunan stres dilihat dari berkurangnya skor Diabetes
Distress Scale-17. Perubahan skor Problem Solving Test menandakan bahwa
partisipan telah memahami pentingnya menerapkan problem solving untuk
mengurangi stres.

ABSTRACT
The complexity of diabetes management can be seen in the interaction of several
factors that work in opposite direction. Patients may become confused and find it
difficult to achieve optimal outcomes. This study focuses on those of lower
socioeconomic status who experience diabetes-related distress. Application of
problem solving techniques works to provide a sense of control over diabetes by
reducing stress. Various techniques used in this study are relaxation, negative
thoughts identification (ABC), and negative emotion regulation (SSTA). This
study was conducted using quasi-experimental design. All three participants
experienced less stress as shown by lower average scores of Diabetes Distress
Scale-17. Changes in Problem Solving Test score indicates that participants have
understood about the importance of using problem solving techniques for dealing
with diabetes-related distress."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
T38897
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anindita Ratnawati Aditya
"Diabetes melitus (DM) adalah gangguan metabolisme yang ditandai dengan hiperglikemia dan abnormalitas metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein. Inhibitor α-glukosidase merupakan suatu agen terapi untuk pengobatan gangguan metabolisme karbohidrat khususnya diabetes, memiliki efek samping gangguan gastrointestinal. Oleh karena itu, masih perlu dikembangkan obat dari bahan alam yang mempunyai efek samping relatif lebih kecil dari obat-obat konvensional dan harganya relatif lebih murah. Penelitian ini bertujuan mengetahui aktivitas penghambatan α-glukosidase terhadap fraksi teraktif hasil fraksinasi ekstrak etanol 80% daun Kayu Tuah dan mengetahui golongan senyawa kimia yang terdapat pada fraksi teraktif. Ekstrak etanol 80% difraksinasi dengan n-heksan, etil asetat, dan metanol. Hasil uji menunjukkan bahwa fraksi etil asetat memiliki aktivitas inhibisi tertinggi dengan IC50 61,97 μg/mL dan menginhibisi α-glukosidase secara kompetitif. Hasil identifikasi golongan senyawa kimia menunjukkan fraksi teraktif mengandung flavonoid, tanin, glikosida, dan saponin.

Diabetes mellitus (DM) is a metabolic disorder characterized by hyperglycemia and abnormalities in metabolism of carbohydrates, fats, and proteins. α-glucosidase inhibitors is a therapeutic agent for the treatment of carbohydrate metabolism disorders especially diabetes, have impaired gastrointestinal side effects. Therefore, needs to develope drugs from natural materials which have relatively less side effects than conventional drugs and the price is relatively cheaper. This study aims to find out the α-glucosidase inhibitory activity against the most active fraction from fractionation 80% ethanol extract of Kayu Tuah leaves and its chemical compounds. 80% ethanol extract was fractionated with n-hexane, ethyl acetate, and methanol. The results showed that the ethyl acetate fraction had the highest inhibitory activity with IC50 61,97 μg/mL and inhibited α-glucosidase competitively. Identification of chemical compounds showed that the most active fraction containing flavonoids, tannins, glicosides, and saponins."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2013
S45752
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>