Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 217672 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2005
S9575
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Teguh Prasetya
"Penelitian dan analisa terhadap sekuritas telah banyak dibahas rangka pencarian faktor-faktor yang menentukan return dan resiko, dan prediksinya di masa depan. Capital Asset Pricing Model, yang ditemukan oleh Harry Markowitz (1952), dikemudian dikembangkan oleh Sharpe (1964), Lintner (1965, dan Black (1972) telah lama membentuk cara pikir para praktisi dan akademis tentang return dan resiko. CAPM menjelaskan bahwa return yang diharapkan dan suatu sekuritas merupakan suatu fungsi yang positif dan beta (f3) pasar dan 13 dapat menjelaskan return suatu sekuritas.
Tetapi, ada beberapa kontradiksi dan model Sharpe-Lintner-Black. Banz (1981) menyatakan bahwa dan basil penelitiannya, maka market equity berpengaruh juga
terhadap return. Return dan perusahaan kecil lebih tinggi dari B estimasi dan return dan perusahaan besar lebih rendah dan f3 estimasi. Juga Stattman (1980) dan Rosenberg, Reid, & Lanstein (1985) menemukan bahwa return mempunyai hubungan yang positif dengan rasio antara book value dan market value pada saham-saham Amerika. Lebih lanjut, Chan, Hamao, & Lakonishok (1991) menemukan hubungan yang kuat antara BE/ME dengan return pada saham-saham Jepang. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Fama & French (1992) menunjukkan hasil yang mendukung penelitian-penelitian tersebut.
Dari Indonesia hadir penelitian yang dilakukan oleh Utama dan Dewiyani (1999) Untuk jangka waktu tiga tahun.(1994-1996) Hasil dari penelitian ini konsisten dengan penelitian sebeIumnya bahwa firm size dan Market lo Book ratio memiliki korelasi yang negatif terhadap average return dan saham, sedangkan PER tidaic berpengaruh signifJkafl terhadap return. Kemudian, penelitian yang dilakukan oleh IJtama &
Fitriani (1999) yang mengambi] sampel antara tahun 1993 s/d 1998 menyimpukan bahwa portofolio yang dibentuk oleh Price Earning Rallo (PER), Price to Book Value (PBV), dan Price to Sales Ratio (PSR) yang rendah, memberikan hasil yang lebib baik dibandingkan dengan portfolio yang dibentuk oleh PER, PBV, dan PSR
yang tinggi. Penelitian ini juga menemukan bahwa portofolio yang dibentuk dan perusahaan-perusahaan yang berkapitalisasi besar membenikan hash yang lebih buruk dîbandingkan yang berkapitalisasi kecil. Machfoeds (1994), dari hasil penelitiannya atas saham-saham manufaktur selama periode 1989-1992 menemukan bahwa ada 13 rasio keuangan yang berguna untuk memprediksi laba. Mahadwarta (1999) melanjuti penelitian diatas dengan meneliti ketigabelas ratio keuangan diatas dalam memprediksi return saham. Penelitian dilakukan dalam jangka waktu 1994-1997 dengan 30 sampel perusahaan manufaktur berkapítalísasi terbesar, Hasil dan penelitian ini adalah, ROA, ROE, EBIT/Total Debt dan Sales/Quick Ratio mempunyai konsistensi dalam memprediksi return saham dan tahun ke tahun secara signifikan.
Kemudian, penelitian yang dilakukan oleb Rusdianto (2000) menyimpulkan bahwa terdapat pengarub yang kuat antara Earning per Share dan Price to Book Ratio terhadap harga saharn, untukjangka waktu penelitian 1994 s/d 1997.
Tujuan penulisan karya akhir ini adalah meneliti kaitan antara rasio keuangan dan nilai kapitalisasi pasar terhadap, return saham nada periode bullish dan bearish Metode yang dipakai adalab multiple regression, dimana rasia kaiangan dan kapitalisasi pasar dijadikan variabel dependen dan return dijadikan variabel independen. Input data yang digunakan disusun secan timelag 1 tahun, misalnya
varìabei rasio keuangan tahtrn 1995 digunakan untuk memprediksi return saham tahun 1996. Adapun rasio keuangan yang digunakan adalah earning per Price
(I/PER). Book value per Price (IIPBV), Debt to Total Asset (DTA), Return on Equity (ROE), Net Profit Margin (NPM), dan Operating Profil margin (OPM). Sampel dipilih sebanyak 100 perusahaan per tahun secara random untuk semua jenis industri. Penelitian ini dilaksanakan pada Bursa Efek Jakarta. Jangka waktu penelitian adalah selama 6 tahun mulai dari akhir Desember 1995 s/d akhir April 2000. Obyek yang diamati adalah laporan keuangan perusahaan tahunan 1995-1998 dan return saham 1996-2000.
