Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 133062 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fatia Syarah
"ABSTRAK
Tesis ini membahas tentang proses pembentukan konsep diri pada anak usia SD melalui komunikasi antarpribadi dengan guru. Dengan berlandaskan paradigma konstruktivis, penelitian ini bertujuan untuk mengkaji bagaimana konsep diri anak usia SD terbentuk dan faktor-faktor apa yang mempengaruhinya. Melalui teori interaksionisme simbolik, 4 tahapan pembentukan konsep diri, konsep The Johari Window, peneliti berusaha menjelaskan bagaimana self seseorang terbentuk melalui interaksi dengan orang lain, khususnya dengan significant others-nya. Hasil dari penelitian ini menunjukkan kaitan yang erat antara komunikasi antarpribadi yang dilakukan guru terhadap konsep diri yang terbentuk pada diri anak. Peneliti merekomendasikan agar penelitian ini bisa terus dikembangkan dengan melihat faktor lain yang mempengaruhi konsep diri seorang anak, seperti media, lingkungan, dll.

ABSTRACT
This thesis studies about self concept establishment process during elementary school ages through interpersonal communication with their teachers. Based on constructivism paradigm, this research aims to discover how the process of self concept establishes, and what influences it. Through Symbolic Interacsionism Theory, 4 stages in establishing the self concept, and The Johari Window, the researcher tried to explain how the self established by interacting with others, especially with his significant others. The result of this research shows a tight relationship between teacher?s interpersonal communication and the Elementary School student?s self concept. The researcher recommends that this research still can be developed by looking at other factors that influence children?s self concept, such as media, environtment, and etc."
2012
T30734
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rangga Wicaksana
"Tesis ini membahas tentang proses pembentukan konsep diri pada penyandang disabilitas melalui komunikasi antarpribadi dengan pekerja sosial. Dengan berlandaskan paradigma konstruktivis, penelitian ini bertujuan untuk mengkaji bagaimana konsep diri penyandang disabilitas terbentuk dan faktor-faktor apa yang membentuknya. Melalui teori interaksionisme simbolik dan tahapan pembentukan konsep diri, peneliti berusaha menjelaskan bagaimana self seseorang terbentuk melalui interaksi dengan orang lain, khususnya dengan significant others-nya. Hasil dari penelitian ini menunjukkan kaitan yang erat antara komunikasi antarpribadi yang dilakukan pekerja sosial terhadap konsep diri yang terbentuk pada diri penyandang disabilitas. Peneliti merekomendasikan agar penelitian ini bisa terus dikembangkan dengan melihat faktor lain yang dapat membentuk konsep diri penyandang disabilitas seperti media, lingkungan, dan lain-lain.

This thesis discusses the process of the formation on the concept of selft in interpersonal communication through the disabled with social worker. With the constructivist paradigm, based on this research aims to examine how the concept of the disabled self is formed and what factors that shape it. Through the theory of symbolic interactionism and the stages of self concept formation, researchers try to explain how a persons self is formed through interaction with others, especially with the significant others. The results of this study indicate a close relationship between interpersonal communication conducted by social workers to the concept of self that is formed on the disabled. Researchers recommend that this research can continue to be developed by looking at others factors that can shape the concept of selft disabled people such as media, environment, and others.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2018
T50086
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adenita Yusminovita
"Internet merupakan media komunikasi elektronik yang menghubungkan seseorang ke pusat informasi di seluruh dunia dengan menggunakan jaringan telepon. lnternet telah berkembang di dunia dalam 25 tahun terakhir, sedangkan di Indonesia baru mengenal internet tahun 1995. Salah satu fasilitas yang tersedia dalam Internet adalah ruangan komunikasi atau chat room (IRC atau Internet Relay Chat) yang di dalamnya banyak orang di seluruh pelosok dunia dapat melakukan komunikasi interaktif jarak jauh, tanpa bertatap muka dan dalam waktu bersamaan. Dengan demikian IRC merupakan media komunikasi antara individual dengan individual atau kelompok lain tanpa ada hambatan fisik seseorang, tempat dan waktu.
