Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 192949 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Laksmi Witriadini
"ABSTRAK
Saat seorang wanita menghadapi kondisi dimana ia menjadi seorang janda karena
kematian dari pasangannya, maka akan munculah beragam permasalahan yang kemudian
harus dihadapinya. Kematian dari pasangan menyebabkan kehidupan ekonomi serta sosial
dari mereka yang ditinggalkan menjadi terganggu. Hal ini membutuhkan suatu penyesuaian
diri yang sulit dan menyakitkan. Dari beberapa penelitian serta pengamatan yang dilakukan,
didapat kesan bahwa kesulitan yang umumnya dialami oleh janda adalah dalam penyesuaian
dirinya ke dalam lingkungan sosialnya. Kesulitan muncul karena adanya kecemasan bahwa
tindakan-tindakan yang diambil, berkaitan dengan masalah yang ia hadapi tersebut, kiranya
akan bertentangan dengan norma serta aturan yang berlaku di masyarakat berkenaan dengan
kondisinya sebagai seorang janda. Atau dengan kata Iain, janda tersebut mengalami masalah
dalam mengadakan penyesuaian sosial dengan lingkungan sosialnya. Sesungguhnya hal yang
akan sangat membantu penyesuaian diri dalam menghadapi kondisi sebagai seorang janda,
salah satunya adalah adanya dukungan yang diberikan oleh Iingkungan sosial di sekitarnya.
Dimana dengan adanya dukungan sosial, maka diharapkan penyesuaian diri, ataupun
penyesuaian sosialnya menjadi lebih baik. Namun, kenyataan yang lain menunjukkan bahwa
saat ini terasa sekali adanya perkembangan serta perubahan yang serba cepat yang terjadi di
dunia ini, yang pada akhirnya membawa dampak tersendiri bagi perkembangan
masyarakatnya. Keadaan kota besar yang semakin padat penduduknya tersebut, memaksa mereka untuk berhubungan dengan jumlah orang yang banyak pula. Karenanya cara yang
biasanya dipakai agar dapat Iebih efektif menerima sekian banyak masukan tersebut adalah
melalui hubungan yang sifatnya superficial atau basa-basi.
Maka meski secara teoritis dapat disimpulkan bahwa dukungan sosial dapat
memudahkan bagi janda untuk melakukan penyesuaian sosial namun dengan pertimbangan
kondisi masyarakat yang telah disebutkan di atas tadi, maka yang kemudian ingin diketahui
lebih jauh dalam penelitian ini adalah apakah dengan kondisi kota besar yang semakin
individualis tersebut, masih terdapat hubungan yang cukup berarti antara penyesuaian sosial
janda dengan dukungan sosial yang diterimanya.
Dalam penelitian ini yang hendak menjadi subyek penelitian adalah janda-janda di
kota besar yang meniadi janda karena kematian dari pasangannya dan berusia antara 35
sampai 55 tahun. Jumlah responden yang diperoleh dalam penelitian ini sebanyak 63 orang .
Pada tahap pengumpulan data, subyek diberikan kuesioner yang berisi sejumlah pernyataan
yang berkaitan dengan masalah dukungan sosial dan penyesuaian sosial pada janda.
Penyebaran kuesioner ini dilakukan baik di Jakarta, Surabaya. Bandung dan Medan, dengan
bantuan dari teman atau saudara yang ada diluar kota Jakarta. Untuk melihat ada atau
tidaknya hubungan digunakan rumus korelasi Pearson's Product Moment. Dalam penelitian
ini diperoleh hasil bahwa ada hubungan antara dukungan sosial dan penyesuaian sosial pada
para janda di kota besar."