Test yang dilakukan adalab test multicollinearity dengan menggunakan Variance Inflation Factor (ViF). Tingkat kepercayaan yang digunakan adalab 95 %, baik untuk menguji persamaan regresi maupun untuk menguji korelasi antar variabel independen dengan dependen-nya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari tahun ke tahun, ternyata banyak variabel Debt To Total Asset (DTA) yang signifikan berpengaruh terhadap return.
Pengaruhnya positIf pada periode bullish dan negatif pada periode bearish. Hal ini mungkin disebabkan, pada periode bullish, dengan semakin meningkatnya hutang, maka akan semakin meningkatkan keuntungan yang didapat oleh investor. Sedangkan pada peniode bearish, dengan semakin meningkatnya hutang, maka perusahaan akan semakin berisiko dalam menjalankan usahanya, dan investor khawatir bahwa perusahaannya akan bangkrut. Secara Overall Pooled Section, variabel BPP (Book Value Per Price) berpengaruh positif secara signifikan terhadap return saham. Pada
periode bullish variabel LogMcap (Market Capitalization) mempunyai, pengaruh signifikan yang negatif terhadap return dan juga mempunya pengaruh yang negatif pada periode bearish, tetapi tidak signifikan.
Secara Overall Pooled Section, variabel OPM (Operating Profit Margin) signifikan mempunyai pengan.ah yang positif terhadap return saham, sebaliknya variabel NPM (Net Profit Margin) tidak signifikan terhadap return, baik pada periode
bullish atau periode bearish. Ada dua kemungkinan, pertama, ðiantara variabel OPM dan NPM terjadi muliicollinearity, sehingga regresi dengan metode Stepwise hanya memunculkan satu variabel saja yang menipunyai hubungan yang terkuat terhadap return. Hal yang kethia adalah, ini mungkin disebabkan disebabkan karena investor sudah lebih melihat pada keuntungan yang dihasilkan oleh kegiatan operasinya dan bukan dari bisnis lain atau keuntungan atas penjualan aset perusahaan.
Variabel ROE (Return on Equity) signifikan berpengaruh positif pada periode bearish, tetapi meskipun tetap menunjukkan pengaruh yang positif, tidak signifikan dalam rnenjelaskan return saham secara overall pooled section. Hasil ini sedikit
berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Mahadwarta (1999) yang antara lain menyebutkan bahwa ROE signifikan berpengarub positif terhadap return saham. Hal yang membuatnya tidak signifikan mungkin karena adanya multicollinearility antara variabel EPP (Earning per Price), BPP (Book Value per Price), dan ROE itu sendiri.
Variabel EPP itu sendiri tidak konsisten berpengaruh terhadap return saham. Secara cross section (1996 & 1999), variabel EPP tidak berpengaruh signifikan
terhadap return saham, akan tetapi secara pooled section, berpengaruh negatif terhadap return saham. Bila dilakukan simple regresion (hanya variabel EPP terhadap return), maka hasilnya adalah: pada tahun 1996, variabel EPP berkorelasi positif terhadap return saham tetapi pada tahun 1999, variabel EPP berpengaruh negatif terhadap return saham. Sedangkan penelitian terdahulu (Utama & Fitriani (1999) dan
Utama & Dewiyani (1999) menyebutkan bahwa PER (yang berarti 1/EPP) tidak signifikan dalam menjelaskan return saham.
Bagi investor, apabila investor merasa bahwa pasar modal alcan berada pada periode bullish, maka investor dapat memilih saham-saham yang memiliki Book
Value per Price (1/PB V), Debt to Total Asset, dan Operating profit Margin yang tinggi, karena berdasarkan penelitian, rasio-rasio keuangan diatas berpengaruh positif terhadap return saham. SeÍain itu, investor dapat memilih saham-saham yang memiliki kapitalisasi pasar yang kecil, karena berdasarkan penelitian, rasio-rasio diatas berpengaruh negatif terhadap return saham.