Berdasarkan teori dan konsep ilmu komunikasi maka timbul pertanyaan bagaimana sebenarnya wujud IRC sebagai media komunikasi? Bagaimana bentuk interaksi komunikasi yang terjadi dan apa yang dikomunikasikan? Studi ini bertujuan untuk menggambarkan IRC secara keseluruhan mulai dari teknologi, keberadaan komunitas virtual sampai pada bagaimana berlangsung interaksi antar individu dengan menggunakan simbol-simbol khusus. Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dengan melakukan pengamatan mendalam pada beberapa responden terpilih dan peneliti turut serta berkomunikasi secara langsung dalam chat room. Pengumpulan data dilakukan dari Januari 2000 sampai Januari 2001.
Studi ini menganggap komunikasi antar pribadi dapat berperan untuk menjelaskan interaksi antar chatter sehingga dapat diketahui faktor-faktor apa saja yang mendorong mereka untuk berkomunikasi melalui IRC. Pengembangan interaksi antar chatter melalui beberapa tahap seperti apa yang telah dikemukakan oleh Ruben (1992) sedangkan proses sampai menjadi lebih intim dengan menggunakan tahap yang dikemukakan oleh Julia T.Wood (1982). Pendekatan Symbolic Interacsionis juga digunakan dalam studi ini untuk melihat simbol-simbol yang digunakan oleh chatter dalam berkomunikasi selama berada dalam chat room.
Hasil studi memperlihatkan bahwa IRC merupakan sebuah komunitas virtual yang anggotanya adalah semua chatter yang berada dalam sebuah room. Interaksi yang terjadi antar chatter menggunakan simbol-simbol berupa singkatan, emoticons dan bahasa teknis IRC yang hanya dimengerti oleh chatter atau orang yang sedang mempelajarinya. Dalam interaksi tersebut juga terbentuk suatu hubungan pribadi antar chatter berupa hubungan persahabatan atau kekasih. Hubungan ini akan mengalami kemunduran atau kemajuan tergantung dari keputusan dan perjanjian yang diambil masing-masing chatter."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2001
T10232
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marwan Lintang
"ABSTRAK
Dari fenomena yang ada tentang para pengguna Ecstasy selama ini, penjelasan secara ilmiah mengenai perilaku komunikasi pengguna Ecstasy belum dapat disajikan secara komprehensif, baik oleh media cetak maupun media elektronik. Studi ini dengan menggunakan metode pengamatan terlihat, menemukan bahwa untuk berkomunikasi dengan pengguna Ecstasy di diskotek-diskotek di Jakarta harus menggunakan simbol-simbol yang hanya dimengerti oleh sesama pengguna Ecstasy, atau orang yang sengaja mempelajari simbol-simbol yang mereka gunakan, selain itu Bahasa yang digunakan juga dengan menggunakan Argot (slang).
Para pengguna Estasy datang ke diskotek dengan pasangan berlainan jenis, namun ada juga yang datang tanpa pasangan dan mereka mendapatkan teman di diskotek yang nantinya dijadikan pasangan. Sepintas lalu terlihat kejadian seperti ini sangat alami dan logis, karena peristiwanya terjadi dalam kehidupan malam, namun berdasarkan dugaan untuk mendapatkan pasangan dan membawa pasangan memerlukan proses dan tahapan komunikasi. Pengembangan hubungan antar pribadi yang dilakukan oleh para pengguna Ecstasy terjadi sesuai dengan tahap-tahap pengembangan hubungan seperti apa yang telah dikemukakan oleh DeVito (1991), namun prosesnya lebih cepat jika dibanding dengan kehidupan normal, hal ini disebabkan hubungan yang terbina diantara pengguna Ecstasy terlihat lebih intens. Penelitian ini menganggap komunikasi antar pribadi dapat berperan untuk menjelaskan perilaku komunikasi antar pribadi dan proses pengembangan hubungan diantara para pengguna Ecstasy, sehingga penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mendorong para pengguna Ecstasy untuk berkomunikasi, yaitu mendapatkan teman, memperluas pergaulan, rasa aman, kemesraan dan kehangatan yang keseluruhannya merupakan tujuan berkomunikasi secara umum, yaitu untuk meringankan penderitaan dan memaksimalkan keseriangan para pengguna Ecstasy.
