Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 112793 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tanti Budi Suryani
"ABSTRAK
Sejak 1989, konflik antar etnik menjadi akar kekerasan yang
menggantikan perang antara negara bangsa di dunia. Konflik etnik menjadi unik
karena penanganannya menjadi resisten terhadap upaya resolusi yang sifatnya
rasional karena seringkah memperebutkan tujuan-tujuan yang tidak terukur salah
satunya adalah etnosentrisme. Kelompok - kelompok etnik dapat bertikai yang
disebabkan oleh etnosentrisme, dapat dijelaskan melalui proses transmisi
kebudayaan setiap kelompok etnik dalam enkulturasi. Pada masa enkulturasi
individu mempelajari apa yang menjadi standar alamiah kelompoknya dalam
melakukan perbandingan antarkelompok. Sumner (1906) menyebutnya sebagai
etnosentrisme, untuk menggambarkan situasi penerimaan dari siapa yang secara
kultural seperti dirinya dan penolakan terhadap siapapun yang berbeda. Melalui
sosialisasi, individu menggunakan sentimen primordial untuk mendefinisikan
batas-batas kultural yang dimiliki oleh kelompoknya berbeda dari kelompok yang
lain. Etnosentrisme ini kemudian dijelaskan dengan menggunakan teori identitas
sosial dari Tajfel (1970)
Dari catatan rangkaian konflik antar etnis di Indonesia, konflik di KalBar
cukup memprihatinkan. Pertama, karena hingga bulan Januari 2000, terdapat
68.934 orang pengungsi etnis Madura. Dan sampai kini proses penanganan baik
korban konflik antarsuku yang mengungsi maupun rekonsiliasi antar etnis yang
bertikai belum menunjukkan hasil yang menggembirakan. Kedua, dari sejarah
konflik di KalBar dapat diasumsikan bahwa konflik yang teijadi sudah sangat
mengakar dan laten sifatnya. Yang sulit untuk dipercaya kemudian adalah bahwa
dalam 11 kali konflik sebelumnya antara suku Madura dan suku Dayak, suku
Melayu berada di pihak yang netral.
Hubungan yang semula dinilai sangat mesra berdasarkan penelitian
Sudagung (1984) ternyata terdapat beberapa fakta yang menunjukkan akan adanya
perbedaan budaya yang mendasari konflik diantara orang Melayu dengan orang
Madura. Dimana identitas agama Islam yang semula mempersatukan mereka,
ternyata pada awal kasus Parit setia runtuh dan etnis Melayu merasa dianggap
kafir dan dihina. Perbedaan budaya lainnya yang tidak dapat diterima oleh suku
Melayu adalah: kebiasaan membawa senjata tajam di tempat-tempat umum dan
sangat mudah untuk menggunakannya dalam pemecahan masalah, pendirian
tempat ibadah yang secara eksklusif, serta pelaksanaan pernikahan yang
eksklusif (Alqadrie 1999). Dari penjelasan dan fakta-fakta yang dikemukakan di atas dapat diketahui
bahwa faktor yang membuat terjadinya konflik terbuka dapat disebabkan oleh
sejarah permusuhan sebelumnya, stereotip yang terbangun tentang suku Madura
dalam periode saat hidup berdampingan, serta dominasi suku Madura sebagai
kelompok pendatang terhadap suku Melayu yang menjadi penduduk asli.
Disamping itu dalam konflik antar etnis Melayu dan etnis Madura terdapat
perbedaan budaya yang mendasarinya. Hal ini menimbulkan perkembangan
superioritas kelompok dan inferioritas kelompok lain yang dikenal dengan istilah
etnosentrisme. Etnosentrime kedua suku tersebut sangat mungkin terjadi melalui
proses identifikasi sosial pada masa enkulturasi dan sosialisasi dari masingmasing
kelompok etnis. Maka menjadi hal yang menarik untuk diteliti sejauh
mana etnosentrisme etnis Melayu Sambas terhadap etnis Madura di Sambas
dengan menggunakan kerangka sudut pandang teori Identifikasi Sosial yang
diawali studi mengenai perilaku antar kelompok oleh Henri Tajfel (1970).
