Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 215318 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1990
S2720
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Endang Sulistyawati
"ABSTRAK
Matematika merupakan salah satu ilmu dasar yang harus dikuasai
sebagai Iandasan pengembangan teknologi. Dalam dunia pendidikan,
matematika mempunyai peran yang penting dalam mengembangkan
kemampuan berpikir logis. Demikian pentingnya matematika, sehingga
diajarkan seoara luas melalui berbagai jenjang pendidikan dari Sekolah
Dasar sampai Sekolah Menengah Umum, salah satunya adalah SMU.
Diharapkan pelajaran matematika di SMU menjadi Iatar belakang yang
cukup untuk memuIai pendidikan akademik.
Di Indonesia matematika merupakan salah satu mata pelajaran
yang dijadikan acuan untuk memasukkan siswa pada jurusan tertentu sesuai
dengan bakat, kemampuan maupun minat siswa. Pada kurikulun tahun
1994, tidak terdapat pelajaran matematika untuk jurusan IPS. Dengan
dikurangi atau ditiadakannya peIajaran matamatika di SMU, ini berarti
mengurangi kesempatan siswa untuk memilih bidang keahliannya.
Disamping itu, pada saat ini dimana siswa jurusan IPA maupun IPS
mempunyai kesempatan yang sama dalam memilih jurusan di perguruan
tinggi. Pada seleksi ujian masuk perguman tinggi, pelajaran matamatika
dijadikan salah satu persyaratan ujian. Hal ini akan mengurangi daya saing
siswa jurusan IPS yang tidak mendapatkan pelajaran matematika
dibandingkan dengan siswa jurusan IPA.
Berdasarkan fenomena yang ada, didapat gambaran bahwa dengan tidak
adanya pelajaran matematika pada jurusan IPS, seringkali pemilihan jurusan IPS yang dilakukan oleh siswa karena menghindar dari pelajaran
matematika.
Penelitian ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan apakah terdapat
perbedaan persepsi kebermaknaan matematika antara siswa SMU jurusan
IPA dan jurusan IPS. Hipotesa yang diuji adalah tardapat perbedaan yang
signifikan antara persepsi kebermaknaan matematika siswa jurusan IPA dan
jurusan IPS. Alat yang digunakan adakah kuesioner yang berbentuk skala.
Teori yang digunakan adalah teori persepsi, yang menjelaskan mengenai
pengertian persepsi, serta hal-hal yang berhubungan dengan proses
terjadinya persepsi. Kemudian dijeIaskan pula mengenai teori matematika,
yaitu tentang pengertian matematika, peranan matematika dalam kehidupan
yang terdiri dari empat tujuan utama yaitu tujuan kebermanfaatan, tujuan
sosial, tujuan budaya serta tujuan pribadi. Dilanjutkan dengan teori
kebermaknaan matematika yang merupakan implementasi dari ke empat
tujuan utama matematika.
Subyek penelitian yaitu siswa jurusan IPA dan IPS. Pengambilan sampel
dilakukan secara incidental sampling, di bimbingan belajar Ganesha cabang
Rawamangun. Alat yang digunakan dalm penelitian ini yaitu kuesioner
tentang persepsi kebermaknaan matematika yang berbentuk skala.
Pengolahan data penelitian dilakukan dengan teknik statistik deskriptif.
Dari hasil penelitian, diperoleh hasil bahwa tidak terdapat perbedaan
yang signifikan terhadap persepsi kebermaknaan matematika antara siswa
jurusan IPA dan jurusan IPS.
Terdapat beberapa saran yang dapat dilakukan, yaitu dilakukan
penyempurnaan alat, dilakukan kontrol terhadap variabel-variabeI yang
berpengaruh terhadap penelitian sepeti kecerdasan, sikap, minat maupun
guru matematika. Disarankan pula sampel penelitian diambil dari siswa SMU
kelas II yang belum dijuruskan pada jurusan IPA dan IPS sehingga sesuai
dengan tujuan peneIitian."
