Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 200366 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hanum Kusuma Dewi
"Sirkulasi koran mulai turun sementara pembaca media online terus berkembang. Tren tersebut terjadi di perusahaan media di Indonesia sehingga mendorong surat kabar untuk menerbitkan versi online dan menimbulkan konvergensi. Konvergensi mempengaruhi pola alur kerja jurnalistik dalam ruang redaksi. Penelitian ini bertujuan menggambarkan pola dan alur kerja dalam ruang redaksi berkonvergensi di Bisnis Indonesia, sebuah surat kabar harian ekonomi nasional. Metode penelitian kualitatif dilakukan dengan cara wawancara mendalam dan observasi untuk mengambil data. Informan adalah pekerja jurnalistik dalam struktur redaksi Bisnis Indonesia, terdiri dari pemimpin redaksi, dua redaktur pelaksana, satu redaktur berita, dan dua reporter. Hasil penelitian menemukan adanya konsep multi-skilled journalist, pembagian konten bersama (content sharing), rolling deadlines, dan alur kerja yang menyatu. Selain itu, ditemukan juga istilah newsroom 2.0 yang merupakan proses ruang redaksi yang menuju ke arah konvergensi.

Newspaper circulation globally was seen declining while the number of online readers was rising. The trend happened in Indonesian media companies and encouraging newspapers to publish their online version, leading to convergence. Convergence influenced the pattern and workflow of journalism in a newsroom. The study aimed at describing the pattern and workflow of journalism in a converged newsroom at Bisnis Indonesia, a national daily business paper. A qualitative research method was done by doing in-depth interviews and observations to get the data. Informants were journalists working in Bisnis Indonesia?s newsroom, including the editor in chief, two managing editors, one news editor, and two reporters. The research found that the concept of multiskilled journalist, content sharing, rolling deadlines,and converging workflow existed. Moreover, there was the idea of newsroom 2.0, which showed a newsroom leading to a convergence.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012
T30462
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ermanto Fahamsyah
Yogyakarta : Cinta Pena, 2005
070.4 ERM m
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Zhenia Ayu Wanditha
"Jurnalis/wartawan pada era keterbukaan informasi ini memiliki peran penting dalam hal menyebarkan informasi. Dalam memperoleh pemberitaan, wartawan harus bertemu dengan praktisi humas yang juga melakukan aktivitas media relations untuk memperoleh publikasi. Artikel ini berfokus pada peran humas dalam menyikapi praktik wartawan amplop. Kegiatan khusus media relations digunakan untuk membina hubungan yang baik dengan media massa agar mendapatkan reputasi dan citra positif perusahaan.Hubungan dengan media massa ini dibutuhkan praktisi humas yang kredibel dan memiliki kemampuan untuk berhubungan baik dengan media massa. Selain itu, praktisi humas juga dituntut mampu bertindak profesional dengan membuat siaran berita yang bernilai berita, sehingga dapat bersaing dengan berbagai berita dari perusahaan lain yang dikirimkan ke media tersebut. Dengan hubungan media yang baik dan sikap professional ini diharapkan praktik wartawan amplop dikalangan wartawan dan praktisi humas dapat berkurang, bahkan dihapuskan. Dalam artikel ini juga turut mewawancarai beberapa praktisi jurnalis dan humas. Kode Etik Jurnalistik dan Kode Etik Perhumas dijadikan acuan yang kuat dalam makalah ini.

As a journalist at the era of information has an important role to spread the information correctly. To get the better news, journalist has to meeta PR practioners wiht also do the media relatons in return to get the publications. In this article will focused on PR rsquo s role in addressing the envelope of journalism, special case for media relations will used to have a better relationship with masss media to have a good company reputation. In relation with mass media, we need a credible PR practitioners which has a good relationship with journalist. In addition , practitioner public relations must capable of acting professional by making a newa with news worth, so that can compete with news from other company. In that way we hope it will reduce an envelope of journalism practice. In this article also interviewed some of PR practitioners and journalist. Code of Journalistic Ethics and Code of PR Ethics.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Wina Armada Sukardi
Jakarta: Dewan Pers, 2007
070.4 WIN c
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Rintan Puspita Sari
"Bentuk kekerasan terhadap jurnalis mengalami perubahan seiring dengan perubahan zaman. Persekusi doxing, istilah yang masih cukup awam dalam kekerasan terhadap jurnalis, nyatanya terjadi di era media sosial seperti sekarang. Media sosial digunakan untuk melakukan persekusi doxing terhadap jurnalis. Istilah persekusi sendiri selama ini erat dikaitkan dengan bentuk kekerasan yang terjadi secara fisik, merundung orang beramai-ramai. Sementara doxing, diketahui sebagai bentuk membuka identitas seseorang untuk kemudian beramai-ramai dihujat, atau tindakan penyelewengan lainnya. Dalam catatannya AJI mengungkap selain kekerasan fisik, ada bentuk kekerasan baru yang dialami wartawan saat ini yang dikategorikan oleh AJI sebagai doxing atau persekusi secara online. Kasus doxing terbaru terjadi pada jurnalis Liputan 6.com, Cakrayuri Nuralam. Peristiwa ini terjadi ketika ia menulis artikel tentang cek fakta untuk verifikasi adanya isu kalau politisi PDI Perjuangan Arteria Dahlan cucu dari pendiri PKI di Sumatra Barat (sumber: www.detik.com, 24/9/2020). Direktur Lembaga Bantuan Hukum Pers, Ade Wahyudin juga mengatakan bahwa sebaiknya media mulai berani untuk melawan buzzer yang berusaha memfitnah, tidak harus menindak dengan pasal pidana, tapi bisa digunakan pasal perdata Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana persekusi doxing memunculkan viktimisasi sebagai pola baru kekerasan jurnalis. Dengan menggunakan metode wawancara mendalam terhadap beberapa narasumber dari kalangan jurnalis ataupun organisasi jurnalis, penelitian berhasil menemukan kesamaan pola terjadinya persekusi doxing, serta ditemukannya kecenderungan untuk berdamai atas suatu peristiwa karena alasan tertentu.

