Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 57759 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nareswari Worohapsari
"Skripsi ini membahas mengenai sikap dari masyarakat Jepang dalam mengkonsumsi barang mewah bermerek. Teori mengenai orientasi kelompok yang dianggap dapat mewakili masyarakat Jepang juga turut memberikan dampak terhadap pola pikir konsumen Jepang dalam mengkonsumsi barang mewah bermerek untuk menjaga konformitas. Akan tetapi penolakan dari beberapa ahli mengenai orientasi kelompok dalam masyarakat Jepang juga dapat terlihat dari non-konformitas masyarakat Jepang dalam mengkonsumsi barang mewah bermerek. Keduanya saling

The focus of this study is about Japanese society behavior concerning luxury branded goods consumption. Theory of collectivism that can represent Japanese society also give an impact on Japanese consumer way of thinking concerning luxury branded goods consumption for conformity. But some social scientists refuse about theory of collectivism in Japanese society. We can see non-conformity of Japanese society from their behavior concerning luxury branded goods consumption."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2012
S42066
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Hana
"Penelitian ini menguji faktor-faktor yang mempengaruhi sikap terhadap produk tiruan dari produk bermerek mewah, yaitu kesadaran akan merek, kepuasan pribadi, kesadaran akan nilai, inferensi harga-kualitas, pengaruh sosial, dan gengsi suatu merek. Berdasarkan data dari 212 konsumen dapat diketahui bahwa kesadaran akan nilai, inferensi harga-kualitas, dan pengaruh sosial memiliki pengaruh yang signifikan terhadap sikap terhadap produk tiruan dari produk bermerek mewah. Sedangkan kesadaran akan merek, kepuasan pribadi, dan gengsi suatu merek tidak memiliki pengaruh yang siginifikan tehadap sikap terhadap produk tiruan dari produk bermerek mewah. Sikap terhadap produk tiruan dari produk bermerek mewah memiliki pengaruh yang signifikan terhadap intensi pembelian produk tiruan dari produk bermerek mewah.

This paper examines the factors that influence the attitudes towards counterfeit luxury brand, which are brand conscious, personal gratification, value conscious, price-quality inference, social influence, and brand prestige. Based on data collected from 212 consumers, value conscious, price-quality inference, and social influence were found to significantly influence attitudes towards counterfeit luxury brand. There was no significant relationship with brand conscious, personal gratification, and brand prestige. Attitudes towards counterfeit luxury brand were found to influence intention to purchase counterfeit luxury brand."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2011
T29949
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Yohanes Aryo Wijanarko
"Tesis ini membahas tentang pengenaan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) terhadap penyerahan apartemen mewah meliputi identifikasi terhadap praktek-praktek penghindaran pajak oleh pelaku usaha serta perlunya dibuat batasan-batasan hukum yang jelas sebagai solusi strategis untuk menciptakan kepastian hukum. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan desain deskriptif. Hasil penelitian menyarankan adanya pemeriksaan pajak (tax audit) secara menyeluruh kepada pelaku usaha serta perubahan-perubahan mendasar pada pasal tertentu yang berkenaan dengan PPnBM."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2009
T26111
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Yohanes Aryo Wijanarko
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2009
T37203
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Angela Levi Nurtjahyo
Depok: Universitas Indonesia, 2001
S24236
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tazkia Azzahra
"

Dalam beberapa tahun terakhir, pasar barang mewah secara konsisten menunjukkan pertumbuhan yang signifikan di seluruh dunia. Makalah ini mengusulkan sebuah analisis tentang bagaimana budaya mempengaruhi konsumsi barang mewah, khususnya antara dua budaya yang berbeda: Indonesia dan Belanda. Penelitian ini berfokus pada pengaruh self-construal (interdependent vs independent) terhadap konsumsi barang mewah saat pembelian dilakukan secara online vs offline. Pertama, efek utama menunjukkan perbedaan antara konstruksi diri yang saling bergantung vs. konstruksi diri yang independen, khususnya tentang perbedaan konsumsi barang mewah untuk kedua budaya. Kedua, efek moderasi dari pembelian online vs. offline juga dimasukkan untuk menganalisis apakah ini membuktikan lebih jauh perbedaan antara konsep diri yang saling tergantung dan mandiri saat membeli barang mewah. Berdasarkan penelitian sebelumnya, diharapkan bahwa self-construal yang saling bergantung memiliki konsumsi barang mewah yang lebih tinggi, terutama ketika pembelian dilakukan secara offline, sedangkan yang diharapkan untuk independent self-construal adalah kebalikannya. Penelitian ini mengadopsi desain antar subjek 2x2 dengan mengumpulkan sampel sebanyak 170 partisipan dari Indonesia dan Belanda. ANCOVA satu arah, ANCOVA dua arah, serta ANOVA dua arah dilakukan untuk menganalisis data. Penelitian ini tidak dapat mengkonfirmasi hipotesis, namun tetap memberikan implikasi teoritis dan manajerial untuk pasar barang mewah. Terakhir, keterbatasan dan rekomendasi untuk penelitian masa depan juga disediakan.


