Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 102747 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Regina Natalia
"ABSTRAK
Keanekaragaman jenis komik merupakan faktor keberhasilan komik Jepang. Tidak hanya di Jepang, komik-komik ini juga membanjiri Indonesia, bahkan menjadi tuan rumah bacaan anak-anak Indonesia. Keberhasilan komik Jepang di Indonesia juga diikuti dengan pemutaran serial animasi di stasiun televisi dan penjualan merchandise-nya. Salah satunya adalah komik Crayon Shinchan. Komik ini bercerita tentang keluarga tipikal Jepang tahun 70-an yang memiliki seorang anak laki-laki bernama Crayon Shinchan. Ia berumur lima tahun dan masih besekolah di TK. Crayon Shinchan digambarkan sebagai anak yang nakal dan suka menyusahkan orang lain. Hobinya adalah melihat perempuan cantik dan seksi serta membuka celana sembari menggoyangkan pantatnya. Ia menaruh perhatian pada dada, pantat, dan alat kelamin. Ia menganalogikan alat kelamin laki-laki sebagai hewan gajah, yang kerap ia perlihatkan ke orang-orang. Dalam semiotika aliran Charles Sanders Peirce, melalui hubungan triangular antara sign, inferpretant, dan object, maka ditemukan makna denotasi dan konotasi dalam komik Crayon Shinchan. Komik Crayon Shinchan merupakan teks. Teks ini dapat berupa sekumpulan tanda-tanda verbal, non verbal atau gabungan keduanya dalam gambar dan tulisan pada setiap frame. Para ahli semiotika tidak berpegang pada makna primer (denotasi) tanda-tanda dalam komik Crayon Shinchan, melainkan berusaha untuk mendapatkan makna sekunder (konotasi) yang juga dipunyai oleh tanda tersebut. Wilayah konotasi ini disebut sebagai ideologi. Berdasarkan denotatum dan sifat penghubungan tanda, Peirce membagi tanda menjadi tiga kategori, yaitu: ikon, indeks dan simbol, dimana ketiga kategori ini dapat ditemukan dalam komik Crayon Shinchan. Menurut Peirce, sebuah tanda dapat menjadi ikon, indeks atau simbol, bahkan gabungan kedua atau ketiganya, tergantung dari bagaimana tanda tersebut digunakan dalam setiap frame komik Crayon Shinchan. Dari analisis semiotika yang dilakukan dalam komik Crayon Shinchan, ditemukan bahwa bukanlah bacaan anak-anak yang sehat dan mendidik. Dengan penggunaan tandatanda yang berbeda, hampir seluruh komik Crayon Shinchan bermakna masalah seks. Komik Jepang merupakan hasil ekspresi budaya Jepang. Komik ini mengandung makna konotasi bahwa budaya Jepang menganut nilai-nilai seks yang bebas dan terbuka, berbeda dengan Indonesia. Cara pandang mengenai seks yang berbeda disebabkan oleh perbedaan budaya antara Jepang dan Indonesia. Bagi orang Jepang, nilai seks bukanlah hal yang tabu untuk dibicarakan. Dengan mudahnya, seorang anak melihat bacaan berbau seks, termasuk pornografis yang dijual bebas di Jepang. Budaya Jepang mempengaruhi penggunaan tandatanda sekaligus pemaknaannya. Tanda-tanda yang bermaknakan seks merupakan ritual budaya Jepang. Komik Crayon Shinchan merupakan sekumpulan tanda yang menunjukkan makna konotasi, yaitu budaya Jepang yang patriarki dengan dikenalnya konsep giri di kalangan keluarga Jepang. Bacaan anak-anak, termasuk komik diam-diam menampilkan nilai-nilai yang mate biased. Ideologi patriarki yang tampak bahwa adanya pembagian peran gender antara laki-laki dan perempuan. Komik memainkan fungsinya sebagai agen sosialisasi terhadap anak-anak. Komik Jepang sebagai budaya populer karena sifatnya mass production, menghibur, dan disukai oleh banyak orang. Sebagai kecenderungan budaya populer, komik melekatkan seks dengan perempuan. Perempuan dilekatkan dengan stereotip sebagai obyek seks, selain sebagai ibu rumah tangga."
