Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 188616 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Dyah Utami Sulistianingtyas
"ABSTRAK

Sekolah merupakan sebuah lingkungan sekunder bagi seorang remaja setelah lingkungan keluarga. Siswa memiliki anggapan bahwa dunianya adalah sekolah, tugas sekolah. Gambaran dan penilaian seorang siswa tentang diri sendiri pada saat sekarang akan berpengaruh pada apa yang terjadi di masa mendatang saat pengerjaan tugas sekolah. Konsep diri yang dimiliki oleh siswa dapat memengaruhi tingkah laku siswa untuk menentukan cara untuk menyelesaikan tugas sekolah dan mendapatkan prestasi yang baik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan konsep diri dengan menyontek pada siswa di Sekolah Menengah Kejuruan. Partisipan penelitian ini terdiri dari 93 orang pada siswa yang berada di Sekolah Menengah 1 Palopo. Penelitian ini menggunakan alat ukur TSCS (William H.Fitts), untuk mengukur konsep diri, dan Pattern of Adaptive Learning Scales (PALS, dari Midgley 2000), untuk mengukur tingkah laku menyontek. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan skor yang signifikan antara konsep diri dan tingkah laku menyontek.


ABSTRACT

School is adolescent’s secondary environment, after family. Students think that school was their world. Students judgment and perception about themselves will affect how they do shoolwork, and their future. Students self-concept could affect their behavior in doing schoolwork and getting academic achievements. This study aims to discover the relationship between self-concept behavior on high school students. Participants of this study consists of 93 high school students from Palopo high school. Measurments used in this study was TSCS for measuring self-concept and PALS to measure cheating behavior. Results showed that there’s a significant score relationship between self-concept and cheating behavior.

"
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S56669
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurnahdiyah
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pride dengan kecurangan akademik pada mahasiswa. Pride merupakan salah satu dari emosi moral yang berperan dalam mempengaruhi hubungan antara standar moral dan perilaku moral (Tangney, et al., 2007). Pride memiliki dua faset yaitu authentic pride dan hubris pride. Menurut Tracy dan Robins (2007) kedua faset memiliki perbedaan berdasarkan atribusi penyebab dari sebuah pencapaian. Atribusi authentic pride berasal dari penyebab yang bersifat internal, tidak stabil dan terkontrol seperti usaha dan kerja keras. Sedangkan atribusi hubris pride berasal dari penyebab yang bersifat internal, stabil dan tidak terkontrol seperti bakat dan intelegensi. Pengambilan data pada penelitian ini menggunakan kuesioner yang disebarkan secara online dan offline. Hasil utama penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara pride dengan kecurangan akademik.