1996
S2349
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadia Rizky Fadilla
"ABSTRAK
Nongkrong sebagai aktifitas untuk memanfaatkan waktu luang menjadi fenomena bagi masyarakat ibukota, khususnya para remaja. Skripsi ini membahas tentang nongkrong sebagai gaya hidup remaja di Jakarta dengan studi kasus pada beberapa remaja yang nongkrong di 7-Eleven atau Starbucks Coffee. Penelitian ini bertujuan untuk melihat proses terciptanya gaya hidup nongkrong pada remaja, melihat hal yang menjadi alasan remaja untuk melakukan gaya hidup nongkrong, dan menganalisis dengan teori tindakan sosial.Berawal dari mencoba mengunjungi tempat nongkrong yang dianggap ramai, mudah dijangkau, dan ternama lalu lama kelamaan intensitas berkunjung untuk nongkrong menjadi sering dan kemudian menjadi gaya hidup para remaja. Teman sebaya adalah aktor yang berperan besar dalam terbentuknya gaya hidup nongkrong pada remaja. Para remaja memaknai nongkrong sebagai kegiatan santai mengisi waktu luang sambil berinteraksi bersama teman. Dari sisi alasan, remaja yang nongkrong di 7-Eleven ingin memperluas pergaulan. Alasan lain terlihat pada remaja yang nongkrong di Starbucks Coffee yang memperhatikan aspek tempat dan konsumsi barang untuk menunjukkan posisi mereka yang berbeda dengan remaja yang nongkrong di tempat lain. Namun, tindakan sosial mereka semua masuk ke dalam tindakan sosial rasional berbasis nilai.

ABSTRACT
Nongkrong or so called hangout is a leisure activity that comes as a phenomenon in Jakarta, especially for teenagers. This thesis is trying to describe nongkrong as the teenagers rsquo lifestyle in Jakarta with case studies on some teens that hanging out at 7 Eleven or Starbucks Coffee. This study is intended to see the process of creating hangouts lifestyle in adolescents, see the teenage reason to do lifestyle hangout, and analysis with social action theory.Starting from trying a crowded and famous hangout place that easy to reach and nongkrong become a habit and then become the lifestyle of teenagers. Peers are actors who play a major role in the formation of lifestyle hanging out in adolescents. The teenagers interpreted nongkrong as a relaxed leisure time while interacting with friends. Teenagers who hangout at 7 Eleven want to widen their social circle. Another reason is seen in teenagers who nongkrong at Starbucks Coffee who pay attention to the aspect of place and consumption of goods to show their different position with teenagers who hang out elsewhere. So, we can see the things that matters to the teenagers to do nongkrong and identify nongkrong as a lifestyle based on social action theory. Peer group have a big impact on creating nongkrong as teenagers rsquo lifestyle. Based on Weber rsquo s four type of social action, their social action is counted as value rational action because they have their own value to do nongkrong as their lifestyle."
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1992
S2358
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Retno Sundari
"Kematian pasangan hidup menimbulkan krisis dalam kehidupan yang dapat menimbulkan stress. Janda yang ditinggalkan harus belajar untuk menyesuaikan seluruh aspek kehidupannya. Ia juga harus mengatasi kesulitan-kesulitan yang timbul setelah suaminya meninggal. Ia perlu melewati tahap-tahap berkabungnya agar dapat menemukan identitasnya yang baku sebagai janda dan memulai kehidupannya sesuai identitas barunya itu.
Banyak faktor yang mempengaruhi seorang janda untuk menyesuaikan diri dengan masa berkabungnya. Karena beratnya stress yang ditimbulkan oleh kematian pasangan ini dan penyesuaian diri yang perlu dilakukan, maka perlu diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri ini, agar pengetahuan yang diperoleh dapat digunakan untuk membantu para janda untuk menyesuaikan diri. Penelitian ini ingin mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri janda terhadap masa berkabungnya, oleh karena itu perumusan masalahnya adalah : Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi penyesuaian diri janda terhadap masa berkabungnya ?
Subyek dalam penelitian ini bsrjumlah delapan orang, semuanya adalah wanita berusia 40 sampai 65 tahun yang suaminya telah meninggal selama kurang dari enam tahun. Untuk pengambilan data digunakan in-depth interview agar dapat diperolah data yang kaya bagi tiap subyek. Sedangkan untuk analisanya digunakan teknik analisa yang diadaptasi dari teknik analisa life history.
