Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 188331 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Satwika Citahariasmi Heniono
"Penelitian ini berusaha melihat hubungan antara persepsi individu mengenai dinamika kelompok yang berupa kohesivitas dengan perilaku bullying individu sebagai bagian dari kelompok tersebut Kohesivitas adalah dinamika kelompok menekankan keakraban, kesetiaan, kebanggaan, dan komitmen masingmasing anggota kelompok terhadap kelompoknya. Bullying merupakan suatu bentuk agresi yang banyak teijadi di lingkungan sekolah. Responden yang berjumlah 312 orang pada penelitian ini berasal dari dua sekolah di Jakarta Barat. Pengukuran terhadap dua variabel menggunakan alat ukur berupa kuesioner, dimana alat ukur kohesivitas dirancang oleh peneliti berdasarkan pemahaman terhadap konstruk tersebut sementara alat ukur bullying diadaptasi dari alat ukur yang sudah ada. Berdasarkan hasil penghitungan dengan metode Regresi, didapatkan indeks korelasi sebesar 0.166 dengan signifikansi 0.035 (p < 0.05), yang berarti ada hubungan positif yang signifikan antara persepsi individu mengenai kohesivitas pada kelompoknya dengan perilaku bullying seseorang. Lebih spesifik lagi diketahui bahwa kohesivitas di antara teman yang berbeda angkatanlah yang lebih berkontribusi terhadap munculnya perilaku bullying responden.

This research is conducted to find out whether the perception of cohesiveness correlates with bullying behavior among high school students in West Jakarta. Cohesiveness is one of the group dynamics that focused on getting along, loyalty, pride, and commitment among its members. Bullying is one form of aggressiveness that happens a lot in high school. The 312 respondents are taken from two high schools in West Jakarta. The measurement is done by a questionnaire which the cohesiveness instrument was designed by researcher based on the understanding to its construct while the bullying instrument was adapted from one available instrument. The result is conducted by Regression method that shows index of correlation 0.166 with significance of 0.035 (p < 0.05). It means that there is a significance correlation between the perceptions of group cohesiveness with bullying behavior among the respondents. More specifically, it is the cohesiveness between different classes that contributes to the bullying behavior."
Depok: Universitas Indonesia, 2010
S3655
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fajar Fitrianto
"Penelitian ini ingin mengetahui hubungan trait kepribadian terhadap perilaku bullying. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan tipe non experimental dan field study. Seluruh partisipan sebanyak 152 orang dengan rentang usia remaja madya. Ada dua alat ukur yang digunakan, yaitu alat ukur trait kepribadian NEO PI dari Costa dan McCrae (1992) dan alat ukur bullying yang merupakan modifikasi alat ukur bullying dari Astari (2008). Pengumpulan data dilakukan dengan penyebaran kuesioner, sedangkan analisis hasil dilakukan dengan menggunakan metode statistik.
Teknik statistik yang digunakan untuk menganalisis hasil adalah regresi berganda. Perhitungan regresi berganda yang dilakukan menunjukkan bahwa: (1) Trait kepribadian memiliki hubungan yang signifikan terhadap perilaku bullying; (2) Domain trait agreeableness dan openness memiliki kontribusi yang signifikan terhadap perilaku bullying.

This study would like to re veal the correlation of trait pe rsonality and bullying behavior.This is quantitative non experimental type and field study re search. All 152 participants are middle adolescent. There are two scales use d, trait personality scales NEO PI from Costa a nd McCrae and bullying scales modified from Astari (2008). Data from this research collected by questionnaires and analyzed using statistic method.
Statistic technique to analyze data using multiple regression. Computation of multiple regression show that: (1) Trait persona lity has a significant correlation with bullying behavior; (2). Doma in trait agreeableness a nd openness has the most significant contribution with bullying behavior."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2009
155.2 FAJ h
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fajar Apriadi Darwita
"Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran mengenai hubungan antara kohesivitas kelompok pada kelompok peserta mentoring agama Islam dengan tanggung jawab siswa sma. Pengukuran kohesivitas kelompok menggunakan alat ukur group environment scale (Carron, 1985) dan pengukuran tanggung jawab menggunakan alat ukur yang dikonstruksi dari teori Sukiat (1993). Partisipan berjumlah 110 siswa yang berasal dari beberapa sma di kota Depok yang memiliki karakteristik sebagai peserta mentoring agama Islam.
Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan positif yang signifikan hubungan antara tanggung jawab dengan kohesivitas kelompok peserta mentoring agama Islam pada siswa sma (r = 0.208; p = 0.042, signifikan pada L.o.S 0.05). Artinya, semakin tinggi kohesivitas kelompok yang dimiliki peserta mentoring agama Islam, maka semakin tinggi tanggung jawab yang dimiliki. Berdasarkan hasil tersebut, seseorang yang mengikuti mentoring agama Islam perlu meningkatkan kohesivitas kelompok sebagai salah satu pendorong yang dapat meningkatkan tanggung jawab.