This research aims to find out the correlation between pride and academic dishonesty among undergraduate students. Pride is a part of moral emotions which plays a role in affecting the relation between moral standard and moral behavior (Tangney, et al., 2007). Pride is divided into two facets, authentic pride and hubris pride. According to Tracy and Robins (2007), those two facets have distinctions based on the cause of attribution from an achievement. Authentic pride attribution comes from internal causes, unstable and controlled, like an effort and a hard work. On the other hand, hubris pride attribution comes from internal causes, stable and uncontrolled, like talent and intelligence. The participants in this research were undergraduate students in Indonesia. The data of this research was accumulated through the distribution of questionnaire, online and offline. The main result of this research shows that there is no significant correlation between pride and academic dishonesty.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
S63132
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yardinil Firda Nadhirah
"Perilaku menyontek merupakan salah satu masalah yang dihadapi lembaga pendidikan untuk beberapa dasawarsa ini dan akan terus menjadi perhatian dalam dunia pendidikan. Mahasiswa pada masa sekarang lebih banyak melakukan tindakan menyontek dibandingkan dengan mahasiswa pada 10 tahun yang lalu. Murdock dkk. (2004) dalam penelitiannya menemukan sekitar 70% mahasiswa mengaku menyontek pada saat ujian dan Shepherd (dalam Klausmeier, 1985) melaporkan bahwa 96% mahasiswa mengaku menyontek beberapa kali pada saat ujian.
Banyak faktor yang mempengaruhi perilaku menyontek, Nusolahardo (1988) menemukan adanya hubungan antara konsep-diri dengan sikap terhadap tingkah lake menyontek. Sedangkan Cizek, 1999; Evans dkk.(dalam Finn & Frone, 2004) dalam penelitiannya mendapatkan siswa yang memiliki efficacy yang tinggi akan kemampuan akademiknya menunjukkan perilaku menyontek yang rendah bila dibandingkan dengan siswa yang memiliki tingkat efficacy yang rendah. Sementara Newstead dkk.(1996) menemukan bahwa perilaku menyontek terjadi karena ada tekanan dari kelompoknya, untuk membantu teman, dan karena semua orang melakukannya. Berdasarkan penelitian-penelitian tersebut lah tujuan penelitian ini mengungkap faktor self-efficacy dan konsep-diri sebagai faktor internal, dan konformitas terhadap kelompok sebaya sebagai faktor eksternal, sebagai variabel-vriabel yang mempengaruhi perilaku menyontek.
Sampel penelitian ini adalah 150 mahasiswa IA1N "SMH" Banten semester dua di Fakultas Tarbiyah dan Adab, diperoleh berdasar accidental sampling. Mat ukur self-efficacy menggunakan dimensi-dimensi yang digunakan oleh Wood dan Locke (dalam Maurer & Pierce, 1998), konsep-diri menggunakan modifikasi dan adaptasi TSCS (Tennessee Self Concept Scale), konformitas kelompok sebaya menggunakan kuesioner yang berdasarkan dimensi-dimensi dari Sears dkk. (1991), dan perilaku menyontek menggunakan aspek-aspek yang dikemukakan oleh Finn dan Frone (2004) dan Abramovitz (2000).
Dan 4 hipotesis yang dikemukakan dalam penelitian ini yaitu: 1) Ada hubungan yang negatif dan signifikan antara self-efficacy dengan perilaku menyontek pada mahasiswa; 2) Ada hubungan yang negatif dan signifikan antara konsep-diri dengan perilaku menyontek pada mahasiswa; 3) Ada hubungan yang positif dan signifikan antara konformitas terhadap kelompok sebaya dengan perilaku menyontek pada mahasiswa; 4) Secara bersama-sama ada kontribusi yang signifikan antara self-efficacy, konsep-diri dan konformitas terhadap kelompok sebaya dengan perilaku menyontek pada mahasiswa, hasil analisis parsial dan regresi ganda, hasilnya hanya konformitas terhadap kelompok sebaya yang memiliki hubungan signifikan dengan perilaku menyontek mahasiswa.
Berdasarkan keterbatasan penelitian ini, penelitian lanjutan perlu dilakukan, antara lain dengan melibatkan faktor performa akademik yaitu, persistensi dalam variabel self-efficacy dan melibatkan variabel karakteristik kelas (seperti ukuran kelas, pengaturan tempat duduk, pengawasan ujian yang lemah, dan sangsi yang kurang diberlakukan) sehingga dapat memperkaya dan menjelaskan kecenderungan perilaku menyontek pada mahasiswa."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2006
T18615
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elizabeth Trifilia D.R.
"Kesehatan mental dibutuhkan mahasiswa psikologi terkait persiapan mereka untuk berkecimpung dalam helping profession. Dukungan sosial, terutama perceived social support, dan self-esteem dapat memengaruhi kesehatan mental (Taylor & Brown, 1988; Vinokur, Schul, & Caplan, 1987; Zimet, Dahlem, Zimet & Farley 1988). Berbagai penelitian menemukan semakin tinggi perceived social support seseorang, semakin tinggi self-esteem yang dimiliki. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara perceived social support dan selfesteem mahasiswa psikologi jenjang sarjana. Perceived social support diukur dengan Multidimensional Scale of Perceived Social Support (Zimet et al., 1988) dan self-esteem dengan Rosenberg Self-Esteem Scale (Rosenberg, 1965). Dari 184 mahasiswa jenjang sarjana Fakultas Psikologi Universitas Indonesia yang menjadi partisipan, hasil yang didapatkan menunjukkan adanya hubungan positif yang signifikan antara perceived social support dan self-esteem pada mahasiswa psikologi jenjang sarjana (r = 0.274; p < 0.01). Berdasarkan hasil, pendidikan psikologi dapat memerhatikan perceived social support sebagai salah satu cara meningkatkan self-esteem mahasiswa, seperti dengan melakukan intervensi psikoedukasi.