Analisa terhadap data yang diperoleh dari wawancara kedelapan subyek menunjukkan bahwa pada awal masa menjanda faktor yang memegang peran adalah penyebab kematian suami yang akan berdampak pada kesiapan janda menjalani kehidupan barunya. Setelah bebarapa lama ia manjanda, dukungan teman atau keluarga mempunyai pengaruh yang besar untuk membantunya menyesuaikan diri, disamping kegiatan yang mereka lakukan sehari-hari.
Untuk penelitian lanjutan dapat disarankan penelitian dengan subyek yang mempunyai karakteristik yang bervariasi dimana karakteristik tersebut berkaitan dangan faktor-faktor yang berpengaruh. Selain itu dapat pula dilakukan penelitian terhadap para duda agar dapat dilihat perbedaan dan persamannya dengan para janda."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1993
S2448
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rina Rakhmawati
"ABSTRAK
Darah adalah jaringan tubuh yang sangat vital bagi kehidupan. Hampir seluruh tubuh manusia dialiri oleh darah melalui pembuluh darah. Kehilangan darah dalam jumlah yang cukup banyak dapat membahayakan jiwa seseorang. Kehilangan darah dapat dipicu bila terjadi luka pada tubuh seseorang. Untuk mencegah kehilangan darah dalam jumlah banyak, tubuh memiliki faktor pembeku darah yang membantu dalam proses pembekuan darah. Kekurangan faktor pembeku darah dalam tubuh dapat mengakibatkan penderitanya mengalami perdarahan terus menerus. Kelainan darah seperti ini dikenal dengan hemofilia. Hemofilia adalah salah satu penyakit genetik yang sering di temui di Indonesia, selain thalassemia dan sindroma down (Femina, No.35/XXX, 2002). Satu-satunya pengobatan yang dapat dijalani penderita hemofilia adalah dengan melakukan transfusi plasma (darah) seumur hidup.
Penderita hemofilia sebagian besar adalah laki-laki. Berbagai aktivitas fisik yang berat dan memicu terjadinya perdarahan sebaiknya dihindari oleh penderita hemofilia. Penyakit hemofilia ini membuat penderitanya merasa dibatasi aktivitas fisiknya. Keterbatasan fisik ini dapat menimbulkan stres pada penderitanya. Selain itu menurut Kelley (1999) di masyarakat terdapat anggapan bahwa penderita adalah seseorang yang rapuh. Sedangkan menurut Parsons (dalam Sarwono, 1997) pada umumnya kepribadian yang diharapkan dari laki-laki berdasarkan norma baku yang berlaku dimana pun adalah dominan, mandiri, kompetitif, dan asertif. Didukung oleh penelitian Lerner, Orlos, dan Knapp (dalam Atwater, 1983) yang menyebutkan bahwa pria lebih cenderung menekankan kompetensi fisik atau apa yang dapat mereka lakukan dengan tubuh mereka agar dapat memberikan dampak yang bermakna bagi lingkungan. Anggapan masyarakat dan keterbatasan fisik yang dimiliki ini tentunya dapat mengganggu perasaan penderita hemofilia.
Selain masalah keterbatasan fisik, masalah lain yang mungkin mengganggu penderita hemofilia adalah pengobatan yang harus dijalaninya seumur hidup. Selain itu berbagai masalah juga akan muncul seperti memenuhi tuntutan tugas perkembangan dewasa muda, seperti mandiri, mencari keija, dan menikah serta membentuk keluarga. Berbagai masalah yang dihadapi penderita hemofllia, terutama penderita hemofilia usia dewasa dapat menimbulkan tekanan bagi mereka. Bila tekanan tersebut melebihi kemampuan yang dimiliki individu, maka menurut Lazarus (1976) individu tersebut dapat mengalami stres. Salah satu usaha coping stres yang dapat dilakukan adalah mencari dukungan sosial.