1998
S2498
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Herni Lestyaningsih
"Tesis ini membahas tentang kesiapan sebuah puskesmas kecamatan di wilayah DKI Jakarta yang akan dialih fungsi menjadi rumah sakit kelas D untuk memenuhi kebutuhan ruang rawat inap kelas tiga yang kerap kali tidak dapat dipenuhi oleh rumah sakit yang ada di DKI Jakarta, terutama setelah diberlakukannya Kartu Jakarta Sehat (KJS) sejak November 2011 yang dilanjutkan dengan diberlakukannya Jaminan Kesehatan nasional (JKN) sejak Januari 2014. Penelitian ini dilakukan dengan cara kombinasi antara penelitian kuantitatif dan kualitatif, dimana penelitian primer yang dilakukan adalah penelitian kuantitatif deskriptif dengan metode cross sectional dan dilengkapi penelitian kualitatif untuk menunjang hasil penelitian kuantutatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa puskesmas kecamatan Kramat Jati belum siap untuk menjadi Rumah sakit umum kelas D berdaarkan dua instrumen penelitian yang didapat dari standar nasional (Permenkes 56/20140 dan standar internasional (standar akreditasi JCI 2011), maka diperlukan waktu dan strategi tertentu guna mewujudkan puskesmas kecamatan Kramat jati menjadi rumah sakit kelas D.

This focus of this study is about the preparedness of a district health centers in Jakarta which will converted into a hospital function class D to meet the needs of inpatient ward three classes which often can not be met by existing hospital in Jakarta, especially after the enactment of Healthy Jakarta Card (KJS) since November 2011, followed by the enactment of national Health Insurance (JKN) since January 2014. the study was conducted by means of a combination of quantitative and qualitative research, which is the primary research conducted quantitative research with cross sectional descriptive and qualitative research comes to support research kuantutatif.
The results showed that Kramat Jati district health center is not ready to be a general hospital grade D yet, by two research instruments that were obtained from the national standard (Permenkes 56/20140 and international standards (JCI accreditation standards, 2011), it takes time and a certain strategy in order to make a change Kramat Jati district helath center in to general hospital grade D."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T42806
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"This research is a correlation study between learning approach and achievement in mathematics of third grade science major of "X" Senior High School in Bandung. The samples selection for this research used simple random sampling method and the samples of this research are 60 students. The instrument used to collect the data about learning approach was adapted from questionnaire that was developed by John Biggs (1987). It is called The Revised Two-Factor Learning Process Questionnaire (R-LPQ-2F) that consist of 40 items. With the validation starting from 0.401 until 0.795 and the reliability is 0.638. Whereas the instrument used to measure achievement in mathematic is from final score of mathematic major. The collected data was mannered by Spearman's correlation using SPSS 15. From the final result we can see that the correlation between surface approach and mathematic final score is 0.062 and the correlation between deep approach and mathematic final score is 0.155. The conclusions are there is no significant correlation between surface approach and mathematic final score, and also there is no significant correlation between dep approach and mathematic final score"
MAILMAR
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Puji Hartono
"Perkembangan suatu masyarakat atau negara mempunyai hubungan yang erat dengan pertumbuhan golongan terpelajar atau cendekiawan di dalam masyarakat tersebut. Negara yang pada waktu ini mempunyai keunggulan dalam bidang tehnik tenaga nuklir, elektronika atau kedokteran, berarti negara itu telah memiliki tenaga ahli yang cukup tangguh sesuai dengan disiplin ilmu yang mendukung kegiatan tersebut. Meskipun suatu negara dapat memperoleh bantuan tenaga ahli dari luar negeri, tetapi ia tidak dapat bersandar sepenuhnya terhadap tenaga ahli asing ditinjau dari kepentingan Ketahanan Nasional suatu bangsa. Ketergantungan terhadap tenaga ahli asing sangat merugikan negara-negara yang sedang berkembang di dalam menghadapi masa depan yang penuh ketidakpastian itu. Tidak ada sahabat yang kekal dan tidak ada pula musuh yang abadi di dalam hubungan internasional.