Apabila investor ragu-ragu atau tidak memiliki dugaan yang kuat bahwa pasar modal akan berada pada pedode bullish atau bearish, maka investor dapat memilih
saham-saham yang memiliki rasio Book Value per Price (1/PBV) dan Operating Profit Margin yang tinggi, karena berdasarkan penelitian, secara overall pooled
section, rasio Book Value Per Price dan Operating Profit Margin yang tinggi akan memberjkan return yang tinggi pula baik pada periode bullish maupun bearish.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2000
T-pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Achmad Kurniawan Sudjatmiko
"Penelitian empiris yang dilakukan oleh Elton dan Gruber (1970) memberikan pandangan yang menarik tentang price behavior saham-saham yang memberikan deviden, ketika ex dividend date. Dikatakan bahwa harga saham yang membagikan deviden akan turun sebesar jumlah deviden yang dibagikan setelah dikurangi pajak, ketika ex dividend date. Hal ini sama seperti yang dikemukakan oleh R. Bali (1998), Grammatikos (1984), dan Michaely (1991), atas hasil penelitian empiris yang mereka lakukan pada bursa New York Stock Exchange dari Nasdaq. Di lain pihak, penelitian yang dilakukan oleh Green dan Rydqvist (1999) pada instrumen Swedish Lottery Bonds memberikan hasil yang berbeda, di mana mean penurunan harga saham saat ex dividend date secara statistik lebih besar dari dividend after tax yang diberikan.
Terdapat perbedaan hasil penelitian yang sejenis mendasari dilakukannya penelitian serupa di Bursa Efek Jakarta dengan menambahkan variabel dua kondisi pasar yang berbeda, yaitu pasar bearish di tahun 2000 dan pasar bullish di tahun 2004.
Tujuan dari penulisan ini adalah untuk menguji apakah terjadi proses penurunan harga saham ketika ex dividend date dan mengukur apakah penurunan yang terjadi lebih besar dari dividend after tax yang diberikan untuk kedua kondisi pasar tersebut.
Menggunakan metode perhitungan Raw Price Ratio (RPR), Market Adjusted Price Ratio (MAPR), Raw Price Drop (RPD) dan Market Adjusted Price Drop (MAPD), diperoleh hasil secara keseluruhan bahwa harga saham saat ex dividend date mengalami penurunan yang secara rata-rata sama dengan jumlah dividend after tax yang diberikan. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Elton dan Gruber sebelumnya.

Empirical research that has been done by Elton and Gruber open a new interesting point of view about price behavior of stock that gives away cash distributions in terms of dividends, on the ex dividend date. Elton and Gruber said that stocks that gives away cash dividends to their shareholder, would experience a decline movement on their price of stock which equal to the amount of dividend after being deducted by tax, on the ex dividend date. The same results being announced by R.Bali, Grammatikos, and Michaely, based on their empirical research on New York Stock Exchange and Nasdaq. Contrarily, the research that being done by Green and Rydqvist gave different result, based on the average statistic of down movement stock price on the ex dividend date, the price of stock moves deeper than the cash dividend after tax that being distributed to the share holder.
That different kind of result on the same kind of research are the foundation of why the author doing the same kind research on Jakarta Stock Exchange, and with two different kind of conditions added as a new variable, which are conditions of market bearish in years 2000 and market bullish in years 2004.
The goals of these research is to test whether there has been a decline on the stock price movement on the ex dividend date and to measure the large of the movement and compare it to the dividend after tax that has been given to the shareholder on those two kinds of market conditions.
Using the formula of Raw Price Ratio (RPR), Market Adjusted Price Ratio (MAPR), Raw Price Drop (RPD) and Market Adjusted Price Drop (MAPO), the overall result shows that the stock price on the ex dividend date experience an equal percentage decline with the dividend after tax on the ex dividend date. This result is consistent with the research of Elton and Grubber before.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T18247
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ign. Krisna Adi Wijaya
"Sering disebutkan bahwa pasar saham merupakan indikator perkembangan perekonomian sebuah negara. Pasar saham sexing dipergunakan oleh investor untuk melakukan analisis mengenai keputusan investasinya. Namun pasar saham tidak selalu bersifat stabil, adakalanya pasar saham menunjukkan aktifitas yang meningkat dimana ditandai dengan menaiknya indeks harga saham dan sebaliknya kadangkadang aktifitas pasar menurun yang ditandai dengan menurunnya indeks harga saham. Kenaikan aktifitas pasar tersebut sering disebut dengan kondisi pasar bullish dan penurunan aktifitas pasar disebut dengan kondisi pasar bearish. Karena fuktuasi pasar selalu terjadi maka panting bagi investor untuk rnengetahui saham-saham perusahaan yang bagaimana yang perlu dipertimbangkan untuk diperdagangkan untuk mendapatkan keuntungan yang lebih baik.