Dukungan sosial dapat berbentuk dukungan emosional, harga diri, instrumental, informasi, dan dukungan jaringan. Dukungan sosial dapat diterima seseorang dari keluarga, teman dekat, tenaga profesional, maupun dari organisasi dimana individu itu tergabung. Penelitian ini ingin melihat bagaimana gambaran stres, coping, dan dukungan sosial pada penderita hemofilia dalam menghadapi penyakit hemofilia yang diderita seumur hidup ini.
Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Sedangkan metode pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara dan observasi.
Hasil dari penelitian yang diperoleh adalah reaksi awal ketika ketiga penderita didiagnosis memiliki penyakit hemofilia adalah menerima. Masalahmasalah yang dihadapi ketiga penderita adalah masalah biaya, pekerjaan, dan berkeluarga. Ketika responden mengatasi masalah-masalah tersebut secara berbeda-beda, tergantung pada sumber daya yang dimilikinya. Ada responden yang mengatasinya dengan strategi problem-focused coping atau dengan emotion focused coping. Ketiga responden mengatasi masalah biaya dengan strategi problem focused coping. Masalah pekeijaan oleh responden NO dan AF diatasi dengan strategi problem focused coping. Sedangkan responden AG mengatasinya dengan strategi emotion focused coping. Untuk masalah berkeluarga ketiga responden mengatasinya dengan strategi emotion focused coping. Bentuk dukungan yang diharapkan oleh penderita hemofilia adalah dukungan instrumental, harga diri, dukungan informasi dan emosional. Dukungan tersebut diharapkan diterima dari keluarga, teman, tenaga medis dan pemerintah."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2003
S3204
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Devi Tri Astuti
"Di Jakarta banyak terlihat anak usia sekolah yang karena keterbatasan ekonomi keluarganya harus bekerja untuk mencari nafkah, di jalan-jalan atau tempat-tempat umum lainnya. Bagi kita yang belum pernah terjun langsung dalam kehidupan mereka mungkin akan membayangkan bahwa mereka adalah anak-anak yang tidak berdaya, bodoh, tidak beruntung, sedih atau keadaan lain yang kurang menguntungkan. Secara teoritis disebutkan bahwa anak-anak yang berasal dari golongan sosial ekonomi rendah cenderung memiliki harga diri yang rendah pula (Coopersmith, 1967 & Rice, 1981). Hal ini bertentangan dengan penelitian yang telah dilakukan pada anak-anak jalanan di Jakarta. Pada kenyataannya mereka justru merasa bebas, gembira, tidak keberatan akan pekerjaan yang dilakukan dan tetap optimis memandang masa depannya serta yakin dapat merasa bahagia dalam hidupnya.
Dalam penelitian ini akan dilihat bagaimana gambaran taraf harga diri yang mereka miliki. Agaknya tantangan hidup dan stressor dari lingkungan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan anak-anak jalanan. Dalam situasi seperti ini tentunya mereka membutuhkan dukungan dan pertolongan dari pihak lain untuk dapat membantu. Apalagi sebagian besar dari anak yang bekerja di jalan itu tidak tinggal bersama ayah ibunya. Penelitian ini juga ingin melihat bagaimana gambaran taraf dukungan sosial yang diperoleh anak-anak itu dari lingkungan sosialnya. Meskipun secara teoritis dukungan sosial membawa pengaruh positif bagi perkembangan individu termasuk pada perkembangan harga dirinya, dalam penelitian ini akan diuji apakah ada hubungan yang signifikan antara dukungan sosial dan harga diri pada anak yang bekerja di jalan, di Jakarta.