Pengambilan data secara kuantitatif dan kualitatif. Tehnik pengambilan
sampel yang digunakan adalah accideAtal sampling. Instrumen yang digunakan
adalah kuesioner. Hasil yang diperoleh dalam pengolahan data secara kuantitatif
berupa skor mean skala alat ukur etnosentrisme dan dimensi-dimensinya. Disain
kualitatif yang dipilih pada penelitian ini berupa studi kasus.
Hasil penelitian menunjukkan derajat etnosentrisme yang cukup tinggi dari
orang melayu Sambas terhadap orang Madura di KalBar. Gambaran
etnosentrisme orang Melayu Sambas memilliki kecenderungan untuk menilai
segala sesuatu berdasarkan acuan nilai yang dimiliki kelompok daripada
kecenderungan untuk menganggap kelompoknya lebih unggul dibandingkan
kelompok lain. Gambaran etnosentrisme orang Melayu Sambas di KalBar pada
dimensi orientasi pada kelompok diwujudkan dalam penekanan pada
pembentukan identitas sosial yang positif terhadap kelompok sendiri. Penanaman
nilai dalam mendidik anak mengenai cara-cara kekerasan yang digunakan dalam
interaksi dengan etnis Madura memiliki derajat yang paling kecil. Gambaran
etnosentrisme orang Melayu Sambas di KalBar pada dimensi superioritas
kelompok diwujudkan dalam bentuk penggunaan perbandingan sosial antar
kelompok sebagai dasar untuk mengevaluasi identitas sosial, dimana untuk
memperoleh identitas sosial yang positif, perbandingan difokuskan pada
pembentukan aspek positif terhadap kelompok sendiri. Sementara perwujudan
dimensi superioritas kelompok dalam bentuk merendahkan budaya dan kelompok
lain memiliki derajat yang kecil. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara
variabel demografi dengan dimensi etnosentrisme yang dimiliki subyek penelitian.
Saran yang dapat diajukan dalam penelitian ini adalah jumlah subyek
yang terlibat dalam penelitian lanjutan pelu ditambah untuk memberikan
gambaran yang lebih akurat mengenai derajat etnosentrisme subyek. Selain itu
mengingat item-item pernyataan unfavorable yang sangat sedikit pada alat
penelitian ini yang digunakan untuk menghindari respon negatif subyek, maka
pada penelitian lanjutan perlu digunakan metode open-ended question yang
bertujuan menggali informasi tentang sikap, pandangan dan perasaan subyek
terhadap kelompok tertentu tanpa membuat subyek merasa dipojokkan."
2002
S3126
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yurizal Firdaus
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2001
S3007
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hendra Wijaya
2001
S2778
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alifa Nisfiyani
"Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisa tingkat etnosentrisme konsumen di kalangan mahasiswa FISIP UI khususnya pada produk sepatu lokal juga apakah ada perbedaannya berdasarkan jenis kelamin.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan jumlah sampel sebanyak 100 orang mahasiswa dari berbagai jurusan. Instrumen penelitian ini menggunakan kuisioner dan menggunakan metode non probability sampling dalam penggunaannya.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat etnosentrisme konsumen pada produk sepatu lokal di kalangan mahasiswa FISIP UI cukup tinggi dan tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan.

The objective of this research is to analyze the level of consumer ethnocentrism among FISIP UI students especially towards local shoes product, also to see if there is any difference based on gender.
This research using quantitative method and the total sample is 100 students of FISIP UI. Using questionaire as research instrument and collected it with non probability sampling method.