Penulisan tesis ini bertujuan untuk meneliti bagaimana pengaruh resiko yang diukur oleh beta dan ukuran perusahaan yang diukur oleh kapitalisasi saham mempengaruhi tingkat keuntungan. Setelah pengaruh beta dan kapitalisasi saham diketahui maka kemudian dapat disimpulkan beta dan kapitalisasi saham yang bagaimana yang dapat dimasukkan dalam pertimbangan memilih saham pada kedua kondisi pasar tersebut (bullish dan bearish). Penelltian juga memasukkan klasifikasi usaha yaitu industri dan keuangan dalam perhitungan. Dengan melibatkan kedua klasifikasi usaha ini maka akan dapat diketahui pula jenis klasifikasi usaha yang mana yang akan lebih baik mempengaruhi tingkat keuntungan.
Dad hasil penelitian dapat diketahui bahwa secara bersama-sama semua faktor yang dilibatkan mempengaruhi tingkat pengembalian saham pada kedua kondisi pasar. Pada kondisi pasar bullish, perusahaan yang memiliki resiko yang lebih besar dan ukuran perusahaan yang lebih kecil akan memberikan tingkat keuntungan yang lebih baik, dan sebaliknya pada kondisi pasar bearish perusahaan yang memiliki resiko yang lebih kecil dan ukuran perusahaan yang lebih besar akan memberikan keuntungan yang lebih baik. Mengenai jenis usaha, perusahaan industri umumnya memberikan keuntungan yang !ebih baik dibandingkan dengan perusahaan keuangan. Hal tersebut terlihat pada kedua kondisi pasar.
Dengan diketahuinya pengaruh faktor-faktor tersebut maka diharapkan investor dapat memakainya sebagai bahan pertimbangan untuk memilih saham-saham untuk mendapatkan tingkat keuntungan yang lebih baik.

Stock market is one of the indications of the condition of the economy of the state. Investors use this indication to analyze investment decision. But this stock market is not always stable, sometimes the stock market shows increasing activity where market index going up, and sometimes stock market shows decreasing activity where market index going down.
The increasing activity of the market is called bullish condition, and the decreasing of -the market activity is called bearish condition. Because market fluctuation is always happened then it is important to investors to indicate what stocks are needed to be considered to be traded in order to get profit.
The objective of this research is to understand how risk, which is accounted by beta, and company size, which is accounted by capitalization, affect stock return. After the effects of beta and capitalization can be understood then it can be concluded what kind of beta and capitalization can be considered to choose stocks at both of market condition (bullish and bearish). This research also involves business classification, i.e. industry and financial, as two additional variables. These variables are dummy variable. The objective of involving these two business classifications is to know which business classification will add stock return more.
The result of this research shows that simultaneously all variables which are involved can affect stock return at the two kind of market conditions. At the bullish market, company which has bigger risk and smaller company size will give better stock return, and in the other side at the bearish market, company which has smaller risk and bigger company size will give better stock return. Regarding to business classification, industrial company generally will give better stock return at both market conditions rather than financial company.