This research was conducted to find relationship between group cohesiveness of Islamic mentoring participants and responsibility among high school students. Group cohesiveness was measured using a modification instrument named group environment scale (Carron, 1985) and responsibility was measured using a instrument constructed from Sukiat (1993). The participants of this research are 110 students from several high schools in Depok who have characteristic as a participant of Islamic mentoring.
The main results of this research show that responsibility positively correlated significantly with group cohesiveness of the participants Islamic mentoring among high school students (r = 0.208; p = 0.042, significant at L.o.S 0.05). That is, the higher group cohesiveness of one?s own, the higher showing responsibility. Based on these results, someone who follow Islamic mentoring needs to increase group cohesiveness, as one of constructing responsibility.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dini Pratiningtyas
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara bullying dan school well-being pada siswa SMA di Jakarta. Bullying adalah perbuatan yang ditandai dengan adanya ketidakseimbangan kekuatan yang dilakukan oleh satu orang atau lebih secara sistematis dan terencana terhadap satu orang atau lebih dengan tujuan untuk menyakiti, dan menimbulkan dampak fisik dan atau psikologis serta dipersepsikan akan berulang dan dirasakan mengancam oleh korban. Sementara school well-being didefinisikan sebagai penilaian seseorang terhadap diri mereka sendiri dan hubungannya dengan lingkungan sekolah, di mana individu tersebut dapat memuaskan aspek having, loving, dan being. Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 579 siswa dari kelas XI yang berada pada rentang usia 14 tahun hingga 19 tahun. Kedua alat ukur yang dipakai dalam penelitian ini merupakan adaptasi dari alat ukur yang telah digunakan sebelumnya oleh peneliti lain. Berdasarkan hasil perhitungan korelasi pearson didapatkan koefisien korelasi sebesar -0,167 dengan nilai signifikansi 0,000 (p < 0,01). Ini berarti terdapat hubungan negatif yang signifikan antara bullying dan school well-being pada siswa SMA di Jakarta. Dengan kata lain, semakin sering siswa mengalami bullying, baik dalam bentuk verbal, relasional, dan fisik , maka akan semakin negatif penilaian siswa terhadap sekolahnya dalam memenuhi aspek having. loving, dan being. Mayoritas partisipan ini mengalami perilaku bullying dalam bentuk verbal dan memiliki penilaian school well-being yang tinggi pada aspek being.

ABSTRACT
This study aims to find out correlation between bullying and school wellbeing at the high school students in Jakarta. Bullying is an act which is an imbalance of power, committed by one person or more in a systematic, planned for one person or more in order to hurt. The physical and or psychological impact of this action will be repeated all over again and the perceived threat felt by the victims. The school well-being defined as one's assessment of their own self and its relationship with the school environment, where individuals are able to satisfy aspects of having, loving, and being. Participants in this study are 579 students of class XI, who are in the age range 14 years to 19 years. The measurement used in this study is the adapted from previously used measuring instrument. Result from Pearson correlation coefficient is -0,167 with 0,000 (p < 0,01). This means that there is a significantly negative relationship between bullying and school well-being at the high school students in Jakarta. The majority of these participants experienced verbal bullying behavior and have higher school assessment of well-being on the aspect of being."
2010
S3613
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Michelle Salim
"Penelitian ini ingin melihat hubungan antara empati dengan perilaku bullying serta perilaku defending yang dilakukan oleh siswa reguler terhadap siswa dengan ASD di SMPN inklusif yang berlokasi di Jakarta. Penelitian dilakukan terhadap 158 siswa reguler kelas 7 dan 8 yang memiliki teman sekelas dengan ASD. Pengumpulan data secara kuantitatif dilakukan dengan menggunakan dua instrumen.
Empati diukur dengan Interpersonal Reactivity Index (IRI) sementara perilaku bullying dan defending diukur dengan Self Report of Behaviors in Bullying. Wawancara dengan guru dan siswa juga dilakukan untuk menambah gambaran seputar sekolah inklusi, karakteristik siswa dengan ASD di kelas, serta hubungannya dengan para siswa reguler.
Kesimpulan yang diperoleh adalah terdapat hubungan yang negatif antara empati dengan perilaku bullying (r= -0,301, p < 0,01), dan hubungan yang positif antara empati dengan perilaku defending (r= 0,554, p < 0,01). Hal tersebut berarti semakin tinggi tingkat empati para siswa reguler terhadap siswa dengan ASD, maka semakin rendah tingkat perilaku bullying dan semakin tinggi tingkat perilaku defending yang mereka tampilkan.