The result of this research shows that level of consumer ethnocentrism towards local shoes product among FISIP UI students is not too high and also there is no difference between boys and girls.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
S45805
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amalia Winne Sulistya
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran etnosentrisme konsumen, citra negara, citra produk skincare Korea, pengetahuan subjektif dan appearance consciousness dalam memprediksi minat konsumen dalam membeli produk skincare impor menggunakan theory of planned behavior. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini merupakan 719 penduduk Indonesia dengan rentang usia 18 tahun keatas yang pernah menggunakan skincare Korea dan berpartisipasi dalam penelitian ini menggunakan survei online. Penelitian ini menggunakan Structural Equation Modeling (SEM) dalam mengolah data. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa etnosentrisme memiliki efek negative terhadap keinginan untuk membeli skincare korea, tetapi citra skincare Korea, pengetahuan subjektif dan appearance consciousness secara positif mempengaruhi minat untuk membeli produk skincare Korea. citra negara memberikan dampak positif pada citra skincare Korea begitupula dengan sikap konsumen dan perchieve behavior control memiliki dampak positif pada keinginan untuk membeli skincare Korea. Hal ini dapat disimpulkan bahwa semakin baik citra negara Korea dimata konsumen maka citra produk skincare Korea akan ikut meningkat dan meningkatkan sikap pembelian konsumen yang akan mendorong keinginan untuk membeli produk dari negara tersebut sedangkan jika konsumen memiliki tingkat etnosentrisme yang tinggi maka sikap pembelian konsumen akan rendah dan menurunkan keinginan untuk membeli skincare dari negara pengimpor.
The purpose of this study is to examine the role of consumer ethnocentrism, country image, Korean skincare image, subjective knowledge and appearance consciousness in predicting consumer purchase intention of imported skincare products using theory of planned behavior. The sample used in this study was 719 Indonesian consumers from 18 year old and above who have purchased Korean skincare participated in this study using an online survey. This research uses Structural Equation Modeling (SEM) in processing data. The results of this study indicate that consumer ethnocentrism had a negative effect on the intention to purchase Korean skincare, but the image of Korean skincare products, subjective knowledge and appearance consciousness positively affected intention to purchase Korean skincare products. Country image had a positive effect on the image of Korean skincare products as well as purchase attitudes and perceived behavior control had a positive effect on the intention to purchase Korean skincare. It can be concluded that the better the country image of Korea in the eyes of consumers, the image of Korean skincare products will also increase and increase consumer purchasing attitudes that will encourage the desire to buy imported products whereas if consumers have a high level of ethnocentrism, consumer purchasing attitudes will be low and reduce the desire to buy skincare from the importing country."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mustopa
"Penelitian ini berangkat dari fenomena warga Tionghoa yang memeluk Islam. Tidak sebagaimana agama Hindu atau Katolik, beralihnya warga keturunan Tionghoa pada agama Islam melahirkan ragam wacana dan pendapat, terutama di Indonesia yang mayoritas penduduknya beragama Islam. Peralihan agama yang dilakukan sebagian komunitas ini menyisakan sejumlah persoalan terutama karena masih kuatnya kesenjangan pergaulan antara warga keturunan Tionghoa dengan warga pribumi. Sebagian orang kemudian mempertanyakan, benarkah orang-orang Tionghoa telah memeluk Islam?
Meski tema dan wacana pembauran sudah jauh ditinggalkan secara akademis, namun tema ini tetap menjadi agenda bahasan sebagian warga keturunan Tionghoa yang selama ini masih mendapat sangkaan-sangkaan buruk dan perlakuan diskriminatif dari masyarakat pribumi Indonesia. Dalam kaitan dengan pembauran ini sebagian kalangan menilai, bahwa di antara media yang paling bisa mempertemukan dan mendekatkan warga Tionghoa dengan penduduk pribumi adalah dengan menjadi Muslim. Alasannya sederhana, bahwa dengan memeluk agama yang dipeluk mayoritas pribumi, warga Tionghoa dengan sendirinya akan diterima dengan baik dan juga diperlakukan secara baik dan alamiah oleh warga pribumi. Alasan demikian mengemuka karena Islam menjadikan seorang Muslim sebagai saudara bagi Muslim lainnya.