Psychology students need good mental health to be a helping professional. Social support, especially perceived social support, and self-esteem found to influence mental health (Taylor & Brown, 1988; Vinokur, Schul, & Caplan, 1987; Zimet, Dahlem, Zimet & Farley 1988). Recent studies found that people with higher level of perceived social support are having higher level of self-esteem. This research was conducted to find the relation between perceived social support and self-esteem in undergraduate psychology students. Perceived social support was measured using Multidimensional Scale of Perceived Social Support (Zimet et al., 1988) and self-esteem was measured using Rosenberg Self-Esteem Scale (Rosenberg, 1965). The participants of this research are 184 University of Indonesia undergraduate psychology students. The main results of this research show that perceived social support correlated significantly with self-esteem (r = 0.274; p < 0.01). Results of this study may be taken by psychology educational institution to increase the concern of perceived social support as one of the factor to increase their students’ self-esteem level, for example is by making a psychoeducational intervention."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S52551
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Linggawati Haryanto
"Self-esteem berperan banyak dalam perkembangan mental yang sehat dari seorang anak. Dengan memiliki rasa penghargaan diri yang positif, seorang anak akan bisa meraih kondisi optimal dari perkembangan mentalnya dan mencapai kebahagiaan hidup. Sebagaimana anak yang normal, seorang anak tuna grahita ringan juga membutuhkan self-esteem yang positif untuk perkembangan yang optimal dalam keterbatasan yang dimiliki. Untuk bisa memiliki self-esteem yang positif, seorang anak tuna grahita sangat membutuhkan dukungan yang positif pula dari ibunya.
Walaupun harapan akan dukungan ibu dalam pembentukan self-esteem yang positif pada anak tuna grahita ringan sangat dibutuhkan, ternyata kondisi kelainan pada anak dapat menimbulkan sikap yang negatif dari ibu. Hal ini disebabkan kondisi anak tuna grahita tidak sesuai dengan harapannya akan anak yang ideal. Padahal teori mengatakan bahwa sikap ibu akan mempengaruhi perlakuan ibu terhadap anak dan hubungan di antara mereka. Karena itu maka dirasa perlu untuk meneliti hubungan antara sikap ibu terhadap anaknya yang menyandang tuna grahita dan dukungan ibu dalam pembentukan self-esteem yang positif dari anaknya tersebut.
Pencarian data dalam penelitian ini dilakukan dengan pemberian kuesioner kepada ibu-ibu yang anaknya bersekolah di SLB-C. Kuesioner yang diberikan ada dua buah yaitu kuesioner sikap ibu dan kuesioner dukungan ibu dalam bentuk skala Likert. Perhitungan reliabilitas dilakukan dengan teknik koefisien Alpha Cronbach. Dari analisa reliabilitas terhadap kedua kuesioner didapat nilai alpha sebesar 0,7124 untuk kuesioner sikap ibu dan alpha 0,8471 untuk kuesioner dukungan ibu.
Hasil dari pengumpulan data menunjukkan rata-rata skor kelompok yang cukup tinggi pada kedua skala yaitu skala sikap ibu dan skala dukungan ibu. Perhitungan korelasi antara dua variabel yaitu variabel sikap dan dukungan menunjukkan indeks korelasi sebesar 0,538 yang signifikan pada LOS 0,01. Dengan demikian dapat dinyatakan adanya hubungan antara sikap ibu terhadap anaknya yang menyandang tuna grahita ringan dan dukungan ibu dalam pembentukan self-esteem yang positif dari anaknya tersebut. Untuk penelitian yang akan datang disarankan untuk melihat adanya social desirability pada kuesioner terutama untuk kuesioner yang membahas hal-hal yang sensitif seperti masalah sikap dan pengasuhan ibu."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2001
S3004
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadira Larasati
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui korelasi antara self-esteem dan identifikasi pada avatar dengan adiksi game online jenis MMORPG. Penelitian ini menggunakan alat ukur Rosenberg Self-esteem Scale (RSES) yang telah diadaptasi ke bahasa Indonesia (Cassandra, 2010) untuk mengukur self-esteem, alat ukur Player-Avatar Identification Scale (PAIS) untuk mengukur identifikasi pemain terhadap avatar (Dong Li, Liau, & Khoo, 2013) dan Indonesian Online Game Addiction Questionnaire untuk mengukur tingkat adiksi (Jap, Tiatri, Jaya, & Suteja, 2013). Jumlah responden sebanyak 129 orang, berada pada tahap perkembangan remaja dan bermain MMORPG selama enam bulan terakhir. Hasil yang diperoleh pada penelitian ini adalah adanya hubungan signifikan negatif antara self-esteem dan adiksi game online MMORPG, dan adanya hubungan signifikan positif antara identifikasi pada avatar dan adiksi game online.