Subyek dalam penelitian ini berjumlah 34, adalah anak-anak yang bekerja di jalan, dari lima wilayah di DKI Jakarta, berusia antara 7 sampai 12 tahun, mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri dan keluarganya. Sedangkan alat ukur yang digunakan adalah kuesioner harga diri yang diadaptasi dari Self Esteem Inventory yang dibuat oleh Coopersmith (1967) dan kuesioner dukungan sosial yang diadaptasi dari social Provision Scale yang dibuat oleh Russel dan Cutrona (1986). Untuk melihat ada atau tidaknya hubungan diantara kedua variabel yang diteliti, digunakan teknik korelasi Pearson's Product Moment, dengan R=833 (signifikan pada l.o.s 0,05 maupun 0,01). Hal ini berarti bahwa ada hubungan yang signifikan antara dukungan sosial dan harga diri pada anak yang bekerja di jalan, di Jakarta."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1998
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Taufiq Rohman
"Penelitian ini bertujuan nntuk memperoleh data ernpiris keterkaitan antara status sosial ekonomi orang tua dan sosialisasi keluarga dalam menunjang prestasi belajar siswa di sekolah. Pengumpulan datanya dilakukan dengan cara observasi dan wawancara secara mendalam. Agar data mempunyai validitas yang kuat, maka dilakukan cross chek terhadap orang tua, teman siswa serta guru dari sampel utama tersebut. Guna memperoleh gambaran yang nyata, selain wawancara dilakukan juga observasi, serta penyebaran angket kepada 100 orang responden (siswa), pengamatan serta pengumpulan data sekunder sebagai data pendukung. Pemilihan 8 sampel utama dalam penelitian ini berdasarkan pertimbangan khusus dengan rnelalui kriteria tertentu dan keterbatasan waktu penelitian , terdiri dari 4 siswa jurusan IPA yang orang tuanya mempunyai status sosial ekonomi "tinggi" , dan 4 orang siswa jurusan IPS yang orang tuanya mempunyai status sosial ekonomi "rendah".
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa status sosial ekonomi tidak berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Artinya bahwa siswa yang berasal dari keluarga yang status sosial ekonomi tinggi, walaupun banyak kesempatan memiliki berbagai fasiiitas yang diberikan keluarga seperti bimbingan beiajar, les privat, kebutuhan bulcu, komputer, penyediaan ruang belajar khusus dan lain sebagainya, belum menjamin berpretasi tinggi di sekolah. Sedangkan di sisi yang lain bahwa siswa yang berasal dari keluarga yang status sosial ekonomi rendah, walaupun tidak dilengkapi fasilitas keluarga, tetapi sebagian dari sampel tersebut ada yang beprestasi tinggi. Hasil penelitian memberikan kecenderungan bahwa kemampuan untuk memiliki dan menggunakan berbagai fasilitas pendidikan, ternyata hampir sebagian besar responden yang memiliki prestasi belajar "tinggi" memanfaatkan secara maksimal fasilitas-fasilitas yang menunjang kegiatan belajar. Sedangkan yang tidak mcmanfaalkan secara maksimal fasilitas-fasilitas tersebut walaupun dari golongan status sosial ekonomi tinggi, temyata prestasi belajar siswa "rendah".
Hasil wawancara yang mendalam terhadap responden utama dan didukung oleh pengamatan terhadap 100 siswa, temyata ada variabel lain yang cukup menentukan dalam pencapaian prestasi belajar siswa, variabel tersebut adalah sosialisasi anak di dalam keluarga. Artinya siswa yang berasal dari status sosial ekonomi "tinggi", kalau tidak ada perhatian dad orang tua dan alokasi pembagian belajar yang tepat di rumah serta tidak aktif (jarang) berkomunikasi dengan keluarga, temyata ada kecenderungan bahwa prestasi belajar siswa tersebut ?rendah?, begitu juga sebaliknya, dan dari responden pendukung ditemukan pula bahwa kebanyakan siswa yang mendapatkan pelajaran tambahan seperti : les privat, bimbingan belajar, dan kelompok belajar, mempunyai prestasi tinggi, hanya sebagian kecil saja siswa yang mempunyai prestasi rendah.