2001
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Herwini Astuti Martoyo
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
S4401
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wiwiek Dwi Astuti
"Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah (1) Tuturan apa saja yang dilanggar oleh tokoh utama (Crayon Shinchan) dalam komik itu?, (2) Maksim apa saja yang dilanggar dalam berkomunikasi yang menyebabkan pelanggaran prinsip komunikasi antara tokoh-tokoh di dalam kornik Crayon Shinchan?, dan (3) Siapakah tokoh dalam komik tersebut yang paling dominan melakukan pelanggaran itu? Metode penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Populasi penelitian ini mencakup semua percakapan para tokoh yang terdapat dalam kornik Crayon Shincan yang mengandung pelanggaran maksim-maksim. Dari analisis ini dapat disimpulkan beberapa hal, yaitu (1) semua tuturan antara tokoh utama dan lainnya dilanggar oleh tokoh utama, (2) semua maksim percakapan dilanggar oleh tokoh utama (Sinchan), dan (3) pelanggaran paling dominan baik terhadap Prinsip Kerja Sarna maupun terhadap Prinsip Sopan Santun dilakukan oleh tokoh Shincan."
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, 2016
400 BEB 3:2 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Irene Margaretha
"ABSTRAK
Karya ilmiah ini membahas distorsi penerjemahan dalam lirik lagu animasi Crayon Shinchan yang berjudul Doubutsuen wa Taihen da. Distorsi penerjemahan terjadi karena perbedaan makna antara Bahasa Sumber BSu dengan Bahasa Sasaran BSa Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang berdasar pada analisis komponen makna. Analisis komponen makna digunakan untuk membuktikan terjadinya distorsi dalam penerjemahan. Penelitian ini diharapkan dapat membantu pembaca dalam memahami distorsi dalam penerjemahan.
ABSTRACT
This research discusses the distortion of translation in the lyric titled Doubtusuen wa Taihen da from Crayon Shinchan animation film. Distortion of translation occurs because of different meaning between source language and target language. This research using qualitative research based on componential analysis. Componential analysis is conduct to prove the occurrence of distortion in translation. This research is expected to aid the readers in understanding distortion of translation."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2016
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Frisanti Karlina
"Pos Kota merupakan surat kabar harian yang mempunyai target pembaca bergolongan C, yaitu masyarakat kalangan bawah.Ada komponen yang menarik dari Pos Kota yaitu komik strip Doyok. Pada komik strip ini tokoh utamanya adalah Doyok seorang rakyat kecil, yang berpakaian tradisional Jawa dan di dalam penggambarannya terjadi ketimpangan antara strata sosial yang tinggi dengan strata sosial rendah.Walaupun berstrata rendah Doyok ikut serta memberikan informasi dan kritikan mengenai masalah sosial politik yang berlangsung di Indonesia.Oleh karena itu penulisan skripsi ini bertujuan untuk menganalisis representasi penggambaran isu-isu politik selama Pilpres 2004 dikomik strip Doyok Pos Kota. Kerangka pemikiran yang digunakan dari penulisan skripsi ini adalah, pengertian komunikasi politik, struktur masyarakat dan bahasa, teori informasi, Konstruksi realitas sosial, fungsi sosial media, medium is the message dan semiotika Saussure untuk menganalisis data. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif, yaitu untuk menggambarkan atau mengetahui pemahaman makna dari objek yang ditelitinya, dimana dalam hal ini objek yang diteliti adalah komik strip Doyok di surat kabar harian Pos Kota. Berdasarkan analisis yang dilakukan terhadap ketujuh edisi komik strip Doyok mengenai representasi penggambaran isu-isu politik selama Pilpres 2004,hasil yang di dapat dari analisis adalah kritikan dan sindiran yang dilontarkan Doyok, mengindikasikan bahwa Pos Kota telah melakukan fungsinya sebagai pilar keempat demokrasi dan melakukan fungsi pengawasan,dimana bertujuan untuk menciptakan kesadaran bagi khalayaknya, Prilaku politik yang dilakukan elit seperti lobi-lobi politik, adanya money politic, dan prilaku elit seperti seorang penipu, merupakan fenomena dan mengindikasikan adanya prilaku politik yang tidak sehat, dan ini berlangsung dari zaman orde lama sampai dengan reformasi.Doyok sebagai komunikator politik berusaha mengkomunikasikan isu-isu politik kepada khalayaknya, dengan menggunakan bahasa, lambang atau simbol-simbol yang dapat dipahami khalayaknya yaitu masyarakat golongan bawah.