This research is conducted to find out the correlation between self-esteem, avatar identification, and online game addiction in MMORPG players. This research used Indonesian version of Rosenberg Self-esteem Scale (RSES) by Cassandra (2010), Player-Avatar Identification Scale (PAIS) (Dong Li, Liau, & Khoo, 2013), and Indonesian Online Game Addiction Questionnaire (Jap, Tiatri, Jaya, & Suteja, 2013). The participants of this research are 129 MMORPG gamers (who at least played for the past six months) and is currently in adolescent age range. The results show that there is significant negative correlation between self-esteem and online game addiction. There is also significant positive correlation between avatar identification and online game addiction."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S47715
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Achmad Yani
"Perbuatan curang telah dimulai sejak jaman Cina kuno (Brickam dalam Klausmeier, 1985), dan perbuatan tersebut telah mengalami peningkatan selama 30 tahun terakhir (Schab dalam Anderman, Griesinger, & Westerfield, 1998). Peneliti sendiri pernah berdiskusi dengan beberapa orang teman bahwa perbuatan curang yang dilakukan oleh banyak mahasiswa dengan tanpa malu-malu. Para mahasiswa membentuk kolusi antara dua orang atau lebih untuk saling bekerja sama dalam ujian. Perbuatan curang yang dilakukan tanpa malu-malu tersebut, juga terkait dengan kondisi Indonesia saat ini yang sepertinya mengalami krisis dalam budaya malu. Banyak orang yang melakukan perbuatan yang menyimpang dari ketentuan umum yang berlaku tanpa disertai perasaan malu. Dalam perbuatan curang ini, masalahnya adalah perbuatan tersebut dilakukan oleh mahasiswa. Mahasiswa adalah orang-orang yang sebentar lagi akan terjun di masyarakat dalam berbagai bidang ilmu. Berkaitan dengan kondisi di atas, maka penelitian ini ingin mengetahui adakah rasa malu dan apakah makna rasa malu pada mahasiswa fakultas psikologi Universitas Indonesia yang melakukan perbuatan curang dalam ujian.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian studi kasus. Menurut Schramm (dalam Yin, 1989), metode penelitian studi kasus adalah usaha untuk menjelaskan bagaimana sebuah keputusan atau sehimpun keputusan diambil dan diterapkan serta apa yang menjadi hasil dari keputusan tersebut. Menurut Yin (1989), metode studi kasus merupakan strategi penelitian yang digunakan untuk mengeksplorasi suatu situasi. Data yang akan terkumpul melalui metode penelitian studi kasus ini nantinya akan berupa deskripsi tentang kejadian-kejadian (Raulin & Graziano, 1989). Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode wawancara. Wawancara adalah sebuah komunikasi antara dua orang atau dua pihak, dimana salah satu pihaknya mempunyai maksud dan tujuan tertentu yang melibatkan pemberian pertanyaan dan jawaban (Stewart & Cash, 1982). Metode pengumpulan data tersebut sesuai dengan penelitian ini yang ingin menitikberatkan pada dinamika internal individu, dalam hal ini adalah dinamika internal mengenai rasa malu pada mahasiswa yang melakukan perbuatan curang dalam ujian.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada rasa malu pada mahasiswa fakultas psikologi Universitas Indonesia yang melakukan perbuatan curang dalam ujian. Perbuatan curang dalam ujian akan membuat mahasiswa merasa malu dan menyesal, serta mengalami tuntutan untuk menghasilkan pencapaian yang positif. Rasa menyesal yang muncul setelah melakukan perbuatan curang dalam ujian akan membuat mahasiswa berkeinginan untuk belajar lebih giat lagi pada ujian berikutnya.' Namun, rasa menyesal, rasa malu, serta tuntutan untuk belajar lebih giat lagi tersebut hanya sesaat sifatnya. Keinginan mahasiswa untuk mendapatkan hasil ujian yang baik, membuat mahasiswa melakukan kembali perbuatan curang dalam ujian tersebut. Meskipun ada satu orang sampel (satu dari empat sampel yang digunakan dalam penelitian ini) yang benar-benar merasa menyesal dan bersalah.
Makna malu pada mahasiswa fakultas psikologi Universitas Indonesia yang melakukan perbuatan curang dalam ujian mengacu kepada harga diri dan peristiwa yang tidak menyenangkan. Dalam penelitian ini, sampel merasa malu ketika semua orang di kelasnya mengetahui perbuatan curang yang dilakukan oleh sampel. Namun, hasil dari penelitian ini tidak bisa digeneralisasikan, karena penelitian ini hanya menggunakan empat sampel yang tidak mewakili kelompok mahasiswa secara umum. Untuk itu, melalui penelitian ini peneliti menyarankan untuk penelitian lanjutan, yaitu dengan menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan jumlah sampel yang lebifv besar, agar dapat dilakukan generalisasi terhadap data yang terkumpul."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2002
S3185
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bernadia Dwiyani
"Penelitian ini bertujuan untuk memprediksi sumbangan metakognisi moral, emosi malu, dan emosi bersalah dalam ketidakjujuran akademis pada mahasiswa Universitas Indonesia. Pengukuran penelitian menggunakan Academic Integrity Survey, dan Moral Metacognition Scale, dan (TOSCA-3). Penelitian dilakukan pada 959 mahasiswa program sarjana dan vokasi Universitas Indonesia yang berusia 18-25 tahun.
Hasil pengolahan data menggunakan metode multiple regression menghasilkan, sumbangan ketiga variabel (metakognisi moral, emosi malu, dan emosi bersalah) signifikan R² sebesar 0,045 dalam memprediksi tingkah laku ketidakjujuran akademis. Hasil nilai beta (ß) menununjukkan besar kekuatan masing-masing prediktor yakni pada metakognisi moral (ß = -0,076), emosi malu (ß = -0,005), dan emosi bersalah (ß = -0,171) dalam memprediksi ketidakjujuran akademis.