After knowing the effect of those factors, then investors can use them as a consideration material to choose stocks that will give them more profit.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2004
T20158
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ardia Pratama
"Nilai beta merupakan salah satu input atau masukan dalam membuat keputusan berinvestasi. Nilai beta menggambarkan seberapa besarnya perubahan yang akan terjadi pada return saham jika terjadi perubahan pada return pasar. Dengan mengetahui nilai beta maka seorang investor dapat memutuskan saham-saham mana saja yang akan dimasukkan ke dalam portofolionya. Sedangkan nilai alpha menggambarkan return yang akan didapat oleh investor ketika return saham tidak dipengaruhi oleh pasar dan faktorfaktor independen lainnya. Atau nilai alpha merupakan return yang didapat oleh investor ketika kondisi pasar sedang stagnan. Nilai alpha dan beta diasumsikan memiliki nilai yang sama padahal mungkin saja nilainya dapat berubah-ubah terutama dalam kondisi pasar bullish dan bearish. Skripsi ini mencoba mencari tahu apakah nilai alpha dan beta memiliki nilai yang berbeda pada kedua kondisi pasar tersebut. Jika memang berbeda, apakah nilai saat bullish akan lebih besar daripada nilai saat bearish atau sebaliknya. Data-data yang digunakan dalam skripsi ini yaitu IHSG, IHSI, dan kurs Rupiah terhadap US$ selama periode penelitian yaitu 18 Juli 1994 — 31 Juli 2002. Saham-saham yang dipilih merupakan saham-saham yang bertahan atau sering masuk ke dalam indeks LQ 45 selama periode penelitian. Saham-saham tersebut yaitu ASII, GGRM, GJTL, HMSP, INDF, INDR, ISAT, RED, MPPA, dan SMGR. Periode penelitian dibagi menjadi tiga periode yaitu 18 Juli 1994 — 31 Juli 1997, 1 Agustus 1997 — 30 Juli 1999, dan 2 Agustus 1999 — 31 Juli 2002. Data-data yang telah diperoleh kemudian diolah menggunakan program EViews 3.0. Model persamaan yang digunakan yaitu model multi indeks yang telah ditambahkan variabel dummy untuk membedakan kondisi pasar bullish dan bearish. Kemudian data diolah menggunakan pemodelan ARIMA dan ARCH-GARCH melalui trial & error sehingga didapatkan model yang optimal. Dari hasil pemodelan didapatkan bahwa nilai alpha sebagian besar tidak memiliki nilai yang signifikan dan jika signiifikan nilainya mendekati nol. Sedangkan beta memiliki nilai yang berbeda untuk kedua kondisi pasar. Dari 29 pemodelan yang dibuat hanya 5 model yang menunjukkan nilai beta yang relatif stabil. 14 model memiliki nilai beta bearish yang Iebih besar daripada nilai beta bullish dan 10 model lainnya memiliki nilai beta bearish yang lebih kecil daripada nilai beta bullish."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2003
S19418
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khikin Indahsari
"Sektor industri property merupakan salah satu sektor yang paling terkena dampak krisis ekonomi. Sektor ini sempat terpuruk dalam sekali, dan saat ini masih berusaha untuk bisa pulih dari serangan krisis tersebut. Walau kejatuhan sektor ini cukup terasa, akan tetapi industri ini tetap berusaha untuk terns berkembang dan memenuhi permintaan pasar. Industri property tetap harus memperhatikan rasio-rasio keuangannya agar tetap stabil dan membaik.
Penulisan karya akhir ini berusaha untuk memperlihatkan pengaruh dari variable rasio-rasio keuangan dan variabel resiko sistematik. Adapun rasio-rasio keuangan yang diteliti secara lebih lanjut adalah Current Ratio, Total Debt to Equity, Net Profit Margin, Return on Equity, Earning per Share dan juga ukuran total aktiva perusahaan-perusahaan dalam sektor industri ini Rasio-rasio keuangan ini diambil dari laporan keuangan 33 perusahaan yang sahamnya terdaftar dalam Bursa Efek Jakarta dan minimal sudah IPO dalam jangka waktu 2 tahun lalu.
Pembahasan dan penelitian dilakukan pada periode 2000-2004, secara keseluruhan peri ode maupun analisa pertahun. Selain dibagi pertahun, penelitian ini juga membagi perusahaan ke dalam tiga skala, yaitu skala keseluruhan, skala besar dan skala kecil. Pembagian ini didasarkan dari besaran rata-rata total aktiva.
Penganalisaan menggunakan beberapa metode seperti regresi tunggal dan regresi berganda. Adapun tahapannya adalah dilakukannya regresi berganda untuk mencari beta, selanjutnya dilakukan regresi berganda untuk melihat tingkat signifikansi, hubungan antar variabel dan lainnya.
Penelitian ini menggunakan software E-Views 4.1 dan SPSS 12 dalam perhitungan regresi maupun pengujian-pengujian lainnya, seperti UJI F dan Uji Multikolinieritas. Pengelolaan data atas 33 saham perusahaan ini memberikan hasil yang cukup sesuai dengan harapan.
Pengolahan data ini memperlihatkan bahwa variabel rasio keuangan memang mempunyai pengaruh terhadap resiko saham. Adapun pengaruh yang diberikan oleh tiap rasio berbeda, begitu juga tingkat hubungan antar rasio tersebut yang juga termasuk dalam pembahasan. Variasi yang terdapat dalam hasil penulisan karya akhir ini bertambah banyak dengan penambahan skala perusahaan.