Berdasarkan temuan tersebut, dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar siswa tidak hanya ditentukan oleh status sosial ekonomi saja, tetapi juga faktor lain yang berasal dari sosialisasi siswa dalam keluarga. Salah satu faktor lain yang berpengaruh terhadap prestasi belajar adalah kemampuan (IQ).
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan kepada orang tua, gum sebagai pendidik, manajemen sekolah, komite sekolah , peneliti lain serta institusi pendidikan ( Dinas Pendidikan dan Departemen Pendidikan Nasional ) untuk lebih memperhatikan anak/siswa dalam proses pembelajarannya dengan melihat latar belakang kondisi status sosial ekonomi yang dimiliki sehingga nantinya siswa tersebut dapat memperoleh prestasi belajar yang diinginkan."
Depok: Universitas Indonesia, 2005
T21537
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Maulany Din El Fath
"ABSTRAK
Organisasi dituntut dapat bersaing pada era revolusi industri 4.0. Kondisi ini menyebabkan organisasi membutuhkan karyawan dengan keterikatan kerja tinggi sebagai aset yang menentukan arah kinerja dan daya saing perusahaan. Dukungan sosial merupakan salah satu prediktor yang diduga berperan kuat pada keterikatan karyawan. Penelitian ini terdiri atas dua studi, yaitu studi pertama bertujuan untuk melihat pengaruh dukungan sosial terhadap keterikatan di PT XYZ dan studi kedua bertujuan untuk memberikan intervensi berupa program peningkatan dukungan sosial. Studi 1 terhadap 11 karyawan Departemen F PT XYZ menggunakan kuesioner Utrecht Work Engagement Scale 9 Version (UWES-9) oleh Schaufeli, Bakker dan Salanova (2006) dan kuesioner Coworker Support oleh Tews, Michel dan Ellingson (2013). Hasil Studi 1 menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan dari dukungan sosial terhadap keterikatan kerja (r0.64, p .05). Hasil Studi 1 kemudian dilanjutkan dengan melakukan Studi 2 yakni melaksanakan intervensi berupa program peningkatan dukungan sosial antar rekan kerja yang diberi nama We4Us. Hasil evaluasi pembelajaran menunjukkan adanya peningkatan mean pengetahuan tentang dukungan sosial yang signifikan (Z -1.99, p.05). Hasil evaluasi perilaku terhadap dukungan sosial menggunakan metode time series, ditemukan tidak terdapat peningkatan yang signifikan ( X4.34, p.05), dan terakhir uji beda sebelum dan sesudah intervensi pada variabel dukungan sosial tidak menunjukkan peningkatan yang signifikan (Z -0.17, p.05).

ABSTRACT
Organizations were in high demand to compete in the 4.0 industrial revolution. This era made the organization needs employees with high work engagement as assets that determine the competitiveness and performances of the company. Social support as predictors that suspected of having a substantial role in employee engagement. This research consisted of two studies the first study aimed to see the effect of social support on engagement at PT XYZ and the second study designed to provide an intervention in the form of a program to increase social support. Study 1 consisted of 11 employees from the F Department of PT XYZ with the used of The Utrecht Work Engagement Scale 9 Version (UWES-9) questionnaire by Schaufeli, Bakker, and Salanova (2006) and the Coworker Support Questionnaire by Tews, Michel, and Ellingson (2013). Study 1 showed that there is a significant relationship between social support to work engagement (r 0.64, p .05). The results of Study 1 then continued with Study 2, which carried out an intervention program to increase social support among the employees named We4Us Workshop. Evaluation of learning showed a significant increase in employees knowledge of social support (Z -1.99, p .05). Evaluation of behavior using time series method revealed no significant increment (X2 4.34, p .05). The last is pretest-posttest of social support did not show any considerable increment (Z -0.17,p .05).
"
2019
T55174
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratna Djuwita
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1981
S2371
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>