Pendekatan penelitian kualitatif (natural setting) dengan pengamatan berperan serta (participant observation). Informan dalam penelitian ini adalah para pengguna Ecstasy, mereka adalah pasangan tetap yang melakukan komunikasi antar pribadi, para pasangan ini dalam proses komunikasi antar pribadi telah melampaui tahap ke empat pernyataan Altman & Taylor dan tahap ketiga (keakraban) seperti apa yang dikemukakan oleh DeVito, sedangkan simbol-simbol yang mereka gunakan dalam berkomunikasi mengacu kepada apa yang telah dikemukakan oleh Julia T.Wood dan Argot (slang) seperti yang dimaksud Sarnovar. dkk. Para informan dalam studi ini dalam pengembangan hubungan telah melakukan prediksi yang bersifat psikologis, namun proses pengembangan hubungan lebih cepat jika dibanding dengan kehidupan normal, berdasarkan prediksi psikologis maka mereka telah memasuki tahap komunikasi antar pribadi.
Daftar Pustaka : 25 buku, 2 Majalah
"
1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Selly Iryawati
"Tesis ini merupakan hasil penelitian mengenai pendidikan anak tuna grahita usia sekolah di SD Mutiara Bunda Bandung. Sekolah dasar ini merupakan sekolah umum yang menerapkan sistem pendidikan inklusif, suatu sistem pendidikan yang menerima anak berkebutuhan khusus untuk belajar bersama-lama dengan siswa regular, termasuk di dalamnya anak tuna grahita.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran dan penjelasan mengenai pendidikan yang diberikan SD Mutiara Bunda terhadap anak tuna grahita serta faktor-faktor yang mendukung pelaksanaan sistem tersebut. Penelitian ini menggunakan pendekataa kualitatif dan menggunakan jenis penelitian deskriptif. Data diperoleh melalui wawancara, observasi dan dokumentasi.
Hasil temuan lapangan menunjukkan bahwa pendidikan anak tuna grahita didasarkan pada baseline yang mereka bisa. Artinya di sekolah umum ini mereka ditangani sesuai dengan kemampuan yang ada; mereka tidak dipaksakan untuk mengikuti kurikulum standar yang ada di SD Mutiara Bunda, kurikulum yang bersifat fleksibel sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan mereka. Untuk mengetahui baseline yang dimiliki oleh anak tuna grahita yang menjadi subyek penelitian ini, pihak sekolah dalam hal ini ahli ortopedagogi; sekolah dan ibuunya melakukan assessment dan observasi yang meliputi aspek akademis, sosial emosi dan motorik. Kegiatan ini dilaksanakan sebelum tahun ajaran baru berlangsung yang nantinya dijadikan panduan untuk Program Pengajaran Individual (PPI).
Sistem pendidikan inklusif di sekolah ini dapat berjalan lancar karena berbagai faktor seperti kerjasama yang baik antar tim pengajar, walaupun anak tuna grahita merupakan tanggung jawab dari ortopedagog kelas narnun guru kelas, guru bidang studi juga tetap Mengikutsertakan mereka main dan pembelajaran yang bersifat umum dengan tetap memperhatikan kemampuan mereka.
xiv, 154 halaman, 7 tabel, 6 lampiran
Daftar Pustaka: 22 buku, 2 Surat Kabar, 3 makalah, 7 hasil penelitian, 2 dokumen pemerintah, 2 dokumen sekolah, 3 website (1979-2003)"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2005
T13754
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rosita Anggraini Tagor
"Penelitian ini mencoba mencermati perilaku mengkonsumsi majalah dan atau tabloid anak pada anak-anak usia sekolah (middle childhood, school age) Sampel populasi adalah murid-murid Sekolah Dasar (SD) di tiga lingkungan sosial di Jakarta yang diasumsikan SD di lingkungan bawah, menengah dan atas yang ditarik secara purposive. Responden adalah murid-murid SD berusia 7 - 12 tahun (kelas 2 - kelas 6 SD) yang membaca majalah dan atau tabloid anak sebanyak 439 anak, termasuk 3 anak sebagai informan.
Penelitian ini merupakan kombinasi studi kuantitatif dan kualitatif yang dilakukan secara bertahap. Tahap pertama studi kuantitatif, dan tahap selanjutnya studi kualitatif. Pengumpulan data kuantitatif melalui survei menggunakan kuesioner. Sedangkan studi kualititatif secara in-depth interviews. Hasil pengumpulan data kuantitatif diolah menggunakan SPSS (Statistical Package for Social Sciences). Dalam analisa hasil penelitian, data kualitatif disampirkan pada data kuantitatif sebagai gambaran pelengkap. Penuturan lengkap para informan disusun tersendiri dalam bentuk narasi.