Masalah kemudian muncul. Fakta di lapangan menunjukkan, bahwa dengan menjadi Muslim tidak serta merta warga Tionghoa diterima dan disambut dengan baik oleh warga pribumi. Sebagian memang merasa senang dan menerima dengan tangan terbuka warga Tionghoa yang sudah menjadi Muslim. Namun, sebagian warga pribumi yang lain tidak menganggap sama sekali kelslaman warga Tionghoa. Kalangan ini menilai, bahwa pasti ada sesuatu yang disembunyikan warga Tionghoa terkait dengan Islam yang mereka peluk. Sebagian warga pribumi ini lantas mencurigai dan mempertanyakan keislaman warga Tionghoa di Indonesia.
Dan pihak Tionghoa sendiri terungkap, bahwa tidak semua dari warga keturunan ini memeluk Islam karena alasan dan keyakinannya pada agama tersebut. Sebagian memang memeluk Islam karena faktor hidayah (petunjuk) yang diterima orang Tionghoa yang bersangkutan. Namun, ada beberapa juga dari mereka yang memeluk Islam bukan karena alasan Islam semata, atau karakul tertarik dengan ajaran-ajarannya, tapi karena ada kepentingan lain di balik itu. Alasan yang lazim mengemuka dalam lslamnya warga Tionghoa dalam kasus ini adalah soal perkawinan, atau agar urusan dan kepentingan bisnis mereka menjadi lancar.
Kerangka teori yang digunakan untuk menjelaskan masalah ini adalah teori hubungan antar suku bangsa. Teori tersebut dikembangkan oleh karena jalinan hubungan yang tercipta di antara mereka, sepanjang sejarahnya, melahirkan stereotip dan prasangka pada masing-masing pihak. Stereotip dan prasangka inilah yang kemudian dijadikan acuan penilaian masing-masing pihak dalam memandang, memahami dan mengikapi komunitas yang dianggap berbeda, yakni warga Tionghoa terhadap warga pribumi, dan warga pribumi terhadap warga Tionghoa. prasangka ini sendiri, sebagaimana diterangkan Mclemore, dilatarbelakangi oleh sejumlah factor. Di antara factor utama yang melatarbelakangi stereotip adalah transmisi budaya, pengalaman pribadi, dan identitas group atau etnosentrimse.
Dan situ kemudian terlihat, bahwa ktsangsian warga pribumi terhadap keislaman warga Tionghoa dilatarbelakangi oleh kuatnya stereotip dan prasangka yang bersarang dalam kesadaran warga pribumi. Kesadaran demikian dimiliki warga pribumi dan tertanam kuat dalam budaya yang mereka miliki dan sekaligus menjadi media penilaian mereka saat berinteraksi dengan warga Tionghoa. Dengan kata lain. kesadaran yang tidak baik ini menjadi modal yang kuat bagi warga pribumi untuk menilai siapa dan bagaimana sesungguhnya warga Tionghoa, dan bagaimana pula Islam yang mereka anut.