Yang selalu ada dan diperjuangkan ialah kepentingan nasional (national interest) dari masing-masing bangsa. Berbagai kepentingan nasional di dalam hubungan internasional kadangkadang sejalan, tetapi kadang-kadang dapat pula berbeda, sehingga dapat mencapai bentuk konflik yang tajam. Banyak aspek golongan terpelajar di dalam suatu masyarakat. Edward Shils yang pertama melukiskan dimensi-dimensi cendekiawan di dalam suatu bangsa yang sedang berkembang. Dengan mempergunakan perspektif sosiologis ditampilkan gambaran secara umum (profil) seorang cendekiawan sebagai seorang pembaharu, perumus sasaran-sasaran baru dan sebagai penjabar sikap tidak setuju. Mereka sering tampil sebagai seorang yang disiksa oleh rasa alienasinya.
Sedangkan Soedjatmoko melukiskan profil cendekiawan di negara yang sedang berkembang dengan memperhatikan sejauh mana mereka dibatasi oleh dilema yang dihadapinya, meneliti dari dalam konflik-konflik internnya. Dilema yang menimbulkan konflik intern yang utama adalah hubungan para cendekiawan dengan kekuasaan. Mereka menyadari bahwa kekuasaan yang berada di tangannya merupakan syarat mutlak agar pandangan-pandangannya dapat menjadi kenyataan. Tetapi apabila mereka terlibat dalam suatu tanggung jawab politik dan pemerintahan secara langsung akhirnya mereka mengabdikan diri pada kekuasaan, di mana mereka tidak lagi babas menyatakan pendapatnya sesuai dengan disiplin ilmu yang mereka kuasai, karena posisinya di dalam birokrasi."
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1988
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fariz Dwi Fathan
"Latar Belakang Kesiapan bersekolah merupakan hal yang sangat penting karena berpengaruh positif terhadap kemampuan anak untuk lulus dari sekolah dasar. Salah satu faktor yang memengaruhi kesiapan bersekolah adalah Screen Time. Penelitian sebelumnya mengenai hubungan antara Screen Time dan kesiapan bersekolah menunjukkan bahwa terdapat asosiasi antara peningkatan Screen Time dan kesiapan bersekolah anak. Akan tetapi, penelitian-penelitian sebelumnya belum pernah diadakan di Indonesia. Oleh sebab itu, penelitian ini betujuan untuk menentukan hubungan antara Screen Time dan kesiapan bersekolah pada anak usia prasekolah. Metode Desain penelitian cross-sectional digunakan pada anak usia prasekolah di TK Negeri Menteng 01 dan TK Negeri Cilacap untuk mencari hubungan antara kedua variable. Penelitian dilakukan dengan membandingkan jumlah Screen Time subjek per hari menggunakan kuesioner SmallQ (Surveillance of digital media habits in early childhood questionnaire) dengan hasil pemeriksaan kesiapan bersekolah anak menggunakan kuesioner Brigance Early Childhood Screens III untuk anak 3-5 tahun. Hasil Dari 69 subjek pada penelitian ini, 16 subjek berusia empat tahun (23,18%) dan 53 subjek berusia lima tahun (76,81%) yang mana 33 orang subjek berkelamin laki-laki (47,82%) dan orang subjek 36 berkelamin perempuan (52,17%) yang mayoritas di antaranya memiliki orang tua dengan pendidikan terakhir SMA (50,84%) dan S1 (30,5%). Pengukuran menggunakan instrumen menunjukkan bahwa 37 dari 69 subjek memiliki Screen Time yang lebih (53,62%) dan 19 dari 69 subjek belum siap bersekolah (27,53%). Hasil analisis antara Screen Time terhadap kesiapan bersekolah tidak menunjukkan adanya hubungan yang bermakna secara statistic (p=0,328). Kesimpulan Screen Time tidak berhubungan langsung dengan kesiapan bersekolah pada anak usia prasekolah karena masih terdapat banyak faktor lainnya yang turut berperan dalam kesiapan bersekolah.