Hasil uji statistik chi-square menunjukkan lingkungan sosial berpengaruh terhadap inisiatif membaca, cara memperoleh majalah atau tabloid anak, dan waktu membaca anak. Sementara lingkungan sosial tidak berpengaruh terhadap lama dan cara membaca. Lingkungan sosial berpengaruh terhadap motivasi membaca untuk memenuhi kebutuhan afektif, integratif personal dan pelepasan tekanan. Anakanak dari sekolah di lingkungan menengah dan atas cenderung berpendapat dengan membaca mereka dapat berimajinasi, memiliki pengetahuan baru dan tidak tegang lagi daripada anak-anak sekolah di lingkungan bawah .
Jenis kelamin berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan afektif dan pelepasan tekanan. Anak perempuan cenderung merasa senang sekali saat membaca majalah atau tabloid anak dan tidak merasa tegang lagi dibanding anak laki-laki. Usia berpengaruh terhadap motivasi membaca untuk memenuhi kebutuhan kognitif, afektif, integratif personal, integratif sosial dan pelepasan tekanan. Anak-anak dalam kategori usia 7 - 8 tahun cenderung membaca untuk pemenuhan kebutuhan kognitif, integratif personal dan integratif sosial. Anak dalam kategori usia 9 - 10 membaca untuk memenuhi kebutuhan afektif. Sedangkan anak-anak dalam kategori usia 11 - 12 tahun membaca untuk pelepasan tekanan.

Children's Magazines and Tabloids Consumtion by School-Age Children (Research On Uses And Gratifications Approach Among Elementary School (SD) Students in the DKI Jakarta (Special Region Of Jakarta Area)This research attempts to look into the behavior of consuming children's magazines and/or tabloids among school-age (middle childhood, school (age) children). The population sample is Elementary School (SD) students at three social environments in Jakarta assumed to be SD within lower, middle and upper environments drawn purposively. The respondents are SD students of 7 - 12 years of age (level 2 - level 6 SD) reading children's magazines and/or tabloids totaling 439 children including 3 children as informers.
This research contitutes a combination of quantitative and qualitative studies conducted gradually. The first phase is quantitative study, and the subsequent phase qualitative study. Collection of quantitative data through survey using questionnaires.Whereas the qualitative study by means of in-depth interviews. The result of collection of quantitative data is processed using SPSS (Statistical Package for Social Sciences). In the analysis of research result, the qualitative data is attached to quantitative data as supplementary description. Full reports of the informers are compiled separately in the form of narration.
The result of chi-square test shows that the social environment affects the initiative to read, method of obtaining the children's magazines or tabloids, and the reading time. Whereas the social environment does not affect the length and method of reading. The social environment affects the motivation to read to meet personal affective, social integrative needs and release of tension. The children from the school within the middle and upper environment tend to be of the opinion that by reading they can imagine, obtain new knowledge and are no longer tense compared to the school students within the lower environment.