Menjelaskan pendapat Suparlan (2004), Islam dalam hal ini karenanya bukanlah media yang bisa mencairkan hubungan warga pribumi dengan warga Tionghoa. Islam dalam kerangka ini hanya menjadi media yang berpotensi menciptakan pembauran dan kedekatan warga pribumi dan Tionghoa. Menjadi Islam, dengan kata lain, tidak otomatis meneiptakan kcdekatan warga pribumi dengan etnik Tionghoa. Elemen sejati yang bisa menciptakan kedekatan dan mencairkan kebekuan hubungan warga pribumi dengan warga Tionghoa adalah pergaulan dan komunikasi yang inten di antara mereka."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2006
T22546
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Erviena Haniev
"Industri halal dunia saat ini mengalami perkembangan yang pesat, akan tetapi di Indonesia sendiri perkembangan industri halal relatif lebih lambat dibandingkan negara-negara Islam lain. Saat ini Indonesia merupakan konsumen produk makanan halal terbesar di dunia, akan tetapi hal tersebut belum menjadikan Indonesia sebagai produsen utama produk makanan halal. Pada sektor makanan cepat saji di Indonesia, merek restoran cepat saji asing pun masih lebih mendominasi dibandingkan restoran cepat saji lokal. Beragamnya restoran cepat saji di Indonesia baik lokal maupun asing membuat konsumen Indonesia dihadapkan pada berbagai faktor yang akan menentukan produk makanan atau minuman dari restoran cepat saji mana yang akan dikonsumsi. Beberapa faktor tersebut diantaranya adalah religiusitas, animosity atau rasa kebencian, serta etnosentrisme.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh religiusitas, animosity, dan etnosentrisme konsumen Muslim Indonesia terhadap penilaian produk dan pembelian produk makanan atau minuman dari restoran cepat saji asal Amerika Serikat. Sampel pada penelitian ini adalah konsumen Muslim Indonesia yang minimal berusia 17 tahun dan mengetahui restoran cepat saji asal Amerika Serikat di Indonesia. Data diolah menggunakan metode Structural Equation Modelling dengan software Lisrel 8.5.1.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa animosity dan religiusitas berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pembelian produk makanan atau minuman dari restoran cepat saji asal Amerika Serikat. Akan tetapi pada penelitian ini, etnosentrisme tidak berpengaruh signifikan terhadap pembelian produk makanan atau minuman dari restoran cepat saji asal Amerika Serikat. Penelitian ini juga menunjukkan etnosentrisme dan religiusitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap animosity, serta religiusitas juga berpengaruh positif dan signifikan terhadap etnosentrisme. Disamping itu, penelitian ini juga menemukan bahwa etnosentrisme berpengaruh negatif dan signifikan terhadap penilaian produk, namun demikian variabel animosity tidak berpengaruh signifikan pada penilaian produk makanan atau minuman dari restoran cepat saji asal Amerika Serikat.
Terakhir, hasil dari penelitian ini juga menunjukkan bahwa penilaian produk berpengaruh positif dan signifikan terhadap pembelian produk makanan atau minuman dari restoran cepat saji asal Amerika Serikat.Industri halal dunia saat ini mengalami perkembangan yang pesat, akan tetapi di Indonesia sendiri perkembangan industri halal relatif lebih lambat dibandingkan negara-negara Islam lain. Saat ini Indonesia merupakan konsumen produk makanan halal terbesar di dunia, akan tetapi hal tersebut belum menjadikan Indonesia sebagai produsen utama produk makanan halal. Pada sektor makanan cepat saji di Indonesia, merek restoran cepat saji asing pun masih lebih mendominasi dibandingkan restoran cepat saji lokal. Beragamnya restoran cepat saji di Indonesia baik lokal maupun asing membuat konsumen Indonesia dihadapkan pada berbagai faktor yang akan menentukan produk makanan atau minuman dari restoran cepat saji mana yang akan dikonsumsi. Beberapa faktor tersebut diantaranya adalah religiusitas, animosity atau rasa kebencian, serta etnosentrisme.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh religiusitas, animosity, dan etnosentrisme konsumen Muslim Indonesia terhadap penilaian produk dan pembelian produk makanan atau minuman dari restoran cepat saji asal Amerika Serikat. Sampel pada penelitian ini adalah konsumen Muslim Indonesia yang minimal berusia 17 tahun dan mengetahui restoran cepat saji asal Amerika Serikat di Indonesia. Data diolah menggunakan metode Structural Equation Modelling dengan software Lisrel 8.5.1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa animosity dan religiusitas berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pembelian produk makanan atau minuman dari restoran cepat saji asal Amerika Serikat. Akan tetapi pada penelitian ini, etnosentrisme tidak berpengaruh signifikan terhadap pembelian produk makanan atau minuman dari restoran cepat saji asal Amerika Serikat.