Hasil dari pengolahan data memperlihatkan bahwa investor masih tetap membutuhkan rasio keuangan sebgai sarana pertimbangan sebelum melakukan investasi."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ferry Christian
"ABSTRAK
Seiring dengan berkembangnya produk reksadana saham (yang ditandai dengan meningkatnya alternative produk dan manajer investasi/MI yang mengelola assetnya) dan juga dengan jatuhnya pasar modal di tahun 2008, evaluasi kinerja dari reksadana yang dikelola MI menjadi semakin penting. Karya akhir ini mengevaluasi 23 produk reksadana saham yang mewakili 79% dari total asset yang dikelola para MI pada periode Bullish (pasar naik) dan Bearish (pasar menurun).
Hasil evaluasi secara adjusted risk return mengindikasikan korelasi positiv yang signifikan antara ranking Sharpe Index dan Treynor Index. Dengan hasil return positiv pada hampir semua produk reksadana saham yang dievaluasi pada periode Bullish dan negativ pada periode Bearish. Berdasarkan evaluasi Jensen?s Alpha tidak ditemukan adanya produk reksadana saham yang memiliki kemampuan outperform terhadap Index secara significant. Dan begitu pula dengan evaluasi menggunakan Treynor dan Mazuy model ditemukan bahwa ke-23 produk reksadana saham yang dievaluasi tidak memiliki kemampuan market timing dan security selection yang signifikan.

ABSTRACT
Align with the increase of equity mutual fund investment (which indicated by more alternative equity mutual fund products available & also the investment manager who managed it) and also with the fall of stock market in 2008, the importance of mutual fund performance evaluation is increase. This thesis evaluates 23 equity mutual fund products that represents 79% of total assets that was managed by investment manager during Bullish and Bearish period.
The result of evaluation indicates positive & significant correlation was found on sharpe & Treynor index rank. With positive return was found on almost every mutual fund products in Bullish period and negative return on Bearish period. Based on Jensen?s Alpha evaluation it was not found any mutual fund product that outperform index significantly. The finding is similar using Treynor and Mazuy model that it is not observed that the market timing & security selection available in equity mutual fund.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2009
T26609
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Hutabarat, Meloin
"Bagi investor, terdapat dua hal yang sering kali menjadi perhatian dalam memutuskan pilihan investasinya, yaitu tingkat pengembalian dan risiko. Bersamaan dengan tingkat pengembalian terdapat risiko yang menyertainya.
Beberapa faktor akuntansi keuangan diyakini mempengaruhi risiko sistematis (beta) suatu saham. Beaver et al. (1970) melakukan penelitian penting pertama untuk menghubungkan risiko pasar dengan data akuntansi keuangan. Mereka menemukan adanya hubungan yang signifikan antara perkiraan beta dengan beberapa rasio keuangan seperti dividend payout ratio, pertumbuhan aktiva, financial leverage, lilaiiditas, ukuran aktiva, variabilitas keuntungan, dan beta akuntansi. Perbedaan data akuntansi yang berasal dari berbagai keputusan keuangan perusahaan mungkin memiliki informasi tentang besarnya risiko sistematis suatu saham.
Ukuran perusahaan juga ditemukan sebagai faktor penting dalam menentukan besamya risiko sistematis di antara perusahaan. Husnan (1990), Chan dan Chen (1991) memperlihatkan perbedaan tingkat risiko sistematis antara perusahaan kecil dan besar.
Berdasarkan kejadian di Indonesia, penelitian ini mencari peran variabel rasio keuangan (NPL, CAR, EPS, dan ROE) dan ukuran perusahaan (total aktiva) dalam menentukan tingkat risiko sistematis saham perbankan dan hubungan antara variable tersebut dalam mempengaruhi risiko sistematis saham perbankan selama periode 2000 - 2004. Sampel yang digunakan sebanyak 21 perusahaan perbankan yang masih terdaftar sampai dengan akhir Desember 2004 dan telah terdaftar di Bursa Efek Jakarta minimal selama dua tahun.
Penelitian ini menggunakan tiga tahap. Tahap pertama adalah menentukan parameter dari tingkat pengembalian saham individual (R) dan tingkat pengembalian pasar (Rm). Data yang digunakan untuk setiap saham adalah harga penutupan mingguan. Tahap kedua adalah menghitung nilai koefisien beta (B) masing-masing saham individual per periode dengan menggunakan perangkat lunak E-views 4.1. Tahap ketiga adalah penggunaan regresi berganda untuk menentukan hubungan antara rasio keuangan dan ukuran perusahaan dengan beta saham.