his research aims to predict contribution of moral metacognition, shame, and guilt emotion to predict academic dishonesty among college students. The research measurement using Academic Integrity Survey, Moral Metacognition Scale, and TOSCA-3. The study was conducted on 959 undergraduates and vocational program from University of Indonesia aged 18 to 25.
Result from multiple regression analysis show contribution from three variables (moral metacognition, shame, and guilt emotion) significance R² = 0,045 to predict academic dishonesty. The beta coefficient (ß) shows the magnitude of each predictors, moral metacognition (ß = -0,076), shame emotion (ß = -0,005), guilt emotion (ß = -0,171) in predicting academic dishonesty.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
S65265
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shauma Lannakita
"Tujuan dari studi ini adalah untuk mengidentifikasi pengaruh kualitas pelayanan dan nilai yang dirasakan terhadap kepuasan pasien dan dampaknya terhadap minat berprilaku pasien. Di dalam penelitian ini, pennulsi menyebarkan kuesioner kepada 155 orang responden yang pernah menjadi pasien rawat jalan di rumah sakit swasta di Jakarta. Untuk menganalisis data menggunakan metode Structural Equation Model dengan bantuan software LISREL 8.51.
Hasil penelitian mengindikasikan bahwa kualitas pelayanan dan nilai yang dirasakan mempengaruhi kepuasan pasien yang dapat menggerakkan behavioral intention. Hail lain dari penelitian ini adalah bahwa baik kualitas pelayanan dan nilai yang dirasakan pelanggan tidak berpengaruh secara langsung terhadap behavioral intention.

The objective of this study is to examine the influence off perceived service quality and perceived value toward patient satisfaction and its impact on behavioral intention.. In conducting the survey, the author distributed the questionnaire to 155 respodents who has been gone to private hospitals in Jakarta. This research use Structural Equation Modeling (SEM) as an analytical tool by LISREL 8.51.
Findings indicate that both perceived service quality and perceived value have influence satisfaction that drives behavioral intention. Interestingly, both perceived service quality and perceived value have no direct impact on behavioral intention while value assessment was influenced by perceived service quality.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>