Penelitian ini juga menunjukkan etnosentrisme dan religiusitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap animosity, serta religiusitas juga berpengaruh positif dan signifikan terhadap etnosentrisme. Disamping itu, penelitian ini juga menemukan bahwa etnosentrisme berpengaruh negatif dan signifikan terhadap penilaian produk, namun demikian variabel animosity tidak berpengaruh signifikan pada penilaian produk makanan atau minuman dari restoran cepat saji asal Amerika Serikat. Terakhir, hasil dari penelitian ini juga menunjukkan bahwa penilaian produk berpengaruh positif dan signifikan terhadap pembelian produk makanan atau minuman dari restoran cepat saji asal Amerika Serikat.

The global halal industry is currently experiencing rapid growth, yet it is a contradictory for Indonesia of which its development of halal industry is relatively slower than other Islamic countries. This also includes the halal food sector in which Indonesia has become the largest consumer market but it still not able to become the main producer. Moreover, in terms of the fast food sector, the existence of foreign fast food restaurant still dominates the market. The various fast food restaurants in Indonesia both local and foreign make Indonesian consumers face many factors in determining from which fast food restaurant they should buy the foods or beverages. Some of these factors include the religiosity, animosity, as well as ethnocentrism.
This research aims to analyze the influence of religiosity, animosity and ethnocentrism towards the product judgment and the purchase of food or beverage products from US fast food restaurants among Indonesian Muslim consumers. The sample of this research was Indonesian Muslim consumers who are at least 17 years old and aware of the US fast food restaurants in Indonesia. The data then was processed using the Structural Equation Modelling SEM method with Lisrel 8.5.1 software.
The result shows that the animosity and religiosity have significant negative effect on the purchase of US fast food restaurants rsquo products. However, in this study, ethnocentrism has no significant effect on US fast food restaurants rsquo products purchase. This study also shows that ethnocentrism as well as religiosity has a significant positive effect on animosity, and religiosity also has a significant positive effect on ethnocentrism.
In addition, this study also found that the ethnocentrism has a significant negative effect on product judgment, while animosity has no significant effect on product judgment. Lastly, the results of this research also show that product judgment has a significant positive effect on US fast food restaurants rsquo products purchase.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakhran Dyra Suwandi,author
"Dalam dunia yang saling terhubung, produsen sering mengembangkan rantai pasokan global. Artinya, produk mungkin sebenarnya tidak diproduksi di mana merek itu lahir. Banyak produk, tak terkecualikan mobil, outsourcing produksi ke negara-negara berkembang, seperti Indonesia, dan mengambil keuntungan dari pengurangan biaya tenaga kerja, antara lain. Terlepas dari asal-usul merek, muncul pertanyaan apakah lokasi perakitan suatu produk menjadi sebuah faktor kunci bagi konsumen untuk dipertimbangkan. Penelitian ini akan melakukan menelaah tentang hubungan antara COA dan penilaian produk, dimediasikan oleh etnosentrisitas konsumen. Dalam survei ini, responden dibagi menjadi dua kelompok akan mengevaluasi produk yang sama, dengan spesifikasi yang sama, hanya dengan COA yang berbeda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada efek signifikan diantara COA dan evaluasi produk, maupun dengan moderasi oleh etnosentrisme konsumen.

In a world that is becoming more interconnected, producers often develop globalized supply chains. That is, a product may not actually be produced where its brand had originated. Many products, especially automobiles, have outsourced their production to developing countries like Indonesia to take advantage of lower labor costs among other reasons. That being said, questions emerge on whether where a product is assembled, regardless of its brand origin, will be a major factor for consumers to consider. The research will perform a study into the relationship between COA and product evaluation moderated by consumer ethnocentrism. The study will divide respondents into four groups based on the stimuli they will receive. The stimuli will be based on the corresponding COA. They will then answer questions pertaining to the evaluation of the product given in the stimulus, their consumer ethnocentrism, and their demographics. The results show that there is a no significant correlation between a product's COA and their product evaluation. Furthermore, consumer ethnocentrism has no significant effects toward the relationship between COA and product evaluation."