Forms of violence against journalists have changed with the changing times. Doxing persecution, a term that is still quite common in violence against journalists, has actually happened in the era of social media like now. Social media is used to doxing persecution of journalists. So far, the term persecution is closely related to forms of violence that occur physically, bullying people in groups. Meanwhile, doxing is known as a form of revealing one's identity and then getting blasphemed or other acts of abuse. In its notes, AJI revealed that apart from physical violence, there are new forms of violence experienced by journalists at this time which are categorized by AJI as doxing or online persecution. The latest doxing case happened to Liputan 6.com journalist, Cakrayuri Nuralam. This incident occurred when he wrote an article about a fact check to verify the issue that PDI-P politician Arteria Dahlan was the grandson of the PKI founder in West Sumatra (source: www.detik.com, 24/9/2020). Director of the Legal Aid Institute for the Press, Ade Wahyudin also said that the media should be brave enough to fight against buzzers who try to slander them, not to act with criminal articles, but to use civil articles. This research was conducted to find out how doxing persecution creates victimization as a new pattern of journalist violence. By using the in-depth interview method with several sources from journalists or journalist organizations, the research has succeeded in finding a common pattern of doxing persecution, as well as finding a tendency to reconcile an event for certain reasons."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
T-pdf;T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dendy Sugono
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, 1991
499.221 5 DEN k
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Supriyono B. Sumbogo
"Indonesia is dangerous country to journalist. Vertical and horizontal conflict which still happened in this state bring to comer journalist. Defeated Daily journalist of Bernas daily from Yogyakarta, Udin, before reform era in year 1996, civil war ini Timor East October 1999 or defeated RCTI Ersa Siregar journalist in Aceh, becoming black sheet in Indonesia journalistic world.
Attendance of Undang-Undang Nomor.40/1999 Tentang Pers, which for example meant to arrange mechanism of solving of dispute between mass media with source of news, do not have spur. Source of more opting news go through band punish as according to Criminal Code (KUHP) or Civil Code (KUHPerdata) with accusation denigrated, affronting, or harming materially. Source of news may even exist which play judge alone, than using rights answer or have recourse Council Mass media to finish case Though, rights answer and mediasi by Council Mass media more suggested by Law Mass media. But the source of news which feel getting disadvantage by news usually assume usage of insufficient answer rights to indemnify or cure good name.
Biggest threat is society which not yet ready to or not yet comprehended liberty of the press. Because, to come the envisioned democratic atmosphere is not easy. Various aspiration and importance each other impinging bearing hardness network in the middle of society, both for conducted by police, military, functioner, or mass premanisme actions, what it is true have been started since before reform spandrel opened. At reform era, threat of a kind come from individual, including state officer, and society group in is multifarious of pressure form or hardness to media and journalist.
Alliance Journalist Indonesia (AJI) indicate that at period 1 January till 15 May 2000 happened 43 hardness case to journalist, both for conducted by society, police, military, or governmental functionaly. Koalisi Antikekerasan note even also do not far differ from AJI note. At least in range of time 365 day commencing from 3 May 2000 up to 3 May 2001 have happened 118 wounded case of liberty of the press.
Asian Note South East of Press Alliance ( SEAPA) mention that in the year 2000 hardness case to tired journalist of number 147 case, year 2001 going down to become 97 case, and go down again become 72 case in the year 2002, and in the early July 2003 only 54 case along the happening of military conflict in Nanggroe Acheh Darussalam ( NAD). Whereas, AJI note happened 27 violences to journalist in the year 2004. For the year of 2005 there is no data which can be made guidance. But, hardness to mass media remain to happen in a number of place.
On the contrary, Indonesia mass media even also like to fish guest speaker dander. Moment resource person answer " comment no", for example, this words interpreted as confession and approval. Method journalistic demand to be mass media report on by fair, cover both sides, well-balancedly, and fair and continue to side wide of importance, is frequently disregarded. Scorpion happened various riot action, violence, and badness, mass media is even also alleged as hardness agent. Thereby, mass media not merely as hardness victim, good hardness physical and also non physical, but also act as hardness perpetrator."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2005
T22592
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Haq Nur
"Tabloid Suara Islam memiliki budaya organisasi yang terbentuk dari nilai-nilai religius, dalam hal ini nilai-nilai dalam agama Islam. Salah satu penerapan nilai tersebut telihat pada penetapan aturan untuk jurnalis perempuan. Penetapan aturan khusus untuk jurnalis perempuan dilatarbelakangi oleh kesadaran akan peran perempuan sebagai ibu dan penanggung jawab rumah tangga. Kedua peran ini menjadi tantangan bagi perempuan yang bekerja sebagai jurnalis karena adanya waktu kerja yang fleksibel dan dinamis. Tabloid Suara Islam berusaha mengakomodasi kedua peran ini dengan meletakkan nilai-nilai kasih sayang, perlindungan, dan kepemimpinan.
Metode penelitian yang digunakan adalah wawancara dan observasi. Hasilnya, dari nilai-nilai tersebut terbentuk peraturan-peraturan khusus bagi jurnalis perempuan. Peraturan tersebut antara lain tidak adanya penugasan liputan malam hari, tidak adanya penugasan ke luar kota bagi perempuan yang memiliki anak balita dan pendampingan terhadap jurnalis perempuan jika meliput ke luar kota. Aturan lain adalah pemberian cuti hamil selama empat bulan bagi jurnalis perempuan dan adanya konsensus mengenai kepemimpinan perempuan.