Introduction School readiness is very important due to its positive influence on the ability of children to graduate from elementary school. One of the factors that affect school readiness is screen time. Previous studies that correlate screen time and school readiness show an association between the two of them. However, there have yet to be any studies on the same topic in Indonesia. Therefore, this study aims to determine the relation between screen time and school readiness in preschool-aged children. Method A cross-sectional research design was used for preschool children at TK Negeri Menteng 01 dan TK Negeri Cilacap to find the relationship between the two variables. The research was conducted by comparing the number of subjects' screen time per day using the SmallQ questionnaire (Surveillance of digital media habits in early childhood questionnaire) with the results of children's school readiness examination using the Brigance Early Childhood Screens III questionnaire for children with the age of 3-5 years old. Results The 69 subjects in this study consisted of 16 subjects aged four years (23.18%) and 53 subjects aged five years (76.81%) of which 33 subjects were male (47.82%) and 36 subjects were male. women (52.17%) the majority of whom have parents with a high school education (50.84%) and bachelor's degree (30.5%). By using the instruments, it was found that 37 of 69 subjects had more screen time (53.62%) and 19 of 69 subjects were not ready for school (27.53%). The results of the analysis between Screen Time and school readiness did not show a statistically significant relationship (p=0.328). Conclusion Screen time is not directly related to school readiness in preschool children because there are many other factors that play a role in school readiness."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Widya Yovita Ersalina
"Peningkatan angkatan kerja dan terbatasnya lapangan pekerjaan menyebabkan persaingan ketat bagi lulusan baru. Persiapan yang baik dan kemampuan adaptabilitas tinggi, termasuk ketangguhan belajar, sangat penting untuk menghadapi tantangan ini dan memenuhi kebutuhan pasar kerja. Dengan demikian, penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan ketangguhan belajar dengan kesiapan kerja pada lulusan baru dengan menggunakan metode korelasi. Partisipan penelitian merupakan mahasiswa diploma maupun sarjana yang pernah mengikuti magang, merupakan lulusan baru selama tiga tahun terakhir berusia 21-25 tahun, dan berkewarganegaraan Indonesia. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian adalah Learning Agility Scale (LAS) untuk ketangguhan belajar dan Work Readiness Scale (WRS) untuk kesiapan kerja. Data diambil secara daring menggunakan kuesioner melalui Google Form. Hasil penelitian menunjukan bahwa ketangguhan belajar memiliki hubungan yang positif dan signifikan terhadap kesiapan kerja. Hubungan tergolong memiliki effect size besar yang berarti ketangguhan belajar berhubungan kuat dengan kesiapan kerja. Hasil penelitian mendukung hipotesis bahwa ketangguhan belajar berkorelasi positif dengan kesiapan kerja, di mana semakin tinggi tingkat ketangguhan belajar, semakin tinggi kesiapan kerja. Sebaliknya, individu dengan tingkat ketangguhan belajar yang rendah cenderung memiliki kesiapan kerja yang rendah. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi penelitian dasar yang membahas mengenai ketangguhan belajar dan kesiapan kerja pada lulusan baru yang dapat dikembangkan lebih lanjut nantinya.