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Naomi Tessania
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh cosmopolitanism terhadap consumer ethnocentrism, domestic product quality, domestic purchase intentions dan foreign product purchase behavior pada jenis produk fashion di Indonesia. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain riset konklusif, dengan metode kuantitatif yang akan dilakukan satu kali dalam satu periode (single crosssection). Penelitian ini disebar dengan konteks sampel yakni 187 responden yang merupakan responden yang telah memiliki pendapatan sendiri dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. menggunakan Structural Equation Modeling (SEM) dengan menggunakan software Lisrel 8.51 dalam mengolah dan menganalisis data yang didapatkan dari kuesioner.
Hasil penelitian ini membuktikan bahwa tidak terdapat pengaruh signifikan pada variabel cosmopolitanism terhadap consumer ethnocentrism, domestic product quality, dan foreign product purchase behavior. Namun terdapat pengaruh signifikan positif pada variabel consumer ethnocentrism terhadap domestic product quality dan domestic purchase intentions. Selain itu terdapat pengaruh signifikan negatif pada variabel domestic purchase intentions dengan foreign product purchase behavior.

This study determine the effect on consumer ethnocentrism cosmopolitanism, domestic product quality, purchase intentions and foreign domestic product purchase behavior on the kind of fashion products in Indonesia. Design research used in this study is conclusive research design, quantitative method to be performed one time in one period (single crosssection). This research is disseminated in the context of 187 sample respondents who are respondents who have had their own income to supply their daily needs. Structural Equation Modeling (SEM) using software lisrel 8.51 in processing and analyzing the data obtained from the questionnaire.
Results of this study prove that there was no significant effect on the variable cosmopolitanism against consumer ethnocentrism, quality domestic product and foreign product purchase behavior. However there is a significant positive effect on the variable consumer ethnocentrism against domestic domestic product quality and purchase intentions. In addition there is a significant negative effect on the variable purchase intentions with the foreign domestic product purchase behavior.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cindy Yanci
"ABSTRAK
Dalam beberapa dekade terakhir, penelitian mengenai brand telah memperoleh perhatian banyak pihak. Hal-hal yang berkaitan dengan brand, seperti brand love dan brand engagement merupakan salah satu hal yang menarik untuk dipelajari lebih lanjut. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis pengaruh dari brand love, brand image dan brand personality terhadap brand engagement dengan ethnocentrism sebagai faktor moderasi dengan menggunakan studi kasus brand fashion lokal di Indonesia. Responden dalam penelitian ini adalah orang-orang yang pernah membeli brand fashion lokal spesifik pada pakaian atau clothing. Metode pengolahan data yang digunakan adalah Structural Equation Model SEM . Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa excitement tidak memiliki pengaruh positif terhadap brand love, dan brand image tidak memiliki pengaruh positif terhadap WOM. Namun, dengan adanya moderasi ethnocentrism maka pengaruh excitement terhadap brand love dan brand image semakin besar. Brand love memiliki pengaruh positif terhadap WOM yang akhirnya menciptakan brand advocacy.

ABSTRACT
In the last few decades, research on the brand has gained the attention of many parties. Matters related to the brand, such as brand love and brand engagement is one of the interesting things to be studied further. This study was conducted to analyze the effect of brand love, brand image and brand personality on brand engagement with ethnocentrism as a moderating factor by using case studies of local fashion brand in Indonesia. Respondents in this study were people who has ever buy a specific brand of local fashion on clothing. Data processing method used is Structural Equation Model SEM . The results of this study indicate that the excitement does not have a positive influence on brand love and brand image does not have a positive effect on WOM. However, the presence of ethnocentrism moderating the influence of excitement to the brand love and brand image even greater. Brand love to have a positive effect on WOM finally creating brand advocacy. "
2017
S66518
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>