Pos Kota is one of daily news paper that have segmented on C readers, which is low in economic status. There is a component that attract those readers, Comic Strip Doyok, whom the main character being describe as urban people, has low in economic status, wearing Javanese traditional dress and furhermore have imbalance status between the rich and the poor. Eventhough Doyok has been describe as urban and low in sosial strata, Doyok being participated in giving those critical and sinism about social and political issues in Indonesia, so that the writer want to analyze the representation of political issues description during presidential election 2004 in comic strip Doyok Pos Kota. The main theory in these thesis are political communication, the stucture of Indonesian people and the language, social reality construction, the function of media, medium is the message, and Saussure semiotic to analyze the data. The approach of these thesis using qualitative descriptive, which's use to describe or to know the meaning of object, comic strip Doyok in Pos Kota. The interpretation which is being analyze to eight edition in comic strip Doyok are the critical and sinism from Doyok, indicate that Pos Kota has doing the function of media as fourth democracy state and survaillance, which is aim to give the understanding for the readers. Political behaviour such as politics loby, money politics, the behavior of elite like deviant, indicate negative behaviour without any changing from the elite, this behaviour always on and on from Soekarno era until reformation era. Doyok as communicator trying to communicate political issues using language, symbol that can be understood by its reader, whom low in economical and social status.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2005
S4157
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Bobby Pramita Wahyu Y.
"Komik terjemahan luar negri dari Jepang adalah yang mendominasi dan menjadi market leader pada saat ini. Seperti yang di muat dalam Koran Tempo bahwa saat ini pasar komik di Indonesia didominasi oleh komik-komik terjemahan dari Jepang, manga. Komik Indonesia yang diterbitkan oleh PT Gramedia ada pada posisi market nichers. Dari penelitian yang dilakukan, mengangkat kasus pemasaran komik di indonesia dengan studi kasus pada studi komparasi komik terjemahan Jepang dengan komik Indonesia di PT Gramedia, terungkap bahwa komik terjemahan jepang memiliki beberapa keunggulan dari beberapa faktor.
Kesimpulan akhimya adalah ada beberapa faktor yang menyebabkan mengapa komik terjemahan Jepang dapat menjadi market leader, dibandingkan dengan komik Indonesia adalah, pertama karena perbedaan kualitas dari kedua komik tersebut yang dilihat komik sebagai media hiburan secara keseluruhan. Yang kedua adalah perbedaan dalam berpromosi secara intern yang telah dilakukan oleh PT Gramedia untuk kedua komik tersebut dari sisi informasi yang dibutuhkan dan nilai bagi konsumen komik. Dan secara ektemal secara tidak langsung dengan adanya anima pada tahun 1982 dan penayangan serial animasi secara nasional juga memberikan pengaruh pada penjualan komik yang bertemakan Jepang. Selain itu juga didukung dengan merchandise karakter komik terjemahan jepang yang scat ini mudah dijumpai di pasar.
Signifikansi akademis jawaban analisa faktor-faktor yang mempengaruhi pemasaran komik di Indonesia yang ditinjau dengan konsep 4P. Dengan uraian pertama yaitu produk dimana perbandingan secara mendetail mulai dari proses produksi hingga kekuatan produk tersebut sebagai media hiburan. Komparasi harga yang terkait dengan proses produksi dan sumber daya. Promosi untuk produk yang dirancang secara sengaja oleh internal perusahaan untuk mendukung produk terkait maupun secara eksternal yang secara tidak lansung mendukung promosi produk, dan yang terakhir adalah ternpat Asumsi tentang komparasi yang telah dilakukan oleh penulis dapat menjadi input untuk penelitian selanjutnya.
Sedangkan Signifikansi praktis output penelitian sebagai masukan dalam memproduksi komik dengan memperhatikan konsep produk yang sangat essensial dengan acuan komik adalah sebagai media hiburan untuk konsumsi masyarakat. Sebagai masukan dalam merancang hal terkait untuk mempromosikan produk komik baik secara internal perusahaan dan eksternal dengan asumsi yang perlu dibuktikan lebih Ianjut."
Depok: Universitas Indonesia, 2005
T21999
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yena Badruddin
"This research analyse individual motivation in anime-manga (Japanese animation and comic books) fans communities to consume the non-dominant media and how it constructs their social identity. Through a multi-level analysis comparative and narative methods integrating micro, messo and macro factors this research finds that individual choose anime-manga as the base of their identity."