The increase in the workforce and the limited job opportunities create intense competition for new graduates. Good preparation and high adaptability, including learning agility, are crucial to facing these challenges and meeting labor market demands. Therefore, this study aims to examine the relationship between learning agility and work readiness in new graduates using a correlation method. The participants of the study are diploma and bachelor's degree students who have interned, are new graduates from the last three years, aged 21-25 years, and are Indonesian citizens. The measurement tools used in this study are the Learning Agility Scale (LAS) for learning agility and the Work Readiness Scale (WRS) for work readiness. Data were collected online using a questionnaire via Google Form. The results showed that learning agility has a positive and significant relationship with work readiness. The relationship has a large effect size, indicating a strong correlation between learning agility and work readiness. The findings support the hypothesis that learning agility positively correlates with work readiness; the higher the level of learning agility, the higher the work readiness. Conversely, individuals with low levels of learning agility tend to have low work readiness. This study is expected to serve as a foundational study discussing learning agility and work readiness among new graduates that can be further developed in the future."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yus Havid Wahyu Finansyah
"Dalam paradigma baru sistem pemerintahan daerah di Indonesia, DPRD mempunyai kedudukan sejajar dan menjadi mitra pemerintah daerah. DPRD telah berfungsi sebagai lembaga perwakilan rakyat di daerah yang merupakan wahana pemberdayaan untuk melaksanakan demokrasi Pancasila. DPRD melakukan agregasi dan artikulasi kepentingan rakyat yang diwakilinya, merupakan ukuran kualitas penyelenggaraan fungsi sebagai wakil rakyat. Berhasil tidaknya pemberdayaan DPRD sebagai lembaga tergantung dari berhasil tidaknya DPRD melaksanakan fungsinya.
Sedangkan dalam pelaksanaan penegakan hukum, pemerintah belum memberi rasa keadilan dan kepastian hukum. Para penegak hukum (polisi, jaksa, hakim dan pengacara) di lapangan masih kurang professional. Karena itu, perlu adanya pembenahan aparat penegak hukum.
Untuk mewujudkan demokrasi dan tertib hukum di tataran lokal dibutuhkan lembaga perwakilan rakyat daerah dan aparat penegak hukum lokal yang berdaya dan profesional agar berpengaruh terhadap terwujudnya ketahanan daerah sebagai bagian integral ketahanan nasional.
Penelitian ini mengkaji pengaruh variabel pemberdayaan DPRD (X1) dengan variabel ketahanan daerah (Y), variabel pembenahan aparat penegak hukum (X2) terhadap variabel ketahanan daerah (Y) serta variabel pemberdayaan DPRD (Xl) dan variabel pembenahan aparat penegak hukum (X2) secara bersama-sama terhadap variabel ketahanan daerah (Y).
Berdasarkan perhitungan statistik berkorelasi dan analisa jalur dapat dikatakan bahwa pengaruh pemberdayaan DPRD dan pembenahan aparat penegak hukum terhadap ketahanan daerah kota Surabaya sangat signifikan setelah diuji statistik inferensial sehingga dapat diambil kesimpulan:
1. Terdapat pengaruh positif dan signifikan antara variabel pemberdayaan DPRD (X1) terhadap variabel ketahanan daerah (Y) dengan besar koefisien korelasi = 2,077.
2. Terdapat pengaruh positif dan signifikan antara variabel pembenahan aparat penegak hukum (X2) terhadap variabel ketahanan daerah (Y) dengan besar koefisien korelasi = 4,213.
3. Terdapat pengaruh positif dan signifikan antara variabel pemberdayaan DPRD (X1) dan variabel pembenahan aparat penegak hukum (X2) terhadap variabel ketahanan daerah (Y) dengan besar koefisien korelasi = 2,961.
Dengan demikian dapat dikatakan sebagai akhir dari penelitian ini bahwa ketiga variabel tersebut diatas telah terbukti memiliki korelasi secara positif dan signifikan.

In new paradigm of local government system in Indonesia, local house of representatives or local legislative as an institution of people's representative in territory is a vehicle toward making empowerment to realize the democracy based on Pancasila. Local House of Representatives is independent institution and to stand on his own feet, not as a part of local government anymore. The local House of Representatives ability in doing an aggregation and an articulation of interest of the represented people is a measured quality of the operation of its function as a people representative. Local House of Representatives success or failure as an institution depends on the success of its members to realize the function.