The type of sex affects the fulfillment of affective needs and release of tension. Girls tend to be very happy when reading children's magazines or tabloids, and no longer feel tense compared to boys. The age affects the motivation to read to fulfill the cognitive, affective, personal integrative, social integrative, and release of tension needs. Children in the age of 7 - 8 years tend to read for fulfillment of cognitive, personal integrative and social integrative needs. Children in the age category of 9 - 10 years read to fulfill the affective needs. Whereas children in the age category of 11 - 12 years read for release of tension.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2000
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andary Yusiana
"Tekanan kehidupan yang terjadi dalam kehidupan syarakat memberikan banyak permasalahan pada kalangan remaja. Untuk mendapatkan jalan keluar dari permasalahannya, cara yang termudah adalah melakukan pertukaran informasi atau berkomunikasi. Komunikasi terbuka dapat dilakukan dengan meningkatkan penilaian remaja terhadap dari sendiri. Pandangan seorang remaja terhadap dirinya ini baik pada remaja yang terlibat maupun yang tidak terlibat dalam perkelahian pelajar dapat dijadikan gambaran untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat menimbulkan dorpngan untuk berkelahi Sehingga dengan mengetahui faktor-faktor tersebut perkelahian pelajar dapat dihindari. Dalam memahami bagaimana seorang remaja mempersepsikan dirinya penelitian yang bersifat kualitatif ini menggunakan definisi konsep diri dari Adler clan Towne, terutama bagaimana seseorang melihat dirinya dalam tiga dimensi dari diri itu perceived self, desired self dan presenting self."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia , 1994
S4130
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sekar Jatiningrum
"Penelitian ini membahas tentang proses pembentukan konsep diri pada penari di Jakarta dengan kategori usia dewasa muda. Menggunakan konsep dasar dari teori interaksional simbolik, penelitian ini juga melihat bagaimana para penari bertukar simbol untuk berinteraksi dan beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya. Tindakan yang dilakukan oleh para penari tersebut digali lebih dalam untuk memahami bagaimana interaksi yang mereka lakukan membentuk konsep diri mereka dan juga bagaimana keputusan serta cara mereka berkomunikasi dibangun dari konsep diri yang mereka miliki. Oleh sebab itu, dapat dikatakan pertukaran simbol yang penari lakukan melibatkan dua komponen penting dalam diri mereka, yaitu profesi sebagai penari serta aktivitas menari yang dijalankan sehari-hari. Penemuan dari penelitian ini menyatakan bahwa masing-masing komponen memberikan peran tersendiri bagi konsep diri individu dengan proses dan takaran yang beragam. Hal tersebut juga didasari oleh kaitan beberapa aspek yang mendukung, seperti bagaimana para individu memulai memutuskan untuk mengikuti aktivitas menari, cara mereka merespon pandangan orang lain tentang profesinya, nilai dan tujuan yang mereka bentuk dalam menari, serta konsekuensi dari menari itu sendiri. Semua aspek tersebut dirangkum dan digali dari para individu melalui wawancara mendalam untuk mendapatkan data dari pengalaman serta pemaknaan yang mereka punya. Untuk dapat melihat proses pembentukan konsep diri dengan lebih komprehensif, penelitian.

This study discusses the process of forming self-concept in dancers in Jakarta with young adult age categories. Using the basic concepts of symbolic interactional theory, this study also looks at how dancers exchange symbols to try and discuss with the surrounding environment. The actions taken by the dancers were explored more deeply to discuss about how they made their self-concept and also how to decide how they would build from the self-concept they made. Therefore, it can be discussed symbols that dancers do two important components for themselves, namely dancers and activities performed daily. The findings from this study state that each component provides its own role for individual self-concepts with diverse processes and measurements. This is also based on the renewal of several supporting aspects, such as how individuals begin to decide to participate in dance activities, how they respond to other people's views about their profession, the values and goals they make in the form of dancing, and discuss from the work itself. All aspects are summarized and explored from individuals through interviews to get data from their experience and meaning. To be able to see the process of making self-concept with more complete research."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Firman Hidayat
"ABSTRAK
Perbedaan identitas dan gaya komunikasi selalu ditemui seorang guru ketika dia ditugaskan untuk mengajar di daerah dengan budaya yang berbeda. Penelitian ini berusaha untuk menelaah peran identitas dan gaya komunikasi dalam pembentukan konsep diri guru. Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dengan metode fenomenologi. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam terhadap guru peserta SM3T Universitas Negeri Jakarta yang telah bertugas selama satu tahun di berbagai daerah terdepan, terluar dan tertinggal (3T) di Indonesia.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsep diri guru yang mengajar di daerah 3T tidak terbentuk begitu saja, namun berkembang dari proses negosiasi identitas sebagai kelompok minoritas dan akomodasi perbedaan gaya komunikasi. Peran identitas dan gaya komunikasi dalam pembentukan konsep diri selain memperkuat konsep diri yang telah ada juga membentuk serta mengembangkan konsep diri yang belum disadari oleh guru di daerah 3T. Selain itu hasil penelitian menunjukkan identitas dan gaya komunikasi terjalin antara satu dan yang lainnya dalam pembentukan konsep diri guru di daerah 3T.