This research aims to find the correlation between empathy and bullying and defending behavior performed by regular students towards student with ASD in public inclusive middle schools located in Jakarta. The participants are 158 regular students in 7th and 8th grade who have a classmate diagnosed with ASD. Quantitative data collection was conducted using two instruments.
Empathy was measured using Interpersonal Reactivity Index (IRI), while bullying and defending behavior was measured using Self Report of Behaviors in Bullying. Interviews with teachers and students were also done in order to obtain more informations about the inclusive school, characteristics of student with ASD, and their relationship with other students.
The main results of this research show that empathy is negatively correlated with bullying behavior (r= -0,301, p < 0,01), and at the same time empathy is positively correlated with defending behavior (r= 0,554, p < 0,01). That is, the higher empathy of regular students towards student with ASD, then the lower bullying behavior and the higher defending behavior is displayed.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S52466
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Latifah Buswarimba Alhamid
"Penelitian ini membahas hubungan antara atribusi bystander terhadap korban dan perilaku menolong saat terjadi peristiwa bullying. Atribusi ini menjelaskan seberapa besar seorang korban dianggap bersalah sehingga dirinya dipilih menjadi target bullying. Perilaku menolong bystander dilihat melalui pemilihan perannya sebagai reinforcer, outsider, atau defender. Hasil analisisnya menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara persepsi bahwa korban bersalah dan pemilihan peran bystander sebagai reinforcer maupun outsider. Uji korelasi antara persepsi bahwa korban bersalah dan pemilihan peran sebagai defender menunjukkan hubungan negatif yang tidak signifikan.

This study examines the correlation between attribution of victim’s fault and bystander’s helping behavior during an incident of bullying. This attribution explain how much a victim is perceived as guilty so he/she was chosen to be the target of bullying. Bystander helping behavior measured by the selection of its role as a reinforcer, outsider, or defender. Results of the analysis showed that there is a significant relationship between attribution toward the victims and the selection of bystander role as a reinforcer or outsider. Correlation between the perception that the innocent victims and electoral role as defender showed a non-significant negative correlation.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S58336
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eri Kurniawan
"Skripsi ini mencoba menjelaskan hubungan antara konsep pertahanan diri dengan perilaku bullying siswa Sekolah Menengah Atas ?X? di Bandung. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana hubungan antara pertahanan diri dengan perilaku bullying siswa Sekolah Menengah Atas ?X? di Bandung dengan cara membuktikan teori pertahanan diri dari Reckless (1962) ke dalam data empiris di lapangan.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif dengan teknik survei. Pengumpulan data dilakukan dengan cara memberikan kuesioner kepada responden berukuran 91 orang. Teknik penarikan sampel dilakukan dengan cara non probabilitas sampling dengan metode pengambilan sampel secara quota sampling.
Hasil penelitian ini menunjukan adanya hubungan yang signifikan antara pertahanan diri dengan perilaku bullying. Dengan kata lain, hasil temuan di lapangan mendukung hipotesis di dalam penelitian ini sekaligus bersesuaian dengan teori pertahanan diri yang dikemukakan oleh Walter Reckless.
This undergraduate thesis attempts to explain the relationship between the concept of containment and bullying behaviors of Senior High School students "X" in Bandung. The purpose of this study was to know how the relationship of containment and bullying behavior of Senior High School students "X" in Bandung by way of proving containment theory of Reckless (1962) into the empirical data in the field.
The methodology used in this study is a quantitative research method with survey techniques. The data was collected by giving questionnaire to the respondent size 91 people. The sampling technique is done by quota non-random sampling.
The results of this study indicate that there is a significant relationship between containment and bullying behavior. In other words, the findings in the field support the hypothesis in this study correspond well with the theory of containment by Walter Reckless.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rindya Ayu Murti
"Skripsi ini membahas hubungan antara family functioning dan keterlibatan dalam perilaku bullying pada siswa SMA. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain korelasional. Pengambilan data terhadap 302 siswa SMA yang berada di daerah Jakarta dan Depok dilakukan dengan menggunakan dua buah kuesioner. Pertama, Family Assesment Device yang dikembangkan oleh Epstein, Baldwin dan Bishop (1983), kedua, Bullying Questionnaire yang dikembangkan oleh Duffy (2004) dan telah dilakukan modifikasi oleh peneliti dan rekan.
Hasil uji statistik menunjukkan terdapat hubungan yang negatif dan signifikan antara family functioning dan keterlibatan siswa SMA dalam perilaku bullying, dengan r(302) = -0,282, p < 0,05. Hal itu berarti semakin tinggi family functioning, semakin rendah keterlibatan dalam perilaku bullying pada siswa SMA, dan sebaliknya.