Hasil penelitian menunjukkan variabel rasio keuangan dan ukuran perusahaan secara bersama-sama mempengaruhi perubahan beta saham secara signifikan pada level 5% untuk model regresi 5 tahunan. Sedangkan jika model regresi dilakukan per tahun maka variabel rasio keuangan dan ukuran perusahaan secara bersama-sama mulai berpengaruh signifikan terhadap beta saham sejak tahun 2002 dan tidak memiliki pengaruh signifikan pada tahun 2000 dan 2001.
Bila sampel diklasifikasikan berdasarkan ukuran perusahaan (total aktiva), diperoleh hasil beta saham perusahaan besar dipengaruhi dengan signifikan oleh rasio keuangan (CAR, ROE) dan ukuran perusahaan (LN_TA). CAR dan LN_TA memiliki pengaruh positif terhadap beta saham, sedangkan ROE memiliki pengaruh negatif. Hubungan LN_TA dengan beta saham sesuai dengan yang diharapkan, sedangkan hubungan CAR dan ROE terhadap beta saham tidak sesuai dengan harapan. Untuk perusahaan kecil, variabel rasio keuangan tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap beta perusahaan. Hal ini menunjukkan rasio keuangan tidak dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan investasi di perusahaan kecil. Dengan kata lain, ada faktor-faktor lain di luar rasio keuangan yang dijadikan dasar dalam berinvestasi di perusahaan kecil.
Ukuran perusahaan memiliki pengaruh signifikan terhadap beta saham. Rata-rata beta saham perusahaan besar jauh lebih tinggi dibandingkan rata-rata beta saham perusahaan kecil. Hal ini menunjukkan perusahaan besar lebih berisiko dibandingkan dengan perusahaan kecil."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yusuf Sarnoto
"Investasi dalam bentuk saham mempunyai risiko tinggi karena harga saham sangat peka terhadap banyak faktor, baik faktor eksternal maupun internal perusahaan. Dalam melakukan analisis untuk memutuskan investasi suatu jenis saham Investor perlu menganalisis risiko (risk) yang dihadapi dan keuntungan (return) yang diharapkan. Salah satu alat analisis yang digunakan adalah analisis fundamental yang mencoba memperkirakan harga saham dengan memperkirakan nilai faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham masa yang akan datang dan menerapkan hubungan variabel-variabel tersebut sehingga diperoleh taksiran harga saham.
Penelitian dalam Tesis ini bertujuan untuk menguji pengaruh Tingkat Profitabilitas yang diukur dengan Earning per share (EPS), Leverage Keuangan yang diukur dengan Debt to equity ratio (DER) dan Pertumbuhan harga Saham yang diukur dengan Price earning ratio (PER) sebagai variabel bebas terhadap Return saham sebagai variabel terikat. Return adalah pendapatan atau hasil investasi yang dilakukan oleh Investor, EPS merupakan perbandingan antara Laba bersih setelah pajak dengan jumlah lembar saham biasa yang beredar, DER merupakan perbandingan antara Jumlah kewajiban dengan Jumlah Modal Sendiri dan PER merupakan perbandingan antara harga saham terhadap Laba bersih per lembar saham.
Penelitian dalam Tesis ini dilakukan terhadap 215 Perusahaan sahamnya yang telah listing di Bursa efek Jakarta dengan rentang waktu penelitian dari bulan Januari 1995 sampai dengan Desember 1996. Untuk menguji penggaruh variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen dilakukan dengan Regresi Linear Berganda sedangkan untuk menguji penggaruh variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen dilakukan dengan Regresi Linear Tunggal. Data diolah dengan menggunakan Program Komputer Statistical Product and Service Solutions (SPSS) versi 10. Untuk melihat pengaruh seluruh variabel independen terhadap variabel dependen digunakan analisis regresi dengan menggunakan metode enter (full regression). Selanjutnya untuk menentukan model regresi dan tingkat signifikansi masing-masing variabel independen secara rinci satu persatu digunakan analisis Regresi dengan metode Stepwise.