[Place of publication not identified]: Jurnal Penelitian Ilmu Komunikasi, 2006
TJPI-V-3-SeptDes2006-75
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Lulu Il Mahnun
"ABSTRAK
Cerita bergambar yang kini lebih dikenal dengan sebutan komik telah
berkembang dengan pesat. Produk ini kini menjadi suatu alternatif bacaan bagi
masyarakat dan merupakan produk yang sudah diperdagangkan secara internasional. Di
Indonesia sendiri, komik?komik terjemahan tersebut sudah sangat akrab dengan
konsumen, bahkan sebagaimana disebutkan dalam Wirausaha edisi February 1998,
sebesar 70 % pangsa pasar komik di Indonesia diisi oleh komik?komik terjemahan
tersebut.
Perkembangan komik Jepang sebagai salah satu komik terjemahan menarik
untuk diamati, mengingat umur keterlibatan komik Jepang ke dunia komik Indonesia
yang masih relatif muda, namun sangat disukai dan mampu meraih pangsa pasar yang
tinggi.
Di Indonesia, komik-komik Jepang ini awa!nya ditujukan penerbit bagi anak-anak
dan remaja, karena segmen ini dinilai merupakan pasar yang sangat potensial bagi produk
komik Jepang. Target merupakan usia sekolah dasar sampai sekolah menengah tingkat
atas. Hal ini sesuai dengan cara penyajian dan tema cerita yang menarik dan ringan untuk
dibaca. Namun kini, mulai terlihat adanya kecenderungan pembaca dewasa mulai turut
mengkonsumsi komik-komik Jepang sebagai alternatif bacaan.
Penulisan karya akhir ini bertujuan untuk: (1) menganalisa bagaimana proses
pengambilan keputusan pembelian komik Jepang pada segmen dewasa dan (2)
menganalisa tingkat kepentingan atribut komik Jepang yang berpengaruh dalam proses
pengambilan keputusan konsumen dewasa.
Penelitian menggunakan metode pengambilan sampel convenience sampling
dengan responden adalah konsurnen komik Jepang berusia diatas 18 tahun. Metode
analisis data yang digunakan adalah analisa deskriptif, analisa asosiatif dan analisa
inferensial.
Dari hasil penelitian, didapat kesimpulan bahwa motivasi utama konsumen
membeli komik Jepang adalah (1) untuk rnelengkapi koleksi yang telah mereka miliki
dan (2) ingin mencoba judul baru.
Seleksi yang paling banyak dilakukan adaiah dengan cara membaca Sinopsis
cerita yang terdapat pada cover belakang kornik dan melihat gambar dari komik tersebut.
Penelitian juga menunjukkan bahwa ada beberapa atribut yang dianggap sangat
penting dan penting dalarn rnemilih komik Jepang.
"
2001
T4827
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Risca Salina
"Skripsi tentang onomatope bahasa Jepang dalam komik dilakukan dengan tujuan untuk meneliti apakah bunyi-bunyi bahasa sebagai unsur pembentuk onoatope mencerminkan makna-makna tertentu. Onomatope yang diteliti di sini ialah onomatope yang ditemukan pada komik-komik. Langkah penelitian yang dilakukan Onomatope yang berasal dari satu cerita dikelompokan dan dicari maknanya. Kemudian dilihat hubungan natara unsur-unsur pembentuk Onomatope dan makna dari kata Onomatope tersebut. Untuk melakukan penelitian ini digunakan teori-teori tentang onomatope. Pertama-tama diperkenalkan teori onomatope secara umum seperti teori dari J.G. Herder, Stephen Ullman, dan lain-lain. Kemudian baru diperkenalkan teori onomatope dari Otsubo Heiji. Otsubo Heiji memberi istilah Giseigo untuk mengacu makna onomatope bahasa Jepang. Teori Otsubo Heiji ini sangat berperan dalam penganalisaan masalah pada skripsi ini. Hasil analisa skripsi ini menunjukkan bahwa ternyata bunyi-bunyi bahasa sebagai unsur pembentuk onomatope mencerminkan makna-makna tertentu. Sebagian besar hasil analisa tersebut kurang lebih sama dengan hasil penelitian dari Otsubo Heiji."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1991
S13783
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>