In the past years, the luxury goods market has consistently shown significant growth all over the world. This paper proposes an analysis of how culture affects luxury consumption, more specifically between two different cultures: Indonesia and the Netherlands. This study focuses on the effect of self-construal (interdependent vs. independent) on luxury consumption when purchase is done online vs. offline. Firstly, the main effect showed distinction between interdependent self-construal vs. independent self-construal, specifically on how luxury consumption differs for both cultures. Secondly, the moderating effect of online vs. offline purchase was also incorporated to analyze whether this further proves the distinction between interdependent and independent self-construal when purchasing luxury goods. Based on prior research, it was expected that interdependent self-construal has higher luxury consumption, especially when purchase is done offline, while the opposite was expected for independent self-construal. This research adopts a 2x2 between-subjects design by collecting samples of 170 participants from Indonesia and the Netherlands. A one-way ANCOVA, two-way ANCOVA, as well as two-way ANOVA were performed to analyze the data. This research was not able to confirm the hypotheses, however it still provides theoretical and managerial implications for the luxury market. Lastly, limitations and recommendations for future research are also provided.

"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pratiwi Setyaningrum
"Penelitian ini membahas tentang usulan penghapusan dan penurunan tarif Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPnBM) produk elektronik konsumsi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis dasar pemikiran adanya usulan penghapusan dan penurunan tarif PPnBM atas produk elektronik konsumsi. Di samping itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis penghapusan dan penurunan tarif PPnBM atas produk elektronik konsumsi ini ditinjau dari fungsi budgetair dan regulerend pajak. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan desain deskriptif. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam dan literatur yang berasal dari artikel, buku, peraturan dan sumber lain.
Hasil penelitian menyimpulkan dasar pemikiran usulan penghapusan dan penurunan tarif PPnBM atas produk elektronik konsumsi ini adalah penyesuaian produk elektronik konsumsi sebagai barang mewah dengan karakteristik antara lain adalah harganya yang mahal, memiliki Elastisitas Permintaan yang elastis dan memiliki Elastisitas Permintaan terhadap Pendapatan lebih dari 1. Kemudian, ditinjau dari fungsi budgetair pajak, dapat menimbulkan potential loss PPnBM. Namun, dalam jangka panjang potential loss PPnBM tersebut dapat tertutupi melalui adanya peningkatan PPN dan PPh Badan. Sedangkan ditinjau dari fungsi regulerend pajak, bertujuan untuk memberikan insentif pajak bagi industri elektronika nasional agar mampu merangsang investasi. Berkaitan dengan fungsi regulerend PPnBM, tidak sejalan dengan maksud dan tujuan pengenaan PPnBM bila pemerintah tidak selektif dalam mengkategorikan produk elektronik konsumsi sebagai barang mewah karena hanya semata-mata bertujuan untuk melindungi produk elektronik konsumsi buatan lokal.

This research study the suggestion about luxury tax rate elimination and reduction on consumer electronic product. The purpose of this study was to know and analyze basis of thinking about luxury tax rate elimination and reduction on consumer electronic product. It also analyzed about luxury tax rate elimination and reduction on consumer electronic product based on budgetair and regulerend tax function. This research used qualitative approach with descriptive analysis. The data were collected by means of deep interview and also literatures from articles, books, rules, and other sources.
The results of this research conclude that the basis of thinking about possibility of luxury tax rate elimination and reduction on consumer electronic product is adjustment of consumer electronic product as luxurious good with its characteristics, such as: high price, elastic demand and have income elasticity of demand exceed from one. Beside that based on budgetair tax function, the luxury tax rate elimination and reduction on consumer electronic product will cause potential loss on this tax but in long-term it will be covered by revenue from other tax such as the increase of VAT and Corporate Income Tax. Based on regulerend tax function, its purpose is to give tax incentive for national industries in order to stimulate investment. Yet, it will not be in accordance with the intention of luxury tax if government do not categorize selectively consumer electronic product as luxurious good because it is only purposed merely to protect local consumer electronic product."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1991
S18189
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Iswani Jam`ani
"ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan dengan studi empiris untuk melihat bagaimana pengaruh
penghapusan pajak penjualan barang mewah minuman ringan di Indonesia
sebagai bentuk kebijakan fiskal dibidang perpajakan. Minuman ringan telah
menjadi obyek PPn BM sejak reformasi perpajakan tahun 1983 dan dihapuskan
secara penuh mulai 1 Januari 2005. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
minuman ringan inelastis terhadap harga dan elastis terhadap pendapatan. Tingkat
konsumsi minuman ringan tidak terpengaruh dengan adanya kebijakan
penghapusan PPn BM. Sedangkan potential loss dari kebijakan penghapusan PPn
BM selama tahun 2005-2010 ditaksir sekitar 2 trilyun rupiah.

ABSTRACT
The research was carried out by empirical studies to see how the effect of the
elimination of luxury sales tax (PPn BM) soft drinks in Indonesia as a form of
fiscal policy in the field of taxation. Soft drinks have become the object of
taxation reform PPnBM since 1983 and fully removed since 1 January 2005. The
results showed that the soft drink is price inelastic and income elastic. Soft drink
consumption was not affected by the policy of removal sales tax. While the
potential loss of the removal PPnBM around years 2005-2010 estimated at around
2.8 trillion rupiah."
2013
T35591
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ferry Kurniawan
Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2009
T26936
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>