Hasil Penelitian dengan menggunakan metode enter menunjukkan bahwa secara bersama-sama EPS,DER dan PER berpengaruh terhadap Return Saham. Namun dengan metode Stepwise di antara tiga variabel babas yang diduga mempengaruhi return, ternyata hanya variabel EPS yang signifikan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dalam rentang waktu penelitian EPS berpengaruh signifikan terhadap Return saham dan sebaliknya DER dan PER tidak berpengaruh secara signifikan. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, para Investor yang melakukan analisis fundamental dalam menentukan Investasi saham sebaiknya memperhatikan EPS dari Perusahaan yang sahamnya hendak dibeli, karena terbukti kenaikan EPS akan mengakibatkan kenaikan Return dalam satuan tertentu."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2001
T7363
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bia Hedy Puspita
"ABSTRAK
Krisis moneter yang terjadi di Indonesia pada tahun 1997-1998 lalu ditandai dengan runtuhnya sektor perbankan nasional telah meningkatkan ketidakpastian bagi keberlangsungan ekonomi Indonesia di jangka panjang. Dari sisi moneter, ketidakpastian ini terkait dengan beban utang luar negeri dan domestik serta lambannya proses restrukturisasi kredit yang telah mengakibatkan proses pemulihan ekonomi menjadi sangat sulit dan lambat.
Dengan adanya krisis tersebut, industri perbankan Indonesia menghadapi masalah kedit macet yang mengakibatkan permodalan bank menjadi negatif. Hal ini mengharuskan Pemerintah melakukan rekapitalisasi perbankan agar bank-bank tersebut dapat mengoperasikan usahanya kembali. Selama krisis terjadi, pertumbuhan kredit sangat kecil sehingga perkembangan sektor riil juga sangat tidak berkembang. Tidak mengalirnya kredit ke sektor riil dikarenakan perbankan masih melakukan konsolidasi. Perbankan lebih banyak menginvestasikan dananya kepada SBI dan obligasi rekap yang dikeluarkan Pemerintah untuk merekapitalisasi perbankan. Dengan demikian pertumbuhan perusahaan tidak lagi dipengaruhi oleh kredit yang diberikan perbankan, melainkan lebih banyak dipengaruhi oleh variabel tingkat bunga SBI, nilai kurs rupiah terhadap dollar, perubahan junlah uang beredar dan sebagainya. Dengan demikian, permasalahan yang akan diteliti pada penelitian ini adalah:
1. Pengaruh pasar riil dalam hal ini IHSG terhadap kinerja saham perbankan
2. Pengaruh makro ekonomi (KURS, SBI, DM2) riil terhadap kinerja saham perbankan
3. Pengaruh karakteristik industri dalam hal kredit perbankan riil terhadap kinerja saham perbankan
4. Pengaruh pasar, makro ekonomi dan karakteristik industri terhadap kinerja saham perbankan (dalam nilai riil)
Pemodelan yang dipergunakan adalah model regresi linear berganda dengan menggunakan software komputer E-Views 4. Dari model tersebut selanjutnya dilakukan pengembangan dengan menyertakan faktor nilai masa lalu (autoregressive) dan kesalahan nilai masa lalu (moving average) saham. Pengembangan model ini adalah untuk menemukan suatu model yang memiliki kemampuan menjelaskan dan memprediksi secara memuaskan.
Obyek yang menjadi populasi dalam penelitan ini adalah saham-saham perbankan yang tercatat di BEJ dan sampel penelitiannya adalah saham-saham perbankan yang telah listing minimal dua tahun. Dengan demikian, yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah ANKP, BABP, BBCA, BBIA, BCIC, BBNI, BBNP, BDMN, BEKS, BKSW, BNGA, BNII, BNLI, BSWD, BVIC, INPC, LPBN, MAYA, MEGA, NISP, PNBN.
Return pasar memiliki pengaruh yang berbeda terhadap masing-masing return saham. Secara umum, return pasar tidak berpengaruh secara signi:fikan. Penambahan variabel makro tidak mendukung sepenuhnya pemyataan bahwa variabel makro sangat mempengaruhi tingkat return saham perbankan. Hal ini didukung hasil penelitian bahwa dari ketiga variabel makro yaitu KURS, SBI dan DM2, hanya KURS yang berpengaruh signifikan terhadap return saham perbankan. Pengaruh KURS juga tidak terjadi pada semua saham, hanya empat dari 21 saham perbankan. Dengan demikian dapat disimpulkan kebijakan moneter pemerintah tidak cukup berpengaruh terhadap tingkat return saham perbankan. Penambahan variabel karakteristik industri yaitu KREDIT sebagai variable spesifik industri perbankan juga tidak signifikan mempengaruhi tingkat return saham perbankan."
2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>