So, in performed to law enforcement, the government not to give justice feel and law certainty yet. The law enforcement officers (police, district attorney, judge and lawyer) in the field do not professional yet. Because that, to improvement the law enforcement officers it's very necessary.
To achieve democracy and law order in local level to need House of Representatives people and officers law enforcement local of strongly or empowerment and professional in order to achieve region resilience as part by national resilience integral.
In this research recite the influence of variable local House of Representatives empowerment (X1) with variable region reliance (Y), variable improvement the law enforcement officer (X2) with variable region reliance (Y) and variable local House of Representatives empowerment (X1) and variable improvement the law enforcement officer (X2) together with variable region reliance (Y).
Based on the procedure of correlation statistic counting and the stripe analytic it is taken the conclusion as below:
1. The correlation coefficient of positive and significance between variable local house of representatives empowerment (X1) in front of variable region reliance (Y) with coefficient of correlation 2,077.
2. The correlation coefficient of positive and significance between variable improvement the law enforcement officer (X2) in front of variable region reliance (Y) with coefficient of correlation 4,213.
3. Both correlation coefficient of positive and significance between variable local house of representatives empowerment (X1) and improvement the law enforcement officer (X2) in front of variable region reliance (Y) with coefficient of correlation 2,961.
So, let's say that as the end of this research those the three variable have been proved process a positive correlation and significantly.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2004
T14794
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tiara Puspaningrum
"Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi hubungan antara Work Locus of Control (Work LoC) dan kesiapan kerja (Work Readiness) pada lulusan baru. Hipotesis utama penelitian ini adalah adanya hubungan positif signifikan antara internal Work LoC dan kesiapan kerja. Metode korelasi digunakan dalam penelitian ini, dengan melibatkan 302 partisipan WNI berusia 21–25 tahun yang merupakan lulusan baru dengan pengalaman magang. Instrumen yang digunakan adalah Work Locus of Control Scale (WLCS) untuk mengukur Work LoC dan Work Readiness Scale (WRS) untuk mengukur kesiapan kerja. Penyebaran kuesioner dilakukan secara daring. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara orientasi internal Work LoC dan tingkat kesiapan kerja yang lebih tinggi. Temuan ini mendukung hipotesis awal dengan effect size besar, yang menunjukkan adanya hubungan yang kuat antara internal Work LoC dan kesiapan kerja. Kesimpulannya, lulusan baru yang merasa memiliki kendali atas hasil di tempat kerja (orientasi internal Work LoC) cenderung lebih mampu mengembangkan atribut-atribut yang membuat mereka siap dan sukses dalam karier mereka. Institusi pendidikan dan organisasi disarankan untuk mengembangkan program yang meningkatkan internal Work LoC guna menunjang kesiapan kerja lulusan baru.

This study aims to explore the relationship between Work Locus of Control (Work LoC) and work readiness. The primary hypothesis of this research is the existence of a significant positive relationship between internal Work LoC and work readiness. A correlational method was employed involving 302 Indonesian participants aged 21–25 years who were recent graduates with internship experience. The instruments used were the Work Locus of Control Scale (WLCS) to measure Work LoC and the Work Readiness Scale (WRS) to measure work readiness. Questionnaires were distributed online. The results indicate a significant positive relationship between internal Work LoC and higher levels of work readiness. These findings support the initial hypothesis with a large effect size, indicating a strong relationship between internal Work LoC and work readiness. In conclusion, graduates who feel in control of outcomes in the workplace (internal Work LoC) tend to develop attributes that make them more prepared and successful in their careers. Educational institutions and organizations are encouraged to develop programs that enhance internal Work LoC to support the work readiness of new graduates."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yosef Sutarkun
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1988
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>