ABSTRACT
The difference of identity and communication style will be always experienced by teachers if they are assigned to teach in areas with different cultures. The aim of the study is to examine how identity and communication styles differences play role in the formation of their self concept. This is a qualitative research with phenomenology method. Data collection was gathered by depth interviews with participating SM3T teachers from Jakarta State University who have served in various 3T (frontier, outermost and disadvantaged) regions in Indonesia for one year.
The results shows that the self concept of teachers who taught in 3T regions is not formed in instant, but it evolves from the negotiation identity process as a minority and accommodation differences in communication styles. The role of identity and style of communication in the formation of self-concept in addition to strengthening existing self-concept, it is also formed and developed the concept of self that has not been recognized by the teachers. In addition, the results also show that the identity and communication style cooperate together in the formation of self-concept of the teachers.
"
2016
T45775
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siregar, Juke Roosjati
"Perjalanan waktu kehidupan sampai dengan milenium III telah melahirkan sejumlah perubahan sosial, ekonomi, polilik serta perkembanan pengetahuan dan teknologi yang menciptakan kehidupan sosial tertentu di masyarakat. Kehidupan paradoks dan globalisasi sebagai karakter dan perkembangan kehidupan sosial di abad 21 lelah menyajikan situasi kehidupan sosial yang penuh dengan tantangan dan pilihan untuk dijawab oleh individu secara cepat.
Agar mampu menghadapi situasi tersebut, terdapat dua faktor yang memegang peranan penting untuk diperhatikan oleh individu, yaitu diri pribadi dan penyesuaian diri. Diri pribadi sebagai variabel independen mencakup komponen konsep diri, harga diri, percaya diri, regulasi dlri yang ditampilkan me!alui domain fisik, relasi sosial, akademik, olahraga dan organisasi. Penyesuaian diri sebagai variabel dependen, berkaitan dengan besar usaha yang dilakukan mahasiswa menghadapi kehidupan sosial di abad 21 yang mencakup aspek gaya hidup, dunia kerja. perkembangan dunia, perkembangan teknologi-informasi-komunikasi. Fokus utama penelitian adalah diri pribadi yang dikaji dalam dua hal yailu struktur internal diri pribadi sebagai konstruk yang menununjukan integrasi komponen konsep diri, harga diri, pcrcaya diri. regulasi diri, serla meliputi model mekanisme pengaruh anlar komponen tersebut. Disamping penelitian diri pribadi juga dilakukan pengkajian konstruk penyesuaian diri yang memiliki aspek gaya hidup, dunia kerja, perkembangan dunia. perkembangan teknologi - informasi - komunikasi Serta model pengaruh diri prihadi terhadap penyesuaian diri dalam kehidupan sosial di abad 21.
Subyek penelitian adalah mahasiswa Universitas Padjadjaran program S-1 yang berusia sekitar 17 sampai dengan 22 tahun (N= 3041). Rancangan penelitian adalah expianarory research. Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner tertutup yang bertujuan mengukur diri pribadi dan penyesuaian diri. Pengujian validitas dan realibilitas konstruk dalam alat ukur, digunakan analisis faktor konfirmatorik dalam LISREL versi 8.5.
Pengujian hipotesis yang berkaitan dengan pengujian konstruk diri pribadi dan konstruk penyesuaian diri, digunakan analisis konfirmatorik satu tingkat dan dua tingkat. Pengujian hipotesis yang berkaitan dengan model mekanisme pengaruh antar komponen diri pribadi dan pengaruh diri pribadi terhadap penyesuaian diri, dilakukan melalui pengujian SEM (Structural Equation Modelling) pada program LISREL. Untuk memperoleh profil diri pribadi mahasiswa UNPAD yang mencakup empat komponennya digunakan perhitungan statistik deskriptif dalam bentuk nilai rata-rata dan nilai persentil ke25 dan ke-75.
Hasil penelitian menggambarkan diri pribadi merupakan integrasi komponen konsep diri, harga diri, percaya diri dan regulasi diri dan memiliki mekanisme pengaruh antar komponen-komponen tersebut. Komponen percaya diri merupakan indikator paling kuat dalam tampilan diri pribadi. Hasil penelitian juga menggambadcan bahwa diri pribadi mahasiswa berpengamh terhadap penyesuaian dirinya di kehidupan sosial abad 21. Masalah yang ditemukan pada perkembangan diri pribadi mahasiswa UNPAD berkaitan dengan percaya diri dan regulasi diri."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2003
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>