This study explored the relationship between family functioning and bullying involvement of senior high school student. This is a quantitative research with correlational design. Two questionnaires, Family Assesment Device (Epstein, Baldwin & Bishop, 1983) and modification of Bullying Questionnaire (Duffy, 2004), were used to obtained data from 302 senior high school student in Jakarta and Depok.
Pearson correlation test indicated negative significant correlation between family functioning and bullying involvement of senior high school student, with r(302) = -.282, p < .05. That means the higher family functioning, the lower bullying involvement of senior high school student, and vice versa.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S47460
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raissa Fauzia
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2010
S3551
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Suci Rahmawati
"Narkoba adalah zat yang berbahaya dan memiliki dampak yang bersifat multidimensi. Berdasarkan data Badan Narkotika Nasional, saat ini jumlah penyalahguna narkoba di Indonesia mencapai 3,6 juta jiwa. DKI Jakarta merupakan provinsi paling rawan penyebaran narkoba dengan Jakarta Pusat adalah kotamadya paling tinggi prevalensi narkobanya. Sebagian besar pengguna narkoba di Indonesia adalah pelajar dan mahasiswa. Keluarga merupakan benteng pertama untuk mencegah seseorang untuk jatuh ke lembah penyalahgunaan narkoba. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara keadaan keluarga dengan perilaku penggunaan narkoba pada siswa/i SMA Negeri 20 Jakarta. Penelitian ini merupakan penelitian non-eksperimental dengan jenis penelitian kuantitatif. Desain penelitian yang digunakan adalah potong lintang. Penelitian ini dilakukan pada 137 siswa kelas 2 SMA 20 Jakarta. Peneliti mengambil data dengan menggunakan angket. Penelitian menemukan adanya 33,6% responden pernah merokok, 13,1% responden pernah meminum minuman keras, dan 7,3% pernah menggunakan ganja. Paling banyak responden mengaku mencoba narkoba karena coba-coba. Empat faktor keadaan keluarga yang berhubungan dengan perilaku penggunaan narkoba pada siswa SMA, yaitu kerukunan keluarga, kekerasan psikis, pekerjaan orangtua, dan riwayat narkoba orangtua. Penggunaan narkoba pada pelajar ini sangat mengkhawatirkan. Orangtua harus menciptakan suasana yang harmonis, hangat, dan perhatian dalam keluarga. Walaupun sibuk, orangtua hendaknya meluangkan waktu untuk kumpul bersama-sama dengan putera puterinya. Orangtua yang masih menggunakan narkoba harus berhenti menggunakan narkoba jika tidak ingin anaknya menjadi pengguna narkoba. Pihak sekolah dapat bekerjasama dengan LSM, OSIS, atau komite sekolah untuk memberikan promosi kesehatan kepada siswa."
2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>