Tabloid Suara Islam has an organization culture based on religious values, in this case, Islam. One of the implementation of the values is shown in the work rules for woman journalist. The awareness of woman’s domestic function, as mother and the one who is responsible of household, determines the making of those rules. The domestic function becomes such a challenge for woman who works as journalist which has dinamic and flexibility of timework. Tabloid Suara Islam is trying to accommodate both of those roles by placing consideration in affection, protection, and leadership values.
The methods used in this research are literature study, observation, and interview. This research gives result that the values believed by Tabloid Suara Islam have impacts in media rules’s making, especially the work rules of woman journalist. The rules are 1) Woman journalist is not given night shift 2) Woman journalist doesn’t do reporting outside the city 3) Pregnancy break given for four months 4) Certain consensus is made in matter of woman leadership.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
MK-PDF
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Kharishar Kahfi
"Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi melahirkan media sosial di tengah-tengah masyarakat. Dalam bidang jurnalisme, media sosial - khususnya Twitter - sering digunakan dalam pekerjaan jurnalis dalam mengumpulkan dan menyebarkan informasi. Hal ini melahirkan potensi media sosial Twitter sebagai online public sphere (ruang publik daring). Permasalahan yang ingin diteliti dalam skripsi ini adalah apakah jurnalis Metro TV telah memanfaatkan potensi Twitter sebagai ruang publik daring dengan meng-tweet (mencuit) informasi terkait isu publik dan berinteraksi dengan khalayak.
Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pemanfaatan potensi Twitter sebagai ruang publik daring dilihat dari informasi yang dicuit jurnalis dan interaksi mereka dengan khalayak. Skripsi ini menggunakan asumsi teoritis ruang publik daring yang berangkat dari konsep ruang publik yang digagas oleh Jurgen Habermas serta kerangka konseptual partisipasi jurnalis dalam ruang publik daring di media sosial Twitter dilihat dari topik cuitan dan interaktivitas dengan akun lain. Penelitian dengan metode analisis isi kuantitatif dilakukan untuk melihat topik yang dibahas oleh jurnalis dalam cuitan yang dihasilkannya serta interaktivitas jurnalis dengan publiknya.
Dari hasil penelitian yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa jurnalis Metro TV sudah mulai memanfaatkan Twitter sebagai ruang publik daring yang ditunjukkan dengan jumlah cuitan dengan topik yang berkaitan dengan publik lebih banyak daripada cuitan dengan topik pribadi meskipun partisipasi aktif baru ditunjukkan kepada jurnalis yang menggunakan akun profesional mereka. Meskipun demikian, pemanfaatan tersebut belum maksimal karena belum banyak diskusi antara jurnalis Metro TV dengan publik di Twitter yang ditandai dengan minimnya interaksi antar ajurnalis dengan pengguna Twitter lainnya.

The development of information and communication technology inspire the emergence of social media in internet. For journalism, social media - especially Twitter - is often used on journalism works to gather and spread information. This thing makes Twitter have a potential to be a new online public sphere. Problems want to be solved in this research is whether Metro TV journalists have utilize Twitter's potential to be online public sphere by spreading information of public affair and interact with public in it.
The purpose of this research was to find the utilisation of Twitter's potential to become online public sphere by looking on the topics of journalists? tweets and their interaction with public. This research used conceptual framework of online public sphere, which derived from Jurgen Habermas public sphere concept. A quantitative content analysis research was conducted to see topics discussed on journalist's tweets and their interactivity with the public.
Based on the research, we can conclude that Metro TV journalists have tweeted informations about public affairs though they only do it with their professional account instead of personal account. They also have not interacted with public that much on Twitter.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
S65128
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: ISAI dan Yayasan Alumni Tempo, 1997
070.4 SEA
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>